Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

A. DEFINISI
 Menurut Bruner dan Sudarth (2003) Pneumonia adalah proses
inflamasi dari parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh preparat
infeksius.
 Menurut Murwani A (2011) Pneumonia adalah keadaan akut pada paru
yang disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi bahan kimia sehingga
alveolli erisi oleh eksudat peradangan.
 Menurut Corwin (2001), Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian
bawah, penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme.
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara
primer atau sekunder setelah infeksi virus.

B. KLASIFIKASI

Pneumonia terbagi dalam berbagai jenis berdasarkan dengan penyebab, natomik,


dan berdasarkan asal penyakit ini didapat, seperti :

1. Berdasarkan penyebab

a. Pneumonia lipid

b. Pneumonia kimiawi

c. Pneumonia karena extrinxik allergic alveolitis

d. Pneumonia kerana obat

e. Pneumonia karena radiasi

f. Pneumonia dengan penyebab tak jelas

2. Berdasarkan anatomik

a. Pneumonia lobaris

Merupakan pneumonia yang terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari
lobus paru dan bila kedua lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia
lobaris.

b. Pneumonia interstisial

Merupakan pneumonia yang dapat terjadi didalam dinding alveolar

c. Bronchopneumonia
Merupakan pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat
tersumbat oleh eksudat mukopuren untuk membentuk bercak konsolidasi
dalam lobus.

3. Berdasarkan asal penyakit

a. Pneumonia komunitas atau community acquired pneumonia adalah


pneumonia yang didapatkan dari masyarakat.

b. Pneumonia nosokomial atau hospitality acquired pneumonia yang berarti


penyakit itu didapat saat pasien berada dirumah sakit atau tempat pelayanan
kesehatan

C. ETIOLOGI

Pneumonia bisa diakibatkan adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan


kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang
tidak tepat hingga menimbulkan perubahan karakteristik pada kuman. Etiologi
pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini
berdampak kepada obat yang akan di berikan. Mikroorganisme penyebab yang
tersering adalah bakteri, yang jenisnya berbeda antar Negara, antara suatu daerah
dengan daerah yang lain pada suatu Negara, maupun bakteri yang berasal dari
lingkungan rumah sakit ataupun dari lingkungan luar. Karena itu perlu diketahui
dengan baik pola kuman di suatu tempat.

Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi antara lain :

1. Bakteri

Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau gram-


negatif seperti : Steptococcus pneumonia (pneumokokus), Streptococcus
piogenes, Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumoniae, Legionella, hemophilus
influenzae.

2. Virus

Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial adenovirus, chicken-


pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herves simpleks, Virus sinial
pernapasan, hantavirus.

3. Fungi

Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma kapsulatum.

Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga bisa di sebabkan oleh bahan-
bahan lain/non infeksi :

a) Pneumonia Lipid : Disebabkan karena aspirasi minyak mineral

b) Pneumonia Kimiawi : Inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau uap


kimia seperti berillium
c) Extrinsik allergic alveolitis : Inhalasi bahan debu yang mengandung alergen
seperti spora aktinomisetes termofilik yang terdapat pada ampas debu di pabrik
gula

d) Pneumonia karena obat : Nitofurantoin, busulfan, metotreksat

e) Pneumonia karena radiasi

f) Pneumonia dengan penyebab tak jelas.

Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:

a) virus sinsisial pernafasan

b) Adenovirus

c) virus parainfluenza

d) virus influenza

Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui :

a. Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar.

b. Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain

c. Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.

D. TANDA DAN GEJALA

a. Kesulitan dan sakit pada saat pernapasan

· Nyeri pleuritik

· Napas dangkal dan mendengkur

· Takipnea

b. Bunyi napas diatas area yang mengalami konsolidasi

· Mengecil, kemudian menjadi hilang

· Krekels, rhonki, egofoni

c. Gerakan dada tidak simetris

d. Menggigil dan deman 38,80C sampai 41,10C, delirium

e. Diafoesis

f. Anoreksia
g. Malaise

h. Batuk kental produktif

· Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat

i. Gelisah

j. Sianosis

· Area sirkumoral

· Dasar kuku kebiruan

k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Chest X-ray: teridentifikasi adanya penyebaran (misalnya: lobus dan bronkhial);


dapat juga menunjukan multipel abses/infiltrat, empiema (staphylococcus);
penyebaran atau lokasi infiltrat (bakterial); atau penyebaran/extensive nodul
infiltrat (sering kali viral), pneumonia mycoplasma chest X-ray mungkin bersih.

2. Analisis gas darah (analysis blood gasses-ABGs) dan pulse oximetry:


abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru.

3. Pewarna Gram/culture sputum dan darah: didapatkan dengan needly biopsy,


apirasi transtrakheal, fiberoptic bronchoscopy, atau biopsi paru-paru terbuka
untuk mengeluarkan organisme penyabab. Lebih dari satu tipe organisme yang
dapat ditemukan, seperti diplococcus pneumonia, staphylococcus aureus, A.
Hemolytic streptococcus , dan hemophilus influenzae.

4. Periksa darah lengkap (complete blood count-): leukositosis biasanya timbul,


meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood coun-WBC) rendah pada
infeksi virus

5. Tes serologi : membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara


spesifik

6. LED: meningkat

7. Pemeriksaan fungsi paru-paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps


alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara
menurun, hipoksemia

8. Elektrolit :sodium dan klorida mungkin rendah

9. Bilirubin mungkin meningkat


F. PENATALAKSANAAN

Menurut Meldawati (2009), Penatalaksaan untuk pneumonia tergantung pada


penyebab sesuai dengan yang ditemukan oleh pemeriksaan sputum Pengobatan
dan mencakup, antara lain:

1. Antibiotik, terutama untuk pneumonia bakterialis pneumonia lain juga dapat


diobati dengan antibiotic untuk mengurangi resiko infeksi bakteri sekunder

2. Istrahat

3. Hidrasi untuk membantu melancarkan sekresi

4. Tekhnik-tekhnik bernafas dalam untuk menningktakan ventilasi alveolus dan


mengurang resiko atelektasis.

5. Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikroorganisme yang


diidentifikasi dari biakan sputum.

G. KOMPLIKASI

Menurut Suyono (2003) Efusi pleura dan emfisema. Terjadi pada sekitar 45%
kasus, terutama pada infeksi bakterial akut berupa efusi para pneumonik gram
negatif sebesar 60%, staplilococus aureus 50%, S. Pneumoniae 40-60%, kuman
anaerob 35%. Sedang pada mycoplasma pneumoniae sebesar 20%. Cairannya
transudat dan sterill, Komplikasi sistemik, dapat terjadi akibat invasi kuman atau
bakteriemia berupa meningitis. Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia,
anemia pada infeksi kronik, peningkatan ureum dan enzim hati, Hipoksemia
akibat gangguan difusi, Pneumonia kronis yang dapat terjadi bila pneumonia
berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat kuman anaerob s. Aureusdan kuman
gram (-), Bronkietaksis. Biasanya terjadi karena pneumonia pada masa anak-
anak tetapi dapat juga oleh infeksi berulang dilokasi bronkus distal pada cystic
fibrosis atau hipogamaglobulinemia, tuberkolosis, atau pneumonia nekrotikans.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian fokus
a. Demografi meliputi; nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita pneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit pneumonia mulai dirasakan saat penderitamengalami
batuk menetap dengan produksi sputum setiap hariterutama pada saat
bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut-turuttiap tahun
sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/kuning) dan banyak
sekali.Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernafasan, dada
terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyinafas krekels,
warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita pneumonia sebelumnya belumpernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyairiwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya pneumonia yaitu riwayat merokok,
terpaan polusi kima dalam jangka panjangmisalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit pneumonia dalam keluargabukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau polahidup yang tidak sehat
seperti merokok.
f. Pola pengkajian
1) Pernafasan
Gejala :Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat
bangun) selama minimum 3bulan berturut- turut) tiap tahun
sedikitnya 2 tahun.Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning)
dan banyak sekali.
Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/
iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok
sigaret), debu/ asap(misalnya : asbes debu, batubara, room
katun,serbuk gergaji)Penggunaan oksigen pada malam hari
atau terusmenerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untukbernafas,
penggunaan otot bantu pernafasan (misalnya: meninggikan
bahu, retraksi supraklatikula, melebarkan hidung)
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP
(bentuk barel), gerakan difragmamini mal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kukuabu- abu
keseluruhan.
2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia
Distensi vena leher(penyakit berat) edema dependen,
tidakberhubungan dengan penyakit jantung.Bunyi jantung
redup (yang berhubungandengan peningkatan diameter AP
dada).Warna kulit / membrane mukosa : normalatau abu-
abu/ sianosis perifer. Pucat dapatmenunjukan anemia.
3) Makanan / cairan
Gejala : - Mual / muntah
- Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema)
- Ketidakmampuan untuk makan karena distresspernafasan
Tanda : - Turgor kulit buruk
- Berkeringat
- Palpitasi abdominal dapat menyebabkanhepatomegali.
4) Aktifitas / istirahat
Gejala :- Keletihan, keletihan, malaise
- Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- harikarena sulit
bernafas
- Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk
tinggi.
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadapaktifitas atau
istirahat
Tanda : Keletihan, Gelisah/ insomnia, Kelemahan umum / kehilangan
masa otot
5) Integritas
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Tanda : Perubahan pola hidup
Ansietas, ketakutan, peka rangsang
6) Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhanmelakukan
aktifitas sehari- hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
7) Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat /
faktorlingkungan.Adanya infeksi berulang.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
2. Gangguan Pertukaran Gas
3. Resiko Infeksi
4. Intoleransi Aktivitas
5. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
6. Defisit Pengetahuan

3. Rencana Intervensi
1. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas, berhubungan dengan : inflamasi
trakeabranchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum, nyeri
fleuritik. Penurunan energi, kelemahan.
Tujuan :Menunjukkan prilaku mencapai bersihan jalan nafas,
menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak
ada dispnoe.
Tindakan / intervensi :
Mandiri
a. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan
bunyi nafas, misalnya : krekels, mengi.
Rasional: Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi
dengan cairan, bunyi nafas bronchial ( normal pada bronchus ) dapat
juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels dan ronchi dan mengi
terdengar pada inspirasi dan / atau ekspirasi pada respon terhadap
pengumpulan cairan, secret kental dan spasme jalan nafas / obstruksi.
b. Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan / Bantu pasien
mempelajari melakukan batuk, missal menekan dada dan batuk efektif
sementara posisi duduk tinggi.
Rasional: Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-
paru/jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan
jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas
paten.
c. Pengisapan sesuai indikasi
Rasional: Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara
mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak
efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
d. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml ml/hari ( kecuali kontraindikasi ).
Tawarkan air hangat dari pada dingin.
Rasional: Cairan kususnya yang hangat memobilisasi dan
mengeluarkan sekret.
Kolaborasi
e. Bantu mengawasi efek pengobatan
Rasional: Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret.
f. Berikan obat sesuai indikasi, mukoliti, ekspentoran, bronchodilator &
analgesik
Rasional: Alat untuk menurunkan spasme bronchus dengan mobilisasi
sekret. Analgesik untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyaman tapi harus digunakan secara hati-hati karena dapat
menekan pernafasan.

2. Pertukaran gas, kerusakan dapat dihubungkan dengan ; perubahan


membran alveolar – kapiler ( efek inflamasi ), gangguan kapasitas
pembawa oksigen darah.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan
GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distress
pernafasan.
Tindakan / intervensi :
Mandiri :
a. Kaji frekwensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.
Rasional : manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi
derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
b. Obnservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya
sianosis perifer ( kuku ) atau sianosis sentral.
Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau espon tubuh
terhadap demam / menggigil.
c. Kaji status mental
Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat
menunjukkan hipoksemia / penurunan oksigenasi serebral.
d. Awasi suhu tubuh sesuai indikasi
Rasional : Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik
dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi selular.
Kolaborasi
e. Berikan terapi oksigen dengan benar.
Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas
60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan
pengiriman tepat dalam toleransi pasien.

3. Infeksi, Risiko tinggi terhadap penyebaran, Kemungkinan berhubungan


dengan : ketidakadekuatan pertahanan utama ( penurunan kerja silia,
perlengketan sekret pernafasan )., tidak adekuatnya pertahanan sekunder,
penyakit kronis, malnutrisi.
Tujuan : Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi,
mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan
risiko infeksi.
Tindakan / intervensi :
Mandiri
a. Pantau tanda vital dengan ketat, khusus selama awal terapi.
Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal dapat
terjadi.
b. Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan
perubahan warna, jumlah dan bau sekret.
Rasional : Pengeluaran sputum amat penting, perubahan karakteristik
sputum menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi
sekunder.
c. Tunjukkan / dorong tehnik mencuci tangan yang baik
Rasional : Efektif berarti menurunkan penyebaran / tambahan infeksi
d. Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik
Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
e. Batasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional : menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain.
f. Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual
Rasional : mencegah penyebaran / melindungi pasien dari proses
infeksi lain.
g. Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktifitas sedang.
Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.
Rasional : Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan
tahanan alamiah.
Kolaborasi :
h. Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum /
darah, misalnya penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikain, sepalosporin
& amantadin.
Rasional : untuk membunuh kebanyakan microbial. Komplikasi antiviral
dan antijamur mungkin digunakan bila pneumonia diakibatkan oleh
organisme campuran.

4. Intoleransi aktifitas kemungkinan berhubungan dengan : ktidak


seimbangan anatar suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum,
kelelahan.
Tujuan :Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap
aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnoe,
kelemahan berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal.
Tindakan / intervensi :
Mandiri
a. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas.
Rasional : menetapkan kemampuan n/ kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi.
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut
sesuai indikasi .
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat.
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energi untuk
penyembuhan.
d. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan / atau tidur
Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala lebih tinggi.

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan berhubungan dengan


peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi, anoreksi dan distensi abdomen/ gas.
Tujuan :Menunjukkan peningkatan nafsu makan,
mempertahankan/meningkatkan Berat badan.
Tindakan / intervensi :
Mandiri
a. indentifikasi factor yang menyebabkan mual/ muntah misalnya : sputum
banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.
Rasional : pilihan intervensi tergantung pada penyebaran masalah
b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan
pasien dan dapat menurunkan mual.
c. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional : menurunkan efek mual yang berhubungan dengan
pengobatan ini
d. Auskultasi bunyi usus , observasi / palpasi distensi abdomen
Rasional : Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila proses infeksi
berat/memanjang.
e. Berikan makan porsi kecil tapi sering termasuk makanan kering
Rasional : Tindakan ini dapat meningktkan masukan meskipun nafsu
makan mungkin lambat untuk kembali
f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional : adanya kondisi kronis seperti PPOM atau keterbatasan
keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap
infeksi.

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan ;


kemungkinan berhubungan dengan : kurang terpajan, kesalahan
interpretasi.
Tujuan : menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit, dan
pengobatan, melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi
dalam program pengobatan.
Tindakan / intervensi :
Mandiri
a. Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi
Rasional : Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting
menghu bungkan dengan program pengobatan.
b. Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya
penyembuhan, dan harapan kesembuhan identifikasi perawatan diri
dan kebutuhan / sumber pemeliharaan rumah
Rasional : informasi dapat meningkatkan koping dan menurunkan
ansietas dan masalah berlebihan. Gejala pernafasan mungkin lambat
untuk membaik, dan kelemahan dan kelelahan dapat menetap selama
periode yang panjang.
c. Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan / atau verbal
Rasional : Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan
untuk mengasimilasi informasi / mengikuti program medik.
d. Tekankan pentingnya melanjutkan batauk efektif / latihan pernafasan.
Rasional : selama awal 6 – 8 minggui setelah pulang, pasien beresiko
besar untuk kambuh pneumonia.
e. Tekankan pentingnya melanjutkan terapi antibiotik selama periode
yang dianjurkan.
Rasional : Penghentian dini antibiotik dapat mengakibatkan iritasi
mukosa bronchus, dan menghambat makrofag, alveolar,
mempengaruhi pertahanan alami tubuh melawan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Brashers, V. L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan & Manajemen


Edisi 2. Jakarta : EGC

Herdman, T. H. 2012. NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Indriasari, D. 2009. 100% Sembuh Tanpa Dokter A-Z Deteksi, Obati dan Cegah
Penyakit. Yogyakarta : Pustaka Grhatama

Marilynn E. Doenges Mary france Moorhouse. Alice C. Geissler. 2000. Rencana


Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Balita,
Orang Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer : Jakarta

Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Respirasi.


Jakarta : Salemba Medika

Nurarif, A. H., dan Hardhi K. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media
Action Publishing

Somantri, I. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien


dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai