Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PNEUMONIA

DI RUANG PENYAKIT DALAM

Oleh :

ALFI RIZKY DOAN

G3A019200

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kemampuan
alveolus menyerap oksigen menjadi berkurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel
tubuh tidak bisa bekerja. Karena inilah, selain penyebaran infeksi dnegan sumber utama
bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan berbagai senyawa kimia maupun partikel.
Pneumonia merupakan masalah keseahaan di dunia karena angka kematiannya yang
tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju seperti maerika
serikat, kanada, dan negar-negara seperti eropa. (Misnadiarly, 2008)
Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran nafas bawah akut pada perenkim
paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan
parasit. Peradangan pada paru yang disebabkan oleh mycrobacterium tubercolosis tidak
dikategorikan kedalam pneumonia (Dahlan, 2014). Pneumonia komunitas merupakan
jenis pneumonia bakterial yang didapat dari masyarakat (Kozier, 2010).
Kejadian pneumonia cukup tinggi didunia, yaitu sekitar 15% - 20% (Dahlan, 2014).
Pada usia lanjut angka kejadian pneumonia mencapai 20-24 kasus per 1000 penduduk
setiap tahun (Moorhead et al., 2010). Penderita pneumonia usia lanjut memiliki
kemungkinan lima kali lebih banyak untuk merawat inap dibandingkan dengan penderita
pneumonia usia dewasa (bulechek et al., 2013). Pneumonia merupakan penyebab
kematian nomor 5 pada usia lanjut (Dahlan, 2014).
Di indonesia, prevalensi kejadian pneumonia pada tahun 2013 sebesar 4,5%
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Selain itu, pneumonia merupakan salah satu dari 10
besar dari rawat inap dirumah sakit, dengan proporsi kasus 53,95% laki-laki dan 46,05%
perempuan. Pneumonia memiliki tingkat crude fatality rate (cfr) yang tinggi, yaitu 7,6% .
Berdasarkan data riset kesehatan dasar (RISKEDAS) 2013, prevalensi pneumonia
pada usia lanjut mencapai 15,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Berdasarkan penelitian dari WHO pada tahun 2010, menyatakan 13 juta orang di
dunia meninggal karena pneumonia. Pneumonia adalah salah satu penyebab utamanya
dengan membunuh sekitar 3 juta orang merupakan 30% dari seluruh kematian yang ada
(Asmadi, 2008). Di indonesia pnemonia merupakan kejadian tertinggi dimana angka 4
juta kasus per tahun, 600 ribu orang di rawat di rumah sakit kerena menderita
pneumonia.
Dari uraian di atas maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut untuk mempelajari
lebih jauh tentang penyakit pneumonia yang akan penulis tuangkan dalam Asuhan
Keperawatan Tn.R dengan pneumonia.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran hasil asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia
2. Tujuan Khusus:
a. Menjelaskan konsep dasar pneumonia yang terdiri dari pengertian, etiologi,
manifestasi klinis dan komplikasi.
b. Menjelaskan hasil asuhan keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi.
c. Mengulas atau menguraikan tentang kendala dan keberhasilan asuhan
keperawatan
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi pneumonia ?
2. Apa etiologi pneumonia?
3. Bagaimana patofisiologi pneumonia ?
4. Bagaimana manifestasi klinis pneumonia?
5. Bagaimana penatalaksanan pneumonia?
6. Bagaimana konsep keperawatan pada pneumonia ?
D. METODE PENULISAN
1. Tulisan menggunakan font Time New Roman
2. Tulisan menggunakan size 12 dengan spasi 1,5
E. SISTEMATIKA PENULISAN
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Tujuan penulisan
3. Rumusan masalah
4. Metode penulisan
5. Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian pneumonia
2. Etiologi pneumonia
3. Patofisiologi pneumonia
4. Manifestasi klinik pneumonia
5. Penatalaksanaan pneumonia
6. Pemeriksaan pneumonia
7. Konsep keperawatan pneumonia
BAB III RESUME ASKEP
1. Skenario Kasus
2. Pengkajian fokus
3. Diagnosa keperawatan
4. Pathways keperawatan kasus
5. Fokus intervensi
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Pneumonia adalah salah satu penyait peradangan akut parenkim yang biasanya dari
satu infeksi saluran pernafasan bawah akut. Denga gejala batuk disertai dengan sesak
nafas disebabkab agen infeksius seperti virus bakteri dan fungi (Huda, 2015)
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, yang berhubungan dengan cairan.
Penyebabnya termasuk berbagai agen infeksi, iritan kimia, dan terapi radiasi. (Wong
2009).
B. ETIOLOGI
1. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus,
streptococus, aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza, eneterobacter.
2. Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system
pertahanan menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.
3. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza, adenovirus,chicken-pox
(cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi
gangguan ini dapat memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.
4. Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda
dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga disebabkan
oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal.
Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia.
5. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans (Meadow, 2015)

C. PATOFISIOLOGI
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh mikroorganisme
dan respon sistem imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari seratus jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang
bertanggung jawab pada sebagian besar kasus. Penyebab paling sering pneumonia adalah
virus dan bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan
parasit :
1. Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus
masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut
dan hidung. setelah masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini
sering menunjukan kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau
melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.
Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan
paru. Sel darah putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin
yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli.
Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi
pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses
kerusakan paru,banyak virus merusak organ lain dan kemudian menyebabkan
fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap
infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan
komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influensa,virus
syccytial respiratory (RSV), adenovirus dan metapneumovirus. Virus herpes
simpleks jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang
dengan masalah pada sistem imun juga berresiko terhadap pneumonia yang
disebabkan oleh cytomegalovirus (CMV).
2. Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara
dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika
ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.
Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti
hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli.Setelah
memasuki alveoli,bakteri mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan diantara
alveoli melalui rongga penghubung.Invasi ini memacu sistem imun untuk
mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih,menuju
paru.Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan mereka
juga melepaskan cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun.
Hal ini menyebabkan demam,menggigil,dan mual umumnya pada pneumoni
yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling
pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri
sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan
penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah
rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.
Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding
dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema.
Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah
Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri atipikal.Penggunaan
istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu atau
merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan
Gram.Istilah “atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi
orang yang lebih sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon
pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain.
3. Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin terjadi
pada individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS, obat-obatan
imunosupresif atau masalah kesehatan lain.patofisiologi dari pneumonia yang
disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan
bakteri,Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh
Histoplasma capsulatum,Cryptococcus neoformans,Pneumocystis jiroveci dan
Coccidioides immitis. Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai
Missisipi,dan Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat
bagian barat daya.
4. Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru.Parasit ini
secara khas memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan.Setelah memasuki
tubuh,mereka berjalan menuju paru-paru,biasanya melalui darah.
Terdapat seperti pada pneumonia tipe lain ,kombinasi dari destruksi seluler
dan respon imun yang menyebabkan ganguan transportasi oksigen.Salah satu tipe
dari sel darah putih,eosinofil berespon dengan dahsyat terhadap infeksi
parasit.Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan pneumonia eosinofilik yang
menyebabkan komplikasi yang mendasari pneumonia yang disebabkan
parasit.Parasit paling umum yang dapat menyebabkan pneumonia adalah
Toxoplasma gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis. a adalah Toxoplasma
gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis (Meadow, 2015)
D. MANIFESTASI KLINIK
Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak, sputum kehijauan atau
kuning, demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai nafas yang pendek, nyeri
dada seperti pada pleuritis ,nyeri tajam atau seperti ditusuk. Salah satu nyeri atau
kesulitan selama bernafas dalam atau batuk.
Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit kepala
atau mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu
makan, kelelahan,kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot. Tidak jarang
bentuk penyebab pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain.
Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat menyebabkan nyeri
perut dan diare, pneumonia karena tuberkulosis atau Pneumocystis hanya menyebabkan
penurunan berat badan dan berkeringat pada malam hari. Pada orang tua manifestasi dari
pneumonia mungkin tidak khas. Bayi dengan pneumonia lebih banyak gejala, tetapi pada
banyak kasus, mereka hanya tidur atau kehilangan nafsu makan (Wong, 2009).

E. PENATALAKSANAAN
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :
1. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
2. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
3. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
4. Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
5. Kebersihan pulmonari yang baik seperti: napas dalam, batuk, terpi fisik dada
(Meadow, 2015).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat
juga menyatakan abses).
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosa organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosa keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosi
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosa dan mengangkat benda asing
(Meadow,2015).

G. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Menurut Wong (2009), asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia meliputi :
a. Identitas
Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Umur , Agama, Jenis Kelamin ,Pekerjaan,
Status perkawinan, Alamat, Tanggal masuk, Yang mengirim, Cara masuk RS, dan
Diagnosa medis dan nama Identitas Penanggung Jawab meliputi : Nama, Umur,
Hub dengan pasien, Pekerjaan dan Alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien
sebelum masuk ke rumah sakit. Riwayat Kesehatan Sekarang
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
3) Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga
yang pernah menderita penyakit yang sama dengan pasien.
c. Pemeriksaan Fisik (dada Paru)
1) Inspeksi:
a) Amati bentuk thorax
b) Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya
c) Amati tipe pernapasan : Pursed lip breathing, pernapasan diapragma,
penggunaan otot Bantu pernapasan
d) Tanda tanda reteraksi intercostalis , retraksi suprastenal
e) Gerakan dada
f) Adakan tarikan didinding dada , cuping hidung, tachipnea
g) Apakah daa tanda tanda kesadaran meenurun
2) Palpasi
a) Gerakan pernapasan
b) Raba apakah dinding dada panas
c) Kaji vocal premitus
d) Penurunan ekspansi dada

3) Auskultasi
a) Adakah terdenganr stridor
b) Adakah terdengar wheezing
c) Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara tambahan
4) Perkusi
a) Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal
b) Hipersonor , adanya tahanan udara
c) Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura
d) Redup/Dullnes, adanya jaringan padat
e) Tympani, terisi udara
d. Pola Kebutuhan
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
3) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : Kistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia (malnutrisi)
4) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : Perusakan mental (bingung)
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgi
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan)
6) Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : Sputum: merah muda, berkarat
Perpusi: Pekak datar area yang konsolidasi
Premikus: Taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun : Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
7) Keamanan
Gejala : Riwayat gangguasn sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid,
demam.
Tanda : Berkeringat, menggigil berulang, gemetar (Wong, 2009).
2. PATHWAY KEPERAWATAN
Bakteri Virus Parasit

Daya tahan tubuh rendah,


perokok/alkoholisme Infeksi saluran nafas bawah

Parenkim paru Aspirasi cairan

Koloni organisme patogen Benda asing


Anti gen
PNEUMONIA Produk toksik
Respon humoral
Cedera jaringan
Antigen-antinodi berikatan dengan molekul
Kerusakan sel
Pengaktifan kaskade komplemen
Pelepasan mediator
Pengaktifan kemotaksis netrofil dan makrofag nyeri (histamin,
bradiknin, prostaglandin,
serotonin, ion kalium dll
Pelepasan pyrogen Penumpukan fibrin Premeabilitas
endogen (siitokin) eksudat, eritrosit, leukosit kapiler meningkat Merangsang nosiseptor
(reseptor nyeri)
Merangsang saraf vagus Skret menumpuk Perpindahan
pada bronkus eksudat plasma ke Dihantarkan medulla
Merangsang intertisel spinalis
hipotalamus Batuk, sesak nafas,
meningkatkan dispnea Oedema ruang Otak
titik patokan kapiler alveoli
suhu (set point) Bersihan jalan Persepsi nyeri
nafas tidak efektif Penurunan efusi O2

Metabolisme Nyeri
meningkat Gangguan pertukaran gas

Peningkatan Penurunan saturasi O2


Menggigil,
penggunaan meningkatkan
energi suuh basal Hipoksia jaringan

Keletihan
Hipertermi Perfusi perifer tidak
efektif
Intoleransi aktivitas
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menggunakan sumber SDKI (2016), diagnosa yang di dapat yaitu :
a. D.0003 Gangguan pertukaran gas perubahan membrane alveolus-kapiler
(peningkatan produksi mucus)
b. D.0149 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
c. D.0009 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
dan/atau vena
d. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
e. D.0130 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (ifeksi)
f. D.0056 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menggunakan sumber SIKI (2018), diagnosa yang di dapat yaitu :
No LUARAN INTERVENSI
1. L.01003 : Pertukaran gas Intervensi Utama
Oksigenasi dan/atau eliminasi Pemantauan respirasi
karbondioksida pada membrane Observasi
alveolus-kapiler dalam batas - Monitor frekuensi irama, kedalaman,
normal dengan kriteria hasil : dan upaya nafas
- Dyspnea menurun - Monitor pola nafas
- Bunyi nafas tambahan - Monitor kemampuan batuk efektif
menurun - Monitor adanya produksi sputum
- Pusing menurun - Monitor adanya sumbatan jalan
- Gelisah menurun nafas
- Pola nafas membaik - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
2.
3. L.02011 : Perfusi perifer Intervensi Utama
Keadekuatan aliran darah Perawatan sirkulasi
pembuluh darah distal untuk Observasi
mempertahankan jaringan - Periksa sirkulasi perifer
dengan kriteria hasil : - Identifikasi factor risiko gangguan
- Denyut nadi perifer sirkulasi
meningkat - Monitor panas, kemerahan, nyeri
- Edema perifer menurun atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
- Kelemahan otot menurun
- Hindari pemasangan infus atau
- Tekanan darah sistolik pengambilan darah diarea
membaik keterbatasan perfusi
- Hindari pengukuran tekanan darah
Tekanan darah diastolic
pada ekstremitas dengan
membaik
keterbatasan perfusi
- Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi
- Anjurkan olahraga rutin
- Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
4. L.08066 : Tingkat nyeri I.08238 : Manajemen nyeri
1. Keluhan nyeri menurun Observasi
2. Meringis menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik,
3. Sikap protektif menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
4. Frekuensi nadi membaik nyeri
5. Pola nafs membaik - Identifikasi skala nyeri
6. Tekanan darah membaik - Identifikasi respon nyeri non verbal
L.14135 : Control nyeri - Identifikasi factor yang memperberat
1. Melapork dan memperingan nyeri
an nyeri - Identifikasi pengetahuan dan
terkontrol keyakinan tentang nyeri
meningkat - Monitar efek samping penggunaan
2. Kemampuan mengenali analgetik
onset nyeri meningkat Terapeutik
3. Kemampuan mengenali - Berikan teknik nonfarmakologis
penyebab nyeri meningkat untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kemampuan menggunakan - Kompres hangat/dingin
Teknik non-farmakologis - Fasilitas istirahat dan tidur
L.14130 : Penyembuhan luka Edukasi
1. Penyatuan kulit meningkat - Jelaskan penyebab, periode, dan
2. Penyatuan tepi luka pemicu nyeri
meningkat - Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Jaringan granulasi - Ajurkan memonitor nyeri secara
meningkat mandiri
4. Pembentukan jaringan parut - Ajarkan Teknik nonfarmakologis
meningkat untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
L.08066 : Tingkat nyeri Intervensi Utama
menurun dengan kriteria hasil : I.15506 : Manajemen Hipertermia
1. Keluhan nyeri menurun Observasi
2. Meringis menurun - Identifikasi penyebab hipertermia
3. Sikap protektif menurun - Monitor suhu tubuh
4. Frekuensi nadi membaik - Monitor kadar elektrolit
5. Pola nafs membaik - Monitor haluaran urin
6. Tekanan darah membaik - Monitor komplikasi akibat
L.14135 : Control nyeri hipertermia
meningkat dengan kriteria hasil : Terapeutik
1. Melaporkan nyeri terkontrol - Sediakan lingkungan yang dingin
meningkat - Longgarkan atau lepas pakaian
2. Kemampuan - Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau sering
jika mengalami heperhidrosis
- Lakukan pendinginan eksternal
- Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena

6. L.05047 : Toleransi aktivitas Intervensi Utama


Respon fisiologis terhadap Manajemen energi
aktivitas yang membutuhkan Observasi
tenaga dengan kriteria hasil : - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
- Frekuensi nadi meningkat yang mengakibatkan kelelahan
- Saturasi oksigen meningkat - Monitor kelelaha fisik dan emosional
- Aktivitas sehari-hari - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
meningkat
Terapeutik
- Keluhan Lelah menurun - Sediakan lingkungan nyaman dan
- Dyspnea menurun rendah stimulus
- Perasaan lemah menurun Edukasi
- Tekanan darah membaik - Anjurkan tirah baring
- Frekuensi nafas membaik - Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
BAB III

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

A. SKENARIO KASUS
Seorang laki-laki umur 59 th dirawat di ruang penyakit dalam karena sudah 3 hari
yang lalu mengalami batuk berlendir, sering demam dan menggigil. Pengkajian saat ini
didapatkan data pasien sering batuk produktif, pasien mengeluh demam dan terlihat
menggigil, terlihat nafas cuping hidung, dan penggunaan otot bantu nafas, pada palpasi
dada terdapat peningkatan getaran pada semua paru. pemeriksaan auskultasi ronchi
lapang paru kanan dan kiri TTV ; Suhu 39, 20 C, Nadi; 96X/mnt, RR;32X/mnt, Tekanan
darah; 140/90 mmHg. Pasien mengatakan sudah sejak 10 th yang lalu menjadi pecandu
rokok kurang lebih 12 batang per hari. Pasien juga mengatakan sering sakit sakitan seperti
batuk, pilek dan demam. Pasien pernah dirawat dengan Pneumonia TB/BB 155 cm/63 kg.
Hasil pemeriksaan Lab: Hb 14.4 gr%, Leukosit 12600 mm 3. Rontgen:Pemeriksaan thorax
infiltrate tipis parokordial kiri dan efusi pleura kiri minimal. Therapi: Elpicef 2 x 1 gr,
Metyl prednisolon 2 x 125 mg, Aminophilin 1 amp drip, Nebulizer combiven 4 x 1 amp.
B. PENGKAJIAN FOKUS
Nama Mahasiswa : ALFI RIZKY DOAN
NIM : G3A019200
Tanggal : Senin,31 Agustus 2020
IDENTITAS
Nama :- (Laki-laki)
Tempat & Tgl Lahir : 59 Tahun
Diagnosa Medik : Pneumonia
SUBJEKTIF
1. Status Kesehatan Saat ini
a. Alasan masuk Rumah Sakit/Keluhan utama : pasien mengalami batuk berlendir,
sering demam dan menggigil
b. Lamanya keluhan 3 hari yang lalu
2. Status Kesehatan Masa Lalu
Pasien pernah dirawat dengan Pneumonia, Pasien mengatakan sudah sejak 10 th yang
lalu menjadi pecandu rokok kurang lebih 12 batang per hari, Pasien juga mengatakan
sering sakit sakitan seperti batuk, pilek dan demam
OBJEKTIF

- Pasien terlihat nafas cuping hidung


- Penggunaan otot bantu nafas
Palpasi dada terdapat peningkatan getaran pada semua paru
Auskultasi ronchi lapang paru kanan dan kiri
- TTV :
Suhu : 39, 20 C
Nadi : 96x/mnt
RR : 32x/mnt
TD : 140/90 mmHg
- TB/BB : 155 cm/63 kg
DATA PENUNJANG
- Lab : Hb 14.4 gr%, Leukosit 12600 mm3.
- Rontgen : Pemeriksaan thorax infiltrate tipis parokordial kiri dan efusi pleura kiri
minimal.
- Therapi : Elpicef 2 x 1 gr, Metyl prednisolon 2 x 125 mg, Aminophilin 1 amp drip,
Nebulizer combiven 4 x 1 amp.

NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


1. DS : Gangguan Perubahan

- Klien mengalami batuk berlendir pertukaran gas membrane alveolus-


kapiler (peningkatan
DO :
produksi mucus)
- Pasien terlihat nafas cuping hidung
- Penggunaan otot bantu nafas
- Palpasi dada terdapat peningkatan
getaran pada semua paru
- Auskultasi ronchi lapang paru kanan
dan kiri
- RR : 32x/mnt
2. DS : Hipertermia Proses penyakit

- Klien mengatakan sering demam (ifeksi)

DO :

- Suhu : 39, 20 C
3. DS : Ansietas Kurang terpapar
informasi

- Pasien mengatakan sudah sejak 10 th


yang lalu menjadi pecandu rokok
kurang lebih 12 batang per hari
DO :

- Nadi : 96x/mnt
- RR : 32x/mnt
- TD : 140/90 mmHg
C. PATHWAY KEPERAWATAN

Bakteri Virus

Daya tahan tubuh rendah,


perokok Infeksi saluran nafas bawah

Parenkim paru Aspirasi cairan

Koloni organisme patogen Benda asing


Anti gen
PNEUMONIA Produk toksik
Respon humoral
Cedera jaringan
Antigen-antinodi berikatan dengan molekul
Kerusakan sel
Pengaktifan kaskade komplemen
Pelepasan mediator nyeri (histamin,
Pengaktifan kemotaksis netrofil dan makrofag bradiknin, prostaglandin, serotonin,
ion kalium dll

Pelepasan pyrogen Penumpukan fibrin Premeabilitas


endogen (siitokin) eksudat, eritrosit, leukosit kapiler meningkat

Merangsang saraf vagus Skret menumpuk Perpindahan


pada bronkus eksudat plasma ke
Merangsang hipotalamus intertisel
meningkatkan titik Batuk, sesak nafas,
patokan suhu (set point) dispnea Oedema ruang
kapiler alveoli
Menggigil,
Penurunan efusi O2
meningkatkan
suuh basal
Gangguan pertukaran gas
Hipertermi

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. D.0003 Gangguan pertukaran gas perubahan membrane alveolus-kapiler
(peningkatan produksi mucus)
2. D.0130 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (ifeksi)
3. D.0080 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
E. INTERVENSI KEPERAWATAN

No LUARAN INTERVENSI
1. L.01003 : Pertukaran gas Intervensi Utama
Oksigenasi dan/atau eliminasi Pemantauan respirasi
karbondioksida pada membrane Observasi
alveolus-kapiler dalam batas - Monitor frekuensi irama, kedalaman, dan
normal dengan kriteria hasil : upaya nafas
- Dyspnea menurun - Monitor pola nafas
- Bunyi nafas tambahan - Monitor kemampuan batuk efektif
menurun - Monitor adanya produksi sputum
- Pusing menurun - Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Gelisah menurun - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Pola nafas membaik - Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan

2. L.08066 : Tingkat nyeri menurun Intervensi Utama


dengan kriteria hasil : I.15506 : Manajemen Hipertermia
7. Keluhan nyeri menurun Observasi
8. Meringis menurun - Identifikasi penyebab hipertermia
9. Sikap protektif menurun - Monitor suhu tubuh
10.Frekuensi nadi membaik - Monitor kadar elektrolit
11.Pola nafs membaik - Monitor haluaran urin
12.Tekanan darah membaik - Monitor komplikasi akibat hipertermia
L.14135 : Control nyeri Terapeutik
meningkat dengan kriteria hasil : - Sediakan lingkungan yang dingin
3. Melaporkan nyeri terkontrol - Longgarkan atau lepas pakaian
meningkat - Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Kemampuan - Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau sering jika
mengalami heperhidrosis
- Lakukan pendinginan eksternal
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
3. L.09093 : Tingkat ansietas Intervensi Utama
1. Verbalisasi khawatir akibat Reduksi ansietas
kondisi yang dihadapi Observasi
menurun - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
- Monitor tanda-tanda ansietas
2. Perilaku gelisah menurun
Terapeutik
3. Perilaku tegang menurun - Ciptakan suasana terapeutik untuk
4. Keluhan pusing menurun menunbuhkan kepercayaan
5. Frekuensi pernafasan menurun - Pahami situasi yang membuat ansietas
6. Frekuensi nadi menurun Edukasi
7. Frekuensi tekanan darah - Jelaskan prosedur, termasuk sensai yang
menurun akan dialami
- Infrmasikan secara factual mengenai
8. Pola berkemih membaik
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi obat antiansietas, jika perlu
Terapi relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2003. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Dahlan.(2014). Asuhan Keperawatan Sistem Pernafasan pada Manusia. Jakarta. EGC

Depkes RI, (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013.

Depkes RI, (2013). Buku profile Kesehatan Indonesia tahun 2013.

Kozier dkk.(2010). Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta: EGC

Meadow, Roy.2015. Notes pediatrik Edisi 7. Erlangga. Jakarta.

Nurarif, amin huda. 2015. Nanda: aplikasi Asuhan Keperawatan nic-noc. Mediaction Jogja :
Yogyakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai