Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KASUS BRONCOPNEUMONIA


DI RUANG DAHLIA - RSD BALUNG JEMBER

OLEH :
NAMA : Adi Kurniawan
NM : 21101002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK

A. Pengertian

Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki

pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di

dalam bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.

(Smeltzer & Suzanne C, 2002 ). Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang

disebabkan oleh bermacam-macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan

benda asing ( Ngastiyah,2005).

Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas

sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru

melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui

hematogen sampai ke bronkus.(Riyadi sujono&Sukarmin,2009).

B. Etiologi

Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena

adanya penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi

organisme patogen. Orang yg normal dan sehat mempunyai mekanisme

pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yg terdiri atas : reflek glotis & batuk,

adanya lapisan mukus, gerakan silia yg menggerakkan kuman ke arah keluar dari

organ, & sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, jamur,

protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria,

2001 : 682) antara lain:


1. Virus : Legionella pneumoniae

2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama

C. Klasifikasi

Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :

1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan

umum & dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia

Streptococal ialah suatu organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini

umumnya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang lanjut usia.

2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial.

Organisme seperti ini ialah suatu aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus

stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.

3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.

Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma

menurut lokasi anatominya.

4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen

penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan

organisme perusak.( Reeves, 2001).

D. Patofisiologi

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah

mikroorganisme (jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain
seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi

( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya mikroorganisme

dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini dapat masuk ke

saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi

ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini tubuh

dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi

peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin

menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit & pasien

dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan

secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di

paru. Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga

menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat

membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul

masalah GI tract.
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris

bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40

derajat celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat

gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung

serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare.

Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa

hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan

sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas

dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan

mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas

daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan

pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang.

(Ngastiyah, 2005).

1. Pnemonia bakteri

Gejala :

a. Anoreksi

b. Rinitis ringan

c. Gelisah

Berlanjut sampai :

a.Nafas cepat dan dangkal

b.Demam

c. Malaise (tidak nyaman)


d. Ekspirasi berbunyi

e. Leukositosis

f. Foto thorak pneumonia lebar

g. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan

h. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan

2. Pnemonia Virus

Gejala awal :

a. Rhinitis

b. Batuk

Berkembang sampai :

a. Ronkhi basah

b. Emfisema obstruktif

c. Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat

dan lesu

3. Pneumonia mikroplasma

Gejala :

a. Anoreksia

b. Menggigil

c. Sakit kepala

d. Demam

Berkembang sampai :

a. Rhinitis alergi

b. Sakit tenggorokan batuk kering berdarah

c. Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa thorak


F. Pemeriksaan Penunjang

Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah

Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis

( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684).

b. Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.

Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta

tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long,

1996 : 435).

c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status

asam basa (Sandra M, Nettina, 2001 : 684).

d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.

e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk

mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina 2001 : 684).

2. Pemeriksaan Radiologi

a. Rontgenogram thoraks

Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada

infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali

dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C,

Long, 1996 : 435).

b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas

tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).


G. Komplikasi

Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :

1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau

kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek

batuk hilang.

2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm

rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.

3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang

meradang.

4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

(WhaleyWong, 2006)

H. Penatalaksanaan

1. Oksigen 1-2 liter per menit.

2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap

melaui selang nasogastrik dengan feeding drip.

3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk transport muskusilier.

4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief Mansjoer,

2000).
I. Pencegahan Pada Anak

1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat

keramaian yang berpotensi terjadinya penularan.

2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA.

3. Membiasakan melakukan pemberian ASI.

4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih

disertai suara sesak dan sesak pada anak.

5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

J. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian Fokus

a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.

b. Keluhan utama

Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak

nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.

c. Riwayat penyakit sekarang

Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami

batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat

bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya

2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali.

Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat

hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas krekels, warna

kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.


d. Riwayat penyakit dahulu

Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah

menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit

yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok,

terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.

e. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan

faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti

merokok.

Pola Pengkajian

1. Pernafasan

Gejala :

Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap

dengan produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama

minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi

sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali Riwayat pneumonia

berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam

jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes

debu, batubara, room katun, serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada

malam hari atau terus -menerus.

Tanda :

Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot

bantu pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula,

melebarkan hidung).
Dada :

Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk barel),

gerakan difragma minimal.

Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.

Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.

2. Sirkulasi

Gejala :

Pembengkakan ekstremitas bawah.

Tanda :

Peningkatan tekanan darah

Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi vena

leher (penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan

penyakit jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan

peningkatan diameter AP dada). Warna kulit / membrane mukosa : normal

atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.

3. Makanan / cairan

Gejala :

Mual / muntah.

Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).

Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.

Tanda :

Turgor kulit buruk.

Berkeringat.

Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.


4. Aktifitas / istirahat

Gejala :

Keletihan, keletihan, malaise.

Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari

karena sulit bernafas.

Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam

posisi duduk tinggi.

Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.

Tanda :

Keletihan.

Gelisah/ insomnia.

Kelemahan umum / kehilangan masa otot.

5. Integritas ego

Gejala :

Peningkatan faktor resiko.

Tanda :

Perubahan pola hidup.

Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

6. Hygiene

Gejala :

Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan

melakukan aktifitas sehari- hari.

Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.

7. Keamanan

Gejala :

Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor

lingkungan.

Adanya infeksi berulang.

Diagnose Keperawatan

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif B/D Proses Infeksi (D.0001)

2. Gangguan Pertukaran Gas B/D Perubahan Membran Alveolus Kapiler

(D.0003)

3. Pola Nafas Tidak Efektif B/D Depresi Pusat Pernafasan (D.0005)

4. Hipertermi B/D proses penyakit (Infeksi)

5. Resiko Hipovolemi B/D Evaporasi (D.0036)

6. Intoleransi Aktifitas B/D Ketidakseimbangan Antara Suplai Dan

Kebutuhan Oksigen (D.0060).


Rencana Keperawatan

No Diagnosa keperawatan SLKI SDKI

1 Bersihan jalan nafas tidak Tujuan: Manajmen Jalan Napas


Setelah dilakukan intervensi selama Observasi
efektif (D.0001) B/D Proses
3x24 jam, maka pertukaran gas 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
Infeksi
meningkat usaha nafas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,
Kriteria hasil: mengi, wheezing, ronchi)
1. Produksi seputum menurun 3. Monitor sputum (jummah, warna, bau)
2. Dispnea menurun Terapeutik
3. Frekuensi naps membaik 4. Posisikan semi fowler atatu fowler
4. Pola napas membaik 5. Lakukan penghisapahn lendir kurang dari 15
detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Berikan oksigen
Edukasi
8. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik, jika perlu

2 Gangguan pertukaran gas Tujuan: Pemantauan Respirasi


Setelah dilakukan intervensi selama Observasi:
(D.0003) B/D perubahan
2x24 jam, maka pertukaran gas 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
membran alveolus kapiler
meningkat napas
Kriteria hasil: 2. Monitor pola napas
1. Dipsnea menurun 3. Monitor kemampuan kemampuan batuk efektif
2. Bunyi napas tambahan 4. Monitor adanya produksi sputum
menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
3. Gelisah menurn 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
4. Pola napas membaik 7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor AGD
Terauputik:
10. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
11. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi:
12. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
13. Informasikan hasil pemantuan, bila perlu
3 Hipertermi B/D proses Tujuan: Manajemen hipertermi
Setelah dilakukan intervensi selama Obeservasi
penyakit (Infeksi)
1x24 jam, maka termoregulasi 1. Identifikasi penyebab hipertermi
membaaik 2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
Kriteria hasil: Terapeutik
1. Menggigil Menurun 4. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Suhu Tubuh Membaik 5. Longgarkan pakaian
3. Suhu Kulit Membaik 6. Berikan cairan oral
7. Lakukan pendinginan ekseternal ( mis. Kompres)
8. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
9. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III


(Revisi). Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II.
Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI.

Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1.


Jakarta: EGC.
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung
Seto
Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai