Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK BRONKOPNEUMONIA

Dosen Pembimbing :

Ns. Kurnia Wijayanti., M.Kep.

Disusun Oleh :

Anik Restiawati

30901800014

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2019/2020

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK

A. PENGERTIAN
Bronkopneumia disebut juga pneumonia loburalis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai
alveolus disekitarnya, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi sperti bakteri,
virus, jamur, dan benda-benda asing (Bennete, 2013).
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai
alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan
oleh bermacammacam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga
sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih
sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya
tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-
anak dan orang dewasa (Bradley et.al.,2011).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab
non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011).

B. KLASIFIKASI

Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :


1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan umum &
dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia Streptococal ialah suatu
organisme penyebab umum. Type pneumonia ini umumnya menimpa kalangan anak-
anak atau kalangan orang lanjut usia

2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial.


Organisme seperti ini ialah suatu aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus
stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.

3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Saat Ini
ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma menurut lokasi
anatominya.

4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen


penyebabnya,kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan organisme
perusak.(Reeves,2001).

C. ETIOLOGI
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (virus, bekteri,
jamur), dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin,
atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung kedalam saluran
pernafasan (aspirasi). Berbagai penyebab bronkopneumonia tersebut dikelompokan
berdasarkan golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya
(komplikasi). Mkroorganisme tersering sebagai penyebab bronkopneumonia adalah virus
dan bakteri yaitu Diplococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Virus Influenza.
Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian terjadi
penyebaran mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru dan
sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah (Misnadiarly, 2008).
Menurut Mansjoer (2008), etiologi terjadinya pneumonia diantaranya:
1. Bakteri

a. Pneumotorakokus, merupakan penyebab utama pneumonia. Pada orang dewasa


umumnya disebabkan oleh pneumokokus serotype 1 sampai dengan 8. Sedangkan
pada anak-anak serotype 14, 1, 6, dan 9. Insiden meningkat pada usia lebih kecil 4
tahun dan menurun dengan meningkatnya umur.
b. Steptokokus, sering merupakan komlikasi dari penyakit virus lain, seperti mobildan
varisela atau komlikasi penyakit kuman lainnya seperti pertusis, pneumonia oleh
pnemokokus.
c. Himiphilus influenza, pneumokokus aureginosa, tuberculosa.

d. Streptokokus, lebih banyak pada anak-anak dan bersifat progresif, resisten terhadap
pengobatan dan sering menimbulkan komplikasi seperti : abses paru, empiema,
tension pneumotoraks

2. Virus
Virus respiratory syncytial, virus influenza, virus adeno, virus sistomegalik.
3. Aspirasi
Makanan, pada tetanus neonatorum, benda asing, koreson.
4. Pneumonia hipostatik
Penyakit ini disebabkan tidur terlentang terlalu lama, missal pada anak sakit dengan
kesadaran menurun.
5. Jamur
Histoplasmamosis capsultatum candi dan abicans,biastomokasis, kalsedis mikosis,
aspergilosis dan aktino mikosis.

6. Tanda empiema berupa perkusi pekak, nyeri dada, kaku kuduk, nyeri abdomen.
7. Infeksi ekstrapulmonal.

D. TANDA DAN GEJALA

1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel,
gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
2. Gejala umum pernafasan bahwa berupa batuk buruk, ekspektorasi sputum, cuping
hidung, sesak, sianosis.
3. Tanda pneumonia berupa peningkatan frekuensi nafas, suara nafas melemah,
ronchi, wheezing.
4. Tanda empiema berupa perkusi pekak, nyeri dada, kaku kuduk, nyeri
5. Infeksi ekstrapulmonal.
E. ANATOMI FISIOLOGI

Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada saat
yang sama melepaskan produk oksidasinya Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan
hydrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan sendiri proses
metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangn dalam bentuk
karbondioksida dan air dihilangkan.
Pernafasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas didalam jaringan
atau “pernapasan dalam” dan didalam paru-paru atau “pernapasan luar”.
Udara ditarik kedalam paru-paru pada waktu menarik napas dan didorong keluar paru-
paru pada waktu mengeluarkan napas (Pierce, 2009).
Anatomi
Struktur tubuh yang berperan dalam sistem pernafasan :
a. Saluran pernafasan bagian atas, antara lain :
1) Hidung (Nasal)
2) Faring (Tekak)
3) Laring (Pangkal Temggorokan)
b. Saluran pernafasan bagian bawah, antara lain :
1) Trakea (Batang Tnggorokan)
2) Bronkus (Cabang Tenggorokan )
3) Paru-paru
F. Pathway
G. PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan Laboratoriuma.

a. Leukosit meningkat mencapai 15.000-40.000/mm3

b. Laju endap darah meningkat mencapai 100mm

c. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat adanya albumin urin
ringanlantaran adanya peningkatan suhu tubuh.

d. ASTO meningkat pada adanya infeksi streptococcus.

e. GDA menunjukkan adanya hipoksemia tanpa hiperkapnea atau sebuah retensi


CO22.

2. Pemeriksaan Radiologi

Tampak adanya bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

H. Penatalaksanaan

1. Terapi oksigen (O2)

2. Antibiotic seperti ; penisilin, kindomisin, eritromicin, dan sefalosforin.Pada penyakit


yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada penderita yangrawat inap
(penyakit berat) harus segera diberi antibiotic. Pemilihan jenis antibioticdidasarkan
atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman penyebab.

a. Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh Streptokokus


pneumonia,Hemofilus influenza atau Stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat
diketahui kuman penyebabnya, maka secara praktis dipakai :Kombinasi :Penisilin
prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, danKloramfenikol 50-
100mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.atau kombinasi :Ampisilin 50-100 mg/kg/24
jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari.atau
kombinasi :Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol
(dosis sda).

b. Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia,


Stafilokokusatau Entero bacteriaceae.Kombinasi :Penisilin prokain 50.000-100.000
KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali
sehari.atau kombinasi :Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan
Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam,2-3 kali sehari.Kombinasi ini juga diberikan pada
anak-anak lebih 3 bulan dengan malnutrisi beratatau penderita immune
compromized. Immune compromised

c. Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :Streptokokus
pneumonia :

 Penisilin prokain IM atau

 Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral, 4 kali sehari atau

 Eritromisin (dosis sda) atau

 Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.

 Mikoplasma pneumonia : Eritromisin (dosis sda)

d. Bila kuman penyebab dapat diisoalasi atau terjadi efek samping obat (misalnya
alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan reevaluasi apakah
perludipilih antibiotic lain.

e. Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada :

 kemajuan klinis penderita

 -jenis kuman penyebab

3. Nebulizer, agar dapat mengencerkan dahak yang kental dan pemberian bronkodilator.

4. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan therapy eritromicin 4x 500


mg/ hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.

5. Istirahat yang cukup.

I. PENCEGAHAN

1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang
berpotensi terjadinya penularaN.

2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA


3. Membiasakan melakukan pemberian ASI

4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak
dansesak pada anak.

5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

J. KOMPLIKASI

1. Emfisema : terdapatnya pus pada rongga pleura.

2. Atelektasis : pengembangan paru yang tidak sempurna.

3. Abses paru : pengumpulan pus pada jaringan paru yg mengalami peradangan.

4. Meningitis : peradangan pada selaput otak.

5. Infeksi sistomik

6. Endokarditis : peradangan pada endokardium.

K. ASUHAN KEPERAWATAN

I. Fokus Pengkajian
1. Keluhan utama : sesak nafas
2. Riwayat penyakit
a. Pneumonia virus : ditandai gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk renitis dan
batuk, serta suhu tubuh lebih rendah dari pneumonia bakteri
b. Pneumonia bakteri : ditandai oleh infeksi saluran pernafasan akut atau bawah dalam
beberapa hari hingga seminggu, suhu tubuh tinggi, batuk, kesulitan bernafas.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Sering menderita penyakit pernafasan bagian atas, riwayat penyakit peradangan
pernafasan dengan gejala bertahap panjang dan lama yang disertai wheezing.
4. Pengkajian fisik
a. Insperksi : perlu diperhatikan adanya takipnea, dypsnea, sianosis sirkumoral,
pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non
produktif menjadi produktif, serta nyeri dada waktu bernafas, adanya
retraksi dinding dada.
b. Palpasi : hati mungkin akan membesar, flemitus raba mungkin meningkat pada
sisi yang sakit dan megalami peningkatan denyut nadi.
c. Perkusi : suara redup pada sisi yang sakit

d. Auskultasi : pada pneumonia akan terdengar stridor suara nafas berjurang,


terdengar suara nafas tambahan atau ronchi, kadang- kadang terdengar
bising gesek pleura.
5. Data fokus
a. Pernafasan
a) Gejala : takipnea, dipsnea, pernafasan dangkal
b) Tanda : bunyi nafas ronchi, halus, wajah pucat atau sianosis
bibir atau kulit
b. Aktivitas atau istirahat
a) Gejala : kelemahan, keleehan insomnia
b) Tanda : penurunan intoleransi aktivtas, letargi
c. Integritas ego : banyaknya stressor
d. Makanan atau cairan
a) Gejala : kehilanngan nafsu makan, mual, muntah
b) Tanda : distensi abdomen, hiperperistaltik usus, kulit kering.
e. Nyeri dan kenyamanan
a) Gejala : sakit kepala, nyeri dada, maligna
b) Tanda : melindungi area yang sakit

II. Prioritas Masalah


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. peningkatan produksi sputum

2. Pola nafas tidak efektif b.d. hiperventilasi


3. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran alveolar kapiler
4. Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. mual muntah
III. Intervensi Keperawatan
Diagnose I : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. peningkatan produksi
sputum
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan bersihan jalan nafas efektif, dengan kriteria hasil :
1. Menunjukkan jalan nafas yang paten
2. Tidak ada suara nafas tambahan
3. TTV dalam batas normal Intervensi :
NIC :

Arway management

1. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan


2. Ajarkan klien batuk efektif untuk memudahkan mengeluarkan secret
3. Berikan O2 nasal canul
4. Gunakan alat yang steril dalam setiap tindakan
5. Anjurkan klien untuk istirahat dan nafas dalam

6. Monitor status oksigen pasien


7. Posisikan klien dalam posisi yang nyaman (semi flowler)
8. Identifikasi klien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
9. Pasang mayo bila perlu
10. Lakukan suction pada mayo
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
12. Monitor rspirasi dan status O2

Diagnose II : Pola nafas tidak efektif b.d. hiperventilasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam


diharapkan pola nafas efektif. Dengan kriteria hasil :
1. Menunjukkan suara nafas yang bersih
2. TTV dalam batas normal
3. Menunjukkan jalan nafas yang paten

NIC
Airway and Vital Sign Management

1. Posisikan pasien kedalam semiflowler untuk memaksimalkan ventilasi


2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat bantu jalan nafas
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Ajarkan teknik nafas dalam
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
7. Pertahankan jalan nafas yang paten

8. Beri O2 sesuai kebutuhan menggunakan nasal canul


9. Monitor repirasi dan status O2
10. Monitor TTV
11. Monitor suara paru
12. Monitor pola pernafasan abnormal
13. Monitor warna dan kelembapan kulit

Diagnose III : Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran alveolar


kapiler

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam


diharapkan tidak adanya gangguan pertukaran gas. Dengan kriteria hasil :

1. TTV dalam batas normal


2. Menunjukkan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
3. Menunjukkan tidak ada suara nafas tambahan
Intervensi :

NIC

Airway management

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi


2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat nafas buatan
3. Pasang mayo bila perlu
4. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
5. Ajarkan klien melakukan nafas dalam untuk mengeluarkan secret

6. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan


7. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
8. Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring

1. Monitor rata-rata kedalaman, irama, dan respirasi


2. Catat pergerakan dada, anati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan intercostals
3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipena, takipnea, kussmaul, hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
5. Monitor kelemahan otot diafragma (gerakan paradoksis)
6. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
7. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan nafas utama
8. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

Diagnose IV : Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan

Tujuan : setelah dilakuka tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam


diharapkan klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Dengan kriteria
hasil :

1. Mampu melakukan aktivitas secara mandiri


2. TTV dalam batas normal

3. Mampu berpindah : dengan atau tanpa alat bantuan


4. Status sirkulasi baik
5. Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
Intervensi :
NIC
Activity therapy

1. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan


2. Monitor aktivitas klien
3. Monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual
4. Anjurkan keluarga klien untuk selalu didekat klien
5. Ajarkan klien untuk melakukan aktivitas yang ringan terlebih dahulu
6. Kolaborasikan dengan tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat
7. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi, dan social
8. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
9. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
10. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
11. Bantu pasien / keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam aktivitas
12. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

13. Mampu berpindah : dengan atau tanpa alat bantuan


14. Status sirkulasi baik
15. Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi
adekuat Intervensi :
NIC

Activity therapy

1. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan


2. Monitor aktivitas klien
3. Monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual
4. Anjurkan keluarga klien untuk selalu didekat klien
5. Ajarkan klien untuk melakukan aktivitas yang ringan terlebih dahulu
6. Kolaborasikan dengan tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat
7. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi, dan social
8. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
9. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
10. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
11. Bantu pasien / keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam aktivitas
12. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

Diagnose V : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.


mual muntah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam


diharapkan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi. Dengan kriteria hasil :

1. Adanya peningkatan berat badan


2. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
3. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
4. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
5. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
6. Berat badan ideal dengan tinggi badan
Intervensi :
NIC

Nutrition management

1. Kaji adanya alergi makanan


2. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake Fe
3. Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
4. Yakinkan diet yang dimakan mengandung serat yang tinggi untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
6. Kolaborasikan dengan tim ahli gizi dalam menentukan diet klien
7. Berikan substansi gula

8. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)


9. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian

10. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori


11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring

1. BB psien dalam batas normal


2. Monitor adanya penurunan BB
3. Monitor tingkat aktivitas klien
4. Monitor mual dan muntah
5. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan pada konjungtiva
6. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
7. Monitor lingkungan selama makan
8. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
9. Monitor turrgor kulit
10. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
11. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
12. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
13. Moitor pertumbuhan dan perkembangan
14. Monitor kalori dan intake nutrisi
15. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan
cavitas oral.
DAFTAR PUSTAKA

Martin Tucker, Susan. 2000. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis,
dan Evaluasi. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta: EGC

Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak.

Jakarta: CV Sagung Seto

Reevers, Charlene J et all. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medica
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

Dosen Pembimbing :

Ns. Kurnia Wijayanti, M.Kep.

Disusun Oleh :

Anik Restiawati

30901800014

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2019/2020

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus :

Seorang ibu membawa anak nya kerumah sakit dengan keluhan anak sesak nafas terus menerus
dan batuk–batuk disertai dahak, badan panas pasien menangis dan rewel jika ingin tidur, nafsu
makan menurun, dan klien sering mual muntah klien tampak lemas.

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An. A
Tempat Tanggal Lahir : Pangkalan Bun, 19 Juni 2014
Umur : 6 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl. Merak Gg. Kelapa
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Tanggal masuk RS : Senin, 29 Juni 2020
Tanggal Pengkajian Awal : Selasa, 30 Juni 2020
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Merak Gg. Kelapa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirasuasta
Hub dengan klien: Ayah Klien

B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan klien batuk, pilek, badan panas dan sesak nafas, nafsu makan menurun, mual
muntah dan sering rewel
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang bersama orang tua ke rumah sakit dengan keluhan, batuk, pilek, badan panas, dan sesak
nafas suara nafas sampai terdengar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu klien mengatakan bahwa klien dulu pernah mengalami keluhan yang sama pada usia 3 bulan.
4. Riwayat Penyakit keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami penyakit saluran pernafasan

C. Pemeriksaan Umum
1. Kesadaran : Composmentis
2. TTV :
TD : 90/60 mmHg
S : 38,5ºC
N : 110 x/menit
RR : 30 x/menit
3. BB : 25 Kg
4. TB : 110 cm
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Bentuk kepala simetris, rambut hitam, tidak terdapat ketombe, tidak terdapat lesi
2. Mata
Sklera berwarna agak merah, konjungtiva anemis, tidak terdapat alat bantu penglihatan
3. Telinga
Simetris, telinga bersih tidak terdapat kotoran, tidak terdapat lesi dan alat bantu pendengaran
4. Hidung
Terdapat skret, tidak terdapat penafasaan cuping hidung
5. Mulut
Bibir tampak pucat, mukosa bibir kering, mulut bersih tidak terdapat sariawan
6. Dada
1. Paru-paru
- Inspeksi : irama nafas tidak teratur, pernapas tampak dangkal
- Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : Ronchi
2. Jantung
- Inspeksi : tidak terdapat pembesaran pada dada sebelah kiri
- Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
- Perkusi : suara jantung terdengar redup
- Auskultasi : nada S1 S2 dan lub dup
7. Abdomen
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
- Perkusi : Thympani
- Auskultasi : bising usung 4-9 x/menit
8. Ekstermitas
Atas : Tangan Kanan klien terpasang infus
Bawah : -
9. Genetalia
Bersih, tidak terdapat masalah

E. Pengkajian Pola Gordon


1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
ibu klien mengatakan apabila anaknya sakit biasanya dibawa ke puskesmas terlebih dahulu, ibu klien
belum mengetahui jelas penyakit anaknya. Ibu klien hanya mengetahui bahwa anaknya mengeluh
sesak nafas, batuk beserta dahak.
2. Pola nutrisi / metabolik dan cairan :
Sebelum Sakit : pasien mengatakan makan sehari 3 kali, dan minum air putih sehari 5 gelas.
Saat Sakit : pasien mengatakan makan sehari 3 kali tetapi pasien tidak pernah
menghabiskan porsi maknannya, hanya makan 3-4 sendok makan saja.
Minum hanya 3-4 gelas saja.
3. Pola eliminasi BAB dan BAK
Sebelum sakit : pasien sebelum sakit biasanya BAB hanya 1 kali sehari warna kuning
kecoklatan tekstur lunak dan BAK sehari 3-4 kali warna kuning bening
Saat sakit : Pasien setelah sakit BAB 2 hari sekali warna kecoklatan tektur lunak dan
BAK 3 kali sehari warna kuning jernih
4. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit sering main dengan teman-teman
Saat sakit : Pasien mengatakan aktivitas terbatas makan dan minum dibantu
ibunya
5. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit : Pasien tidur siang selama 2 jam dan tidur malam 7 jam
Saat sakit : saat sakit pasien mengatakan kesulitan untuk tidur, tidur tidak bisa nyenyak
dan sering terbangun tengah malam karena sesak nafas tidur siang 1 jam dan
tidur malam hanya 4 jam.
6. Pola perceptual

7. Pola persepsi diri


Pasien mengatakan ingin cepat sembuh agar bisa kumpul dengan kelurga dan bisa bermain
lagi dengan teman.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki
9. Pola peran hubungan
Pasien sering berkomunikasi dengan keluarga dan perawat
10. Pola menegemen koping stress
Pasien dan kedua orang tuanya saling membantu dalam menangani masalah, kedua orang tuanya
selalu mendukung untuk cepat sembuh
11. Sistem nilai dan keyakinan
Klien beragama islam sering diajak ke masjid bersama teman untuk belajar sholat

F. Analisa Data

Data subjektif Data Objektif


1. Klien mengatakan sesak nafas 1. Klien tampak lemas
2. Ibu klien mengatakan batuk beserta 2. Setelah dilakukan auskultasi terdengar bunyi
dahak nafas ronchi
3. Ibu klien mengatakan nafsu makan 3. TTV : S : 38,5ºC N : 110 x/menit
anaknya menurun RR : 30 x/menit
4. Ibu klien mengatakan badannya panas 4. Mukosa bibir kering
5. Ibu klien mengatakan anaknya rewel 5. Bibir tampak pucat
6. Hidung terdapat sekret
7. Klien Tampak batuk dan pilek
G. Diagnosa Keperawatan
No Data Problem Etiologi
1. DS :
- Klien mengatakan sesak nafas
- mengeluh batuk disertai dahak
- Ibu klien mengatakan anaknya rewel
- Ibu klien mengatakan badan anaknya Bersihan jalan nafas Sekresi yang tertahan
panas tidak efektif
DO :
- TTV : S : 38ºC N : 110 x/menit
RR : 30 x/menit
- Pasien tampak pucat dan lemas
- Hidung pasien terdapat sekret
- Terdengar bunyi ronchi

2. DS :
- Klien mengatakan sesak nafas
- Ibu klien mengatakan sering rewel
DO :
Pola napas tidak efektifHambatan upaya nafas
- TTV : S : 38ºC N : 110 x/menit
RR : 30 x/menit
- Pasien tampak pucat

3. DS :
- Ibu klien mengatakan nafsu makan
menurun
- Ibu klien mengatakan anaknya sering
mual muntah
- Sering rewel
DO : Resiko defisit Ketidakmampuan
nutrisi mencerna
- Bibir klien tampak pucat makanan
- Mukosa bibir kering
- Pasien tampak tidak menghabiskan
porsi makan klien hanya makan 3-4
sendok
- TTV : S : 38ºC N : 110 x/menit
RR : 30 x/menit

H. Prioritas Masalah
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan d/d sputum berlebih
2. Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas
3. Resiko defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan

I. Intervensi
No Dx Tujuan dan Intervensi
kriteria hasil
1. Tujuan : Observasi
Bersihan jalan nafas efektif
Kriteria Hasil : - Monitor pola nafas (Frekuensi, kedalaman, usaha
Setelah dilakukan tindakan napas
keperawatan 1x24 jam - Monitor bunyi nafas tambahan
diharapkan : - Monitor sputum (jumlah, warna dan aroma)
Sesak berkurang, betuk berkurang, Terapeutik
klien dapat mengeluarkan
sputum dan frekuensi napas - Pertahanan kepatenan jalan napas dengan head tilt
membaik , TTV dalam batas dan chin lift
normal - Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minuman hangat
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi

- Ajarkan batuk efektif


Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,


mukolitik, jika perlu
2. Tujuan : Observasi
Pola napas kembali efektif - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
Kriteria hasil : napas
Setelah dilakukan tindakan - Monitor pola napas
keperawatan 1x24 jam - Monitor kemampuan batuk efektif
diharapkan : - Monitor adanya sputum
Bunyi napas normal, dapat bernafas - Monitor adanya sumbatan jalan napas
tanpa alat bantu dan kedalaman - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
napas membaik, dan frekuensi - Auskultasi bunyi napas
membaik - Monitor saturasi oksigen
Terapeutik

- Atur interval pemantau respirasi sesuai kondisi


pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3. Tujuan : Observasi
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi - Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan
Kriteria Hasil : serta kebutuhan kalori
Setelah dilakukan tindakan Terapeutik
keperawatan 1x24 jam
diharakan : - Timbang berat badan secara rutin
- Frekuensi makan membaik - Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas
- Nafsu makan membaik - Identifikasi status nutrisi
- Membran mukosa membaik - Identifikasi makanan yang disukai
- Monitor asupan makan
Edukasi

- Ajarkan membuat catatan harian tentang perasaan


dan situasi pemicu pengeluaran makananajrkan
pengaturan diet yang tepat
- Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaiaan
masalah perilaku makan
Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat


badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan

J. Implementasi
No Diagnosa implementasi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d - Memonitor pola nafas (Frekuensi, kedalaman, usaha
sekresi yang tertahan d/d sputum napas
berlebih - Memonitor bunyi nafas tambahan
- Memonitor sputum (jumlah, warna dan aroma)
- Mempertahanan kepatenan jalan napas dengan head
tilt dan chin lift
- Memosisikan semi fowler atau fowler
- Memberikan minuman hangat
- Memberikan oksigen, jika perlu
- Mengajarkan batuk efektif
- mengkolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
2. Pola nafas tidak efektif b/d - Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
hambatan upaya nafas napas
- Memonitor pola napas
- Memonitor kemampuan batuk efektif
- Memonitor adanya sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Mempalpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Mengauskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Mengatur interval pemantau respirasi sesuai kondisi
pasien
- Mendokumentasi hasil pemantauan
- Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Resiko defisit nutrisi b/d - Memonitor asupan dan keluarnya makanan dan
3. ketidakmampuan mencerna cairan serta kebutuhan kalori
makanan - Menimbang berat badan secara rutin
- Mendiskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas
- Mengidentifikasi status nutrisi
- Mengidentifikasi makanan yang disukai
- Memonitor asupan makan
- Mengajarkan membuat catatan harian tentang
perasaan dan situasi pemicu pengeluaran
makananajrkan pengaturan diet yang tepat
- Mengajarkan keterampilan koping untuk
penyelesaiaan masalah perilaku makan
- Mengkolaborasi dengan ahli gizi tentang target
berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan

K. Evaluasi

Tanggal/Jam Diagnosa Evaluasi


30 juni 2020 Bersihan jalan nafas tidak efektif S : ibu klien mengatakan masih sesak nafas dan
09.30 b/d sekresi yang tertahan d/d batuk
sputum berlebih O : klien dipasang oksigenkanul Rr : 38 x/menit
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Observasi

- Monitor pola nafas (Frekuensi, kedalaman,


usaha napas
- Monitor bunyi nafas tambahan
- Monitor sputum (jumlah, warna dan
aroma)
Terapeutik

- Pertahanan kepatenan jalan napas dengan


head tilt dan chin lift
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minuman hangat
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi

- Ajarkan batuk efektif


Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian bronkodilator,


ekspektoran, mukolitik, jika perlu
30 juni 2020 Pola nafas tidak efektif b/d S : ibu pasien mengatakan masih sesak nafas
10.00 hambatan upaya nafas O : Rr : 38 x/menit, terpasang oksigen
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi Dilanjutkan
Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya napas
- Monitor pola napas
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
Terapeutik

- Atur interval pemantau respirasi sesuai


kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
30 Juni 2020
10.20 Resiko defisit nutrisi b/d
ketidakmampuan mencerna S : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau
makanan makan, hanya mau makan 3-4 sendok saja
dan setelah itu muntah
O : Pasien tampak tidak menghabiskan porsi
makanannya klien hanya makan 3-4 sendok
saja
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Observasi
- Monitor asupan dan keluarnya makanan
dan cairan serta kebutuhan kalori
Terapeutik

- Timbang berat badan secara rutin


- Diskusikan perilaku makan dan jumlah
aktivitas
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi makanan yang disukai
- Monitor asupan makan
Edukasi

- Ajarkan membuat catatan harian tentang


perasaan dan situasi pemicu pengeluaran
makananajrkan pengaturan diet yang tepat
- Ajarkan keterampilan koping untuk
penyelesaiaan masalah perilaku makan
Kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target


berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
31 Juni 2020 Bersihan jalan nafas tidak efektif S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah
08.00 b/d sekresi yang tertahan d/d mendingan, dan batuk sudah berkurang
sputum berlebih O : Tidak terdengar suara ronkhi
RR : 25x/menit
A : Masalah Teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor pola nafas (Frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
- Monitor bunyi nafas tambahan
- Monitor sputum (jumlah, warna dan
aroma)
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minuman hangat
- Berikan oksigen, jika perlu
- Ajarkan batuk efektif

31 Juni 2020 Pola nafas tidak efektif b/d S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah lebih
08.20 hambatan upaya nafas membaik, batuk sudah berkurang, dan tidak
merasa sesak lagi
O : Klien tampak tidak sulit bernafas
RR : 23 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya napas
- Monitor pola napas
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Auskultasi bunyi napas
- Atur interval pemantau respirasi sesuai
kondisi pasien

31 Juni 2020 Resiko defisit nutrisi b/d S : Ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya
08.35 ketidakmampuan mencerna membaik porsi makan hampir habis
makanan O : Klien tampak menghabiskan makananya,
nafsu makan meningkat
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Timbang berat badan secara rutin
- Diskusikan perilaku makan dan jumlah
aktivitas
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi makanan yang disukai
- Monitor asupan makan

1 Juli 2020 Bersihan jalan nafas tidak efektif S : Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah
14.00 b/d sekresi yang tertahan d/d baik, sudah tidak merasa batuk dan sesak
sputum berlebih nafas
O : Pasien tampak tidak sulit bernafas, pasien
bernafas normal
RR : 20 x/menit
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
1 Juli 2020 14.15 Pola nafas tidak efektif b/d S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
hambatan upaya nafas merasa sesak
O : Pasien tampak bernafas dengan normal
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
1 Juli 2020 14.22Resiko defisit nutrisi b/d S : ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya
ketidakmampuan mencerna kembali normal dan klien juga menghabiskan
makanan 1 porsi makanannya
O : Klien tampak menghabiskan porsi
makannnya
A : Masalah teratasi
P : Intervensi Dihentikan
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Dosen Pembimbing :

Ns. Kurnia Wijayanti, M.Kep.

Disusun Oleh :
Anik Restiawati

30901800014

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2019/2020

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Asi Ekslusif

Sub Pokok Bahasan : Asi Ekslusif

Sasaran / peserta : Ibu Menyusui

Waktu : 08.30-09.00 ( 30 menit)

Tempat : Di Gang Kelapa Rumah Anik

Hari / Tanggal : Sabtu, 4 Juli 2020

A. Latar Belakang
Mendapatkan Asi Susu Ibu atau ASI adalah proses pemenuhan hak pertama yang harus
diterima oleh anak ketika baru lahir dan sebelum mendapatkan hak yang lain. Namun pada
kenyataannya hak dasar anak ini banyak yang belum terpenuhi. Penyebabnya bermacam-
macam, misalnya karena ASI belum atau tidak keluar, kondisi ibu yang belum
memungkinkan menyusui satu jam pasca melahirkan maka bayi diberi susu formula. Alasan
tersebut sering digunakan untuk tidak memberikan ASI pada saat bayi baru lahir, sehingga
menyebabkan bayi tidak terpenuhi haknya. Hal ini banyak terjadi pada bayi dimanapun,
tidak terkecuali di lampangan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang pemberian ASI Ekslusif diharapkan ibu dapat
mengerti dan memahami manfaat ASI Ekslusif bagi ibu dan bagi bayi.

2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang pemberian ASI Ekslusif diharapkan ibu mampu
:

1. Ibu mampu menjelaskan pengertian ASI Ekslusif


2. Ibu mampu menjelaskan manfaat ASI Ekslusif bagi bayi
3. Ibu mampu menjelaskan manfaat ASI Ekslusif bagi ibu
4. Ibu mampu menjelaskan kelebihan ASI Ekslusif
5. Ibu mampu menjelaskan tentang keunggulan ASI Ekslusif dibandingkan Susu
formula

C. Kepanitiaan*
- Ketua : Anik Restiawati
- Pemateri : Anik Restiawati
- Dokumentasi : Neni Nafiatun N
D. Setting Acara*
1. Penyuluhan Kesehatan Tentang Personal Hygiene (Perawatan Diri) Selama 30 Menit
2. Pembukaan : Moderator (08.30-08.32)
3. Pemaparan Materi : Pemateri (08.32-08.45)
4. Diskusi : Moderator Dan Pemateri ( 08.45-08.53)
5. Evaluasi : Pemateri (08.53-08.57)
6. Penutup : Moderator (08.57-09.00)
E. Setting Tempat
: Audients

: Presenter

F. Kegiatan
No. Langkah- Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran Media
langkah

1. Pendahuluan 2 menit a. memberi salam -


pembukaan
Pembukaan a. menjawab salam
b. memperkenalkan diri
b. memperhatikan
c. menjelaskan pokok
c. memperhatikan
bahasan dan tujuan
d. memperhatikan
penyuluhan
d. mengkaji
pengetahuan / pretest
2. Penyajian 13 a. menjelaskan a. memperhatikan Poster
menit pengertian ASI
Ekslusif
b. memperhatikan
b. menjelaskan manfaat
ASI Ekslusif bagi
bayi
c. menjelaskan manfaat c. memperhatikan
ASI Ekslusif bagi ibu
d. menjelaskan
kelebihan
d. memperhatikan
e. menjelaskan
keunggulan ASI
Ekslusif dan susu
formula e. memperhatikan

3. Evaluasi dan 12 a. mengajukan post test a. mengajukan -


diskusi menit b. menyimpulkan hasil pertanyaan dari
pendkes materi yang
disampaikan
b. memperhatikan
4. Penutup 3 menit a. penutupan acara a. menyetujui -
pendkes

G. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

H. Media
1. Poster Berisi Tulisan Tentang Pengertian, Tujuan, Manfaat Menyusui Dini, kelebihan
Dan Keunggulan Dari ASI Ekslusif
I. Rencana Evaluasi Kegiatan (struktur, proses, hasil)
1. Struktur (Persiapan)
- Sudah membuat setting acara sejak 2 hari sebelum promkes
- Sudah survei ketempat yang akan dilaksanakan promkes sebelum 1 hari promkes
- Sudah setting tempat sejak 1 hari sebelum promkes
- Sudah menyediakan poster sebelum 1 hari promkes
- Sudah menetapkan hari dan tanggal sebelum 1 hari promkes
2. Proses
- Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama pendidikan kesehatan berlangsung.
- Sasaran aktif mampu menjelaskan manfaat ASI Ekslusif bagi ibu dan bayi
- Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan yang diberikan pemateri
- Sasaran tidak meninggalkan tempat saat pendidikan kesehatan berlangsung
- Sasaran dapat mendemonstrasikan kembali
3. Hasil
- Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan
dan mendemonstrasikan 80% lebih dengan baik
- Pendidikan kesehatan cukup berhasil/cukup baik apabila sasaran mampu menjawab
pertanyaan antara 50-80% dengan benar
- Pendidikan kesehatan kurang atau tidak apabila sasaran hanya mampu menjawab
kurang dari 50% dengan benar.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Dosen Pembimbing :

Ns. Kurnia Wijayanti, M.Kep.

Disusun Oleh :
Anik Restiawati

30901800014

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2019/2020

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Bernyanyi

Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Bernyanyi

Sasaran / peserta : Anak-Anak

Waktu : 08.30-09.00 ( 30 menit)

Tempat : Di Gang Kelapa Rumah Anik

Hari / Tanggal : Sabtu, 4 Juli 2020

A. Latar Belakang
Bernyanyi adalah kegiatan yang digemari oleh setiap orang, salah satunya digemari oleh
anak-anak, diantara mereka banyak yang memiliki suara yang bagus tetapi tidak
memperhatikan tekhnik bernyanyi yang benar. Kemampuan bernyanyi pada usia anak
biasanya didasari oleh pengalaman mendengarkan musik, dan mamp untuk mempraktekkan
teknik vocal yang harus dikuasai pada saat bernyanyi

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan bernyanyi yang akan dicapai adalah untuk mengetahui perbendaharaan
kosakata, terhadap motivasi belajar anak usia dini.

Untuk mendeskripsikan penerapan strategi bernyanyi dapat meningkatkan kemampuan


berbicara pada anak kelompok.

2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang terapi bermain diharapkan Anak-Anak mampu :

6. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan bernyanyi dikembangkan


7. Untuk mengetahui peranan bernyanyi dalam pengembangan bahasa pada anak
C. Kepanitiaan*
- Ketua : Anik Restiawati
- Pemateri : Anik Restiawati dan Ami Devi
- Dokumentasi : Neni Nafiatun N
D. Setting Acara*
1. Terapi bermain pada anak waktu 15 menit
2. Pembukaan : Moderator (09.00-09.04)
3. Pemaparan Materi bernyanyi : (09.04-09.10)
4. Evaluasi : Pemateri (09.10-09.12)
5. Penutup : Moderator (09.12-09.15)
E. Setting Tempat

: Audients

: Presenter
F. Kegiatan
No. Langkah- Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran Media
langkah

1. Pendahuluan 4 menit e. memberi salam -


pembukaan
Pembukaan e. menjawab salam
f. memperkenalkan diri
f. memperhatikan
g. menjelaskan pokok
g. memperhatikan
bahasan dan tujuan
h. memperhatikan
penyuluhan
h. mengkaji
pengetahuan / pretest
2. Penyajian 6 menit f. mengajak anak-anak Anak-anak mengikuti dan Poster
bernyanyi bernyanyi bersama

3. Evaluasi dan 2 menit c. menanyakan perasaan c. anak-anak tampak -


diskusi anak-anak senang dan gembira
bersama

4. Penutup 3 menit b. penutupan acara b. menyetujui -


terapi bermain

G. Metode
1. Bernyanyi
2. Dan tepuk tangan

H. Rencana Evaluasi Kegiatan (struktur, proses, hasil)


1. Struktur (Persiapan)
- Sudah membuat setting acara sejak 2 hari sebelum terapi bermain
- Sudah survei ketempat yang akan dilaksanakan terapi bermain sebelum 1 hari promkes
- Sudah setting tempat sejak 1 hari sebelum terapi bermain
- Sudah menyediakan poster sebelum 1 hari terapi bermain
- Sudah menetapkan hari dan tanggal sebelum 1 hari terapi bermain
2. Proses
3. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan dan ikut serta bernyanyi bersama teman-
teman
4. Hasil
- Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan
dan mendemonstrasikan 80% lebih dengan baik
- Pendidikan kesehatan cukup berhasil/cukup baik apabila sasaran mampu menjawab
pertanyaan antara 50-80% dengan benar
- Pendidikan kesehatan kurang atau tidak apabila sasaran hanya mampu menjawab
kurang dari 50% dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai