Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA

OLEH

HAIRUN R
NIM R014202007

PRECEPTOR KLINIK PRECEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA PADA ANAK

1. Definisi

Bronchopneumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan

pengisian cairan di dalam alveoli (Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, 1997).

Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim paru yang

disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit (Standar Profesi Ilmu Kesehatan Anak FK

Unsri Palembang, 2000).

Pneumonia disebabkan oleh virus pathogen yang masuk ke dalam tubuh melalui

aspirasi, inhlasi/penyebab sirkulasi : pneumonia paling banyak disebabkan oleh bakteri

(KMB, Jilid I, Salemba Medika, 2001).

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dan bronkus

terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius lobus dan alveoli serta menimbulkan

kerusakan jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (IPD Jilid II, Sarwono

Soeparman, 1996).

Pneumonia adalah radang paru-paru disertai dengan eksudasi dan konsolidasi. Pada

bayi baru lahir pneumonia yang fatal adalah yang disebabkan oleh sifilis congenital yang

disertai dengan generasi lemak pada paru-paru sehingga paru-paru tampak pucat serta tidak

mengandung udara (Kamus Kedokteran Dorland, edisi 25 EGC, 1998).

2. Etiologi

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri yang timbul secara primer

atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah

bakteri positif-gram, streptococcus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia

streptococcus. Bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus beta-hemolitikus juga

sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeruginosa.

Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : virus sinsial

pernafasan, adenovirus, virus parainfluenza dan virus influenza.

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia :

1. Umur di bawah 2 bulan


2. Tingkat sosioekonomi rendah

3. Gizi kurang

4. Berat badan lahir rendah

5. Tingkat pendidikan ibu rendah

6. Tingkat pelayanan (jangkauan) kesehatan rendah

7. Kepadatan tempat tinggal

8. Imunisasi yang tidak memadai

9. Menderita penyakit kronis.

3. Klasifikasi

Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di

Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan

tiga klasifikasi pneumonia.

1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :

a. Pneumonia komuniti

b. Pneumonia nasokomial

c. Pneumonia aspirasi

d. Pneumonia pada penderita immunocompromised

2. Berdasarkan penyebab

a. Pneumonia bakteri/tipikal

Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia sering diistilahkan dengan

pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari

bayi hingga mereka yang telah lanjut usia, para peminum alkohol, pasien yang

terbelakang mental, pasien pasca operasi, orang yang menderita penyakit

pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan

tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. Pada saat

pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi,

bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun

seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru

kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru,

infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri

pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia

bakteri tersebut.

Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran nafas

ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu), infeksi virus

pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus

(cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terhisap masuk ke dalam

paru-paru. Beberapa bakteri mempunyai tedensi menyerang seseorang yang peka,

misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphylococcus pada penderita

pasca infeksi influenza, pneumonia atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella,

dan chalamydia.

b. Pneumonia akibat virus

Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal dari

pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering,

sakit kepala, nyero otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita

menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit, terdapat panas tinggi

disertai membirunya bibir.

Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena

bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bacterial. Salah satu tanda

terjadi superinfeksi bacterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna

hijau atau merah tua.

c. Pneumonia Jamur

Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita

dengan daya tahan lemah.

3. Berdasarkan predileksi infeksi


a. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar

dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.

b. Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada

berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau

bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia,

kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan

demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan

mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita

kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih

mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian

keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada

kondisi demikian sudah beraneka ragam dan bisa terjadi infeksi di seluruh tubuh.

4. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala berupa :

1. Batuk nonproduktif

2. Ingus (nasal discharge)

3. Suara napas lemah

4. Retraksi intercosta

5. Penggunaan otot bantu napas

6. Demam

7. Ronchii

8. Cyanosis

9. Thorak photo menunjukkan infiltrasi melebar

10. Batuk

11. Sakit kepala

12. Sesak nafas

13. Menggigil

14. Berkeringat

15. Lelah.
5. Patofisiologi

Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di

tenggorokan terhisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka

tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang

masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia.

6. Komplikasi

1. Abses paru

2. Efusi pleural

3. Empisema

4. Gagal napas

5. Perikarditis

6. Meningitis

7. Atelektasis

8. Hipotensi

9. Delirium

10. Asidosis metabolik

11. Dehidrasi

12. Penyakit multi lobular

7. Pemeriksaan Diagnostik

1. Sinar X

Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate,

empiema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau penyebaran/perluasan infiltrate

nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar X dada mungkin bersih.

2. GDA

Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan penyakit

paru yang ada.


3. JDL

Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi

virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya

pneumonia bakterial.

4. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah

Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau

biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe

organisme ada, bakteri yang umum Diplococcus pneumonia, stapilococcus aureus,

A-hemolitik streptococcus, Haemophilus, CMV.

5. Pemeriksaan serologi

Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus

6. LED

Meningkat

7. Pemeriksaan fungsi paru

Volume mungkin menurun, tekanan jalan napas mungkin meningkat dan komplain

menurun, mungkin terjadi perembesan.

8. Elektrolit

Natrium dan klorida mungkin rendah

9. Bilirubin

Mungkin meningkat

10. Aspirasi perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka

Dapat menyatakan intraniklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik, karakteristik sel

raksasa.

8. Penatalaksanaan

1. Oksigen 1-2 l/menit

2. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan sesuai berat

badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi.


3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang

nasogastirk dengan feeding drip.

4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta

agois untuk memperbaiki transport mukosiler.

5. Koreksi gangguan keseimbangan asam dan basa elektrolit.

6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :

a. Untuk kasus pneumonia communiti base :

a. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

b. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

b. Untuk kasus pneumonia hospital base :

1) Sefotaksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian

2) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.


9. WOC Pneumonia

Inhalasi Aspirasi Tirah baring lama

Bakteri/virus

Peradangan alveolus
Nyeri (parenkim paru) Suhu tubuh meningkat

Ekstrapasasi cairan MK : Risiko tinggi


sirosa ke dalam alveoli kekurangan cairan

Terbentuknya eksudat Produksi sputum


dalam alveoli meningkat

O2 ke vena alveolar Sputum bau dan kental


kapiler terhambat

Kerusakan Anoreksia
jaringan paru Hipoksemia
MK : Gangguan
MK : Gangguan pemenuhan
pola nafas nutrisi

MK : Bersihan
jalan nafas
tidak efektif
Asuhan Keperawatan Teoritis pada Pneumonia

10. Data Dasar Pengkajian

a. Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan

Insomnia

Tanda : Letargi

Penurunan toleransi terhadap aktivitas

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat adanya GJK kronis

Tanda : Takikardia

Penampilan kemerahan atau pucat

c. Integritas Ego

Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial

d. Makanan dan cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah

Tanda : Distensi abdomen

Hiperaktif bunyi usus

Kulit kering dengan turgor

buruk Malnutrisi

e. Neurosensori

Gejala : Sakit kepala daerah frontus (influenza)

Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen)

f. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Sakit kepala

Nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk : nyeri dada substernal

(influenza)

Mialgia, artalgia

Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidak pada sisi yang sakit

untuk membatasi gerakan)


g. Pernapasan

Gejala : Takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot

aksesori, pelebaran nasal.

Tanda : Sputum, merah muda, berkarat atau purulen

Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi

Fremitus : taktis dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi

Gesekan fraksi pleural.

Bunyi napas : menurun atau tidak ada diale area yang terlibat, atau nafas

bronchial.

Warna pucat atau siunosis bibir/kaku.

h. Keamanan

Gejala : Riwayat gangguan sistem imun

Demam

Tanda : Berkeringat

Menggigil berulang, gemetaran

i. Pemeriksaan Diagnostik

Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural, dapat juga menyatakan abses

luas/infiltrate, empisema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau

penyebaran/perluasan infiltrate nodul

GDR / nadi oksimetri : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru

yang terlibat dan penyakit paru yang ada.

Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : dapat diambil dengan biopsi jarum,

aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik atau biopsi pembukaan paru untuk

mengatasi organisme penyebab.

JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada

infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan perkembangannya pneumonia

bakterial.
Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosa organisme

khusus.

LED meningkat

Pemeriksaan fungsi paru

Elektrolit : Na & klorida mungkin rendah.

11. Prioritas Masalah

a. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernapasan

b. Mencegah komplikasi

c. Mendukung proses penyembuhan

d. Memberikan informasi tentang penyakit/prognosis dan pengobatan.

12. Diagnosa yang mungkin muncul

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat

dalam alveoli.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-

kapiler.

c. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.

d. Risiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia yang berhubungan dengan bau dan rasa sputum.

e. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi,

muntah)

13. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat

dalam alveoli.

Kriteria hasil :

1) Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas.

2) Menunjukkan jalan napas paten dengan napas bersih, tak ada dispnea,

sianosis.
Intervensi :

1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerak dada.

Rasional : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerak dada tak simetris sering

terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau

cairan paru.

2) Auskultasi area paru, catat arena penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi

napas adventisus, misal : krekels, mengi.

Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.

Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat terjadi juga

pada area konsolidasi. Krekels, ronki dan mengi terdengar pada

inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan

cairan, sekret kental dan spasme jalan napas/obstruksi.

3) Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari

melakukan batuk, misal : menekan dada dan batuk efektif sementara posisi

batuk tinggi.

Rasional : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/ jalan

napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan

napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas

paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi

duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.

4) Penghisapan sesuai indikasi

Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik

pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tak efektif

atau penurunan tingkat kesadaran.

5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air

hangat, daripada dingin.

Rasional : Cairan (khususnya air hangat) memobilisasi dan mengeluarkan

sekret

Kolaborasi :
1) Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain. Lakukan

tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin.

Rasional : Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Koordinasi

pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena

batuk, pengeluaran sputum.

2) Berikan obat sesuai indikasi

Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.

3) Berikan cairan tambahan, misal : IV, oksigen humudifikasi, dan ruangan

humudifikasi.

Rasional : Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan dan

memobilisasi sekret.

4) Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri.

Rasional : Mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahkan

pilihan terapi yang diperlukan.

5) Bantu bronkoskopi/torasentesis bila diindikasikan

Rasional : Kadang-kadang diperlukan untuk membuang perlengketan mukosa,

pengeluaran sekresi purulen, dan/atau mencegah atelektasis.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-

kapiler.

Kriteria hasil :

1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam

rentang normal dan tak ada gejala distress pernapasan.

2) Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi.

1) Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas.

Rasional : Manifestasi distress pernapasan tergantung pada indikasi derajat

keterlibatan paru dan status kesehatan umum.

2) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk

efektif.
Rasional : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan

pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.

3) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan

aktifitas senggang.

Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi

oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.

4) Observasi penyimpangan kondisi, cacat hipotensi banyaknya jumlah sputum

merah mudah/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea

berat, gelisah

Rasional : Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada

pneumonia dan membutuhkan intervensi medik segera.

Anda mungkin juga menyukai