DISUSUN OLEH :
ALFI RIZKY DON
G3A019200
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total
maupun sebagian.
Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal
paha yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu,
seperti degenerasi tulang atau osteoporosis.
(Arif Muttaqin, 2008)
2. Etiologi
Penyebab fraktur femur antara lain:
a. Fraktur femur terbuka
Disebabkan oleh trauma langsung pad paha
b. Fraktur femur tertutup
Disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang
(osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur
patologis.
(Arif Muttaqin, 2011)
3. Patofisiologi
5. Klasifikasi
Dua tipe fraktur femur adalah sebagai berikut;
a. Fraktur interkapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul, dan
melalui kepala femur (fraktur kapital).
b. Fraktur ekstrakapsular
1) Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokanter femur yang lebih besar /
lebih kecil/ pada daerah intertrokanter.
2) Terjadi di bagian distal menuju leher femur, tetapi tidak lebih dari 2 inci di
bawah trokanter minor.
b. Fraktur subtrokanter
Dapat terjadi pada semua usia, biasanya disebabkan trauma yang hebat.
Pemeriksaan dpat menunjukkan fraktur yang terjadi dibawah trokanter minor.
6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan berdasar jenis fraktur femur:
a. Fraktur leher femur
Pemeriksaan radiologis dapat mengetahui jenis fraktur dan jenis pengobatan yang
dapat diberikan.
b. Fraktur subtrokanter
Pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan fraktur yang terjadi di bawah
trokanter minor. Garis fraktur dapat bersifat transversal, oblik atau spiral dan
sering bersifat kominutif. Fragmen proksimal dalam posisi fleksi, sedangkan
fragmen distal dlam posisi adksi bergeser ke proksimal.
c. Fraktur diafisis femur
Klien mengalami pembengkakan dan deformitas pada tungkai atas berupa rotasi
eksterna dan pemendekan tungkai. Klien mungkin datang dengan keadaan syok.
d. Fraktur suprakondilar femur
Adanya pembengkakan dan deformitas terdapat krepitasi.
(Arif Muttaqin, 2008)
7. Penatalaksanaan
a. Fraktur Femur Terbuka
Menurut Apley (1995), fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermt untuk
mengetahui ada tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi luka, iskemia otot, cedera
pada pembuluh darah dan saraf. Intervensi tersebut meliputi:
1) Profilaksis antibiotik
2) Debridemen
3) Stabilisasi
1) Penundaan tertutup
2) Penundaan rehabilitasi
9. Prognosis
Penderita fraktur femur setelah operasi pemasngan fiksasi interna denmgan plate dan
screw bila tanpa komplikasi dan mendapat p[elayanan fisioterapi yang cepat dan
adekuat diharapkan kemampuan fungsionalnya membaik.
A. Konsep asuhan keperawatan
1. Identitas pasien
Kaji nama, umur, jenis kelamin, alamat dan pekerjaan pasien.
2. Pengkajian Primer
a. Airway (jalan nafas), periksa kepatenan jalan napas klien apakah ada sumbatan
berupa benda asing, darah, terjadi bronkospasme, sputum maupun lendir.
b. Breathing (pernafasan), periksa pola napas klien apakah klien mengalami sesak
dengan aktifitas maupun tanpa aktifitas, dan apakah klien menggunakan otot
tambahan. Periksa frekuensi, irama nafas klien, kedalaman, apakah ada batuk, dan
bunyi nafas klien.
c. Circulation (sirkulasi), periksa nadi, irama, denyut dan tekanan darah klien.
Bagaimana kondisi ekstremitas klien, apakah teraba hangat atau dingin. Periksa juga
warna kulit, pengisian kapiler, adanya edema, dan bagaimana pola eliminasi klien.
Inspeksi adanya abnormalitas pada daerah abdomen, cek turgor kulit klien, dan ukur
suhu klien. Kaji adanya nyeri dan apakah terdapat luka pada kulit klien.
d. Disability, periksa fungsi neurologi dan fungsi sensori motorik klien dengan
mengukur tingkat kesadaran klien, kondisi pupil, reaksi terhadap cahaya, keadaan
umum klien, GCS, dan kaji adanya kejang dan ukur kekuatan otot klien
e. Ekposure, jika pasien stabil lakukan pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatannya.
3. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat penyakit sekarang
Lama menderita asma, hal yang menimbulkan serangan, obat yang pakai tiap hari
dan saat serangan
b. Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat alergi dan menderita penyakit penyerta lainnya
c. Riwayat penyakit keluarga
Adakah riwayat penyakit penyerta pada keluarga
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui ada atau tidak cedera pada area
tubuh lainnya.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (fraktur)
b. Syok hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktiv
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal
Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3.
Jakarta: EGC.
Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta:EGC
Arif Muttaqin. 2011. Buku Saku Gangguan Mulskuloskeletal Aplikasi pada Praktik
Klinik Keperawatan. Jakarta:EGC.