Oleh
JEMBER
2023
BAB 1.
TINJAUAN TEORI
c. Jamur
Pneumonia disebabkan oleh jamur terjadi saat individu memiliki system imunitas
yang rendah atau penyakit kronis dengan cara terjangkitnya saat menghirup udara
yang mengandung spora jamur dalam jumlah banyak. Pneumonia yang disebabkan
jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum, biasanya jamur
tersebut berada pada kotoran burung dan tanah. Jamur menyebabkan pneumonia
yang lain adalah Cryptococcus neoformas, Pneumocystis jiroveci dan
Coccidioides immitis. Khairudin
d. Mikroplasma
Mikroplasma merupakan agen kecil yang dapat menyebabkan penyakit
pneumonia. Mikroplasma menyerang berbagai usia khususnya anak dan remaja,
serta mikroplasma ini tidak digolongkan sebagai virus ataupun bakteri tetapi
memiliki derajat ringan dan meluas.
e. Protozoa
Protozoa yang menyebabkan pneumonia sering yakni pneumonia pneumosistis
yang disebabkan oleh fungi Pneumocystis jirovecii. Proses penyakitnya sangat
lambat dalam beberapa minggu atau bulan. Pneumonia karena protozoa biasanya
pada bayi yang premature.
1.10 PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan farmakologi
Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian
antibiotik yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi O2 untuk menanggulangi
hipoksemia.
Beberapa contoh pemberian antibiotik seperti :
a. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
b. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
c. Ceritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
2. Penatalaksanaan Non farmakologi
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan
oleh pemeriksaan sputum mencakup :
a) Oksigenasi 1-2 L/menit.
b) Humidifikasi dengan nebulizer
c) Fisioterapi dada
d) Pengaturan cairan
e) Pendidikan kesehatan terkait pneumonia
BAB 2.
KONSEP KEPERAWATAN
Keadaan umum pada klien dengan pneumonia dapat dilakukan secara selintas
pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh (Muttaqin, 2008) :
a. B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan pemeriksaan focus,
berurutan pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan
Palpasi
Gerakan dinding toraks anterior/ekskrusi pernpasan
Perkusi
Klien dengan pneumonia disertai komplikasi, biasanya di dapatkan bunyi
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada kien
dengan pneumonia di dapatkan apabila bronchopneumonia menjadi suatu
sarang (konfluens)
Auskulasi
Pada klien dengan pneumonia, di dapatkan bunyi napas melemah dan
bunyi tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit.penting bagi perawat untuk
mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana di dapatkan adanya
ronkhi.
b. B2 (Blood)
Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokonstriksi, kualitas darah
menurun, dan peningkatan LED serta leukositosis berhubungan dengan
adanya agen asing yang masuk di dalam tubuh
c. B3 (Brain)
Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran,
di dapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada
klien dengan pneumonia pada fase akut dapat terjadi penurunan GCS, refleks
menurun atau normal, letargi. Terjadi karena virus atau bakteri di dalam paru
besirkulasi mengikuti aliran darah menuju sistem saraf pusat. Pada pengkajian
objektif, wajah klien tampak meringis, menangis, merintih, meregang, dan
menggeliat
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan. Oleh
karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut
merupakan tanda awal dari syok.
e. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual , muntah , penurunan nafsu makan, dan
penurun berat badan
f. B6 ( Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan
ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas
sehari-hari
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Pada klien dengan pneumonia perlu penilaian mengenai kesadaran klien
somnolen, sopor, soporokoma atau koma tergantung tingkat penyebaran
penyakitnya. Klien pneumonia mengalami status penampilan kesehatan lemah,
kesadaran
2. Pemeriksaan tanda tanda vital
Pada klien dengan pneumonia juga sama dengan klien lainnya pemeriksaan
TTV meliputi
Pemeriksaan nadi : Takikardi
Tekanan darah : Hipertensi
Pola pernapasan : Tikipnea, dyspnea progresif, pernafasan dangkal,
penggunaan otot bantu pernafasan dan pelebaran nasal
Suhu tubuh : Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang
direspon oleh hipotalamus
3. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala
Inspeksi : kepala simestris, distribusi rambut merata, tidak kehilangan
rambut, rambut hitam
Palpasi :
Terdapat adanya nodus atau pembengkakan yang nyata, tidak adanya
lesi,
b. Mata Inspeksi :
mata simestris, bulu mata rata dan berwarna hitam, sclera putih, tidak
anemis, tidak lebam, tidak edema
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal pada kedua mata
c. Telinga
Inspeksi : biasanya keadaan telinga simetris, tampak kotor, warna sama
dengan kulit lainnya, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada serumen,
membran timpani berwarna putih mengkilat
Palpasi : biasanya keadaan tidak teraba benjolan abnormal pada kedua
telinga, ada nyeri tekan pada daerah bawah telinga kanan
d. Hidung
Inspeksi : biasanya keadaan tidak tampak pernapasan cuping hidung,
tulang hidung simetris, lubang hidung kotor, terdapat luka/ lesi, tidak ada
hipermukus
Palpasi : biasanya keadaan tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada
nyeri tekan pada daerah hidung
e. Mulut
Inspeksi : biasanya keadaan mulut sedikit kotor, mukosa bibir kering dan
tidak terlihat sianosis, gigi lengkap dan agak kotor
f. Leher
Inspeksi : biasanya keadaan normal tidak tampak benjolan, warna sama
seperti sekitarnya, leher simetris, tidak ada lesi.
Palpasi : tidak teraba benjolan pada leher, tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid, pulsasi nadi karotis kuat dan reguler
g. Dada
-Paru-paru
Inspeksi : Pernapasan reguler biasanya lebih dari 20 x/menit, tidak ada
jejas, tampak benjolan abnormal, bentuk dada simetris, tidak ada
pernapasan cuping hidung
Palpasi : tidak teraba benjolan atau massa, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : suara sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : biasanya terdapat suara tambahan ronchi dan wheezing
pada lapang paru.
Ronchi adalah bunyi gaduh yang dalam. Terdengar selama
ekspirasi. Penyebabnya adalah gerakan udara melewati jalan napas
yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi : sumbatan akibat
sekresi, odema, atau tumor.
Wheezing (mengi) Adalah bunyi seperti bersiul,
kontinu.Terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih
jelas pada saat ekspirasi. Penyebabnya adalah akibat udara melewati
jalan napas yang menyempit/tersumbat sebagian. Dapat dihilangkan
dengan batuk.
- Jantung
Inspeksi : dada simetris, tidak tampak jejas, ictus cordis tidak
tampak
Palpasi : tidak teraba benjolan atau massa, tidak ada nyeri tekan, ictus
cordis tidak teraba.
Perkusi : pekak Auskultasi : S1 S2
tunggal
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen simetris, bersih, tidak ada jejas Auskultasi :
bising usus 7 x/menit
Palpasi : tidak teraba benjolan/massa, tidak ada nyeri Perkusi : timpani
pada seluruh lapang abdomen kecuali di bagian hipokondrium kanan
karena terdapat hepar (terdengar pekak)
i. Urogenital
Inspeksi : tidak terpasang kateter urin
Palpasi : tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada nyeri tekan
j. Ekstremitas Inspeksi :
Ekstremitas atas: terpasang infus pada tangan kanan, jari tangan lengkap
a. Motorik
b. Sensori
Ekstremitas bawah
a. Motorik
b. Sensori
k. Kulit dan kaki
Inspeksi : biasanya kulit sawo matang, kuku kotor, kuku tidak sianosis,
tidak ada clubbing finger
Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan pada kulit, CRT < 2 detik, turgor
kulit elastis
l. Keadaan lokal
Keadaan pasien saat biasanya lemah dan terbaring ditempat tidur.
Pasien biasanya terpasang infus di tangan kanan.
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
- Anjurkan mengulangi Tarik
nafas hingga 3x
- Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah Tarik nafas
dalam yang ke 3
-
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
2. mukolitik atau ekspectoran.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Intoleransi aktivitas b.d
selama 3x 24 jam maka toleransi aktivitas
ketidakseimbangan antara suplai dan
dapat meningkat dengan kriteria hasil : Terapi aktivitas (1.05186)
kebutuhan oksigen (D.0056)
Observasi :
Toleransi Aktivitas (L.05047) 1. Identifikasi defisit tingkat
aktivitas
No Indikator SA ST
Teraupetik :
1 Kemudahan 2 3
2. Fasilitasi fokus pada
dalam melakukan
aktivitas sehari- kemampuan, bukan defisit
hari yang dialami
2 Perasaan lemah 2 3 3. Libatkan keluarga dalam
aktivitas
Keterangan: Edukasi :
1. Menurun 4. Ajarkan cara aktivitas yang
2. Cukup menurun terpilih
3. Sedang 5. Anjurkan keluarga untuk
4. Cukup meningkat memberi penguatan positif
5. Meningkat atas partisipasi dalam
aktivitas