Anda di halaman 1dari 25

TUGAS TREND DAN ISUE KEPERAWATAN KOMUNITAS

Dosen Pengampu : Sutiyono

Disusun oleh :
Ida Tawarini (2001018)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWTAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ANNUR PURWODADI
TAHUN 2021/2022
Trend Issue Keperawatan Komunitas
            Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus dan
terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keprawatan kesehatan
berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan
dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan memperlihatkan trend
holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik
dimensi sehat maupun sakit serta dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren
praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh :
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan
cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh
masyarakat,
b. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus
menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang ,
c. Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan
kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka
ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau.

Tren dan Isu Keperawatan Komunitas

Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus-menerus dan terlibat
dalam masyarakat yang yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keperawatan kesehatan
berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan
perubahan tersebut.

Keperawatan menetapkan diri dari ilmu social bidang lain karena focus asuhan keperawatan
bidang lain meluas. Tren dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta
keperawatan yang menerima pendidikan keperawatan, baik peserta didik dari D3 keperawatan,
S1 keperawatan atau kesehatan masayrakat sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu S2 atau
kesehatan.
Tren paraktik keperawatanmeliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus meningkatkan otonomi
dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat dengan
meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi
perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai
profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dan kode etik. Aktivitas dari organisasi
keperawatan professional menggambarkan trend an praktik keperawatan.

Tren yang sedang dibicarakan adalah:

1. Pengaruh politik terhadap keperawatan professional

2. Pengaruh perawat dalam aturan dan praktik keperawatan

3. Puskesmas Idaman

2.2.1 Pengaruh Politik terhadap Keperawatan professional

Keterlibatan perawat dalam politik sangat terbatas. Walaupun secara individu ada beberapa nama
seperti F.Nightingale, Lilian Wald, Margaret Sunger, dan Lavinia Dock telah mempengaruhi
dalam pembuatan di berbagai bidang nampaknya perawat kurang di hargai sebagai kelompok.
Gerakan wanita telah memberikan inspirasi pada perwat mengenai masalah keperawatan
komunitas.

Kekuatan politik merupakan kemampuan untuk mempengaruhi atau meyakinkan seseorang


untuk memihak pada pemerintah untuk memperlihatkan bahwa kekuatan dari pihak tersebut
membentuk hasil yang diinginkan (Rogge,1987).

Perawat merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas perawat adalah wanita dan
poolitik merupakan dominasi laki-laki (Marson,1990) .

Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan perhatian yang lebih besar dalam kurikulum
keperawatan, organisasi professional, dan tempat perawtan professional.

Organisasi keperawatan mampu memgabungkan semua upaya seperti pada Nursing Agenda For
Healt Care Reform (Tri-council,1991).

Strategi spesifik pengintegrasian peraturan public dalam kurikulum keperawatan, sosialisasi dini,
berpartisipasi dalam organisasi profesi, memperluas lingkungan praktik klinik, dan menjalankan
tempat pelayanan kesehatan.
2.2.2 Pengaruh Perawat dalam Peraturan dan Praktik Keperawatan

Pospek keperawatan komunitas dimasa yang akan dating cenderung semakin berkembang dan
dibutuhkan dalam system pelayanan kesehatan pemerintah. Peran perawat kesehatan masyarakat
sangat dibutuhkan dalam mengatasi sebagai masalah kesehatan yang terjadi di masa yang akan
datang karena mengikuti perubahan secara keseluruhan. Dampak perubahan tersebut dapat
berpengaruh pada peran yang dilkaukan perawat. Intervensi keperawatan kesehatan masarakat
diberbagai tingkat pelayanan akan semakin besar dikarnakan adanya kelalaian, ketidaktahuan,
ketidakmauan, dan ketidakmampuan individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Komponen–komponen perubahan dalam masyarakat

1. Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk secara cepat (population) dan perubahan


dalam gambaran penduduk, diantaranya perubahan dalam komposisi usia, penyebarannya, dan
kepadatan penduduk kota besar.

2. Transisi penyakit. Perubahan pola penyakit atau transisi penyakit yaitu perubahan penyakit
menular ke penyakit degenerative, seperti penyakit jantung, kanker, depresimental dan ansietas,
stroke, peningkatan kecelakaan, alkoholisme, dan yang akhir-akhir ini marak adalah
penyalahgunaan narkotika.

3. Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social. Perkembangan industrialisasi


serta perubahan kondisi social yang cepat dengan di sertai perubahan-perubahan sikap, niali,
gaya hidup, kondisi lingkungan, kelompok-kelompok masyarakat baru, masalh individu, dan
masyarakat.

4. Meningkatnya pengetahuan masarakat sebagai pelayanan kesehatan akan meningkatkan juga


harapan mereka terhadap mutu pelayanan keperawatan dan kesehatanpola pelayanan kesehatan
yang baru akan meningkatkan pencpaian kesehatan bagi semua orang pada tahun 2000.

5. Kurang tenaga medis menyebabkan pelimpahan tanggung jawab atau wewenang pada
perawat.

6. Masyarakat akan menjadi rekan kerja dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Banyak
pelayanan yang akan dilaksanakan di luar rumah sakit, misalnya pelayanan pada rehabilitasi,
kesehatan jiwa, dan lain-lain.

2.3 Puskesmas Idamam

Puskesmas Idaman adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan bermutu yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan serta memberi pelayanan yang sesuai dengan standart operating
procedure (SOP) pelayanan kesehatan. “Puskesmas Idaman” sebagai pelayanan masyarakat,
akan berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
harapan pelanggan, oleh karena itu Puskesmas Idaman juga merubah paradigma dari “
Puskesmas yang mengatur Masyarakat” menjadi “Puskesmas yang memenuhi harapan
Masyarakat”.

Puskesmas Idaman adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan yang bermutu yang sesuai
dengan standart operating procedure (SOP) untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan ,
baik pelanggan eksternal maupun internal.

Visi dan Misi Puskesmas Idaman

1. ”Puskesmas Idaman yang bermutu”, merupakan visi Puskesmas Idaman yang menggambarkan
keadaan yang ingin dicapai oleh Puskesmas di masa yang akan datang yaitu Puskesmas dengan
pelayanan kesehatan bermutu untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan , baik
pelanggan eksternal maupun internal.

2. Untuk mencapai visi Puskesmas Idaman tersebut, ditetapakan misi sebagai berikut:

· Memastikan Pelanggan Puskesmas.Pelanggan Puskesmas perlu diketahui, untuk mengetahui


seberapa besar potensipasar yang akan kita layani.

· Memahami psikografi Pelanggan Puskesmas.Psikografi pelanggan perlu diketahui untuk


mengetahui budaya , perilaku dankebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, sehingga kita
dapat mengantisipasi bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.

· Menata Mindset Tim Pelayaan Prima di Puskesmas Idaman.Pola pikir semua pegawai perlu
ditata dan disamakan, dengan tujuan agar semua pegawai mempunyai polapikir yang sama untuk
menyelenggarakan pelayanan prima di Puskesmas Idaman.

· Memberi kesempatan pada “front liner” untuk ikut mengambil keputusan dan memberikan
saran dalam pelaksanaan pelayanan prima di Puskesmas.Pegawai di garis depan “front liner”
seperti petugas parkir dan loket, merupakan orang pertama yang kontak dengan pelanggan, oleh
karena itu mereka banyak mengetahui informasi yang kita butuhkan dalam pengambilan
keputusan pelaksanaan pelayanankesehatan di Puskesmas Idaman.

· Mengembangkan pelayanan kesehatan yang tak terlupakan pada Pelanggan.Dengan memberi


pelayanan kesehatan yang memberi kesan ”WOO”, maka hal tersebut akan membanggakan dan
memuaskan pada pelanggan yang juga dapat berfungsi sebagai promosi antar pelanggan.
· Menjalin komunikasi terus menerus dengan Pelanggan untuk menciptakan ”Customer Market
Relationship”.Komunikasi dengan pelanggan yang terjalin baik, akan menimbulkan ikatan batin
antar mereka sehingga hal tersebut akan membuat pelanggan menjadi loyal.

· Melakukan penyesuaian organisasi terus menerus untuk peningkatan mutu pelayanan


kesehatan.

Perubahan organisasi akan terjadi terus menerus, baik karena pengaruh lingkungan internal
maupun eksternal serta tuntutan pelanggan yang terus berubah, untuk itu Puskesmas Idaman
harus selalu dapat menyesuaikan perubahan tersebut, sehingga dapat terus mempertahankan
pelayanan kesehatan yang memuaskan pelanggan.

Manfaat Puskesmas Idaman

1. Bagi Masyarakat

a. Mendapat pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau

b. Masyarakat mampu mendapat pelayanan kesehatan sesuai keinginan

c. Masyarakat tidak mampu/maskin mendapat pelayanan kesehatan standard

2. Bagi Pemerintah Daerah

a. Pemerintah Daerah dapat meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat

b. Meningkatkan citra Puskesmas, citra Pemerintah Daerah serta meningkatkan daya saing

c. Pemberian subsidi pada masyarakat miskin lebih efektif dan efisien

3. Bagi Tenaga Kesehatan

a. Pengetahuan dan ketrampilan tenaga kesehatan meningkat

b. Motivasi Tenaga kesehatan meningkat

c. Kesejahteraan tenaga kesehatan meningkat

d. Tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan: profesioanal sesuaidengan


pendidikannya, unggul dalam prestasi serta sopan dan santun dalam memberikan pelayanan.
e. Tenaga kesehatan berpenampilan rapi dan bersih, khusus untuk dokter dan dokter gigi
memakai jas dokter pada saat melayani pasien.

f. Obat yang diberikan kepada pasien adalah obat generik berblister

g. Pelanggan diperlakukan secara ramah dan sopan serta dengan penuh simpati dibantu
sepenuhnya keperluaanya datang ke Puskesmas.

h. Tenaga kesehatan cepat dan tanggap dalam merespon keluhan dan keinginan pelanggan

i. Semua pegawai Puskesmas mempunyai komitmen, etika dan semangat/motivasi yang tinggi
untuk melaksanakan pelayanan prima di Puskesmas

j. Tempat pelayanan kesehatan ditata rapi dan bersih, dan ber-AC, sehingga member
kenyamanan pada pasien dan tenaga kesehatan yang melayaninya

k. Ruang tunggu pasien ditata rapi dan bersih serta dilengkapai sarana hiburan yang sesuai
dengan harapan pasien

l. Kamar mandi dan WC bersih, tidak bau dan cukup air, serta dibersihkan setiap hari

m. Lingkungan Puskesmas dibuat taman yang membuat suasana asri dan segar.

n. Supervisi dilaksanakan setiap tiga bulan sekali dan ditindaklanjuti dengan pertemuan
pemecahan masalah di Dinas Kesehatan

o. Survey kepuasan pelanggan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali serta ditindaklanjuti dengan
perbaikan pelayanan kesehatan

p. Manajemen Puskesmas Idaman berpedoman pada SK Menkes RI No:


128/MENKES/SK/II/2004 tentang: Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.

Upaya dan Azas Penyelenggaraan

1. Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Idaman upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut dikelompokan menjadi dua yakni:

a. Upaya Kesehatan wajib adalah upaya kesehatan yang wajib dillaksanakan oleh Puskesmas
Idaman, upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a) Upaya Promosi Kesehatan

b) Upaya Kesehatan Lingkugan

c) Upaya Kesehatan Ibu dan anak serta Keluarga Berencana

d) Upaya Kesehatan Gizi Masyarakat

e) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

f) Upaya Pengobata

b. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan Pengembangan adalah upaya kesehatan inovatif berdasarkan permasalahan


kesehatan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.

a) Upaya Kesehatan Sekolah

b) Upaya Kesehatan Olah Raga

c) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

d) Upaya Kesehatan Kerja

e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

f) Upaya Kesehatan Jiwa

g) Upaya Kesehatan Mata

h) Upaya Kesehatan Usia Lanjut

i) Upaya Pembinaan Pengobatan tradisional

2. Azas Penyelenggaraan

a. Azas pertanggungawaban wilayah, artinya Puskesmas Idaman bertanggung jawab


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
b. Azas pemberdayaan masyararakat, artinya Puskesmas Idaman wajib memberdayakan
perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas.

c. Azas keterpaduan, artinya penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan


secara terpadu baik keterpaduan lintas program aupun lintas sektor.

d. Azas rujukan, artinya untuk menyelesaikan berbagai masalah kesehatan di Puskesmas yang
mempunyai kemampuan terbatas, perlu ditopang oleh azas rujukan, baik rujukan upaya
kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat.

3. Upaya Peningkatan Mutu

a. Fokus utama peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Idaman, terletak pada dua
aspek:

a) Peningkatan wawasan dan ketrampilan tenaga kesehatan, serta

b) Peningkatan mutu pelayanan kesehatan

b. Memperbaiki manajemen pelayanan kesehatan yang fokus pada pelanggan, artinya perbaikan
manajemen ditujukan untuk memberikan kepuasan pada pelanggan

c. Kepuasan pelanggan dapat diperoleh jika pelayanan kesehatan dapat mengatasi hal-hal yang
tidak disukai pelanggan

d. Pelanggan yang puas akan menjadi loyal yang juga berakibat pada peningkatan kunjungan

e. Peningkatan kunjungan akan berakibat bertambahnya pendapatan bagi Puskesmas Idaman


Pendapatan yang diperoleh dipergunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
disamping memberi insentif pada tenaga kesehatan.v

American Nurses’ Association, Council of Community Health Nurses, 1986. “Standards of


Community Health Nursing Practice”. Kansas city: ANA.

American Nurses’ Association.1986. “Standards of Community Health Nursing Practice”.


Washington DC: Author
TREND DAN ISU KEPERAWATAN LANSIA

A.  Fenomena Demografi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap

kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu :

AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun

AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun

Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly: Di Indonesia akan

diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke peringkat enam pada tahun

2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke sebelas tahun 1980.

Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/ 5.5% dari

total populasi penduduk.Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29

juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-1993).

Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu:

1.    62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri.

2.    59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.

3.    53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga.

4.    Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.

                  
B.   Permasalahan Pada Lansia

1.    Permasalahan Umum


a)    Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.

b)   Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang

diperhatikan,dihargai dan dihormati.

c)    Lahirnya kelompok masyarakat industry.

d)   Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.

e)    Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

2.    Permasalahan Khusus

a)    Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental maupun

sosial.

b)   Berkurangnya integrasi sosial usila.

c)    Rendahnya produktifitas kerja lansia.

d)   Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.

e)    Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.

f)      Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik

lansia.

C.  Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia

1.    Penurunan fisik

2.    Perubahan mental

3.    Perubahan-perubahan Psikososial

Karakteristik Penyakit pada Lansia:

1.    Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.

2.    Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.


3.    Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.

4.    Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.

5.    Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.

6.    Sering terjadi penyakit iatrogenik.

Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota (Padang,Bandung,Denpasar dan Makassar)

sbb:

1.    Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%),daya ingat (69,39%),seksual

(58,04%),kelenturan(53,23%),gigi dan mulut (51,12%).

2.    Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%),sakit kepala

(51,15%),daya ingat menurun (38,51%),selera makan menurun (30,08%),mual/perut perih

(26,66%),sulit tidur (24,88%),dan sesak nafas (21,28%).

3.    Penyakit kronis : rematik (33,14%),darah tinggi (20,66%),gastritis (11,34%),dan jantung

(6,45%).

D.  Masalah  Kesehatan Gerontik

1.    Masalah kehidupan seksual

Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos atau

kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual pada suami isri yang

sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada

saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan

diri dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan

kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim
dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional secara mendalam

selama masih mampu melaksanakan.

2.    Perubahan prilaku

Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat menurun,

pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan

karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional

seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak masalah.

3.    Pembatasan fisik

Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama dibidang

kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan sosialnya. Hal

ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya

sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang memerlukan bantuan orang lain.

4.    Palliative care

Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan untuk

mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat menimbulkan

masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh klien dengan gagal

jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan diuretika. Diuretik berfungsi untu

mengurangi volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang

sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping

inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.

5.    Pengunaan obat

Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan yang

sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada lansia
adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek

samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan usia ini

adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal

ini tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk

diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang dialami lansia dalam

pengobatan adalah :

a.    Bingung

b.    Lemah ingatan

c.    Penglihatan berkurang

d.   Tidak bias memegang

e.    Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi

f.       Kesehatan mental

E.  Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia

Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis pelayanan

kesehatan yang diterima.

1.    Azas

Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life, dengan

prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care), pemenuhan

diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan

RI adalah Add life to the Years, Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan

mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.

2.    Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalag sebagai

berikut :

a.       Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)

b.       Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)

c.        Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)

d.       Lansia turut memilih kebijakan (choice)

e.        Memberikan perawatan di rumah (home care)

f.        Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)

g.        Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging)

h.       Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)

i.         Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)

j.         Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and family care)

3.    Jenis

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lim upaya kesehatan, yaitu Promotif,

prevention, diagnosa dini dan pengobatan, p embatasan kecacatan, serta pemulihan.

a.    Promotif

Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan

dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang positif

menjadi norma-norma sosial.

Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :

1)   Mengurangi cedera

2)   Meningkatkan keamanan di tempat kerja

3)   Meningkatkan perlindungan  dari kualitas udara yang buruk


4)   Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan

5)   Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut

b.    Preventif

1)   Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan primer :

program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise, keamanan di dalam dan sekitar rumah,

menejemen stres, menggunakan medikasi yang tepat.

2)   Melakukakn pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa

gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kanker,

skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.

3)   Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat. Jenis

pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi, medukung usaha

untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih berfungsi.

c.    Rehabilitatif

4.    Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia

a.    Pertahankan lingkungan aman

b.    Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas

c.    Pertahankan kecukupan gizi

d.   Pertahankan fungsi pernafasan

e.    Pertahankan aliran darah

f.     Pertahankan kulit

g.    Pertahankan fungsi pencernaan


h.    Pertahankan fungsi saluran perkemihaan

i.      Meningkatkan fungsi psikososial

j.      Pertahankan komunikasi

k.    Mendorong pelaksanaan tugas

F.   Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia

1. UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jomp.

2. UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja

3. UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial

4. UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

5. UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

6. UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

7. UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman

8. UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga Sejahtera

9. UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun

10. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan

11. PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera

12. PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan

13. UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan lembaran negara Nomor

3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang

Jompo.

UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :


a.       Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan kelembagaan.

b.      Upaya pemberdayaan

c.       Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak potensial

d.      Pelayanan terhadap lansia

e.       Perlindungan sosial

f.       Bantuan sosial

g.      Koordinasi

h.      Ketentuan pidana dan sanksi administrasi

i.        Ketentuan peralihan

Beberapa undang-undang yang perlu disusun adalah :

1. UU tentang Pelayanan Lansia Berkelanjutan (Continum of Care)

2. UU tentang Tunjangan Perawatan Lansia

3. UU tentang Penghuni Panti (Charter of Resident’s Right)

4. UU tentang Pelayanan Lansia di Masyarakat (Community Option Program)

G.  Peran Perawat

Berkaitan dengan kode etik yang harus diperhatikan oleh perawat adalah :

1. Perawat harus memberikan rasa hormat kepada klien tanpa memperhatikan suku, ras, gol,

pangkat, jabatan, status social, maslah kesehatan.

2. Menjaga rahasia klien


3. Melindungi klien dari campur tangan pihak yang tidak kompeten, tidak etis, praktek

illegal.

4. Perawat berhak menerima jasa dari hasil konsultasi danpekerjaannya

5. Perawat menjaga kompetesi keperawatan

6. Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya. Kompetei individu serta kualifikasi

daalm memberikan konsultasi

7. Berpartisipasi aktif dalam kelanjutanyaperkembangannya body of knowledge

8. Berpartipitasi aktif dalam meningkatan standar professional

9. Berpatisipasi dalam usaha mencegah masyarakat, dari informasi yang salah dan

misinterpretasi dan menjaga integritas perawat

10. Perawat melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatannya yang lain atau ahli dalam

rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat termasuk

pada lansia.

H.  Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia

Contoh upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan kesehatan masyarakatnya,

diantaranya adanya medicare dan medicaid. Medicare adalah program asuransi social federal

yang dirancang untu menyediakan perawatan kesehatan bagi lansia yang memberikan jaminan

keamanan social. Medicare dibagi 2 : bagian A asuransi rumah sakit dan B asuransi medis.

Semua pasien berhak atas bagian A, yang memberikan santunan terbatas untuk perawatan rumah

sakit dan perawatan di rumah pasca rumah sakit dan kunjungan asuhan kesehatan yang tidak

terbatas di rumah. Bagian B merupakan program sukarela dengan penambhan sedikit premi

perbulan, bagian B menyantuni secara terbatas layanan rawat jalan medis dan kunjungan dokter.
Layanan mayor yang tidak di santuni oleh ke dua bagian tersebut termasuk asuhan keperwatan

tidak terampil, asuhan keperawatan rumah yang berkelanjutan obat-obat yang diresepkan, kaca

mata dan perawatan gigi. Medical membayar sekitar biyaya kesehatan lansia (U.S Senate

Committee on Aging, 1991).

Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana Negara dan bantuan

pemerintah bersangkutan. Program ini beredar antara satu Negara dengan lainya dan hanya

diperuntukan bagi orang tidak mampu. Medicaid merupakan sumber utama dana masyarakat

yang memberikan asuhan keperawatan di rumah bagi lansia yang tidak mampu. Program ini

menjamin semua layanan medis dasar dan layanan medis lain seperti obta-obatan, kaca mata dan

perawatan gigi.

Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia  yang diperuntukkan

khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu program pokok perawatan

kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga 

lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga

yang berisiko tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara

professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat 2010 “ yang salah satu

strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Dengan strategi ini

diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan perhatian yang layak.

I.     Pandangan Islam Tentang Lansia

Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra : 23-24

Artinya :
Dan tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah

berbuat baik ibu bapakmu. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai usia

lanjut dalam pemeliharaan, maka jangan sekali-sekali engkau mengatakan kepada ke duanya

perkataan “Ah” dan janganlah engkau membentak mereka dan ucapkanlah kepada keduanya

perkataan yang baik.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah “

wahai tuhanku sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu

kecil”.
Permasalahan Pada Lansia
1.    Permasalahan Umum
a)    Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
b)   Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang
diperhatikan,dihargai dan dihormati.
c)    Lahirnya kelompok masyarakat industry.
d)   Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e)    Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2.    Permasalahan Khusus
a)    Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental maupun
sosial.
b)   Berkurangnya integrasi sosial usila.
c)    Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d)   Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
e)    Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.
f)      Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik
lansia.

C.  Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia


1.    Penurunan fisik
2.    Perubahan mental
3.    Perubahan-perubahan Psikososial
Karakteristik Penyakit pada Lansia:
1.    Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.
2.    Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
3.    Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
4.    Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
5.    Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6.    Sering terjadi penyakit iatrogenik.
Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota (Padang,Bandung,Denpasar dan Makassar) sbb:
1.    Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%),daya ingat (69,39%),seksual
(58,04%),kelenturan(53,23%),gigi dan mulut (51,12%).
2.    Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%),sakit kepala
(51,15%),daya ingat menurun (38,51%),selera makan menurun (30,08%),mual/perut perih
(26,66%),sulit tidur (24,88%),dan sesak nafas (21,28%).
3.    Penyakit kronis : rematik (33,14%),darah tinggi (20,66%),gastritis (11,34%),dan jantung
(6,45%).

D.  Masalah  Kesehatan Gerontik


1.    Masalah kehidupan seksual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos atau
kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual pada suami isri yang
sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada
saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan
diri dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan
kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim
dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional secara mendalam
selama masih mampu melaksanakan.
2.    Perubahan prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat menurun,
pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan
karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional
seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak masalah.
3.    Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama dibidang
kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan sosialnya. Hal
ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya
sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang memerlukan bantuan orang lain.
4.    Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan untuk
mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat menimbulkan
masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh klien dengan gagal
jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan diuretika. Diuretik berfungsi untu
mengurangi volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang
sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping
inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.

5.    Pengunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan yang sering
kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada lansia adalah
terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping
obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah bahwa
obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetap
bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati
sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang dialami lansia dalam
pengobatan adalah :
a.    Bingung
b.    Lemah ingatan
c.    Penglihatan berkurang
d.   Tidak bias memegang
e.    Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi
f.       Kesehatan mental

E.  Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia


Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis pelayanan
kesehatan yang diterima.
1.    Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life, dengan
prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care), pemenuhan
diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan
RI adalah Add life to the Years, Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan
mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
2.    Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalag sebagai berikut :
a.       Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)
b.       Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
c.        Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
d.       Lansia turut memilih kebijakan (choice)
e.        Memberikan perawatan di rumah (home care)
f.        Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
g.        Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging)
h.       Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i.         Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
j.         Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and family care)
3.    Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lim upaya kesehatan, yaituPromotif,
prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
a.    Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien,
tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang positif menjadi norma-
norma sosial.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :
1)   Mengurangi cedera
2)   Meningkatkan keamanan di tempat kerja
3)   Meningkatkan perlindungan  dari kualitas udara yang buruk
4)   Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
5)   Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut

b.    Preventif
1)   Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan primer : program
imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise, keamanan di dalam dan sekitar rumah,
menejemen stres, menggunakan medikasi yang tepat.
2)   Melakukakn pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala.
Jenis pelayanan pencegahan sekunder: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kanker,
skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.
3)   Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat. Jenis pelayanan
mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi, medukung usaha untuk
mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih berfungsi.
c.    Rehabilitatif

4.    Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia


a.    Pertahankan lingkungan aman
b.    Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
c.    Pertahankan kecukupan gizi
d.   Pertahankan fungsi pernafasan
e.    Pertahankan aliran darah
f.     Pertahankan kulit
g.    Pertahankan fungsi pencernaan
h.    Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
i.      Meningkatkan fungsi psikososial
j.      Pertahankan komunikasi
k.    Mendorong pelaksanaan tugas

Trend dan Isu Pelayanan Kesehatan Lansia. diakses 04 Mei 2011


darihttp://qie30.wordpress.com/2009/05/07/tren-dan-isu-pelayanan-kesehatan-lansia/
Stikes (2009). Trend dan Isu Pelayanan Kesehatan Lansia  diakses 04 Mei 2011
darihttp://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/01/trend-dan-issue-keperawatan - lansia/

Anda mungkin juga menyukai