Disusun Oleh:
IDA TAWARINI
NIM. 2002018
1
I. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN MANUSIA DENGAN
NUTRISI
A. Pengertian
Nutrisi berasal dari kata nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi adalah proses
tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang penting untuk
pembentukan, pemeliharaan dan penggantian sel tubuh (Harnanto, A. M. &
Sunarsih Rahayu, 2016).
Nutrient adalah zat organik dan anorganik dalam makanan yang diperlukan
tubuh agar dapat berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan, aktivitas,
mencegah defisiensi, memeliharan kesehatan dan mencegah penyakit,
memelihara fungsi tubuh, kesehatan jaringan, dan suhu tubuh, meningkatkan
kesembuhan, dan membentuk kekebalan (Harnanto, A. M. & Sunarsih Rahayu,
2016).
Energi yang didapat dari makanan diukur dalam bentuk kalori (cal) atau
kilokalori (kcal). Kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
meningkatkan suhu 1 ⁰C dari 1 gr air. Kilokalori adalah jumlah panas yang
diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 C dari 1 kg air ( Harnanto, A. M. &
Sunarsih Rahayu, 2016).
Makanan yang kita makan tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh dalam
bentuk energy sebelum melalui proses pencernaan, absorpsi dan metabolisme.
Tubuh memerlukan energy untuk fungsi-fungsi fisiologis organ tubuh,
pergerakan, mempertahankan temperature, fungsi kelenjar, kerja hormone,
pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak (Tarwoto & Wartonah, 2015).
2
terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan hasil kerja system
pencernaan yang tidak terlepas dari system lainnya sebagai suatu proses yang
saling berkaitan, system yang dimaksud diantaranya kardiovaskuler,
pernafasan, pencernaan, persyarafan, endokrin, dll (Atoilah & Kusnadi, 2013).
B. Fungsi Nutrisi
1. Sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, gerakan dan kerja fisik.
2. Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan.
3. Sebagai pelindung dan pengatur.
Menurut Almatsier (2019), Macam - macam Zat Gizi yang Penting untuk
Manusia diantaranya yaitu :
3
d. Kebutuhan karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total.
2. Lemak, yaitu merupakan sumber energi yang didapatkan. Lemak dan
minyak terdiri atas gabungan gliserol dan asam-asam lemak. Lemak atau
lipid merupakan sumber energy yang menghasilkan jumlah kalori lebih
besar daripada karbohidrat dan protein.
a. Pencernaan lemak dimulai dalam lambung.
b. Lambung mengeluarkan enzim lipase untuk mengupah sebagian kecil
lemak menjadi asam lemak dan gliserin.
c. Kebutuhan lemak 10-25% dari kebutuhan energi total.
3. Protein, yaitu Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam
penyusunan senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormone, dan
antibody. Protein terdiri dari berbagai kombinasi asam amino yang diikat
oleh ikatan peptida. Unsur utama protein adalah nitrogen dengan 16% dari
berat protein karena nitrogen tidak terdapat dalam karbohidrat dan lemak.
Protein mengandung unsur fosfor, iodium, besi, dan kobalt. Sumber protein
ada dalam bahan makanan hewani yaitu telur, susu, daging, unggas, ikan,
dan kerang dan bahan makanan nabati yaitu tempe, tahu, dan kacang-
kacangan lain (Astuti , 2010).
a. Enzim protease (pepsin) yang terdapat dalam lambung mengubah
protein menjadi albuminosa dan pepton.
b. Protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama-sama dengan
darah di bawa ke hati kemudian dibersihkan dari toksin.
c. Kebutuhan protein 10-15% atau 0,8-1,0 g/kg BB dari kebutuhan energi
total.
4. Vitamin, yaitu Vitamin merupakan komponen organic yang dibutuhkan
tubuh dalam jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin
sangat berperan dalam proses metabolisme dalam fungsinya sebagai
katalisator.
a. Vitamin adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit,
penting untuk melakukan fungsi metabolik.
b. Vitamin dibagi dalam dua kelas besar yaitu vitamin larut
dalam air (vitamin C, B1, B2, B6, B12) dan vitamin yang larut dalam lemak
(vitamin A, D, E dan K).
c. Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya.
4
5. Mineral, yaitu unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim, dan sangat
penting dalam pengendalian sistem cairan tubuh. Mineral adalah ion
anorganik esensial untuk tubuh karena peranannya sebagai katalis dalam
reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak menghasilkan energy, tetapi
merupakan elemen kimia yang berperan dalam mempertahankan proses
tubuh.
a. Mineral tidak membutuhkan pencernaan, mineral diserap dengan mudah
melalui dinding usus halus secara difusi pasif maupun transportasi aktif.
b. Jenis mineral : kalsium, fosfor, yodium, besi, magnesium zinc, natrium.
c. Kira-kira 6% tubuh manusia dewasa terbuat dari mineral.
6. Air merupakan Air merupakan media transport nutrisi dan sangat penting
dalam kehidupan sel-sel tubuh. Setiap hari, sekitar 2 liter air masuk ke tubuh
kita melalui minum, sedangkan cairan digesif yang diproduksi oleh berbagai
organ saluran pencernaan sekitar 8-9 liter sehingga sekitar 10-11 liter cairan
beredar dalam tubuh. Namun demikian, dari 10-11 liter cairan yang masuk,
hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses, selebihnya direabsorpsi.
a. Air merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia.
b. Tubuh manusia terdiri dari atas 50%-70% air.
c. Pada orang dewasa asupan air berkisar antara 1200-1500cc per hari,
namun dianjurkan sebanyak 1900 cc sebagai batas optimum.
C. Fungsi Fisiologis
1. Anatomi
2. Proses Fisiologis
5
Menurut (Syaifuddin, 2018), Fisiologi sistem pencernaan atau sistem
gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ
dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem
pencernaan yaitu :
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan
jalan masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan
oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan
sederhana terdiri dari manis,asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam
bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di
kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian
kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam
lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan
lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut
dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari
bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media
yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian
yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada
6
nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai
di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring yang menghubungkan
orofaring dengan laring.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian superior (sebagian
besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot
halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu
kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan,
yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-
enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu
lendir, asam klorida (HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan
protein). Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung dan asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang
tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam),
lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus
halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
7
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek
dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenumakanmegirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-
8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan
usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2-
4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam
empedu.
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar
8
terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum,maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan
anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak
yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian
anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang
merupakan fungsi utama anus.
a. Faktor Fisiologis
9
Merupakan faktor yang terkait dengan proses pencernaan atau intake
makanan.(Hidayat, AA, 2016).
b. Pengetahuan
Rendahnya pengetahuan mengenai manfaat makanan dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan yang disebabkan oleh
kurangnya informasi, sehingga menyebabkan kesalahan dalam
pemenuhan kebutuhan gizi nutrisi. (Yulrina Ardhiyanti dan Risa
Pitriani , 2014). Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan
bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan
dalam memahami kebutuhan gizi (Hidayat, AA, 2016).
c. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi
tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya,
dibeberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang
paling murah. Tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk
dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi
makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka (Hidayat, AA,
2016).
d. Gaya hidup dan Kebiasaan
Kebiasaan makan seperti waktu makan pada jam tertentu, makan
bersama, cara penyajian makanan, jenis makanan pasien, jika
mengalami perubahan, maka dapat mempengaruhi selera dan intake
makanan. Demikian juga gaya hidup pasien seperti, kebiasaan makan
tinggi garam (natrium) juga mempengaruhi status nutrisi pasien.
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap
pantangan terhadap makanan tertentu juga dapat memengaruhi status
gizi. Kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
tertentu bias mempengaruhi status gizi. Misalnya di beberapa daerah
ada larangan makan pisang dan buah pepaya untuk gadis remaja,
padahal buah-buahan tersebut merupakan sumber vitamin yang baik.
(Yulrina Ardhiyanti dan Risa Pitriani , 2014).
e. Budaya dan Keyakinan
10
Adanya budaya dan keyakinan yang salah dalam lingkungan
masyarakat tertentu dalam mengonsumsi makanan menimbulkan tidak
adekuatnya status nutrisi. (Hidayat, AA, 2016).
f. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makan, sehingga tubuh tidak dapat
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. (Hidayat, AA,
2016).
g. Kemampuan Ekonomi atau tersedianya dana
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi
karenakarena penyediaan makanan bergizi membutuhkan penandaan
yang tidak sedikit. Status ekonomi sangat berpengaruh dalam
perubahan status gizi. Penyediaan makanan bergizi membutuhkan
dana yang tidak sedikit, sehingga perubahan status gizi sangat
dipengaruhi oleh status ekonomi. Status ekonomi yang kurang
biasanya kesulitan dalam penyediaan makanan bergizi dan status
ekonomi yang cukup lebih mudah untuk menyediakan makanan yang
bergizi. (Yulrina Ardhiyanti dan Risa Pitriani , 2014). Kemiskinan
menimbulkan daya beli makanan menjadi berkurang dengan demikian
intake makanan juga otomatis berkurang. Pemenuhan kebutuhan
nutrisi juga akan terganggu (Hidayat, AA, 2016).
h. Penggunaan obat-obatan dan interaksi nutrisi
Penggunaan obat-obatan dalam jangka lama menimbulkan komplikasi
yang dapat menghambat intake makanan maupun absorpsi nutrient.
(Hidayat, AA, 2016).
i. Jenis Kelamin
Kebutuhan nutrisi laki-laki dengan perempuan berbeda. (Hidayat, AA,
2016).
j. Pembedahan
Keadaan luka dan proses penyembuhan luka, membutuhkan lebih
banyak nutrient (Hidayat, AA, 2016).
k. Kanker dan pengobatan kanker
Kanker merupakan kondisi di mana sel-sel berpoliferasi dengan cepat
dan tidak terkendali (Hidayat, AA, 2016).
l. Penggunaan alcohol
11
Alkohol mempunyai efek tidak nafsu makan sehingga kebutuhan
nutrisi akan berkurang (Hidayat, AA, 2016).
m. Status psikologi
Respons stress pada individu berbeda, ada individu yang mengalami
stress akan meningkatkan nafsu makan, namun juga sebaliknya tidak
nafsu makan (Hidayat, AA, 2016).
a. Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan
akibat ketidak cukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme
(Alimun, 2019). Menurut Aziz Alimul H (2019), tanda klinis pasien
dengan gangguan kekurangan nutrisi yaitu :
1) Berat badan 10-20% dibawah normal.
3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.
5) Adanya penurunan albumin serum.
6) Adanya penurunan transferin.
Menurut Aziz Alimul H (2019), kemungkinan penyebab kekurangan
nutrisi, yaitu :
1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam rencana kalori
akibat penyakit infeksi atau kanker.
2) Disfagia karena adanya kelainan persyaratan.
3) Penurunan absorsi nutrisi akibat penyakit intalerasi laktosa.
4) Nafsu makan menurun.
b. Kelebihan nutrisi.
Kelebihan nutrisi merupakan atau keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai peningkatan resiko berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebihan (Alimun, 2019). Menurut Aziz Alimul H
tahun 2019 tanda klinis kelebihan nutrisi, yaitu :
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal.
12
2) Obesitas
3) Lipatan kulit trisep dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita.
4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan.
5) Aktivitas menurun atau monoton.
a. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat bdan yang
mencapai lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya
adalah melebihin kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan
kalori dan penurunan dalam penggunan kalori.
b. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan
dengan zat gizi. Pada tingkat selular atau dapat dikatakan sebagai
masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan
yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya
kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran
mukosa, konjungtiva dan lain-lain.
c. Diabetes militus
Diabetes militus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai
dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan
insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
d. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kurang insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
e. Penyakit jantung korener
Merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan oleh adanya
peningkatan kolestrol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering
dialami karena adnya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas
dan lain-lain.
f. Anoroksia nervosa
13
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan
badan, nyeri abdomen, kedinginan, elergi, dan kelebihan energi.
E. Penatalaksanaan
A. PENGKAJIAN
14
informasi tentang status nutrisi dan untuk menentukan adanya masalah
kebutuhan nutrisi (Ahmad & Nita, 2013).
1. Identitas
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung jawab. Berisi nama, umur,
alamat, pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : keluhan yang paling dirasakan oleh klien pada saat
dilakukan pengkajian secara subjektif.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang: keluhan yang dirasakan oleh pasien sesuai
dengan gejala-gejala yang ada sampai pasien dirawat di ruangan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu: riwayat yang pernah dialami pasien dahulu.
d. Riwayat kesehatan Keluarga: Informasi tentang kesehatan keluarga,
termasuk penyakit kronik (menahun/terus-menerus), seperti diabetes
millitus dan jatung, infeksi seperti tuberkulosis dan hepatitis.
3. Pengkajian Pola Fungsional
Menurut Gordon atau Virginia Henderson
1. Pengkajian Pola Fungsional (Virginia Henderson)
a. Pola bernafas dengan normal
Bagaimana irama, kedalaman, frekuensi, keteraturan
bernafas, menggunakan alat bantu pernafasan atau tidak,
adakah retraksi intercosta, adakah sesak nafas, hal-hal yang
dapat mengurangi atau memperberat sesak nafas.
b. Pola nutrisi
Berapa kali makan dalam sehari, makanan kesukaan, berat
badan sebelum dan sesudah sakit, frekuensi dan kuantitas
minum sehari. Apakah terdapat penurunan
a) Berat badan menurut umur BB/U
b) Tinggi badan menurut umurTB/U
c) Berat badan menurut tinggi badan BB/TB
d) Lingkar lengan atas menurut umur LILA/U
c. Pola eliminasi
Frekuensi dan kuantitas BAB sehari, adakah gangguan
dalam BAB, adakah nyeri saat BAB
15
d. Pola keseimbangan dan gerak
Bagaimana pola keseimbangan gerak dan aktivitas klien
(ADL : Acctivity Daily Living), skala ketergantungan ada
atau tidak, berapa kekuatan otot, ada gangguan berjalan atau
tidak.
e. Pola istirahat dan tidur
Jam berapa pasien mulai tidur, jumlah dan kualitas tidur
klien, apa kebiasaan menjelang klien tidur.
f. Pola mempertahankan temperatur tubuh
Apa kebiasaan klien dalam mempertahankan temperatur
tubuh?
g. Pola personal hygiene
Bagaimana pemenuhan kebutuhan personal hygiene klien
(mandi, gosok gigi, keramas, potong kuku), berapa hari
sekali/berapa minggu sekali, menggunakan bantuan atau tidak
saat melakukan personal hygiene.
h. Pola komunikasi
Bagaimana komunikasi klien dengan orang lain, jenis
komunikasi yang dilakukan, penggunaan bahasa dan
kejelasan.
i. Pola spiritual
Bagaimana klien dalam menjalankan ibadahnya, agama
atau kepercayaan yang dianut klien, bagaimana mekanisme
koping klien dalam menghadapi masalah kesehatan yang
berhubungan dengan kepercayaan yang dianut klien.
j. Pola berpakaian dan memilih pakaian
Bagaimana pola berpakaian klien (keserasian, waktu, dan
cara) jenis pakaian yang disukai atau tidak disukai klien.
k. Pola rasa aman dan nyaman
Adakah nyeri? Jika ada jelaskan hasil pengkajian nyeri .
l. Pola kebutuhan bekerja
Apa pekerjaan klien, apakah klien mampu melakukan
pekerjaannya, kapan waktu kerja (jam kerja).
m. Pola kebutuhan rekreasi
16
Apa hal-hal yang dilakukan klien untuk menghilangkan
kebodanan atau kejenuhan seperti nonton tv, mendengarkan
radio, jalan-jalan, dan lain-lain.
n. Pola kebutuhan belajar
Bagaimana persepsi klien terhadap kesehatannya atau
penyakitnya, sejauh mana pengetahuan kluen tentang
penyakitnya.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
2. General Appearance/Penampilan umum
3. Tingkat kesadaran
1. Kualitatif (composmentis, apatis, somnolen, sopor,
koma, delirium)
2. Kuantitatif (GCS : Glascow Coma Scale)
E = Eye M = Motorik V =
Verbal
b. Tanda – Tanda Vital
e. Temperatur : Kekurangan volume cairan : < 36-37
°C
Kelebihan volume cairan : > 35-36 °C
f. Tekanan darah : Kekurangan volume cairan : <
120/80
Kelebihan volume cairan : >120/80
atau tetap
g. Nadi : Kekurangan volume cairan : <60-
100x/mnt
Kelebihan volume cairan : > 100
x/mnt
h. Pernafasan : Kekurangan volume cairan : >24
x/mnt
Kelebihan volume cairan : <16-24
x/mnt
d. Pemeriksaan Antropometri
1) Tinggi Badan (TB) :
2) Berat Badan (BB) :
17
3) LIngkar Lengan Atas (LILA) :
4) Indeks Masa Tubuh (IMT) : BB(kg)/TB (m) 2
e. Kepala
1) Bentuk Kepala
Simetrs?, Merata muka dan tenggorokan? Mesochepal
(bentuk)?
3) Mata
Konjungtiva (anemis/tidak)?, sklera ikterik/tidak?, pupil
isokor atau anisokor?, diametric pupil?, reflek pupil
terhadap cahaya?, simetris?, bentuk?, konvergensi?,
gerakan ekstaokuler mata?, lapang pandang?,
visus/ketajaman penglihatan?, memakai alat bantu
penglihatan?
4) Hidung
Saluran hidung lapang/ada sumbatan?, septum hidung
utuh?, epitaksis?, terpasang O2?
5) Telinga
Bentuk simetris?, terdapat penumpukan serumen?, respon
pendengar?, memakai alat bantu pendengar?
6) Mulut
Keadaan lidah lembab/tidak?, kondisi lidah (pucat,
simetris, gerakan, papil ulus)?, gigi (karies, keutuhan,
gigi)?, gusi (pendarahan, lesi, warna)?, bibir (lesi, kering,
lembab)?, tonsil (pembesaran)?
7) Leher
Adakah pembesaran getah bening, kelenjar tiroid?,
adakah nyeri tekan?
f. Dada/ Thorax
18
1) Paru paru
Inspeksi : Bentuk, kesimetrisan, retraksi intercostal
Palpasi : Vocal fremitus, vibrasi, pengembangan
paru simetris?
Perkusi : Bunyi sonor ( gangguan : hipersonor, redup,
dll)
Auskultasi :Bunyi napas normal (vesikuler,
bronkovesikuler), atau bunyi nafas tambahan
(ronki, wheezing, krekels, dll).
2) Jantung
Inspeksi : Bentuk precordium simetris/tidak, iktus
cordis tampak/tidak?ada tidaknya
denyutan di ICS kanan dan kiri.
Palpasi : Ketukan area ujung jantung untuk mengetahui
pembesaran jantung/tidak, iktus
normal dapat teraba pada ruang
intercostal kiri V.
Perkusi : Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru
ke redup relatif, kita tetapkan sebagai
batas jantung kiri.
Auskultasi : Terdapat mumur?bising jantung apa tidak.
g. Abdomen
Ada lesi atau tidak, suara bising usus
• Inpeksi : simetris, tidak ada benjolan.
• Palpasi : Nyeri tekan pada abdomen.
• Perkusi : Normal tidak ada gangguan.
• Auskultasi : Tidak terdengar bising usus.
h. Genito Urinari : kebersihan, apakah terpasang DC/ kateter.
i. Anus : adakah benjolan/ penonjolan pada
anus.
j. Ekstermitas
a. Superior :
19
Kekuatan otot berapa, ada deformitas atau tidak, ada
kelainan bawaan atau tidak, akral hangat atau dingin,
adakah varises, adakah oedem.
b. Inferior :
Kuku dan kulit : Warna, kelembaban, suhu, tekstur,
turgor, adakah lesi, gangguan pigmentasi kulit, warna
dasar kulit, sudut antara kuku dan dasar kuku, kokoh
tidaknya dasar kuku, sirkulasi dan pengisian kapiler
(Campilary Refill Time : CRT) berapa detik?
4. Data Penunjang
Meliputi pemeriksaan laboratorium, terapi dan pengobatan dan pemeriksaan
diagnostik.
3. A (Antropometrik)
Antropometrik ini merupakan ukuran tubuh yang terdiri dari berat badan ,
tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan tebal lemak dibawah
kulit.
4. B (Biochemical)
Adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan
pada berbagai macam jaringan tubuh yang liputi : darah, urine, tinja, dan
juga untuk menentukan HB dan hemaboksit, total limposit, dan trombosit.
5. C (Clinis)
Adalah metode yang sangat penting untuk memulai status gizi masyarakat.
6. D (Diet)
Adalah pilihan makan yang lazim dimakan seseorang atau populasi penduduk.
Area Tanda-Tanda Normal Tanda-Tanda
Abnormal (Malnutrisi)
Pemeriksaan
20
(undereight).
21
abnormal (tidak
teratur).
22
23
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis (Keengganan untuk makan) (D. 0019)
C. Intervensi Keperawatan
(D. 0019)
Observasi : Rasional :
Terapeutik : Rasional :
24
3. Berikan makanan tinggi kalori konstipasi
dan tinggi protein
3. Menambah energi pasien
4. Berikan suplemen makanan, jika
4. Untuk memaksimalkan asupan
diperlukan
nutrisi pasien
Edukasi : Rasional :
Kolaborasi : Rasional :
Observasi
Terapeutik
25
- Jaga kebersihan tempat tidur dan pakaian
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
26
1) Pemberian analgetik , bila perlu
D. Implementasi
a. Pendidikan kesehatan
Perawat memegang peranan penting dalam memberikan pendidikan
kesehatan tentang nutrisi yang sesuai dengan kesehatan pada klien.
Pendidikan kesehatan yang diberikan dapat menggunakan alat bantu/media
seperti piramida makanan, karena dengan menggunakan media kita dapat
menjelaskan mengenai pilihan makanan yang sehat, perencanaan menu dan
pola diet.
b. Pemberian diet yang sesuai
Pada klien dengan penyakit tertentu, pemberian nutrisi harus dimodifikasi
sesuai dengan kondisi klien. Misalnya saja : Pada penyakit gastrointestinal,
klien harus menghindari makanan yang dapat meningkatkan produksi asam
lambung. Pada penyakit kardiovaskuler, klien harus menghindari makanan
yang mengandung lemak jenuh.
c. Pemberian bentuk makanan yang sesuai
Pemberian bentuk makanan harus disesuaikan dengan kondisi pasien.
d. Upaya peningkatan nafsu makan klien
Makanan yang telah menjadi dingin atau makanan dingin yang tidak
dihangatkan dapat menurunkan nafsu makan.
e. Membantu klien untuk makan
Orang dewasa yang dibantu makan oleh orang lain dapat memberikan
persepsi yang beraneka ragam bagi dirinya sendiri.
E. Evaluasi Keperawatan
27
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam :
28
DAFTAR PUSTAKA
Phaways nyeri
29
30