Anda di halaman 1dari 7

Nama : Neng Nia Kurniati

NIM : KHGC18037
Kelas : 3A S1 Keperawatan
“PERBAIKAN KEPERAWATAN KOMUNITAS”

A. Trend dan Issu Keperawatan Komunitas


Isu keperawatan komunitas adalah suatu masalah yang di kedepankan untuk di tangani
atau desus desus dalam ruang lingkup keperawatan komunitas. Keperawatan komunitas di
tunjukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan
melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahlihanya dalam membantu individu, keluarga,
kelompok dan masayarakat dalam mengatasi berbagai masalah keperawatan yang dihadapinya
dalam kehidupan sehari hari (effendi, 2009).
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus
dan terlibat dalam masayrakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keperawatan
kesehatan berubah, karna gaya hidup masayarakay berubah dan perawat sendiri juga dapat
menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Defenisi dan filisofi terkini dari keperawatan
memiliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirian
yang lebih besar.
Profesi keperawatan mengembangkan layanan praktik mandiri keperawatan kepada
masayarakat dalam mencari solusi terhadap masalah kesehatannya. Pelayanan praktik mandiri
perawata memberikan pelayanan kesehatan kepada masayarakat sesuai dengan wewenang
seorang perawat professional. Pelayanan keperawatan berbentuk pelayanan bio-sio-psiko-
spiritual yang komprehensif atau holistic di tunjukan kepada indivud, keljurga, dan
masayarakat baik sakit atau maupun sehat yang mencangkup seluruh proses kehidupan
manusia. Praktik mandiri perawat telah di atur dalam peraturan mentri kesehatan republic
Indonesia nomor HK. 02.02/Menkes/148/2010 dan perubahan peraturan no 17 tahun 2013
tentang izin dan Penyelengaraan praktik perawat. Dengan dikeluarkannya paying hokum
tersebut maka praktik mandiri perawat menjadi legal.
Bentuk pelayanan yang dapat diberikana oleh perawat kepada masyarakat adalah dalam
bentuk pelayanan Preventif, Promotif, kuratif dan Rehabilitatif. Bentuk pelayanan preventif
dan promotif adalah seperti deteksi dini dan indentifikasi factor - factor resiko terjadinya suatu
penyakit pada individu atau keluarga dan masyarakat, serta memberikan pendidikan atau
penyuluhan dan konseling pada individu, keluarga atau masyarakat yang beresiko atau telah
mengalami sakit.

B. Trend dan Issue Pendidikan Keperawatan


1. Aplikasi pendidikan perawat ke masyarakat
Dalam jurnal Aarabi, et all (2015) menyebutkan bahwa pendidikan keperawatan di Iran
meningkatkan partisipasi perawatdalam professional decision, dibutuhkan perawat
yang terdidik dengan baik dan terlatih untuk berhubungan dengan komunitas dan
berhadapan langsung dengan pasien. Dalam pengembangannya, Iranmembuat
keputusan untuk melatih mahasiswa Sarjana, menghadapitantagan untuk perawat PhD
dan menghadapi deficit pendidikankeperawatan secara umum. Kemudian membuat
kurikulum yangkomprehensif pada program PhD, mengembangkan attitude
perawa tPhD, dan performa perawat PhD.
Amstrong & Rispel (2015) juga menjelaskan bahwaa kuntabilitas sosial merupakan
komponen penting untu transformasi pendidikan, harus memperhatikan isu pemerintah,
tanggung jawabterhadap kurikulum, kesiapan pendidik, dan kesiapan siswa.Isu dan
masalah terkait perkembangan profesi keperawatanIndonesia adalah distribusi yang
belum merata, jumlah perawat tingginamun rasio perawat disbanding jumlah penduduk
sebagian besarwilayah Indonesia belum memenuhi target Renstra Kesehatan, selainitu
jumlah perawat ahli dan spesialis masih relative kecil, melainkan paling banyak adalah
perawat vokasi dan perawat yang bekerja denganmenggunakan STR hanya sebesar
41,8% (Infodatin, 2017).
2. Level pendidikan Keperawatan di Dunia
Pendidikan keperawatan secara global mayoritas adalah pendidikan Sarjana untuk level
terendah. Seperti dalam jurnalSimunovic (2010) menyebutkan bahwa tiga siklus
pendidikankeperawatan untuk mendidik generasi perawat professional yang safe,
competent, dan beretika. Tiga level pendidikan, yaitu basic education (bachelor’s level)
merupakan program sarjana yang harus memberikandasar yang sama untuk para
mahasiswa. Kemudian level pendidikankedua yaitu master’s degree (program
magister) yang dirancang untuk professional kesehatan yang berencana untuk
berpartisipasi di organisasi, menejemen, dan pengawasan proses keperawatan.
Danlevel pendidikan keperawatan ketiga adalah doctoral degree (programdoktor) untuk
meningkatkan kemampuan siswa untuk terlibat dalam pengajaran dan penelitian.
Sedangkan kondisi di Indonesia, jenjang pendidikan yang lebihsering berhadapan
lansung dengan masyarakat adalah level vokasi,dimana skill atau keterampilan lebih
diutamakan. Dan jumlah institusimaupun mahasiswa yang terjun di masyarakat paling
banyak adalah perawat vokasi. Sehingga persepsi maupun realisasi pelayanan
asuhankeperawatan professional di Indonesia belum begitu terlihat.Berdasarkan
klasifikasi pendidikan, perawat yang berada di FasilitasPelayanan Kesehatan adalah
77,56% perawat non ners (lulusan D3),10,84% perawat ners, 5,17% perawat lulusan
SPK, dan 6,42% perawatspesialis (Infodatin, 2017).
3. Kolaborasi dalam pendidikan keperawatan
Evaluasi pendidikan komprehensif memerlukan partisipasi,keterlibatan, dan
kolaborasi antara Dewan Perawat, kantor menterikeperawatan, fakultas keperawatan,
dan Organisasi Keperawatan.Dengan demikian, perlu untuk lebih menentukan sistem
evaluasi,kebijakan, pendekatan, metode, dan prosedur evaluasi pendidikan saatini
(Khodaveisi, Pazargadhi, Bimoradi, et all. 2012).
Sedangkan kondisi di Indonesia evaluasi pembelajaran merupakanhasil belajar
mahasiswa yang dievaluasi secara berkala meliputistruktur, proses, hasil, berdasarkan
capaian kompetensi. Kemudianhasil evaluasi dijadikan sebagai acuan pengembangan
bagi mahasiswa, program pendidikan, dan penentuan beban studi selanjutnya.
Evaluasidilakukan oleh pendidik (Standar Pendidikan Keperawatan Indonesia,2012).
Untuk peningkatan kualitas pendidikan tinggi kesehatan dinilai berdasarkan system
akreditasi, penjaminan mutu lulusan melaluisystem uji Kompetensi (Sailah, 2012).
4. Lulusan Perawat yang mampu bersaing Global
Masalah yang sering dihadapi dan menjadi tinjauan publicadalah masalah yang
berkaitan dengan Sumber Daya Manusia.Kurangnya kemampuan bahasa oleh perawat
Indonesia menyebabkan kualitas perawat Indonesia masih lemah apabila disandingkan
dengan perawat Internasional (Komarudin, 2012).
Menurut Zurnet all (2002) dalam artikelnya mengatakan bahwa ada
ketidakseimbangan tenaga kesehatan. Terutama tenaga perawat, yang sejak tahun 1915
di dunia terdapat ketidakseimbangan jumlah perawat disbanding dengan kebutuhan
pelayanan kesehatannegara-negara Asean yang mampu menekspor tenaga
professionaladalah mayoritas dari Filipin dan Singapura. Ini seharusnya memberi
peluang bekerja bagi perawat Indonesia, namun kenyataannya perawatkita tidak
mampu bersaing dengan perawat di negeri lain. Hal inidisebabkan kesulitan berbahasa
Inggris sebagai bahasa komunikasiInternasional.

C. Strategi menghadapi Tantangan Pendidikan Keperawatan di Indonesia


1. Seluruh stakeholder keperawatan di Indonesia, baik di lingkupan akademik maupun
klinik mendukung dan mendesak agar pengaplikasian UU Keperawatan tahun 2014
berjalan lancar agar pelayanan keperawatan yang sah dan professional bisa
berkembangdan ikut berperan dalam meningkatkan status kesehatan
masyarakat.Termasuk perihal pengembangan praktik mandiri keperawatan yangsampai
sekarang ini masih pada tahap proses perizinan dan aturan(legalitas).
2. Perlu adanya pemaksimalan program profesi seperti di pendidikankeperawatan,
pelayanan, dan riset keperawatan ( Empowering dan strengthening ). Sehingga dalam
kehidupan sehari-hari pun para pelaku professional keperawatan mampu menunjukkan
sikap dan perilaku professional, terutama dalam memberikan asuha keperawatan
kepadamasyarakat. Selain itu, bagi perawat akademisi maupun praktisi
perlumelanjutkan pendidikan, baik pendidikankeperawatan formal maupunnon formal
karena pendidikan akan mampu mengembangkankemapuan berfikir kritis dan
professional desicion.
3. Pelaksanaan pengawasan dan penilaian terhadap system pendidikanlebih
komprehensif dengan melibatkan organisasi keperawatan dalamhal ini PPNI (Persatuan
Perawat Nasional Indonesia).
4. Mengembangkan kurikulum di pendidikan dengan memasukkan bebankuliah
Bahasa Inggris, sebagai mata kuliah wajib.
APLIKASI PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KASUS
Kampung Blambangan merupakan bagian dari Desa Madangkara yang merupakan
wilayah kerja Puskesmas Singosari. Sebelah selatan berbatasan dengan pegunungan, sebelah
timur berbatasan dengan Desa Cijapati, sebelah barat berbatasan dengan Danau Simalakama,
dan sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cimacan. Secara struktural Kampung Blambangan
terdiri atas 6 RT dengan jumiah penduduk 500 Jiwa, terdini dari 241 laki-laki dan 259
perempuan. Jumiah balita di Kampung tersebut ada 75 orang sedangkan lansia berjumiah 98
orang, sisanya adalah penduduk remaja dan dewasa.
Dari pengkajian yang dilakukan menunjukkan data sebagai berikut : 75% lansia
menderita berbagai penyakit, 20% balita sering sakit-sakitan. Fasilitas yang ada di Kampung
tersebut antara lain 1 buah Posyandu Balita dan 1 buah Posyandu Lansia, dimana kedua
posyandu tersebut ditangani oleh 10 orang kader dan tidak semua RT memiliki kader secara
merata. Dari kader yang ada hanya 4 orang yang aktif, sehingga kegiatan pada kedua posyandu
di kampung tersebut tidak berjalan dengan baik. Posyandu Balita berjalan rutin, namun
kegiatannya sebatas penimbangan saja dan hanya diikuti oleh 40% anggota, sedangkan
Posyandu Lansia sama sekali tidak berjalan sebagaimana seharusnya.
Dari hasil wawancara dengan kader, mereka mengatakan belum memahami benar
tentang pelaksanaan posyandu terutama sistem administrasinya dan pengetahuan dasar tentang
tumbuh kembang pada balita. Kader juga mengatakan bahwa warga kurang mendukung
terhadap kegiatan posyandu. Meraka mengatakan dulu sering mendapat bantuan untuk
pengadaan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) bagi balita mereka, namun untuk sekarang
bantuan tersebut tidak lagi.
Hasil wawancara dengan beberapawarga diketahui bahwa kebanyakan mereka
menganggap kurang perlu pergi ke posyandu karena anak-anak mereka merasa belum sakit,
disamping itu posyandu yang ada sekarang jarang didatangi oleh petugas puskesmas. Ketika
ditanyakan tentang posyandu lansia, warga mengatakan "Namanya kakek-kakek atau nenek-
nenek kalau sakit kan sudah biasa, mengapa harus dibawa ke posyandu kayak anak kecil saja"
jawabnya.

Tugas
1. Buatkan pengkajian komunitas berdasarkan ilustrasi kasus di atas yang meliputi pengkajian
inti dan sub system
2. Buatkan analisa data dani kasus di atas dan tentukan masalah kepera watannya
3. Rumuskan diagnosa keperawatan yang muncul dari kasus tersebut
4. Buat proses asuhan keperawatannya (NCP)

Anda mungkin juga menyukai