Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan


Kritis Dosen Pembimbing : Ahmad Rifai, S.Kep., Ns.,M.Kes
Pembimbing Lahan : Suratman, S.Kep., Ns

Disusun Oleh :

Prihatiasa Ma’afi

Jannah P27220020035

PROGRAM STUDI DIII

KEPERAWATAN POLTEKKES

KEMENKES SURAKARTA TAHUN 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau


alveolus dan mempunyai gejala batuk sesak napas, numyi napas ronkhi dan
infiltra pada foto rontgen. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan
dengan terjadinya proses infeksi akut disebut bronchopneumonia. Dalam
pelaksanaannya penyakit ISA semua bentuk pneumonia (baik pneumonia
maupun bronchopneumonia), disebut pneumonia saja. (Christian,2016).

Berdasarkan ata WHO tahun 2015, pneumonia merupakan masalah kesehatan


di dunia karena angka kematiannya sangat tinggi. Di Amerika pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor satu setelah kardiovaskuler dan TBC.
Pneumonia masih menjadi penyebab tertinggi ematian pada bayi di bawah usia 5
tahun (balita) maupun bayi baru lahir. Prevelensi pneumonia naik ari 1,6% pada
2013 menjadi2% dari populasi balita yang ada di Indonesia pada tahun 2018.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti mengenai konsep dasar asuhan keperawatan
Pneumonia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
pneumonia
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien
pneumonia
c. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan tindakan keperawatan
yang sesuai dengan masalah keperawatan pada pasien pneumonia
d. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi sesuai dengan
perencanaan tindakan keperawatan pada pasien pneumonia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, parasit. Pneumonia juga
disebabkan oleh bahan kimia dan paparan fisik seperti suhu atau radiasi
(Harifianti, 2019).

B. Etiologi
Menurut Padila (2013) etiologi pneumonia antara lain :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri didapat pada usia lanjut. Organism gram positif
seperti Streptococcus Pneumonia, S. aeros, dan Streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza,
Klebsiella pneumonia dan P. aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan virus influenza yang menyebar melalui droplet. Penyebab
utaa pneumonia virus ini yaitu Cytomegalovirus.
3. Jamur
Disebabkan jamur hitoplasma yang menyebar melalui udara yang
mengandung spora dan ditemukan pada kotoran burung, tanah dan
kompos.
4. Protozoa
Penyebaran infeksi melalui droplet dan disebabkan oleh Streptococus
pneumonia, melalui selang infuse yaitu Stapilococcus aureus dan
pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan bisa terjadi karena
kekebalan tubuh dan juga mempunyai riwayat penyakit kronis
C. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan anatomi :
1. Pneumonia lobaris
Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru, bila kedua paru terena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau ganda.
2. Pneumonia lobaris (Bronkopneumonia)
Pneumonia ini terjadi pada uung akhir brokiolus yang tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak knsolidari dalam lobus
yang berada di dekatnya.
3. Pneumonia intertitia (Bronkialitis)
Proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (intertisium) dan
jaringan peribronkial serta interlobural.

D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang sering terlihat pada anak yang menderita pneumonia
adalah demam, batuk, anak akan memperlihatkan kesulitan bernapas, retraksi
interkostal, nyeri dada, nyeri abdomen, krakles, penurunan bunyi napas,
pernapasan cuping hidung, sianosis, batuk kering kemudian berlanjut ke batuk
produktif, adanya ronkhi basah, halus dan nyaring, adanya takipnea (frekuensi
pernapasan > 50x/menit). (Marni, 2014).

Pemeriksaan kardiovaskuler akan didapatkan takikardi, sedangkan pada


pemeriksaan neurologis anak mengeluh nyeri kepala, kesulitan tidur, gelisah,
terdapat iritabilitas dan kemungkinan disertai dengan kejang. Gejala lain yang
sering timbul adalah terdapat penurunan nafsu makan dan nyeri lambung,
kelelahan, gelisah dan sianosis. Sedangkan tanda yang sering muncul adalah
tandanya peningkatan suhu tubuh yang mendadak (Marni 2014).

E. Patofisiologi
Bakteri atau virus kedalam tubuh, akan menyebabkan gangguan atau
peradangan pada terminal jalan napas dan alveoli. Proses tersebut akan
menyebabkan infiltrate yang biasanya mengenai pada multiple lobus, terjadi
destruksi sel dengan menanggalkan debris cellular ke dalam lumen yang
mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan napas. Pada kondisi akut
maupun kronik seperti AIDS, cystic fibrosis, aspirasi benda asing dan kongential
yang dapat meningkatkan resiko pneumonia (Marni, 2014).

Pneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh


bakteri yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan paru.
Bakteri pneumokok ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan
tenggorokkan, menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah
mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru dan selaput otak. Akibatnya timbul
peradangan pada paru dan daerah selaput otak. Inflamasi bronkus ditandai adanya
penumpukan sekret sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan
mual.

Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang


terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli
akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi.
Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi
surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga pleura.
Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut
dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas,
hipoksemia, asidosis respiratorik, sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan
mengakibatkan terjadinya gagal napas
F. Pathway

Bakterii atau virus

Infeksi pada daerah


mulut dan tenggorokan

Menembus jaringan
mukosa

Mengikuti aliran
darah

HIPERTERMIA Suhu Inflamasi bronkus


meningkat

Alveolus

Fibrosis Atelaktasis/ Kolaps alveoli


emfisema

Penurunan fungsi Batuk takipnea


paru-paru

Suara napas Takikardia


Ekspirasi tidak mengi/ronkhi
maksimal

Sianosis
BERSIHAN JALAN
Nafas pendek NAPAS TIDAK
EFEKTIF

GANGGUAN
Sesak napas PERTUKARAN GAS

POLA NAFAS
TIDAK EFEKTIF
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Damayanti, 2017) pemeriksaan penunjang penyakit pneumonia
adalah sebagai berikut:
a. Rontgen thorax atau sinar X : Mengidentifikasi distribusi struktural,

dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empysema (stapilococcus).

Infiltrasi penyebaran atau terlokalisasi (bakterial) atau

penyebaran/perluasan infiltrate nodul (virus). Pneumonia mikroplasma

sinar X dada mungkin bersih.

b. Pemeriksaan laboratorium lengkap : Terjadi peningkatan leukosit dan

peningkatan LED. LED (Light Emmiting Diode) meningkat terjadi

karena hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas meningkat.

c. Pemeriksaan mikrobiologi yaitu pemeriksaan gram atau kultur sputum

dan darah yang diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, atau

biopsi atau pembukaan paru untuk mengatasiorganisme penyebab.

d. Analisis gas darah : Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari

luasnya kerusakan paru-paru.

e. Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun (kongesti dan

kolaps alveolar), tekanan jalan nafas mungkin meningkat, dan

hipoksemia.

f. Pewarnaan darah lengkap (Complete Blood Count/CBC): Leukositosis

biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood

count/WBC) rendah pada infeksi virus.

g. Tes serologi: Membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme

secara spesifik.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia (Barkah,2019):
1. Pemberian oksigen
Terapi awal dapat diberikan dengan nasal kanul 1-6 L/ menit atau masker
wajah sederhana 5-8 L/ menit, kemudian ubah ke masker dengan
reservoir jika target saturasi 94–98% tidak tercapai dengan nasal kanul
dan masker wajah sederhana.
2. Untuk infeksi bakterial, memberikan antibiotik seperti macrolides
(azithomycin, clarithomicyn), fluoroquinolones (levofloxacin,
moxifloxacin), beta-lactams (amoxilin atau clavulanate, cefotaxime,
ceftriaxone, cefuroxime axetil, cefpodoxime, ampicillin atau sulbactam),
atau ketolide (telithromycin).
3. Memberikan antipiretik jika demam, seperti Acitaminophen, ibuprofen.
4. Memberikan bronkodilator untuk menjaga jalur udara tetap terbuka,
memperkuat aliran udara jika perlu seperti albuterol, metaproteranol,
levabuterol via nebulizer atau metered dose inhaler.
5. Menambah asupan cairan untuk membantu menghilangkan sekresi dan
mencegah dehidrasi.

I. Komplikasi
Menurut Ryusuke (2017), komplikasi yang terjadi pada klien dengan
pneumonia yaitu,
1. Bacteremia (sepsis) abses paru
Hal ini dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang menginfeksi paru
masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain, yang
berpotensi menyebabkan kegagalan organ
2. Efusi pleura
Pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura
yang isebut dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya
bersifat eksudatif.
3. Kesulitan bernapas
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PNEUMONIA

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara


subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melaluimetode anamnesa
dan data objektif (data hasil pengukuran atau observasi). Menurut Nurarif (2015),
pengkajian yang harus dilakukan adalah :
1. Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin,
2. Riwayat sakit dan kesehatan
a. Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.
b. Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak
produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif
dengan mukus purulen kekuning-kuningan, kehijauhiajuan,
kecokelatan atau kemerahan, dan serring kali berbau busuk. Klien
biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (onset
mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada
pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan nyeri
kepala.
c. Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita
penyakit seperti ISPA, TBC paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
d. Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumo
ni seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
e. Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap
beberapa obat, makanan, udara, debu.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
b. Kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit, bisa somnolen
c. Tanda-tanda vital:
1) TD: biasanya normal
2) Nadi: takikardi
3) RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal
4) Suhu: hipertermi
d. Kepala: tidak ada kelainan Mata: konjungtiva nisa anemis
e. Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping
hidung Paru:
1) Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada
penggunaan otot bantu napas
2) Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada
daerah yang terkena.
3) Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
4) Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
f. Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
g. Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan

B. Diagnose Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai


repons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Adapun
diagnosa keperawatan pada pasien dengan Pneumonia (SDKI, 2016) yaitu :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan.(D.0001)
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (D.005)
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan
ventilasi-perfusi. (D.003)
d. Hipertermi. (D.0130)
C. Interverensi Keperawatan

Diagnose
Kriteria Hasil Interverensi
No Keperawatan
(SLKI, 2019) (SIKI,2018)
(SIKI,2017)
1. Gangguan Setelah dilakukan interverensi Pemantauan Respirasi (I.01014)
pertukaran gas .. x … jam diharapkan Observasi
(D.0003) pertukaran gas meningkat - Monitor frekuensi irama,
dengan criteria hasil : kedalaman dan upaya nafas
Pertukaran gas (L.01003) - Monitor pola napas
- Tingkat kesadaran - Monitor kemampuan batuk
meningkat efektif
- Dispnea menurun - Monitor adanya produksi
- Bunyi napas tambahan sputum
menurun - Monitor adanya sumbatan jalan
- Pusing menurun napas
- Penglihatan kabur - Monitor satursi oksigen
menurun Terapeutik
- Diaphoresis menurun - Atur interval pemantauan
- Gelisah menurun respirasi sesuai kondisi pasien
- Napas cuping hidung - Dokumentasikan hasil
menurun pemantauan
- PCO2 membaik Edukasi
- PO2 membaik - Jelaskan tujuan dan proseur
- Takikardia membaik pemantauan

- pH arteri membaik - Informasikan hasil pemantauan,


- sianosis membaik jika perlu

- pola napas membaik


- warna kulit membaik
2. bersihan jalan Setelah dilakukan interverensi Latihan batuk efektif (I.01006)
napas tidak .. x … jam diharapkan Observasi
efektif (D.0001) bersihan jalan napas - Identifikasi kemampuan batuk
meningkat dengan criteria - Monitor adanya resistensi
hasil : sputum
Bersihan jalan napas (L.01001) - Monitor tanda dan gejalainfeksi
- Batuk efektif meningkat saluran napas
- Produksi sputum menurun - Monitor input dan output cairan
- Mengi menurun Terapeutik
- Mekonium menurun - Atur posisi semi-fowler atau
- Dipsnea menurun fowler
- Ortopnea menurun - Pasang perlak dan bengkok
- Sulit bicara menurun dipangkuan pasien
- Sianosis menurun - Buang skret pada tempat sputum
- Gelisah menurun Edukasi

- Frekuensi napas membaik - Jelaskan tujuan dan prosedur

- Pola napas membaik batuk efektif

- Anjurkan tarik napas dalam


melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mecucu ditahan 8
detik
- Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelag tarik napas
dalam yang ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran
3. Pola nafas tidak Setelah dilakukan interverensi Manajemen jalan napas (I.14509)
efektif (D.0005) … x … jam diharapkan pola Observasi
napas membaik dengan - Monitor pola napas
criteria hasil : - Monitor bunyi napas tambahan
Pola napas (L.01004) - Monitor sputum
- Tekanan ekpirasi Terapeutik
meningkat - Posisikan semi-fowler dan
- Dispnea menurun fowler
- Penggunaan otot bantu - Berikan minum hangat
napas - Lakukan fisioterapi dada
- Pemanjangan fase - Lakukan penghisapan lenir
ekspirasi menurun kurang dari 15 detik
- Ortopnea menurun - Berikan oksigen
- Pernapasan pursed-tip Edukasi
menurun - Anjurkan asupan cairan
- Pernapasan cuping hidung 2000ml/hari
menurun - Ajarkan teknik batuk
- Frekuensi napas membaik efektif Kolaborasi
- Kedalaman napas - Kolaborasi pemberian
membaik bronkodilator, ekspektoran,
- Ekskursi dada membaik mukolitik
4. Hipertermi Setelah dilakukan interverensi Manajemen Hipertermia (I.15506)
(D.0130) .. x … jam diharapkan
Observasi
termoregulasi membaik
dengan criteria hasil :
- Identifkasi penyebab hipertermi
- Menggigil menurun
(mis. dehidrasi terpapar
- Pucat menurun
lingkungan panas penggunaan
- Takikardi menurun incubator)
- Takipnea menurun - Monitor suhu tubuh
- Kejang menurun - Monitor kadar elektrolit
- Suhu tubuh membaik
- Suhu kulit membaik - Monitor haluaran urine

Terapeutik

- Sediakan lingkungan yang


dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal
(mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen,aksila)
- Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
- Batasi oksigen, jika perlu

Edukasi

- Anjurkan tirah

baring Kolaborasi

- Kolaborasi cairan dan elektrolit


intravena, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin dan Moh. Najib. (2016). Keperawatan Medikal Bedah I. Jakarta


Selatan:Pusdik SDM Kesehatan.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/KMB-1-Komprehensif.pdf. diakses pada 5
Maret 2023.

Herlina, Santi. (2020). “Asuhan Keperawatan pada Pasien Dewasa dengan


Pneumonia :Studi Kasus”. Volume 2 No 2. UPN Veteran Jakarta.
https://ijhd.upnvj.ac.id/index.php/ijhd/article/view/40. diakses pada 5
Maret 2023

Lestari,Fuji. (2017). “Asuhan Keperawatan Bayi yang Mengalami


Pneumoniadengan ketidakefektifan bersihan jalan Nafas”. (online).
http://repository.poltekeskupang.ac.id/549/1/KTI%20%28%20ASKEP%2
0PNEUMONIA%20PADA%20An.%20R.%20F%29%202019.pdf.
(diakses pada 5 Maret 2023)

Nursecerdas.wordpress.com/2009/05/02/askep-anak-dengan-pneumonia/)
http://medicastore.com/penyakit/441/Pneumonia_radang_paru.html

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi


dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi


dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Syafira, Rika. (2021). “Pneumonia”.


https://id.scribd.com/document/539269695/PNEUMONIA-KMB. diakses
pada 5 Maret 2023

Anda mungkin juga menyukai