Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA DI RUANG PICU RSUD RADEN MATTAHER


PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN
KRITIS

Nadia Savitri
NIM PO71202230046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2024
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi &
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 ).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing ( Ngastiyah,2005).
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli
atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran
langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus.(Riyadi
sujono&Sukarmin,2009).

B. Klasifikasi
Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia lobularis yang terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya. Berikut merupakan klasifikasi
bronkopneumonia (Samuel, 2014).
1. Bronkopneumonia sangat berat : bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup
minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
2. Bronkopneumonia berat : bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih sanggup
minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
3. Bronkopneumonia : bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih sanggup minum,
maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik. Adanya pernafasan yang
cepat yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan; >50 x/menit pada anak
usia 2 bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak usia 1-5 tahun.
4. Bukan Bronkopneumonia : hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda seperti di atas,
tidak perlu dirawat dan diberi antibiotik.

C. Etiologi
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena adanya
penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Orang yg normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yg terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg
menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, jamur, protozoa,
bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae
2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

D. Manifestasi klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian atas
selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispenia
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar
hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan
pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi
produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi
dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas
daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada
auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang. (Ngastiyah,
2005).
1. Pneumonia bakteri
Gejala : Berlanjut sampai :
a. Anoreksi a. Nafas cepat dan dangkal
b. Rinitis ringan b. Demam
c. Gelisah c. Malaise (tidak nyaman)
d. Ekspirasi berbunyi
e. Leukositosis
f. Foto thorak pneumonia lebar
g. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
h. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
2. Pneumonia Virus
Gejala : Berlanjut sampai :
a. Rhinitis a. Ronkhi basah
b. Batuk b. Emfisema obstruktif
c. Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam
tinggi batuk hebat dan lesuNafas cepat dan dangkal

3. Pneumonia mikroplasma
Gejala : Berlanjut sampai :
a. Anoreksia a. Rhinitis alergi
b. Menggigil b. Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
c. Sakit kepala c. Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa thorak
d. Demam

E. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakter,
virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, &
sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya
mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini dapat masuk ke
saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini
menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan
diri maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat
menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran
bronkus menjadi semakin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di
bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem
pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran cerna
ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi
agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
F. Pathway

G. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 liter per menit.
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk transport muskusilier.
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief Mansjoer, 2000).
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis ( meningkatnya
jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi
agen infeksius (Barbara C, Long, 1996 : 435).
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa
(Sandra M, Nettina, 2001 : 684).
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba (Sandra M, Nettina 2001 : 684).
2. Pemeriksaan radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada infeksi
stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435).
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh
benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).
c.
I. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura yang
terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(WhaleyWong, 2006)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Umur : Bonkopnemonia merupakan penyakit yang di sebabkan oleh virus yang
sering menyebabkan kematian pada anak usia < 5 tahun dan pada lansia > 65
tahun.
2) Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita
bronkopneumonia
3) Tempat tinggal : penyakit ini di temukan pada lingkungan yang padat penduduk
dan kurangnya ventilasi pada rumah.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas,
disertai batuk ada secret tidak bisa keluar, flu dan badanya panas (peningkatan suhu
tubuh).
c. Riwayat penyakit sekarang
Penderita biasanya mengalami sesak nafas, batuk berdahak, pilek, sianosis dan
lemas, mual, muntah, penurunan nafsu makan dan kurang pengetahuan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penderita biasanya sering mengalami penyakit saluran pernafasan atas riwayat
penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap dan panjang yang di sertai
degan wheezing pada pneumonia
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit bronkopneumonia di dalam keluarga yang lain (yang
tinggal di dalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang berdekatan)
sangat menentukan karena ditularkan melalui bakteri, virus, dan jamur
f. Riwayat Kesehatan lingkungan
Bronkopneumoni di tularkan melalui Bakteri, Virus, Protozoa dan Bahan kimia dan
penyebaran melalui makan, peralatan pernafasan yang terkontaminasi dan melalui
percikan mukus.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keluhan umum sesak nafas, adanya peningkatan suhu tubuh, batuk pilek.
2) Sistem penapasan / Respirasi (Breath / B1)
Sesak nafas, pernafasan cuping hidung, pernapasan nagkal, pergerakan
simetris, terdapat mukus, pada auskultasi terdengar ronchi, perkusi sonor
3) Sistem cardiovascular (Blood / B2)
Kelemahan fisik, denyut nadi perifer melemah, batas jantung tidak mengalami
pergeseran, tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya
tidak di temukan.
4) Persarafan (Brain/B3)
Terjadi penurunan kesadaran, sianosis perifer pada pengkajian objektif wajah
klien tampak meringis, menangis, merintih.
5) Perkemihan-eliminasi urine (Bladder / B4)
Tidak ada gangguan elminasi dan pengukuran volume urine berhubungan
dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena awal
terjadinya syok.
6) Pencernaan / Gastrointestinal (Bowel / B5)
Mual muntah, penuruan nafsu makan, penuruan berat badan. Membran mukosa
kering tampak sianosis dapat terjdi terdapat pendarahan.
7) Integument (Bone / B6)
Warna kulit kemerahan, bibir kering, turgor kulit tidak elastis, terdapat sianosis,
akral panas kering merah CRT >2 detik, odema, panas batuk berdahak, pilek.
h. Pengkajian primer
1) Airway
Kaji: bersihan jalan nafas, ada/tidaknya sumbatan pada jalan nafas, distress
pernafasan, tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
2) Breathing
Kaji: frekuensi nafas, usaha, dan pergerakan dinding dada, suara pernafasan
melalui hidung dan mulut, udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3) Circulation
Kaji: denyut nadi karotis, tekanan darah, warna dan kelembaban kulit, tanda-
tanda perdarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji: tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan responnya
terhadap cahaya
5) Exposure
Kaji: tanda-tanda trauma yang ada
i. Pemeriksaan tingkat perkembangan
1) Adaptasi Sosial
Pada anak usia toddler (1-3 tahun) mampu mentolelir perpisahan dari orang
asing dan meniru orang tua
2) Bahasa
Pada anak usia toddler (1-3 tahun) mengatakan empat sampai enam kata
termasuk nama-nama “meminta” objek dengan menunjukknya, memahami
peritah sederana. Dapat menggunkan gerakan berjabat tangan mengatakan
“tidak” dan menggunakan kata “tidak” meskipun menyetujui permintaan.
3) Motorik halus
Pada anak usia toddler (1-3 tahun) yang secara konstan menjatuhkan objek ke
lantai, membangun menara dari dua kotak, memegang dua kotak dalam satu
tangan, melepaskan butir-butir kedalam leher botol yang sempit, mencoret-coret
secara spontan, menggunakn cangkir dengan baik tetapi memutarkan sendok.
4) Pada anak todler (1-3 tahun) mampu berjalan tanpa bantuan (biasanya sejak
usia 1,3 bulan ).

B. Diagnose Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas d.d batuk tidak efektif, sputum
berlebih, mengi, dyspnea. (D.0001)
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d napas sesak,
PCO2 menurun, PO2 menurun, pH arteri meningkat, takikardia, wheezing. (D.0003)
3. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli (D.0130)
4. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan
oral (D.0023)
5. Defisit Nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic sekunder
terhadap demam dan proses infeksi, anorexia, distensi abdomen (D.0019)
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen (D.0056)
C. Rencana Keperawatan
No Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan napas (I.01011)
efektif b.d spasme jalan keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
nafas d.d batuk tidak maka bersihan jalan nafas • Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
efektif, sputum berlebih, meningkat, dengan kriteria hasil: • Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)
mengi, dyspnea. 1. Batuk efektif meningkat • Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Produksi sputum menurun Terapeutik
3. Mengi menurun • Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust jika curiga
4. Wheezing menurun trauma fraktur servikal)
• Posisikan semi-fowler atau fowler
• Berikan minum hangat
• Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
• Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
• Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
• Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
• Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
• Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
• Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan intervensi Terapi oksigen (I.01026)
b.d ketidakseimbangan keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
ventilasi-perfusi d.d napas maka pertukaran gas meningkat, • Monitor kecepatan aliran oksigen
sesak, PCO2 menurun, dengan kriteria hasil: • Monitor posisi alat terapi oksigen
PO2 menurun, pH arteri 1. Sesak napas menurun • Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
meningkat, takikardia, 2. Wheezing menurun • Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, Analisa gas darah), jika perlu
wheezing. 3. Takikardia menurun • Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
4. PCO2 membaik • Monitor tanda-tanda hipoventilasi
5. PO2 membaik
• Monitor monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
6. pH arteri membaik.
• Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
• Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
• Bersihkan sekret pada mulut, hidung, dan trakea, jika perlu
• Pertahankan kepatenan jalan napas
• Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
• Berikan oksigen tambahan, jika perlu
• Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi
• Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
Edukasi
• Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
• Kolaborasi penentuan dosis oksigen
• Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
3 Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipertermia (I.15506)
dengan proses inflamasi keperawatan selama 1 x 24 jam, Observasi
dalam alveoli maka termoregulasi membaik, • Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
dengan kriteria hasil: penggunaan inkubator)
1. Suhu tubuh membaik • Monitor suhu tubuh
• Monitor kadar elektrolit
• Monitor haluaran urin
• Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
• Sediakan lingkungan yang dingin
• Longgarkan atau lepaskan pakaian
• Basahi dan kipasi permukaan tubuh
• Berikan cairan oral
• Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)
• Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen, aksila)
• Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
• Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
• Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
4 Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia (I.03116)
dengan kehilangan cairan keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
berlebihan, penurunan maka keseimbangan cairan • Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
masukan oral meningkat, dengan kriteria hasil: tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran
1. Output urin meningkat mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
• Monitor intake dan output cairan
2. Membrane mukosa lembab Terapeutik
meningkat • Hitung kebutuhan cairan
3. Tekanan darah membaik • Berikan posisi modified Trendelenburg
4. Frekuensi nadi membaik • Berikan asupan cairan oral
5. Kekuatan nadi membaik Edukasi
• Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
• Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCL, RL)
• Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis: glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
• Kolaborasi pemberian cairan koloid (albumin, plasmanate)
• Kolaborasi pemberian produk darah

5 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (I.03119)


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
peningkatan kebutuhan maka status nutrisi membaik, • Identifikasi status nutrisi
metabolic sekunder dengan kriteria hasil: • Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
terhadap demam dan 1. Porsi makan yang dihabiskan • Identifikasi makanan yang disukai
proses infeksi, anorexia, meningkat • Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
distensi abdomen 2. Berat badan membaik • Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
3. Indeks massa tubuh (IMT) • Monitor asupan makanan
membaik
• Monitor berat badan
• Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
• Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
• Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
• Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
• Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
• Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
• Berikan suplemen makanan, jika perlu
• Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
• Ajarkan posisi duduk, jika mampu
• Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
6 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi (I.05178)
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
insufisiensi oksigen maka toleransi aktivitas meningkat, • Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
dengan kriteria hasil: • Monitor kelelahan fisik dan emosional
1. Keluhan Lelah menurun • Monitor pola dan jam tidur
2. Frekuensi nadi membaik • Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
• Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
• Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
• Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
• Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
• Anjurkan tirah baring
• Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
• Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
• Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
• Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
jtptunimus-gdl-ruffaedahg-6294-2-babii.html
Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai