Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Ny. W DENGAN POST PARTUM SPONTAN


DI BANGSAL MERPATI RSUD SIMO BOYOLALI
Tugas Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Maternitas
Pada Program Studi Diploma III Keperawatan
Clinical Instruktur : Tatin Prasetyo M, S.Kep.Ns

Disusun oleh :
Prihatiasa Ma’afi Jannah
P27220020035

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN
KESEHATAN SURAKARTA
2021
KONSEP TEORI

A. Pengertian

Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi, pertumbuhan hingga


janinnya dilahirkan. Kehamilan adalah masa dimulai konsepsi sampai janinnya
lahir, lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir (Noviantoro, dkk, 2020).

Post date atau kehamilan lewat tanggal merupakan kehamilan yang


berlangsung selama lebih dari 40 minggu atau telah melebihi dari hari pertama
lahir (HPL). Menurut Mubarokah (2015), kehamilan postdate adalah suatu
kehamilan yang berlangsung melebihi 40 minggu ditambah satu atau lebih hari
(setiap waktu yang melebihi tanggal perkiraan lahir).

Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat


waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy,
postdate/ post datisme atau pascamaturitas, adalah kehamilan yang berlangsung
sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih di hitung dari hari pertama haid terakhir
menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata- rata 28 hari (Miliana, 2018).
Menurut Susilorini, dkk. (2016), Kehamilan post date atau kehamilan lewat
waktu adalah kehamilan yang melampaui umur 294 hari (42 minggu) dengan
segala kemungkinan komplikasinya. Nama lain kehamilan post date antara lain
adalah kehamilan serotinus, prolonged pregnancy, post-term pregnancy

B. Etiologi

Menurut Miliana (2018), etiologi kehamilan post date yaitu :

1. Pengaruh Progesteron :
a. Hormon progesteron merupakan komponen penting dalam memacu
proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas
uterus terhadap oksitosin.
b. Jika hormon ini masih berlangsung, maka tanda- tanda persalinan belum
akan muncul.
2. Teori Oksitosin
a. Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm
memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin memegang peranan
penting.
b. Oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam
menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu
hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu
faktor penyebab kehamilan postterm.
3. Teori Kortisol/ACTH Janin :
a. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar estrogen, selanjutnya
berpengaruh tehadap meningkatnya produksi prostaglandin.
b. Pada cacat bawaan janin sehingga anensefalus, hipoplasia adrenal janin,
dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan
kortisol janin tidak di produksi dengan baik sehingga kehamilan dapat
berlangsung lewat bulan.
4. Saraf Uterus :
a. Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus.
b. Pada keadaan tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan
letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesenuanya di
duga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm.
5. Herediter : Apabila seorang ibu mengalami kehamilan postterm saat
melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya
akan mengalami kehidupan postterm.
C. Patofisiologi

Serviks yang akan mengalami persalinan normal secara bertahap akan


melunak, menipis, mudah berdilatasi, dan bergerak ke arah anterior mendekati
waktu persalinan. Serviks pada wanita multipara lebih cepat matang
dibandingkan nulipara, dan pemahaman mengenai paritas penting dalam
menentukan saat yang tepat untuk melakukan pemeriksaan serviks pada
kehamilan lanjut (Mubarokah, 2015).

Kehamilan lewat waktu yang disebabkan karena faktor hormonal,


kurangnya produksi oksitosin akan menghambat kontraksi otot uterus secara
alami dan adekuat, sehingga mengurangi respons serviks untuk menipis dan
membuka. Akibatnya kehamilan bertahan lebih lama dan tidak ada
kecenderungan untuk persalinan pervaginam (Mubarokah, 2015).
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis

Menurut Mubarokah (2015), kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan


lewat waktu bila didapat 3 atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai
berikut.

1. Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif


2. Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan doppler
3. Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali
4. Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan
stetoskop leannec

Menurut Noviantoro, dkk. (2020), manifestasi klinis untuk kehamilan post date,
antara lain sebagai berikut :

1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin yang jarang,
yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit atau secara obyektif
dengan KTG kurang dari 10 kali per 30 menit.
2. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
a. Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi sehingga
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
b. Stadium II, seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan)
di kulit.
c. Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku,
kulit dan tali pusat.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. USG untuk menilai usia kehamilan, oligihidraminon, derajat maturitas


plasenta
2. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin
3. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa
tekanantes tanpa tekanan dinilai apakah reaktif atau tidak dengan tes tekanan
oksitosin
4. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20 %

G. Penatalaksanaan

Menurut Noviantoro, dkk. (2020), penatalaksanaan medis untuk kehamilan post


date, antara lain sebagai berikut :

1. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring
janin sebaik-baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau
sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa
amniotomi
4. Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim, terdapat
hipertensi, pre-eklampsia, kehamilan ini adalah anak pertama karena
infertilitas, pada kehamilan > 40-42 minggu. Maka ibu dirawat di rumah
sakit.
5. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat
janin, atau
c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,
hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak
janin.
H. Komplikasi

Menurut Miliana (2018) komplikasi kehamilan lewat waktu atau post date
terjadi baik pada ibu maupun pada janin, antara lain sebagai berikut :

1. Komplikasi pada Janin


a. Oligohidramnion
Air ketuban normal pada kehamilan 34- 37 minggu adalah 1.000 cc,
aterm 800 cc, dan lebih dari 42 minggu 400 cc. Akibat oligohidramnion
adalah amnion menjadi kental akrena meconium (diaspirasi oleh janin),
asfiksia intrauterine (gawat janin), pada inpartu (aspirasi air ketuban,
nilai apgar rendah, sindrom gawat paru, bronkus paru tersumbat
sehingga menyebabkan atelectasis).
b. Warna Mekonium
Mekonium keluar karena reflex vagus terhadap usus. Peristaltic usus
dan terbukanya sfingter ani membuat meconium keluar. Aspirasi air
ketuban disertai meconium dapat menimbulkan gangguan pernapasan
bayi/janin, gangguan sirkulasi bayi setelah lahir, dan hipoksia
intrauterine sampai kematian janin.
c. Makrosomia
Dengan plasenta yang masih baik, terjadi tumbuh kembang janin
dengan berat 4.500 gram yang disebut makrosomia. Akibatnya terhadap
persalinan adalah perlu dilakukan tindakan operatif seksio caesarea,
dapat terjadi trauma persalinan karena operasi vaginal, distosia bahu
yang menimbulkan kematian bayi, atau trauma jalan lahir ibu.
d. Dismaturitas Bayi
Pada usia kehamilan 37 minggu, luas plasenta 11 m2. Selanjutnya,
terjadi penurunan fungsi plasenta tidak berkembang atau terjadi
klasifikasi atau aterosklerosis pembuluh darah. Penurunan kemampuan
nutrisi plasenta menimbulkan perubahan metabolisme menuju anaerob
sehingga terjadi badan keton dan asidosis. Terjadi dismaturitas dengan
gejalan Clifford yang ditandai dengan:
1) Kulit: subkutan berkurang dan diwarnai meconium
2) Otot makin lemah
3) Kuku tampak panjang
4) Tampak keriput
5) Tali pusat lembek, mudak tertekan dan disertai oligohidramnion.
2. Komplikasi Pada Ibu
Menurut Miliana (2018) komplikasi yang terjadi pada ibu adalah:
a. Morbiditas/mortalitas ibu dapat meningkat sebagai akibat dari
makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang
menyebabkan terjadinya distosia persalinan. Incoordinate uterin action,
partus lama,meningkatkan tindakan obstetric dan persalinan traumatis/
perdarahan postpartum akibat bayi besar.
b. Aspek emosi ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus
berlangsung melewati taksiran perslinan.komentar tetangga atau teman
seperti “belum lahir juga?” akan menambah frustasi ibu.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Meliputi identitas klien/pasien dan identitas keluarga/penanggung jawab

2. Riwayat penyakit

Meliputi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,


riwayat penyakit keluarga

3. Riwayat pernikahan

4. Riwayat obsetri

Meliputi riwayat haid, riwayat imunisasi, riwayat kehamilan, riwayat


persalinan, riwayat nifas, riwayat laktasi, riwayat kb, riwayat psikososial

5. Pengkajian pola fungsi gordon

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

b. Pola aktivitas dan latihan

c. Pola istirahat tidur

d. Pola nutrisi metabolic

e. Pola eliminasi

f. Pola kognitif dan perceptual

g. Pola konsep diri

h. Pola koping

i. Pola peran hubungan


j. Pola reproduksi dan seksual

k. Pola nilai dan kepercayaan

6. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan umun

1) Keadaan umum

2) Kesadaran

3) Tanda-tanda vital

b. Pemeriksaan head to toe

1) Kepala
a) Inspeksi
Inspeksi dilakukan dengan cara memperhatikan kesimetrisan
wajah, tengkorak, warna dan distribusi rambut, serta kulit kepala.
Wajah normalnya simetris antara kanan dan kiri.
Ketidaksimetrisan wajah dapat menjadi suatu petunjuk adanya
kelumpuhan/paresif saraf ketujuh. Bentuk tengkorak yang normal
adalah simetris dengan bagian frontal menghadap kedepan dan
bagian parietal menghadap kebelakang. Distribusi rambut sangat
bervariasi pada setiap orang, dan kulit kepala normalnya tidak
mengalami peradangan, tumor, maupun bekas luka/sikatriks.
b) Palpasi untuk mengetahui keadaan rambut, massa, pembekuan,
nyeri tekan, keadaan tengkorak dan kulit kepala.
2) Mata
a) Dalam inspeksi mata, bagian-bagian mata yang perlu diamati
adalah bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, dan pupil.
i. Amati bola mata terhadap adanya protrusi, gerakan mata,
lapang pandang, dan visus.
ii. Amati kelopak mata
Bandingkan mata kanan dan kiri, amati bentuk dan keadaan
kulit pada kelopak mata, serta pada bagian pinggir kelopak
mata. Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata terkait
dengan ada/tidaknya bulu mata, dan posisi bulu mata.
Perhatikan keluasan mata dalam membuka dan catat bila ada
dropping kelopak mata atas atau sewaktu mata membuka
(ptosis).
iii. Amati konjungtiva, sclera dan pupil
Amati konjungtiva untuk mengetahui ada/tidaknya kemerah-
merahan, keadaan vaskularisasi, serta lokasinya. Amati warna
sclera, amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil.
Kemudian lanjutkan dengan mengevaluasi reaksi pupil
terhadap cahaya. Normalnya bentuk pupil adalam sama besar
(isokor).
b) Palpasi mata dikerjakan dengan tujuan untuk mengetahui tekanan
bola mata dan mengetahui adanya nyeri tekan. Lakukan palpasi
pada kedua mata. Bila tekanan bola mata meninggi, mata teraba
keras.
c) Fungsi penglihatan berfungsi normal atau tidak
3) Hidung
a) Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar serta palpasi sinus :
i. Amati warna dan pembengkakan pada kulit hidung.
ii. Amati kesimetrisan hidung.
iii. Palpasi hidung luar, dan catat bila ditemukan ketidak
abnormalan kulit atau tulang hidung.
iv. Kaji mobilitas septum nasi.
v. Ada/tidaknya pernafasan cuping hidung
vi. Palpasi sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis.
Perhatikan jika ada nyeri.
b) Inspeksi hidung bagian dalam
i. Amati posisi septum nasi dan kemungkinan adanya perfusi.
ii. Amati bagian konka nasalis inferior.
iii. Ada/tidaknya lender.
iv. Amati bentuk dan posisi septum, kartilago, dan dinding-
dinding rongga hidung serta selaput lendir pada rongga hidung
(warna, sekresi, bengkak).
c) Fungsi hidung normal/tidak.
4) Mulut
Pemeriksaan mulut semua bagian dalam mulut dapat diamati dengan
jelas. Pengamatan diawali dengan mengamati bibir, gigi, gusi, lidah,
selaput lendir, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut, dan platum/
langit-langit mulut, kemudian faring.
a) Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan congenital, bibir
sumbing, warna bibir, ulkus, lessi dan massa.
b) Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan congenital, bibir
sumbing, warna bibir, ulkus, lessi dan massa.
c) Amati posisi, jarak, gigi rahan atas dan bawah, ukuran, warna, lesi,
atau adanya tumor pada setiap gigi. Amati juga akar-akar gigi, dan
gusi secara khusus.
d) Amati warna, adanya pembengkakan, tumor, sekresi, peradangan,
ulkus, dan perdarahan pada selaput lendir semua bagian mulut
secara sistematis.
e) Inspeksi faring, dengan menganjurkan pasien membuka mulut dan
menekan lidah pasien kebawah sewaktu pasien berkata “ah”.
Amati kesimetrisan uvula pada faring.
5) Telinga
a) Inspeksi dan palpasi pada telinga
i. Amati telinga luar, periksa ukuran, bentuk, warna, lesi, dan
adanya massa pada pinna.
ii. Lakukan palpasi dengan cara memegang telinga dengan ibu
jari dan jari telunjuk.
iii. Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis, yaitu dari
jaringan lunak, kemudian jaringan keras, dan catat bila ada
nyeri.
iv. Tekan bagian tragus kedalam dan tekan pula tulang telinga di
bawah daun telinga. Bila ada peradangan, pasien akan merasa
nyeri.
v. Bandingkan telinga kanan dan kiri.
vi. Bila diperlukan, lanjutkan pengkajian telinga dalam.
vii. Pegang bagian pinggir daun telinga/heliks dan secara perlahan-
lahan tarik daun telinga keatas dan ke belakang sehingga
lubang telinga menjadi lurus dan mudah diamati.
viii. Amati pintu masuk lubang telinga dan perhatikan ada/ tidaknya
peradangan, pendarahan atau kotoran.
b) Fungsi telinga normal/tidak, pemeriksaan pendengaran dilakukan
untuk mengetahui fungsi telinga. Secara sederhana pemeriksaan
pendengaran dapat diperiksa dengan mengguanakan suara bisikan.
Pendengaran yang baik akan mudah megetahui adanya bisikan.
6) Leher
a) Inspeksi leher untuk mengetahui bentuk leher, warna kulit, adanya
pembengkakan, jaringan parut, dan adanya massa. Palpasi
dilakukan secara sistematis, mulai dari garis tengah sisi depan
leher, samping, dan belakang. Warna kulit leher normalnya sama
dengan kulit sekitarnya. Warna kulit leher dapat menjadi kuning
pada semua jenis ikterus, dan menjadi merah, bengkak, panas serta
ada nyeri tekan bila mengalami peradangan.
b) Inspeksi tiroid dengan cara meminta pasien menelan, dan amati
gerakan kelenjar tiroid pada insisura jugularis sterni. Normalnya
gerakan kelenjar tiroid tidak dapat dilihat kecuali pada orang yang
sangat kurus.
7) Thorax (jantung dan paru)
a) Inspeksi
Dada diinspeksi terutama postur, bentuk, dan kesimetrisan
ekspansi, serta keadaan kulit.
b) Palpasi
Palpasi dada dilakukan untuk mengkaji keadaan kulit dinding dada,
nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi, dan taktil
fremitus (vibrasi yang dapat teraba yang dihantarkan melalui
sistem bronkopulmonal selama seseorangberbicara).
c) Perkusi
Lakukan perkusi paru-paru posterior untuk menentukan gerakan
diafragma (penting pada pasien emfisema).
d) Auskultasi
Auskultasi berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang
trakeobronkial dan mengetahui adanya sumbatan aliran udara.
Auskultasi juga berguna untuk mengkaji kondisi paru-paru dan
rongga pleura.
8) Abdomen
a) Inspeksi
i. Amati bentuk abdomen secara umum, kontur permukaan
abdomen, dan adanya retraksi, penonjolan, serta
ketidaksimetrisan.
ii. Amati gerakan kulit abdomen saat inspirasi dan ekspirasi.
iii. Amati pertumbuhan rambut dan pigmentasi pada kulit secara
lebih teliti.
b) Auskultasi
Auskultasi untuk mendengarkan dua suara abdomen, yaitu bising
usus (peristaltic) yang disebabkan oleh perpindahan gas atau
makanan sepanjang intestinum dan suara pembuluh darah.
c) Palpasi
Mengetahui adanya nyeri tekan
d) Perkusi
Massa di dalam abdomen. Perkusi juga dilakukan untuk
mengetahui posisi limpa dan hepar. Bunyi perkusi pada abdomen
yang normal adalah timpani, namun bunyi ini dapat berubah pada
keadaan-keadaan tertentu. Misalnya, apabila hepar dan limpa
membesar, bunyi perkusi akan menjadi redup, khususnya perkusi
di area bawah arkus kostalis kanan dan kiri. Apabila terdapat udara
bebas pada rongga abdomen, daerah pekak pada hepar akan hilang.
9) Ekstremitas
Capillary refill lebih dari 1 detik, lemah/tidaknya gerakan, kondisi
fraktur, kemampuan ROM
10) Integumen
Turgor kulit, terapat edema atau tidak, warna dan tekstur kulit.

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium darah lengkap

8. Terapi medis

Obat yang diberikan intravena dan peroral

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik D0077


2. Risiko infeksi b.d faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
(Kerusakan integritas kulit) D0142
3. Ketidaknyamanan pasca partum b.d trauma perineum selama persalinan
dan kelahiran D0075
4. Ketidakstabilan kadar gula darah b.d hiperglikemia D002
C. Intervensi

DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Nyeri ( I.08238)
asuhan keperawatan selama Observasi :
2x24 jam, diharapkan tingkat - Identifikasi lokasi, karakteristik,
nyeri menurun dengan kriteria durasi,frekuensi, kualitas, intensitas
hasil : nyeri
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi respons nyeri non verbal
- Gelisah menurun - Identifikasi faktor yang memperberat
- Kesulitan tidur menurun dan
- memperingan nyeri
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

2 Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi (I.14539)


asuhan keperawatan selama Observasi :
2x24 jam diharapkan risiko - Monitor tanda dan gejala infeksi
infeksi menurun dengan kriteria lokal dan sistemik
hasil: Terapeutik :
- Kemerahan menurun - Batasi jumlah pengunjung
- Nyeri menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah
- Kebersihan tangan kontak dengan pasien dan
meningkat lingkungan pasien
- Kebersihan badan - Pertahankan teknik aseptik pada
meningkat pasien beresiko tinggi
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka oprasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antibiotik
atau imunisasi, jika perlu

3 Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi (I.09326)


asuhan keperawatan selama Observasi :
2x24 jam, diharapkan - Identifikasi teknik relaksasi yang
ketidaknyamanan meningkat pernah efektif digunakan
dengan kriteria hasil: - Identifikasi kesediaan,
- Keluhan tidak nyaman kemampuan,dan penggunaan teknik
meningkat sebelumnya
- Meringis meningkat - Periksa keteganggan otot, frekuensi
- Luka episitomi meningkat nadi, tekanan darah, dan suhu
- Kontraksi uterus meningkat sebelum dan sesudah latian
- Monitor respon terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik :
- Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur tehnik
relaksasi
- Gunakan palaian longgar
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetic atau
tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi :
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi yang tersedia
(mis. musik, meditasi, nafas dalam,
relaksasi otot progresif)
- Jelaskan secara rinci intervesi
relaksasi yang di pilih
- Anjurkan menggambil posisi
nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang di pilih
4 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
asuhan keperawatan selama Observasi :
2x24 jam, diharapkan - Identifikasi kemungkinan penyebab
ketidakstabilan meningkat hiperglikemia
dengan kriteria hasil : - Monitor kadar glukosa darah, jika
- Kadar glukosa dalam darah perlu
membaik - Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia (mis. poliuria,
polydipsia, polifagia, kelemahan,
malaie, pandangan kabur, sakit
kepala)
- Monitor inteks dan output cairan
Terapeutik :
- Berikan asupan cairan oral
- Konsultasi dengan medis jika tanda
dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
Edukasi :
- Anjurkan menghindari olahraga saat
kadar glukosa darah lebih dari 250
mg/dL
- Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet
dan olahraga
- Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
penggunaan insulin, obat oral,
monitor asupan cairan, penggangian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian insulin, jika
perlu

D. Implementasi

Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di rencanakan.

E. Evaluasi

- S: Subjektif

Data berdasarkan keluhan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan

- O: Objektif

Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi langsung kepada pasien

- A: Analisis

Masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau baru terjadi
akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya
dalam data subjektif dan objektif

- P: Planning

Perencanaan tindakan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan,


dimodifikasi atau menambah rencana tindakan keperawatan yang telah
ditentukan sebelumnya
DAFTAR PUSTAKA

Noviantoro, Bayu, dkk.. 2020. "Kehamilan Post Date", (online),


(https://id.scribd.com/document/516265081/MAKALAH-POST-DATE,
diakses 21 Oktober 2021).

Susilorini, dkk.. 2016. "HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN POST DATE


DENGAN PERSALINAN LAMA Di RSIA NYAI AGENG PINATIH
GRESIK". Jurnal Kesehatan, (online), (http://journal.poltekkesdepkes-
sby.ac.id/index.php/JPK/article/download/381/311, diakses 21 Oktober
2021).

Miliana, R. 2018. "Kehamilan dan Persalinan", (online),


(http://repository.unimus.ac.id/2661/3/BAB%202.pdf, diakses 21 Oktober
2021).

Mubarokah, F. 2015. "Kehamilan Post Date", (online),


(https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/47531/MTgxODI4/Asuhan-,
diakses 20 Oktober 2021).

PPNI DPD SDKI Pokja Tim. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta : DPP PPNI

PPNI DPD SIKI Pokja Tim. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta : DPP PPNI

PPNI DPD SLKI Pokja Tim. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai