Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H USIA 9 TAHUN DENGAN


PNEUMONIA

Disusun oleh

Intan Kusumah

NIM : P27901120019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
Jl. DR. Sitanala, RT.002/RW.003, Karang Sari, Kec. Neglasari.
Kota Tangerang, Banten 15121
ASUHAN KEPERAWATAN
PNEUMONIA PADA ANAK

A. KONSEP TEORI
I. Definisi Pneumonia
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang disebabkan oleh
bakteri, virus atau fungi. Ia juga dikenali sebagai pneumonitis, bronchopneumonia dan
community-acquired pneumonia (Mansjoer, 2000). Menurut Price (2005) pneumonia
adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.
Penumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (Dahlan, 2007).
Jadi, pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus
atau fungi yang menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.
Berdasarkan tempat letak anatomisnya, pneumonia dapat diklasifikasikan menjadi empat,
yaitu (Price, 2005):
a. Pneumonia Lobaris
Seluruh lobus mengalami konsolidasi, eksudat terutama terdapat intra alveolar.
Pneumococcus dan klebsiella merupakan organism penyebab tersering.
b. Pneumonia Nekrotisasi
Disebabkan oleh jamur dan infeksi tuberkel. Granuloma dapat mengalami
nekrosisi kaseosa dan membentuk kavitas.
c. Pneumonia Lobular/bronkopneumonia
Adanya penyebaran daerah infeksi yang bebercak dengan diameter sekitar 3
sampai 4 cm yang mengelilingi. Staphylococcus dan strepcoccus adalah penyebab
infeksi tersering.
d. Pneumona Interstitial
Adanya peradangan interstitial yang disertai penimbunan infiltrate dalam dinding
alveolus, walaupun rongga alveolar bebas dari eksudat dan tidak ada konsolidasi.
Disebabkan oleh virus atau mikoplasma.
Menurut depkes RI (2002) klasifikasi pneumonia menurut program P2 ISPA
antara lain:
1) Pneumonia sangat besar
Ditandai dengan sianosis sentral dan tidak dapat minum, harus dirawat di
rumah sakit.
2) Pneumonia berat
Ditandai dengan penarikan dinding dada, tanpa sianosis dan dapat minum,
di rawat rumah sakit dan diberi antibiotik
3) Pneumonia sedang
Ditandai dengan tidak ada penarikan dinding dada, dan pernafasan cepat,
tidak perlu dirawat, cukup diberi antibiotik oral.
4) Bukan pneumonia
Hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dorawat,
tidak perlu antibiotik.

II. Etiologi
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2001) etiologi pneumonia, meliputi :
a. Pneumonia bakterial
Penyebab yang paling sering : streptococcus pneumonia
Jenis lainnya :
 Stapilococcus aureus, menyebabkan pneumonia stapilokokus
 Klebsiella pneumoniae, menyebabkan pneumonia klebsiella
 Pseudomonas aerugilnosa, menyebabkan pneumonia pseudomonas
 Haemophilus influenzae, menyebabkan haemophilius influenzae
b. Pneumonia atipikal

Penyebab paling sering :


Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia
mikoplasma Jenis lain :

 Legionella pneumophila menyebakan penyakit legionnaires


 Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma
 Virus influenza tipe A, B, C menyebakan pneumonia virus
 Penumocyctis carini menyebakan pneumonia pnemosistis carinii (PCP)
 Aspergillus fumigates menyebakan pneumonia fungi
 Cipittaci menyebabkan pneumonia klamidia (pneumonia TWAR)
 Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis

c. Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (terapi radisasi untuk kanker
payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah pengobatan selesai ini
menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan kimia biasanya karena mencerna
kerosin atau inhalasi gas menyebabkan pneumonitis kimiawi. Karena
aspirasi/inhalasi (kandungan lambung) terjadi ketika refleks jalan nafas
protektif hilang seperti yang terjadi pada pasien yang tidak sadar akibat obat-
obatan, alkohol, stroke, henti jantung atau pada keadaan selang nasogastrik
tidak berfungsi yang menyebabkan kandungan lambung mengalir di sekitar
selang yang menyebabkan aspirasi tersembunyi.
III. Patofisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak sampai
usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan
penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah
yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada
tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit,
usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu
mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang
dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada
pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di
paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah
kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007).
Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab mencapai
alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan serosa ke
dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri.
Membran kapiler alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke
dalam perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi hipoksemia
(Engram 1998).
Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas
terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 2005) :
1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein
keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor,
disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir
setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar,
bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga
dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat
fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara,
disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti
hepar).
3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin
yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru
tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di
dalam alveoli yang terserang.
4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali
pada strukturnya semula. (Underwood, 2000).
Pathway
IV. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pneumonia:
a. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
iritabel, gelisah, malaise, anoreksia, keluhan gastrointestinal.
b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipneu, ekspektorasi
sputum, cuping hidung, sesak napas, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih
besar lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena
nyeri dada.
c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronkhi.
a. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak dada tertinggal di daerah efusi, perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, friction rub, nyeri dada karena iritasi
pleura, kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi), nyeri abdomen
(kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
b. Pneumonia bacterial
Tanda dan gejala awitan pneumonia pneumococus bersifat mendadak, disertai
menggigil, demam, nyeri pleuritik, batuk, dan sputum yang berwarna seperti karat.

Ronki basah dan gesekan pleura dapat terdengar diatas jaringan yang terserang,
pernafasan cuping hidung, penggunaan otot-otot aksesoris pernafasan
c. Pneumonia virus
Tanda dan gejala sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit
kepala, nyeri otot dan kelemahan, nadi cepat, dan bersambungan (bounding)
d. Pneumonia aspirasi
Tanda dan gejala adalah produksi sputum berbau busuk, dispneu berat, hipoksemia,
takikardi, demam, tanda infeksi sekunder
e. Pneumonia mikoplasma
Tanda dan gejala adalah nadi meningkat, sakit kepala, demam, faringitis.
V. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan
oleh pemeriksaan sputum mencakup:
- Oksigen 1 – 2 L/menit
- IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan
- Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikkan suhu, dan status hidrasi
- jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip
- Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
- Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Antibiotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia community base:
- Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
- kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base:
- Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
Amikasin 10 – 15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian Penatalaksanaan Medis

b. Penatalaksaan keperawatan
- humidifikasi : humudifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan
- oksigenasi : jika pasien memiliki PaO2<60 mmHg.
- fisioterpi : berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia pasti; pasien di dorong
setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan kemampuan ventilator.
- hidrasi : pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk mempertahankan hidrasi
dan mencairkan sekresi.

VI. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi menyertai pneumonia adalah:
- abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang,
- efusi pleural adalah terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura,
- empiema adalah efusi pleura yang berisi nanah,
- gagal nafas,
- Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial,
- meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak,
- pneumonia interstitial menahun,
- atelektasis adalah (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena obstruksi
bronkus oleh penumukan sekresi
- rusaknya jalan nafas,

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


I. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara


subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan
data objektif (data hasil pengukuran atau observasi). Pengkajian yang harus dilakukan
adalah :
a. Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin,
b. Riwayat sakit dan kesehatan
1) Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.
2) Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak
produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk
produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan, kehijau-
hiajuan, kecokelatan atau kemerahan, dan serring kali berbau
busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan
menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya
keluhan nyeri dada pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi
pernapasan, dan nyeri kepala.
3) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita
penyakit seperti ISPA, TBC paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
4) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga
yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai
penyebab pneumoni seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain
sebagainya.
5) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi
terhadap beberapa oba, makanan, udara, debu.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
2) Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa somnolen.

3) Tanda-tand vital:
- TD: biasanya normal
- Nadi: takikardi
- RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal
- Suhu: hipertermi
4) Kepala: tidak ada kelainan
Mata: konjungtiva nisa
anemis
5) Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping
hidung Paru:
- Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada
penggunaan otot bantu napas
- Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada
daerah yang terkena.
- Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
- Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
6) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
7) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan
II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan
masalah pneumonia:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebihan yang ditandai dengan jumlah sputum dalam jumlah yang
berlebihan, dispnea,sianosis, suara nafas tambahan (ronchi).
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan yang ditandai dengan dispena, dispena, penggunaan otot
bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kalpier yang ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispneu
saat aktifitas ringan, sianosis.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan Asupan diet kurang yang ditandai dengan ketidakmampuan
menelan makanan,membran mukosa pucat, penurunan berat badan
selama dalam perawatan.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen yang ditadai dengan Dispnea setelah
beraktifitas,keletihan, ketidaknyamanan setelah beraktifitas
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan yang ditandai dengan ibu/keluarga mengatakan tidak
mengetahui penyakit yang diderita pasien, cara penularan, faktor
resiko, tanda dan gejala, penanganan dan cara pencegahannya
III. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses
keperawatan dimana pada tahap ini perawat menentukan suatu rencana
yang akan diberikan pada pasien sesuai dengan masalah yang dialami
pasien setelah pengkajian dan perumusan diagnosa. Menurut Moorhead
(2013) dan Bulechek (2013), intervensi keperawatan yang ditetapkan pada
anak dengan kasus pneumonia adalah :
Diagnosa TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
keperawatan

a. Ketidakefektif NOC : Manajemen jalan nafas


an bersihan
Status pernafasan : 1. Monitor status
jalan nafas b.d Kepatenan jalan nafas pernafasan dan
mukus respirasi
berlebihan Definisi : saluran sebagaimana
trakeobronkial yang mestinya
terbuka dan lancar untuk
pertukaran udara 2. Posisikan pasien
semi fowler, atau
Setelah dilakukan tindakan posisi fowler
keperawatan selama 3x24
jam pasien dapat 3. Observasi
meningkatkan status kecepatan,irama,ked
pernafasan yang adekuat alaman dan
meningkat dari skala 2 kesulitan bernafas
(cukup) menjadi skala 4
(ringan) dengan kriteria 4. Auskultasi suara
hasil : nafas

1. Frekuensi pernafasan 5. lakukan fisioterapi


normal (30-50x/menit) dada sebagaimana
mestinya
2. Irama pernafasan
normal (teratur) 6. Kolaborasi
pemberian O2
3. Kemampuan untuk sesuai instruksi
mengeluarkan secret
(pasien dapat 7. Ajarkan melakukan
melakukan batuk batuk efektif
efektif jika 8. Ajarkan pasien dan
memungkinkan) keluarga mengenai
4. Tidak ada suara nafas penggunaan
tambahan (seperti ; perangkat oksigen
Ronchi,wezing,mengi) yang memudahkan
mobilitas
5. Tidak ada penggunaan
otot bantu napas (tidak
adanya retraksi dinding
dada)
6. Tidak ada batuk
Ket:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
b. Ketidakefektif Status pernafasan Manajamen Jalan nafas
an pola napas
berhubungan Definisi : Proses keluar 1. Posisikan pasien
dengan masuknya udara ke paru- Posisi semi fowler,
keletihan otot paru serta pertukaran atau posisi fowler
pernafasan karbondioksida dan
oksigen di alveoli. Manajemen pernafasan

Setelah dilakukan tindakan 2.Observasi


keperawatan 3x24 jam kecepatan,irama,keda
status pernafasan yang laman dan kesulitan
adekuat meningkat dari bernafas
skala 2 (berat) menjadi 5
(ringan) dengan kriteria
hasil :
3.Observasi pergerakan
1. frekuensi pernafasan dada, kesimetrisan
normal (30-50x/menit) dada,penggunaan oto-
otot bantu nafas,dan
2. Irama pernafasan retraksi pada dinding
normal (teratur) dada
3. suara auskultasi nafas 4.Auskultasi suara
normal (vesikuler) nafas
4. Kepatenan jalan nafas Terapi oksigen
5. Tidak ada penggunaan 5. Kolaborasi
otot bantu nafas (tidak pemberian O2
ada retraksi dinding
dada) 6. Monitor aliran
oksigen
6. Tidak ada pernafasan
cuping hidung 7.Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
Ket:
penggunaan
1. Deviasi berat dari perangkat oksigen
kisaran normal yang memudahkan
2. Deviasi yang cukup mobilitas
berat dari kisaran
normal
3. Deviasi yang sedang
dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari
kisaran normal
5. Tidak ada deviasi
yang cukup berat dari
kisaran normal

c.Gangguan Status pernafasan : Monitor pernafasan


pertukaran gas Pertukaran Gas
berhubungan 1. Monitor kecepatan,
dengan Definisi : Pertukaran irama, kedalaman,
perubahan Karbondioksida dan dan kesulitan
membran oksigen di alveoli untuk bernapas
alveolar- mempertahankan
konsentrasi darah arteri Terapi oksigen
kalpiler
Setelah dilakukan tindakan 2. Pertahankan
keperawatan 3x24 jam kepatenan jalan
status pernafasan : napas
pertukaran gas yang
adekuat meningkat dari 3. Observasi adanya
skala 2 (berat) menjadi 4 suara napas
(ringan) tambahan

Dengan kriteria hasil : Kolaborasi


pemberian O2
1. Tidak dispnea saat
istirahat 5. Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
2. Tidak dispneu saat penggunaan
aktifitas ringan perangkat oksigen
yang memudahkan
3. Tidak sianosis yaitu mobilitas
kulit tampak normal
atau tidak kebiruan
Ket:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
d. Ketidakseim Status nutrisi : Manajemen nutrisi
bangan Asupan nutrisi
nutrisi 1.Observasi dan catat
kurang dari Definisi : Asupan gizi asupan pasien (cair
kebutuhan untuk memenuhi dan padat)
tubuh kebutuhan-kebutuhan
metabolik 2.Ciptakan lingkungan
berhubungan
yang optimal pada
dengan
Setelah dilakukan asuhan saat mengkonsumsi
asupan diet
keperawatan selama makan (misalnya;
kurang
3x24jam pasien dapat bersih, santai, dan
meningkatkan status bebas dari bau yang
nutrisi yang adekuat dari mneyengat)
skala 2 (sedikit adekuat)
menjadi skala 3 (cukup 3.Monitor kalori dan
adekuat) dengan kriteria asupan makanan
hasil :
4. Atur diet yang
1. Asupan kalori adekuat diperlukan
(menyediakan
2. Asupan protein adekuat makanan protein
tinggi, menambah
3. Asupan zat besi adekuat atau menguragi
Ket: kalori, vitamin,
1. Sangat berat mineral atau
2. Berat suplemen)
3. Cukup 5.Kolaborasi pemberian
4. Ringan obat-obatan sebelum
5. Tidak ada makan (contoh obat
anti nyeri)
6.Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengakses program-
program gizi
komunitas (misalnya ;
perempuan,bayi,anak)
e. Intolerans Toleransi Manajemen energy
i Aktifitas
berhubun terhadap aktifitas 1. Observasi sistem
gan kardiorespirasi
dengan Definisi : Respon pasien selama
ketidaksei fisiologis terhadap kegiatan (misalnya
mbangan pergerakan yang ; takikardi,
antara memerlukan energi dalam distrimia, dispnea)
suplai dan aktifitas sehari-hari.
kebutuha Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor lokasi dan
n oksigen keperawatan 2x24jam sumber
pasien dapat toleransi ketidaknyamanan/
terhadap aktifitas nyeri yang dialami
meningkat dari skala 2 pasien selama
(banyak terganggu) aktifitas
menjadi 4 (sedikit
terganggu) dengan kriteria 3. Lakukan Rom
hasil : aktif atau pasif

1. Kemudahan bernapas
ketika beraktifitas 4. Lakukan terapi
non farmakologis
2. Warna kulit idak pucat (terapi musik)
3. Kemudahan dalam 5. Kolaborasi
melakukan ADL pemberian terapi
Ket: farmakologis
untuk mengurangi
1. Sangat terganggu kelelahan
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu 6. Beri Penyuluhan
4. Sedikit terganggu kepada keluarga
5. Tidak terganggu dan pasien tentang
nutrisi yang baik
dan istirahat yang
adekuat

f. Defisiensi Pengetahuan : Pengajaran


pengetahuan Manajemen pneumonia
berhubungan proses penyakit
dengan kurang Definisi :
sumber 1. Kaji tingkat
Tingkat pemahaman yang pengetahuan tentang
pengetahuan disampaikan tentang proses penyakit
pneumonia,
pengobatannya dan 2. Jelaskan tentang
pencegahan komplikasinya penyakit

Setelah dilakukan tindakan 3. Jelaskan tanda dan


keperawatan selama 30- gejala
40menit pasien dan
keluarga dapat 4. Jelaskan tentang
meningkatkan pengetahuan penyeba
tentang manajemen 5. Jelaskan tentang
pneumonia. Meningkat
dari skala 2 (pengetahuan cara penularan
terbatas menjadi skala 4
(pengetahuan banyak) 6. Jelaskan tentang
dengan kriteria hasil : cara penanganan

1. mengetahui tentang 7. Jelaskan tentang


penyakit cara pencegahan

2. mengetahui faktor
penyebab (dapat
menyebutkan
penyebab)
3. mengetahui faktor
resiko kekambuhan
(dapat menyebutkan
faktor resiko)
4. mengetahui tanda dan
gejala penyakit dan
kekambuhan penyakit
(dapat menyebutkan
tanda dan gejala)
Ket :
1. Tidak ada
pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat
banyak
IV. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses
keperawatan yang merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang
dilakukan oleh perawat secara langsung pada klien. Tindakan
keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.

V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan
untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi atau tidak
teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Depkes
RI

Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid I, Peneribit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Bare Brenda G & Smeltzer Suzan C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1,
EGC, Jakarta.

Betz, C. L., & Sowden, L. A 2002, Buku saku keperawatan pediatri, RGC, Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall.1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.Jakarta :


EGC

Dahlan, Zul. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi 4. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Depkes RI 2002, Pedoman penanggulangan P2 ISPA, Depkes RI, Jakarta

Doenges, Marilynn, E. dkk (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Mansjoer, Arief dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI Jakarta

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa,
Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik Mycobacterium. Jakarta: Pustaka
Obor Populer.

Nanda. 2011. Diagnostik keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

Prize, Sylvia dan Wilson Lorraine. 2006. Infeksi Pada Parenkim Paru: Patofisiologi Konsep
Klinis dan Proses-proses Penyakit volume 2 edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Anda mungkin juga menyukai