Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA PADA

ANAK

Oleh:

OLEH :

I PUTU ERWIN EKA PURNAMA


NIM : P07120017106

TINGKAT 2.3
DIII KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. PENGERTIAN

Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang


memiliki pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area ter-
lokalisasi di dalam bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C, 2002). Bronkopneumonia menurut
Ngastiyah (1997) merupakan salah satu pembagian dari pneumonia menu-
rut dasar anatomis. Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat dise-
babkan oleh bermacam-macam, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-
benda asing (Ngastiyah, 1997).
Pneumonia merupakan peradangan alveoli atau pada parenchim
paru yg umumnya terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2001). Pneumonia
ialah suatu peradangan yg mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yg mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta dapat
menimbulkan konsolidasi jaringan paru & menimbulkan gangguan per-
tukaran gas setempat. (Zul, 2001).

2. ETIOLOGI
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan
karena adanya penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh ter-
hadap virulensi organisme patogen. Orang yg normal dan sehat mempun-
yai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yg terdiri
atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg meng-
gerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus,  ja-
mur, protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M.
Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1.Virus : Legionella pneumoniae
2.Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
3.Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
4.Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paru-paru
5.Terjadi karena kongesti paru yang lama.

3. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorgan-


isme (jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti
hidrokarbon (bensin, minyak tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi (ma-
suknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnya mikroorganisme
dapat masuk melalui percikan ludah (droplet) infasi ini dapat masuk ke
saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh.
Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini
tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada pen-
derita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama
sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi se-
makin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di
bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru & meng-
ganggu sistem pertukaran gas di paru. Tidak Hanya menginfeksi saluran
napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa
oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi
agen patogen sehingga timbul masalah GI tract.
Pathway
4. KLASIFIKASI

Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :


1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit
pernafasan umum & dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia.
Pneumonia Streptococal ialah suatu  organisme penyebab umum.
Type pneumonia ini umumnya menimpa kalangan anak-anak atau
kalangan orang lanjut usia
2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia
nosokomial. Organisme seperti ini ialah suatu  aeruginisa
pseudomonas. Klibseilla / aureus stapilococcus, ialah bakteri umum
penyebab hospital acquired pneumonia.
3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan
organisme, bukan cuma menurut lokasi anatominya.
4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari
agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat
mengidentifikasikan organisme perusak.(Reeves, 2001).

5. GEJALA KLINIS

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di salu-


ran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, pen-
derita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti
menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemera-
han, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis
(Barbara C. long, 1996). Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit
dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksu-
dat).
Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:
1.   Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a.  Nyeri pleuritik
b.  Nafas dangkal dan mendengkur
c.  Takipnea
2.   Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a.  Mengecil, kemudian menjadi hilang
b.  Krekels, ronki,
c.  Gerakan dada tidak simetris
3.   Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
4.   Diafoesis
5.   Anoreksia
6.   Malaise
7.   Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat
8.   Gelisah
9.   Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
10. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati (Martin
tucker, Susan. 2000)

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:


1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukosito-
sis ( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001:
684).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta
tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long,
1996 : 435).
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan sta-
tus asam basa (Sandra M, Nettina, 2001 : 684).
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina 2001 : 684).

2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada in-
feksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali di-
jumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C,
Long, 1996 : 435).
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).

7. TERAPI/TINDAKAN PENANGANAN

1. Terapi oksigen (O2)


2. Antibiotic seperti ; penisilin,  kindomisin, eritromicin, dan sefalosforin.
Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada
penderita yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi antibi-
otic. Pemilihan jenis antibiotic didasarkan atas umur, keadaan umum
penderita dan dugaan kuman penyebab.
a. Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh Strep-
tokokus pneumonia, Hemofilus influenza atau Stafilokokus. Pada
umumnya tidak dapat diketahui kuman penyebabnya, maka secara
praktis dipakai :
Kombinasi :
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari,
dan Kloramfenikol 50-100mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.
atau kombinasi :
Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Klok-
sasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari.
atau kombinasi :
Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol
(dosis sda).
b. Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumo-
nia, Stafilokokus atau Entero bacteriaceae.
Kombinasi :  
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari,
dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
atau kombinasi :
Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin
5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak lebih 3 bulan dengan
malnutrisi berat atau penderita immunocompromized.
c. Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :
Streptokokus pneumonia :
- Penisilin prokain IM atau
- Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral, 4 kali se-
hari atau
- Eritromisin (dosis sda) atau
- Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.
Mikoplasma pneumonia : Eritromisin (dosis sda).
d. Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat
(misalnya alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu di-
lakukan reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotic lain.
e. Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada :
- kemajuan klinis penderita
- jenis kuman penyebab
3. Nebulizer, agar dapat mengencerkan dahak yang kental dan pemberian
bronkodilator.
4. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan therapy er-
itromicin 4x 500 mg / hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.
5. Istirahat yang cukup.

8. KOMPLIKASI

1. Emfisema : terdapatnya pus pada rongga pleura.


2. Atelektasis     : pengembangan paru yang tidak sempurna.
3. Abses paru        : pengumpulan pus pada jaringan paru yg men-
galami peradangan.
4. Meningitis         : peradangan pada selaput otak.
5. Infeksi sistomik
6. Endokarditis     : peradangan pada endokardium.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian Fokus
a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun
pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2
tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. Pen-
derita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperin-
flasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas krekels, warna kulit
pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat
merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/
asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok.

Pola Pengkajian
1. Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama mini-
mum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi spu-
tum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali Riwayat pneumonia beru-
lang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka
panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu,
batubara, room katun, serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam
hari atau terus -menerus.
Tanda :
Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot
bantu pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula,
melebarkan hidung).
Dada :
Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk
barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keselu-
ruhan.

2. Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi vena
leher (penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan
penyakit jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan pen-
ingkatan diameter AP dada). Warna kulit / membrane mukosa : normal
atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.

3. Makanan / cairan
Gejala :
Mual / muntah.
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda :
Turgor kulit buruk.
Berkeringat.
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.

4. Aktifitas / istirahat
Gejala :
Keletihan, keletihan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari
karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.
Tanda :
Keletihan.
Gelisah/ insomnia.
Kelemahan umum / kehilangan masa otot.
5. Integritas ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko.
Tanda :
Perubahan pola hidup.
Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

6. Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan
melakukan aktifitas sehari- hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
7. Keamanan
Gejala :
Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor
lingkungan.
Adanya infeksi berulang.

2. DIAGNOSE KEPERAWATAN

1.      Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pen-


ingkatan produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidake-
fektifan batuk. 

2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada


jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis,
PaO2 menurun, sesak nafas. 

3.      Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran


nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba
panas. 

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keper- Tujuan Intervensi Rasional


awatan Keperawatan
1 Ketidak efektifan Setelah di- a. Observasi a. Member in-
bersihan jalan lakukan asuhan TTV terutama formasi ten-
nafas berhubun- keperawatan respiratory tang pola per-
gan dengan pen- selama (…x…) rate  nafasan
ingkatan produksi diharapkan b. Auskultasi pasien,
sputum ditandai jalan nafas area dada atau tekanan darah,
dengan adanya pasien efektif paru, catat nadi, suhu
ronchi, dan keti- dengan Krite- hasil pemerik- pasien.
dakefektifan ria hasil : jalan saan  b. Crekcels,
batuk. nafas paten, c. Latih pasien ronkhi dan
tidak ada bunyi batuk efektif mengi dapat
nafas tamba- dan nafas terdengar saat
han, tidak dalam  inspirasi dan
sesak, RR nor- d. Lakukan suc- ekspirasi pada
mal (35-40x/ tion sesuai in- tempat kon-
menit), tidak dikasi solidasi spu-
ada penggu- e. Memberi po- tum
naan otot bantu sisi semi- c. Memudahkan
nafas, tidak ada fowler atau bersihan jalan
pernafasan cup- supinasi den- nafas dan
ing hidung gan elevasi ekspansi mak-
kepala  simum paru
f. Anjurkan d. Mengeluarkan
pasien minum sputum pada
air hangat  pasien tidak
sadar atau
Kolaborasi : tidak mampu
g. Bantu men- batuk efektif
gawasi efek e. Meningkatkan
pengobatan ekspansi paru
nebulizer dan f. Air hangat da-
fisioterapi pat memu-
nafas lainnya. dahkan pen-
h. Berikan obat geluaran se-
sesuai in- cret
dikasi, seperti g. Memudahkan
mukolitik, ek- pengenceran
spektoran, dan pembuan-
bronkodilator, gan secret
analgesic h. Proses
i. Berikan medikamen-
O2 lembab tosa dan
sesuai in- membantu
mengurangi
dikasi
bronkospasme
i. Mengurangi
distress respi-
rasi

2 Gangguan per- Setelah di- a. Kaji a. Memberi in-


tukaran gas lakukan asuhan frekuensi, formasi ten-
berhubungan den- (..x..) diharap- kedalaman, tang perna-
gan proses infeksi kan ventilasi kemudahan pasan pasien.
pada jaringan paru pasien tidak bernapas b. Kebiruan me-
(perubahan mem- terganggu den- pasien. nunjukkan
brane alveoli) di- gan b. Observasi sianosis.
tandai dengan warna kulit, c. Untuk mem-
sianosis, Kriteria membran buat pasien
PaO2 menurun, Hasil : GDA mukosa bibir. lebih nyaman.
sesak nafas dalam rentang c. Berikan d. Meningkatkan
normal ( PO2 = lingkungan inspirasi dan
80 – 100 sejuk, nya- pengeluaran
mmHg, PCO2 man, ventilasi sekret.
= 35 – 45 cukup. e. Mencegah ter-
mmHg, pH = d. Tinggikan lalu letih.
7,35 – 7,45, kepala, an- f. Mengevaluasi
SaO2 = 95 – 99 jurkan napas proses
%), tidak ada dalam dan penyakit dan
sianosis, pasien batuk efektif. mengurangi
tidak sesak dan e. Pertahankan distres respi-
rileks. istirahat tidur. rasi.
f. Kolabo-
rasikan pem-
berian oksi-
gen dan pe-
meriksaan lab
(GDA)
3 Hipertermi a. Kaji suhu a. Data untuk
berhubungan den- tubuh pasien menentukan
gan inflamasi ter- b. Pertahankan intervensi
hadap infeksi lingkungan b. Menurunkan
saluran nafas di- tetap sejuk suhu tubuh se-
tandai dengan c. Berikan kom- cara radiasi
peningkatan suhu pres hangat c. Menurunkan
tubuh, mengigil, basah pada suhu tubuh se-
akral teraba Setelah di- ketiak, lipatan cara konduksi
panas.  lakukan asuhan paha, kening d. Peningkatan
keperawatan (untuk sug- suhu tubuh
selama (...x...) esti) mengaki-
diharapkan d. Anjurkan batkan pen-
suhu pasien tu- pasien untuk guapan cairan
run atau normal banyak tubuh
(36,5 – 37,5°C) minum meningkat,
dengan Krite- e. Anjurkan sehingga di-
ria Hasil: mengenakan imbangi den-
pasien tidak ge- pakaian yang gan intake
lisah, pasien minimal atau cairan yang
tidak meng- tipis banyak
gigil, akral ter- f. Berikan an- e. Pakaian yang
aba hangat, tipiretik tipis mengu-
warna kulit sesuai in- rangi pengua-
tidak ada ke- dikasi pan cairan
merahan. g. Berikan an- tubuh
timikroba jika f. Antipiretik
disarankan efektif untuk
menurunkan
demam
g. Mengobati or-
ganisme
penyebab

4.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.academia.edu/30065493/LAPORAN_PENDAHULUAN_BRON -
CHOPNEUMONIA_YYN diakses pada tanggal 23 April 2019
2. https://www.academia.edu/30852653/LAPORAN_PENDAHULUAN_BRON -
CHOPNEUMONIA diakses pada tanggal 23 April 2019
3. https://www.academia.edu/34538376/
LAPORAN_PENDAHULUAN_BRONKOPNEUMONIA_PADA_ANAK diakses
pada tanggal 23 April 2019
Denpasar,......................................2019

Mengetahui, Mahasiswa
Pembimbing Praktik/CI

(……………………………………) I Putu Erwin Eka Purnama

NIP. NIM. P07120017106

Mengetahui,
Pembimbing Akademik/CT

(………………………………………)

NI

Anda mungkin juga menyukai