Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. S DENGAN POST OPERASI CA MAMMAE


DI BANGSAL ELANG RSUD SIMO BOYOLALI
Tugas Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah pada
Program Studi Diploma III Keperawatan

Clinical Teacher : Ahmad Rifai, S.Kep.,Ns.,M.Kes


Clinical Instruktur : Amirudin, S.Kep

Disusun Oleh :

Wiwin Usnul Qotimah

(P27220020047)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan fungsi nomal, seingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat,
serta tidak terkendali. Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat dari sel normal dan
berakumulasi, yang kemudian membentuk benjolan atau massa (Putra, 2015).
Menurut data WHO (World Health Organization ) Kanker payudara adalah bentuk
kanker paling umum pada wanita. 2,1 juta wanita terkena kanker payudara pada tahun 2018.
Sebanyak 630.000 di antaranya meninggal karena kurangnya pengetahuan akan penyakit ini
dan kurangnya biaya pengobatan (WHO, 2019). Para penderita kanker payudara
kebanyakan datang ke rumah sakit untuk melakukan perawatan telah masuk kedalam
stadium lanjut, penyebabnya yaitu kurangnya pengetahuan dan tidak melakukan deteksi
dengan SADARI (Periksa Payudara Sendiri), sehingga kasus ini terus mengalami
peningkatan (Irawan, 2018).
Badan Internasional untuk Penelitian Kanker WHO memperkirakan bahwa pada
tahun 2040 jumlah kanker payudara yang di diagnosis akan mencapai 3,1 juta, dengan
peningkatan terbesar di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2019).
Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan
8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23 (Globocan, 2018). Angka kejadian
untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000
penduduk penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI,
2019).
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan
adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000
penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta
4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 per 1000 penduduk dan Gorontalo
2,44 per 1000 penduduk (Riskesdas, 2018). Pada penderita kanker payudara aspek
psikologis pasien dipengaruhi oleh perubahan citra tubuh, konsep diri, dan hubungan sosial.
Dampak psikososial yang dialami penderita kanker payudara yaitu distres yang akan
memengaruhi kualitas hidup pasien. Pemicu stres pada penderita kanker payudara berasal
dari tergganggunya fungsi tubuh, keputusasaan, ketidakberdayaan, dan perubahan
perubahan citra diri (Utami, 2017).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ca mammae?
2. Apa etiologi dari ca mammae?
3. Ada berapa stadium dari ca mammae?
4. Bagaimana patofisiologi dan phatway dari ca mammae?
5. Apa manifestasi klinis dari ca mammae?
6. Apa pemeriksaan penunjang dari ca mammae?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari ca mammae?
8. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan ca mammae?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan post op ca mammae yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ca mammae?
2. Untuk mengetahui etiologi dari ca mammae?
3. Untuk mengetahui berapa stadium dari ca mammae?
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dan phatway dari ca mammae?
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ca mammae?
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari ca mammae?
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari ca mammae?
8. Untuk mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan ca mammae?
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan post op ca
mammae yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi?

D. Manfaat
Adapun manfaat dari dibuatnya asuhan keperawatan ini, yaitu untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah dan untuk menambah wawasan serta
pengetahuan tentang penyakit ca mammae dan konsep asuhan keperawatan post op ca
mammae, sehingga dapat dijadikan sumber ilmu bagi penulis.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Kanker payudara atau yang biasa disebut carcinoma mammae adalah penyakit
seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan manifestasi yang dapat
mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturase sel (Wijaya, dkk.
2013).
Ca mammae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Jika benjolan kanker tidak terkontrol, maka sel-sel kanker bisa bermetastase pada bagian-
bagian tubuh yang lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun
diatas tulang belikat. Selain itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit
dan bawah kulit.(Erik T, 2005).
Carcinoma mammae adalah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan
partumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit bukan penyakit tunggal. Kanker
payudara merupakan penyakit keganasan yang paling banyak menyerang wanita,
penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan sel - sel tubuh secara tidak teratur
sehingga pertumbuhan - pertumbuhan sel tidak dapat dikendalikan dan akan tumbuh
menjadi benjolan tumor (kanker). Apabila tumor ini tidak diangkat, dikwatirkan akan
masuk dan menyebar dalam jaringan yang sehat. Ada kemungkinan sel - sel tersebut
melepaskan diri dan menyebar ke seluruh tubuh. Kanker payudara umumnya menyerang
kelompok wanita umur 40- 70 tahun tetapi resiko terus meningkat dengan tajam dan
cepat sesuai dengan pertumbuhan usia (Wijaya, dkk 2013) .

2. Etiologi
Ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya keganasan kanker payudara
yaitu :
a. Usia
Kanker payudara umumnya menyerang wanita kelompok usia 40 – 70 tahun, tetapi
resiko terus meningkat dengan tajam dan cepat sesuai dengan pertumbuhan usia
(Wijaya, dkk, 2013). Hal ini disebabkan oleh kemampuan pengendalian sel dan fungsi
organ tubuh yang sudah menurun sehingga menyebabkan sel tumbuh tidak terkendali
(Ralph, dkk, 2009). Faktor risiko sedang terjadi pada wanita yang telah mengalami
menopause >50 tahun.
b. Genetik
Jika seseorang memiliki riwayat keluarga yang mengidap kanker payudara, maka
kemungkinan besar akan berisiko bagi keturunanya (Nurharyanto, 2009) ada riwayat
ca mammae pada ibu/saudari perempuan (Adra dkk, 2013) tubuh manusia normal
memiliki gen yang mengendalikan pertumbuhan tumor yang disebut GEN BRCA1
dan BRCA2. Apabila gen ini bermutasi maka pertumbuhan sel tidak dapat
dikendalikan dan akhirnya timbul sel kanker.
c. Riwayat Menstruasi
Early Menarche (sebelum 12 tahun) dan menopause (setelah 55 tahun) menstruasi
pertama sebelum usia 12 tahun dan yang mengalami menopause setelah usia 55 tahun
memiliki faktor resiko tinggi terkena kanker payu dara karena jangka panjang
terhadap estrogen dan progesteron meningkatkan resiko pengembangan kanker
payudara.
d. Riwayat Kesehatan
Pernah mengalami atau menderita otipikal hyperplasia atau benigna proliveratif yang
pada biopsy payudara, ca endometrial.
e. Riwayat Reproduksi
Melahirkan anak pertama di atas usia 30 tahun. Wanita yang hamil di atas usia 30
tahuan memiliki resiko 40% menderita kanker payudara dibanding wanita yang hamil
dan melahirkan di usia 20 tahun hingga 25 tahun hal ini disebabkan karena mutasi
genetik menjadi menjadi lebih umum seiring bertambahnya usia dan setiap mutasi
genetik menjadi lebih umum seiring bertambahnya usia dan setiap mutasi dipayudara
akan berlipatganda dan tumbuh saat hamil.
f. Menggunakan Obat Kotrasepsi Yang Lama
Peningkatan risiko kanker payudara sebagai efek pil KB terjadi karena akibat
tingginya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan jaringan kelenjar
payudara bertumbuh secara cepat pertumbuhan jaringan ini dapat berwujud sebagai
sel abnormal atau tumor sehingga akan berkembang sebagai kanker.
g. Penggunaan Terapi Estrogen
Kanker payudara paling sering terjadi pada wanita paska menopause jaringan
payudara mengandung sel-sel lemak yang memproduksi enzim yang disebut dengan
aromatase yang memproduksi estrogen. Semakin tua seorang wanita,sel-sel lemak
dipayudara cenderung akan menghasilkan enzim aromatase dalam jumlah yang besar
yang pada akhirnya akan menimgkatkan kadar estrogen local. Estrogen yang
diproduksi secara local. Inilah yang berperan dalam memicu kanker payudara pada
wanita.

3. Stadium Kanker Payudara


a. Stadium I
Tumor terbatas pada payudara dengan ukuran < 2cm, tidak terfiksasi pada kulit atau
otot pektoralis. Pada stadium I ini, kemungkinan untuk sembuh secara sempurna
adalah 70%. Untuk memeriksa ada atau tidaknya metastase kebagian tubuh yang lain,
harus diperiksa di laboratorium.
b. Stadium II
Tumor dengan diameter < 2cm, dengan metastatis aksila atau tumor dengan diameter
2-5 cm dengan atau tanpa metastase aksila. Pada stadium ini, kemungkinan untuk
sembuh hanya 30- 40%, tergantung luasnya penyebaran sel. Pada stadium I dan II
biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh
bagian penyebaran, dan setelah dilakukan pemyinaran untuk memastikan tidak ada
lagi sel-sel kanker yang tertinggal.
c. Stadium III
Stadium III A : Tumor dengan diameter >5cm, tetapi masih bebas dari jaringan
sekitarnya dengan/tanpa metastatis ansila yang melekat.
Stadium III B: Tumor dengan metastatis infra atau supra klavikula atau tumor yang
telah menginfiltrasi kulit atau dinding toraks.
d. Stadium IV
Tidak diketahui berapa ukuran pasti sel kanker pada fase ini. Karena sel kanker telah
menyebar ke jaringan lainnya yang sulit untuk diketahui. Sel kanker yang menyebar
telah mulai menyebar ke berbagai lokasi, seperti tulang, paru-paru, hati, dan juga
tulang rusuk.
4. Manifestasi Klinis
Tanda carsinoma kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip
pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips, adanya
keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri
tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase (Nurarif & Kusuma,
2015). Adapun tanda dan gejala kanker payudara yaitu :
a. Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit
b. Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus- menerus) atau puting
mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge)
c. Ada perubahan pada kulit payudara di antaranya berkerut seperti kulit jeruk
(peaud’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok (ulcus)
d. Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul satelit)
e. Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh (paget disease)
f. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak
g. Terasa sakit/ nyeri
h. Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal-awalnya
tidak terasa sakit
i. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara
j. Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara

5. Patofisiologi
Sel abnormal membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal,
mengabaikan sinyal yang mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sel tersebut.
Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif, dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah
tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase
(penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain. Neoplasma adalah suatu proses
pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang tidak mengikuti tuntutan fisiologik, yang
dapat disebut benigna atau maligna.
Pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kanker biasanya disebut dengan karsinogenesis.
Transformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses seluler,
diantaranya yaitu inisiasi dimana inisiator atau karsinogen melepaskan mekanisme
enzimatik normal dan menyebabkan perubahan dalam struktur genetic asam
deoksiribonukleat seluler (DNA), promosi dimana terjadi pemajanan berulang terhadap
agens yang mempromosikan dan menyebabkan eskpresi informal abnormal atau genetik
mutan bahkan setelah periode laten yang lama, progresi dimana sel-sel yang telah
mengalami perubahan bentuk selama insiasi dan promosi mulai menginvasi jaringan
yang berdekatan dan bermetastase menunjukkan perilaku maligna.

6. Pathway
Perubahan genetik dalam sel

Sel menjadi abnormal

Poliferasi sel-sel maligna dalam payudara

Tumor payudara

Ansietas
Hormonal Radiasi Mastektomi
Kurang Informasi
Luka operasi
(Trauma jaringan) Defisit Pengetahuan

Nyeri Akut Gangguan Pola Tidak adekuat Gangguan Integritas Kulit


Tidur pertahanan sistem imun

Perubahan penampilan
Emosional distress Kelemahan Risiko Infeksi
(Ketidakmampuan mengontrol Gangguan Citra Tubuh
nyeri)

Kehilangan selera makan

Defisit Nutrisi
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan (Fayzun et al, 2018) :
a. Laboratorium, meliputi :
1) Morfologi sel darah
2) Laju endap darah
3) Tes faal hati
4) Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
5) Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar
spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi.
b. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini.
Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak
teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa menopause
kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
c. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae,
ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
d. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal dari mammae atau mengidentifikasi
pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan suplay darah dan
penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
e. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-pembuluh
darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
f. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan cara
pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna
klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
g. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain.
h. Pemeriksaan hematologic
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada speredaran darah dengan
sendimental dan sentrifugis darah.
8. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
1) Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor.
Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi
diangkat atau tidak diangkat.
2) Mastektomi total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot pectoralis
mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding dada tidak
diangkat.
3) Lumpektomi/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat.
Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang berada di
sekitar tumor tersebut.
4) Wide excision / mastektomi parsial
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal, Pengangkatan dan
payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis mayor.
b. Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan
therapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri
karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.
c. Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek
samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah
terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase.
Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan
therapi endokrin lainnya.

9. Komplikasi
Gangguan Neurovaskuler, Metastasis (otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga,
tulang panjang), Fraktur patologi, Fibrosis payudara, hinga kematian (Nurarif &
Kusuma, 2018).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Kebanyakan dari kanker ditemukan jika telah teraba oleh wanita itu sendiri. Pasien
datang dengan keluhan rasa sakit , tidak enak atau tegang didaerah sekitar payudara.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan
nyeri.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat carsinoma mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae,
kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga
pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit
kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks. Pemakaian obat-obatan,
hormon, termasuk pil kb jangka waktu yang lama. Riwayat menarche, jumlah
kehamilan,abortus, riwayat menyusui.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami carsinoma mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami carsinoma mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
e. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada
payudaranya ke rumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
2) Nutrisi-Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan
terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan
mengandung MSG.
3) Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri
saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
4) Aktivitas dan Latihan Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan
latihan klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
5) Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada
komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik
6) Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
7) Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat
operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya
sebagai wanita normal.
8) Pola dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan
perannya dalam berinteraksi sosial.
9) Reproduksi dan Seksual
Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat
kepuasan.
10) Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputusasaan.
11) Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang
dada.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
b. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d faktor mekanis
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan perubahan struktur/bentuk tubuh
d. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
e. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri
f. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
g. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis
h. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka, tingkat nyeri
menurun.
Kriteria Hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Sikap protektif menurun
4) Gelisah menurun
5) Kesulitan tidur menurun
Intervensi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4) Fasilitasi istirahat dan tidur
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi
nafas dalam)
6) Kolaborasi pemberian analgetik
b. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d faktor mekanis
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka integritas kulit dan
jaringan menungkat.
Kriteria Hasil :
1) Kerusakan jaringan menurun
2) Kerusakan lapisan kulit menurun
3) Tekstur membaik
Intervensi :
1) Monitor karakteristik luka (mis. drainase, warna, ukuran, bau)
2) Monitor tanda-tanda infeksi
3) Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
4) Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
5) Bersihkan jaringan nektorik
6) Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi
7) Pasang balutan sesuai jenis luka
8) Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
9) Anjurkan mengonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan perubahan struktur/bentuk tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka citra tubuh meningkat.
Kriteria Hasil :
1) Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun
2) Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan /reaksi orang lain menurun
3) Respon nonverbal pada perubahan tubuh membaik
4) Hubungan sosial membaik
Intervensi :
1) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
2) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
3) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
4) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
d. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka pola tidur membaik.
Kriteria Hasil :
1) Keluhan sulit tidur menurun (1)
2) Keluhan sering terjaga menurun (1)
3) Keluhan tidak puas tidur menurun (1)
4) Keluhan istirahat tidak cukup menurun (1)
Intervensi :
1) Identifikasi faktor penganggu tidur
2) Identifikasi makanan dan minumam yang menganggu tidur
3) Modifikasi lingkungan
4) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
5) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
e. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka tingkat ansietas
menurun.
Kriteria Hasil :
1) Verbalisasi kebingungan menurun
2) Perilaku gelisah menurun
3) Perilaku tegang menurun
4) Pola tidur membaik
Intervensi :
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi, waktu, stresor)
2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
4) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
5) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
6) Latih teknik relaksasi
f. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka
tingkat pengetahuan membaik.
Kriteria Hasil :
1) Perilaku sesuai anjuran meningkat
2) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
3) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
Intervensi :
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
3) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
5) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
g. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama, maka
status nutrisi membaik.
Kriteria Hasil :
1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
2) Berat badan membaik
3) Nafsu makan membaik
4) Membrane mukosa membaik
Intervensi :
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3) Monitor BB
4) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
h. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka tingkat infeksi
menurun.
Kriteria Hasil :
1) Demam menurun
2) Kemerahan menurun
3) Nyeri menurun
4) Bengkak menurun
Intervensi :
1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2) Berikan perawatan luka pada area edema
3) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
5) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

4. Implementasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan.

5. Evaluasi
S : Subjektif
Data berdasarkan keluhan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan
O : Objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi langsung kepada pasien
A : Analisis
Masalah atau diagnosa keperawatan yang masih terjadi atau baru terjadi akibat perubahan
status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif
P : Planning
Perencanan tindakan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau
menambah rencana tindakan keperawatan yang telang ditentukan sebelumnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Klien

Nama : Ny. S

Umur : 53 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Indonesia

Alamat : Derasan 3/1, Sempu, Andong, Boyolali

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Status Perkawinan : Menikah

No. Rekam Medik : 1407082718

Tgl Masuk RS : 25 Oktober 2021

Diagnosa Medis : Ca Mammae

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Nn. A
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Indonesia
Alamat : Semawe, Tanjung Klego, Boyolali
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien : Anak
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 27 Oktober 2021 klien mengatakan nyeri pada
jahitan bekas operasi.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan terdapat benjolan pada payudara kiri sudah sekitar 2 tahun yang
lalu, tetapi baru 6 bulan terakhir klien merasakan nyeri pada payudara kiri, kemudian
klien memutuskan untuk memeriksakan ke Poliklinik RSUD Simo, klien di diagnosa
ca mammae dan dianjurkan untuk dilakukan operasi , klien dirawat di Ruang Elang
pada tanggal 25 Oktober 2021 dan dilakukan operasi pada tanggal 26 Oktober 2021
pukul 10.30 WIB.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan belum pernah dirawat di RS sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit ca mammae
maupun penyakit menular seperti TBC dan keturunan seperti Diabetes Militus dan
Hipertensi.
4. Genogram

Keterangan :

: Perempuan ------- : Tinggal serumah

: Laki-laki : Pasien

: Meninggal dunia
5. Pola Aktivitas Sehari-hari
No Kegiatan SMRS Setelah MRS
1 Pola Makan :
- Frekuensi 3 x sehari 2x sehari
- Jenis Nasi, sayur dan lauk Bubur, sayur dan lauk
- Jumlah 1 porsi ¼ porsi
- Masalah Tidak ada Klien merasakan lidahnya
pahit dan merasa mual saat
makan
2 Pola Minum :
- Frekuensi 8 gelas/hari 4 gelas/hari
- Jenis Air putih Air putih
- Jumlah 1,5 liter ½ liter
- Masalah Tidak ada Tidak ada
3 Pola eliminasi :
BAB
- Frekuensi 1x sehari 1x sehari
- Konsistensi Lembek Lembek
- Warna Kuning Kuning
- Bau Khas feses Khas feses
- Masalah Tidak ada Tidak ada
BAK
- Frekuensi 5-6 x/perhari 2-4 x/perhari
- Warna Kuning jernih Kuning keruh
- Bau Khas urine Khas urine
- Masalah Tidak ada Tidak ada
4 - Pola aktivitas dan
Istirahat :
- Tidur siang 1 jam/hari 1 jam/hari
- Tdur malam 8 jam/hari 1 jam/hari bahkan tidak bisa
tidur sama sekali
- Gangguan tidur Tidak ada Klien merasa nyeri pada
bekas luka operasi sehingga
kurang kontrol tidur dan
mengakibatkan pola istirahat
terganggu.
5 Persona hygiene
- Mandi 2x sehari 1x sehari
- Gosok gigi 2x sehari 1x sehari
- Rambut Bersih Cukup bersih
- Kuku Bersih Bersih
- Ganti pakaian 2x sehari 2x sehari
6. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat kesadaran : Compos mentis
GCS : E : 4, M : 6, V : 5 = 15
b. Vital sign
TD : 146/94 mmHg
RR : 20x/menit
Nadi : 69x/menit
S : 36,2 °C
c. Kepala
1) Rambut
Warna : Rambut hitam dan beruban
Lesi : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Bentuk : Simetris
Masalah : Tidak ada kelainan
2) Mata
Bentuk : Simetris
Sclera : Tidak ikterik
Pupil : Isokor
Konjungtiva : Anemis
3) Hidung
Bentuk : Simetris
Polip : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Masalah : Tidak ada kelainan
4) Telinga
Pendengaran : Baik
Bentuk : Simetris
Lesi : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Masalah : Tidak ada kelainan
5) Mulut dan Gigi
Bibir : Pucat
Gigi : Tidak ada caries
Lidah : Tidak ada lesi
Kebersihan : Bersih
Masalah : Tidak ada kelainan
d. Leher
Bentuk : Simetris
Pergerakan : Tidak terbatas
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada pembesaran
Masalah : Tidak ada kelainan
e. Thorak
Dada
Payudara : Payudara sebelah kiri terdapat luka operasi dan dibalut, keadaan luka
bersih, tidak ada nanah, kedalaman luka ± 4 cm dan panjang ± 10 cm, terpasang
drain.
f. Ekstremitas
a. Ekstremitas
1) Atas
Bentuk : Simetris
Keadaan : Baik
Pergerakan : Kekuatan otot penuh
Nyeri : Tidak ada
Lesi & Edema : Tidak ada
Masalah : Tidak ada kelainan, tangan kiri terpasang infus
2) Bawah
Bentuk : Simetris
Keadaan : Baik
Pergerakan : Terdapat penurunan tonus otot
Nyeri : Tidak ada
Lesi & edema : Tidak ada
Masalah : Tidak ada kelainan
b. Genetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan dan tidak terpasang kateter
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Darah Rutin
Hemoglobin 14,5 12,8-16,8 gr/dl
Leukosit 10,25 4,5-12,5 10^3/µl
Trombosit 335 150-440 10^3/µl
Eritrosit 4,89 4,00-5,50 10^6/µl
Hematokrit 42,1 38-47 %

Indeks Eritrosit
MCV 86,1 80-97 fl
MCH 29,2 27-31 pg
MCHC 34,0 32-36 %
RDW-CV 11,8 11,6-14,8 %
RDW-SD 38,1 35-56 fL

Hitung Jenis
Eosinofil 3,4 1-4 %
Basofil 0,3 0-1 %
Neutrofil 66,4 36-66 %
Limfosit 24,1 22-40 %
Monosit 5,8 4-8 %

Indeks Trombosit
PDW 9,6 9,0-17,0 dl
MPV 8,9 6,5-12,00 fL
PCT 0,30 /
Kimia
SGOT 50,1 <40 u/l
SGPT 44,1 <45 u/l
Ureum 67,5 15-50 mg/dl
Creatinin 1.00 0,9-1,3 mg/dl

8. Terapi
a. Infus RMT 20 tpm
b. Injeksi antrain 1 ampul
c. Injeksi cefotaxim 1 gram
d. Injeksi kalnex 500 gram
e. Injeksi metronidazole 500 gram

B. Analisa Data
No Hari/Tgl Data Fokus Problem Etiologi TTD
1. 27 DS : Nyeri akut Agen
Oktober 1. Pasien mengatakan pencedera
2021 nyeri pada jahitan fisik
bekas operasi
P : nyeri timbul saat
bergerak
Q : nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan
dipayudara kiri
S : skala nyeri 4
T : Hilang timbul
DO :
1. Pasien tampak
meringis menahan
nyeri
2. Pasien tampak gelisah
3. Pasien tampak
bersikap protektif
untuk menghindari
nyeri
2. 27 DS : Gangguan pola Kurang
Oktober 1. Pasien mengatakan tidur kontrol tidur
2021 sulit tidur dan sering
terjaga
2. Pasien mengatakan
tidur malam hanya 1
jam dan bahkan tidak
tidur sama sekali
3. Pasien mengatakan
tidak puas tidur
4. Pasien mengatakan
istirahat tidak cukup
DO :
1. Pasien tampak lemas
2. Mata pasien tampak
merah dan sayu
3. TTV :
TD : 150/90 mmHg
N : 90x/menit
S : 36,5°C
RR : 20x/menit

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien mengeluh nyeri pada bekas jahitan operasi
dengan skala 4, pasien tampak meringis, gelisah, dan bersikap protektif untuk
menghindari nyeri.
2. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur d.d pasien mengeluh sulit tidur, sering
terjaga, tidak puas tidur, dan istirahat tidak cukup.
D. Intervensi Keperawatan
No Hari/Tgl/ Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi
Jam Keperawatan Hasil
1. 27 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri
Oktober agen pencedera intervensi keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
2021 fisik selama 2x24 jam, maka karakteristik, durasi,
07.45 tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : dan intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala
(Skala 0) nyeri
2. Meringis menurun (5) 3. Identifikasi faktor
3. Sikap protektif menurun yang memperberat
(5) dan memperingan
4. Gelisah menurun (5) nyeri
4. Fasilitasi istirahat
dan tidur
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (teknik
relaksasi nafas
dalam)
6. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
analgetik
5. 2. 27 Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan Tidur
Oktober tidur b.d intervensi keperawatan 1. Identifikasi faktor
2021 kurang kontrol selama 1x24 jam, maka penganggu tidur
07.50 tidur pola tidur membaik 2. Identifikasi
WIB dengan kriteria hasil : makanan dan
1. Keluhan sulit tidur minumam yang
menurun (1) menganggu tidur
2. Keluhan sering terjaga 3. Modifikasi
menurun (1) lingkungan
3. Keluhan tidak puas 4. Lakukan prosedur
tidur menurun (1) untuk meningkatkan
4. Keluhan istirahat tidak kenyamanan (terapi
cukup menurun (1) musik)
5. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit

E. Implementasi
Tanggal 27 Oktober 2021
Dx Jam Implementasi Respon TTD
Keperawatan
Nyeri akut b.d 07.30 WIB - Mengidentifikasi S:
agen lokasi, karakteristik, Pasien mengatakan :
pencedera fisik durasi, frekuensi, P : nyeri timbul saat
kualitas, dan intensitas bergerak
nyeri Q : nyeri seperti
- Mengidentifikasi skala tertusuk-tusuk
nyeri R : nyeri dirasakan
dipayudara kiri
S : skala nyeri 3
T : Hilang timbul
O:
Pasien tampak
meringis menahan
nyeri

07. 45 WIB Mengidentifikasi faktor S:


yang memperberat dan - Pasien
memperingan nyeri mengatakan nyeri
saat bergerak
sudah sedikit
berkurang
- Pasien
mengatakan nyeri
berkurang saat
berbaring
O:
Pasien masih
tampak sedikit
gelisah

07.55 WIB Mengajarkan teknik S:


nonfarmakologis untuk Pasien mengatakan
mengurangi rasa nyeri sudah bisa
(teknik relaksasi nafas melakukan teknik
dalam) relaksasi nafas
dalam
O:
Pasien dapat
melakukan teknik
relaksasi nafas
dalam dengan benar

08.30 WIB Memfasilitasi istirahat S:


dan tidur Pasien mengatakan
bersedia untuk
istirahat dan tidur
O:
Pasien tampak lebih
rileks

13.00 WIB Berkolaborasi dengan S:


dokter pemberian obat
analgetik (injeksi Pasien mengatakan
ketorolac 1 ampul) bersedia untuk
diinjeksikan obat
melalui selang infus
O:-
Gangguan pola 10.00 WIB Mengidentifikasi faktor S:
tidur b.d penganggu tidur Pasien mengatakan
kurang kontrol tidurnya terganggu
tidur karena merasakan
nyeri pada luka
jahitan operasi
O:
- Pasien masih
tampak gelisah
- Mata pasien
tampak sayu

10.10 WIB Mengidentifikasi S:


makanan dan minumam - Pasien
yang menganggu tidur mengatakan hanya
makan-makanan
yang diberikan
rumah sakit dan
tidak
mengonsumsi
minuman
berkafein seperti
kopi
O:-

10.20 WIB Menjelaskan pentingnya S:


tidur cukup selama sakit - Pasien
mengatakan
memahami
tentang penjelasan
yang sudah
dijelaskan
mengenai
pentingnya tidur
selama
- Pasien
mengatakan akan
mencoba
mengontrol
tidurnya agar
kebutuhan
istirahatnya
terpenuhi
O:
- Pasien tampak
memahami
tentang edukasi
yang diberikan
- Pasien tampak
berperilaku sesuai
anjuran

11.00 WIB Memodifikasi S:


lingkungan Pasien mengatakan
(mengatur posisi pasien) lebih nyaman saat
berbaring dengan
kedua kaki dan
tangan di ganjal
dengan bantal
O:
Pasien tampak lebih
rileks dengan posisi
tidur yang sekarang

11.20 WIB Melakukan prosedur S:


untuk meningkatkan - Pasien
kenyamanan (terapi mengatakan lebih
musik) senang mendengar
lagu pop era 90-an
- Pasien
mengatakan lebih
rileks
O:
Pasien tampak lebih
tenang dan nyaman

Tanggal 28 Oktober 2021


Dx Jam Implementasi Respon TTD
Keperawatan
Nyeri akut b.d 08.00 WIB - Mengidentifikasi S:
agen lokasi, karakteristik, Pasien mengatakan :
pencedera fisik durasi, frekuensi, P : nyeri timbul saat
kualitas, dan intensitas bergerak
nyeri Q : nyeri seperti
- Mengidentifikasi skala tertusuk-tusuk
nyeri R : nyeri dirasakan
dipayudara kiri
S : skala nyeri 4
T : Hilang timbul
O:
Pasien tampak
meringis menahan
nyeri

08. 10 WIB Mengidentifikasi faktor S:


yang memperberat dan - Pasien
memperingan nyeri mengatakan nyeri
bertambah parah
saat bergerak
- Pasien
mengatakan nyeri
berkurang saat
berbaring
O:
Pasien tampak
gelisah

08.15 WIB Mengajarkan teknik S:


nonfarmakologis untuk Pasien mengatakan
mengurangi rasa nyeri bersedia untuk
(teknik relaksasi nafas diajarkan teknik
dalam) relaksasi nafas
dalam
O:
- Pasien tampak
memahami teknik
relaksasi nafas
dalam yang sudah
diajarkan
- Pasien dapat
mengulangi teknik
relaksasi nafas
dalam dengan
benar

08.30 WIB Memfasilitasi istirahat S:


dan tidur Pasien mengatakan
bersedia untuk
istirahat dan tidur
O:
Pasien tampak lebih
rileks

13.00 WIB Berkolaborasi dengan S:


dokter pemberian obat Pasien mengatakan
analgetik (injeksi bersedia untuk
ketorolac 1 ampul) diinjeksikan obat
melalui selang infus
O:-

F. Evaluasi
Tgl/Jam Dx Evaluasi TTD
Keperawatan
29 Oktober 2021 Nyeri akut b.d S:
09.00 WIB agen pencedera Pasien mengatakan nyeri pada bekas
fisik jahitan operasi sudah berkurang
O:
- Skala nyeri 2
- Pasien tampak sudah tidak meringis
lagi (5)
- Sikap protektif pasien untuk
menghindari nyeri sudah sedikit
menurun (4)
- Pasien masih tampak sedikit gelisah
(4)
- TTV :
TD : 140/76 mmHg
S : 36,2°C
RR : 20x/menit
N : 88x/menit
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
4. Fasilitasi istirahat dan tidur
5. Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat analgetik
28 Oktober 2021 Gangguan pola S:
14.00 WIB tidur b.d kurang - Pasien mengatakan sudah bisa tidur
kontrol tidur walaupun kadang-kadang masih
sering terjaga
- Pasien mengatakan tidur malam
selama 5 jam
- Pasien mengatakan badannya terasa
lebih bugar
O:
- Pasien tampak lebih rileks
- Mata pasien tampak lebih sehat dan
tidak sayu lagi
- Pasien mengatakan kesulitan tidur
menurun (2)
- Pasien mengatakan sering terjaga
menurun (2)
- Pasien mengatakan tidurnya sudah
sedikit puas (2)
- Pasien mengatakan istirahatnya
cukup (1)
- TTV
TD : 136/80 mmHg
S : 36,2°C
RR : 20x/menit
N : 86x/menit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi faktor penganggu tidur
2. Identifikasi makanan dan
minumam yang menganggu tidur
3. Modifikasi lingkungan
4. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
5. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ca mammae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh
berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan
kanker tidak terkontrol, maka sel-sel kanker bisa bermetastase pada bagian-bagian tubuh
yang lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang
belikat. Selain itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit dan bawah
kulit.(Erik T, 2005). Adapun etiologi dari ca mammae antara lain yaitu usia, genetik, riwayat
menstruasi, riwayat Kesehatan, riwayat reproduksi, penggunaan obat kontrasepsi jangka
panjang, dan terapi penggunaan estrogen.
Tanda carsinoma kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada
tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips, adanya keluaran dari
puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan
turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase (Nurarif & Kusuma, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, Dwi Intan. 2020. “BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA”. (online).


http://eprints.umpo.ac.id/6147/3/BAB%202%20KTI%20INTAN%20DWI%20LESTARI.
pdf, (diakses pada 23 Oktober 2021).

Mayong, Wenceslaus. 2019. “KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN


PADA NY. Y DENGAN POST OP MASTEKTOMI DI RUANGAN CEMPAKA RS
POLRI TITUS ULLY KUPANG”. (diakses pada 24 Oktober 2021).

Solehati, Tetti, dkk. 2020. “Penatalaksanaan Keperawatan pada Pasien Kanker Payudara”.
Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, no.1, halaman : 71-82.

Widayanti, Pungky. 2019. “Laporan Pendahuluan Ca Mammae”. (online).


https://www.academia.edu/40432903/Laporan_Pendahuluan_Ca_Mamme, (diakses pada
23 Oktober 2021).

Anda mungkin juga menyukai