Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


DENGAN BRONKOPNEUMONIA PADA PASIEN NY.E DI
IGD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R.
SOEDJATI SOEMODIARJO PURWODADI

Disusun Oleh:

NAMA : RIFANA KURNIA PRADIPTA SARI


NIM : 2001031

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang di sebabkan
oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai dengan gejala
panas tinggi gelisah dipsnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare serta
batuk kering dan produktif (Hidayat, 2009 dalam Dewi & Erawati, 2016).
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli atau penyebaran langsung melalui saluran
pernapasan melalui hematogen sampai ke bronkus (Sujono & Riyadi, 2009).
Bronkopneumonia adalah suatu radang paru-paru yang mempunyai
penyebaran bercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam
bronki dan meluas ke parenkim paru (Smeltzer, 2003 dalam Dewi & Erawati,
2016).

2. Etiologi
Etiologi terjadinya bronkopneumonia dapat disebabkan dari beberapa
faktor. Berikut adalah penyebab bronkopneumonia antara lain:
a. Bakteri : Neumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus influenza,
dan Klebsiela mycoplasma pneumonia.
b. Virus : virus adena, virus parainfluenza, virus influenza.
c. Jamur/fungi : Histoplasma, capsutu, koksidiodes.
d. Protozoa : penumokistis katini
e. Bahan kimia : aspirasi makanan/susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon
(minyak tanah/ bensin).
(Riyadi, 2011 dalam Dewi & Erawati, 2016)
Faktor resiko penyebab bronkopneumonia antara lain :
a. Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
b. Kekurangan nutrisi
c. Tidak mendapat asi yang cukup
d. Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal.

3. Gambaran Klinis
Gambaran klinis bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Biasanya didahului infeksi traktus respratori atas.

3
b. Demam (39 ⁰C – 40 ⁰C) kadang- kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.
c. Anak sangat geliasah dan adanya nyeri dada yang terasa di tusuk-tusuk,
yang dicetuskan oleh pernapasan dan batuk.
d. Pernapasan cepat dan dangkal disertai penapasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut.
e. Kadang - kadang disertai muntah dan diare.
f. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi dan wheezing.
g. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipokisia apabila infeksinya
serius.
h. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang
menyebabkan ateletaksis absorbs
i. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan seperti : nyeri pleuritik, nafas
dangkal dan mendengkur, takipnea (nafas cepat)
j. Gerakan dada tidak simetris.
k. Diaforesis
l. Anoreksia
m. Malaise
n. Batuk kental, produktif. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat.
(Wijyaningsih, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)

4. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran
pernapasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus dan jaringan
sekitarnya. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif ronchi positif dan mual. Setelah itu
mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradanan yang
meliputi empat stadium, yaitu:
a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon perdangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini di tandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi
b. Stadium II/Hepatiasi Merah (48 jam berikutnya)
Disebut hepatiasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh pejamu (host) sebagai
4
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak
akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 48 jam.
c. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositostis sisa-
sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV/resolusi (7-12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis diabsorbsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke struktrunya semula. Inflamasi
pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret, sehingga terjadi
demam, batuk produkif, ronchi positif dan mual.
(Wijayaningsih, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)

5
5. Patway Bronkopnemonia

6
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Foto thoraks
Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada
satu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Leukositosis dapat mencapai 15.000 - 40.000 mm3 dengan pergeseran ke
kiri.
c. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
d. Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik dengan atau
tanpa retensi CO2.
e. LED meningkat.
f. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3
g. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin mungkin meningkat.
i. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paruh terbuka menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan sistoplasmik.
(Padila, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada pasien bronkopneumonia adalah
1. Pasien diposisikan semi fowler 45⁰ untuk inspirasi maksimal.
2. Pemberian oksigen 1-5 lpm.
3. Infus KDN 1 500 ml/24 jam. jumlah cairan sesuai dengan berat badan,
kenaikan suhu dan status hidrasi.
4. Pemberian ventolin yaitu bonkodilator untuk melebarkan bronkus.
5. Pemberian antibiotic diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu
sampai pasien tidak mengalami sesak nafas lagi selama tiga hari dan tidak
ada komplikasi lain.
6. Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam
7. Pengobatan simtomatis, Nebulizer, Fisioterapi dada

8. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut:
a. Atelektasis

7
Adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru akibat
kurangnya mobilisasi reflek batuk hilang apabila penumpukan sekret
akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi dan
penumpukan secret ini menyebabkan obstruksi bronkus intrinsic.
b. Emfisema
Adalah suatu keadaan di mana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru
Adalah penumpukan pus dalam paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik
e. Endocarditis
Adalah peradangan pada katup endokardial.
f. Meningitis
Adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak.
(Ngastiyah, 2012 dalam Dewi & Erawati, 2016).

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
 Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah
sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
 Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien
b. Keluhan Utama
Penderita biasanya mengeluh sesak nafas, batuk berdahak, flu dan
badanya panas (peningkatan suhu tubuh)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita biasanya mengalami sesak nafas, batuk berdahak, pilek, sianosis
dan lemas, mual, muntah, penurunan nafsu makan dan kurang
pengetahuan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita biasanya sering mengalami penyakit saluran pernafasan atas
riwayat penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap dan
panjang yang di sertai degan wheezing pada pneumonia
8
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit bronkopneumonia di dalam keluarga yang lain
(yang tinggal di dalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah
yang berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui bakteri,
virus, dan jamur
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Bronkopneumonia di tularkan melalui Bakteri, Virus, Protozoa dan Bahan
kimia dan penyebaran melalui makan, peralatan pernafasan yang
terkontaminasi dan melalui percikan mukus.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keluhan umum sesak nafas, adanya peningkatan suhu tubuh, batuk
pilek.
2) Sistem penapasan / Respirasi (Breath / B1)
Sesak nafas, pernafasan cuping hidung, pernapasan nagkal,
pergerakan simetris, terdapat mukus, pada auskultasi terdengar
ronchi, perkusi sonor
3) Sistem cardiovascular (Blood / B2)
Kelemahan fisik, denyut nadi perifer melemah, batas jantung tidak
mengalami pergeseran, tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak di temukan.
4) Persarafan (Brain/B3)
Terjadi penurunan kesadaran, sianosis perifer pada pengkajian objektif
wajah klien tampak meringis, menangis, merintih.
5) Perkemihan-eliminasi urine (Bladder / B4)
Tidak ada gangguan elminasi dan pengukuran volume urine
berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya
oliguria, karena awal terjadinya syok.
6) Pencernaan / Gastrointestinal (Bowel / B5)
Mual muntah, penuruan nafsu makan, penuruan berat badan.
Membran mukosa kering tampak sianosis dapat terjdi terdapat
pendarahan.
7) Integument (Bone / B6)
Warna kulit kemerahan, bibir kering, turgor kulit tidak elastis, terdapat
sianosis, akral panas kering merah CRT >2 detik, odema, panas batuk
berdahak, pilek.

9
h. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji: bersihan jalan nafas, ada/tidaknya sumbatan pada jalan nafas,
distress pernafasan, tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan,
edema laring
2) Breathing
Kaji: frekuensi nafas, usaha, dan pergerakan dinding dada, suara
pernafasan melalui hidung dan mulut, udara yang dikeluarkan dari
jalan nafas
3) Circulation
Kaji: denyut nadi karotis, tekanan darah, warna dan kelembaban
kulit, tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji: tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan
responnya terhadap cahaya
5) Exposure
Kaji: tanda-tanda trauma yang ada

2. Diagnosa Keperawatan
Diiagnosa keipeirawatan yang diiteimukan pada kliiein bronkopneiumoniia

yang diiseisuaiikan deingan Standar Diiagnosa Keipeirawatan Iindoneisiia (SDKIi,

2016), yaiitu :

a. Beirsiihan jalan nafas tiidak eifeiktiif ( D.0001)

b. Pola nafas tiidak eifeiktiif (D.0005)

c. Gangguan pola tiidur (D.0055)

d. Gangguan peirtukaran gas (D.0003)

e. Hiipeirteirmiia (D.0130)

10
3. Rencana Keperawatan
1) Manajeimein Jalan Nafas (Ii. 01011)

A. Obseirvasii

1. Moniitor pola napas (freikueinsii, keidalaman, usaha napas)

2. Moniitor bunyii napas tambahan (miis. Gurgliing, meingii,

weieiziing, ronkhii)

3. Moniitor sputum (jumlah, warna, aroma)

B. Teirapeiutiik

1. Peirtahankan keipateinan jalan napas deingan heiad-tiilt dan

chiin-liift (jaw-thrust jiika curiiga trauma ceirviical)

2. Posiisiikan seimii-Fowleir atau Fowleir

3. Beiriikan miinum hangat

4. Lakukan fiisiioteirapii dada, jiika peirlu

5. Lakukan peinghiisapan leindiir kurang darii 15 deitiik

6. Lakukan hiipeiroksiigeinasii seibeilum

7. Peinghiisapan eindotrakeial

8. Keiluarkan sumbatan beinda padat deingan forseipMcGiill

9. Beiriikan oksiigein, jiika peirlu

C. Eidukasii

1. Anjurkan asupan caiiran 2000 ml/harii, jiika tiidak kontraiindiikasii.

2. Ajarkan teikniik batuk eifeiktiif

D. Kolaborasii

Kolaborasii peimbeiriian bronkodiilator, eikspeiktoran, mukoliitiik, jiika

peirlu.

2) Eidukasii teikniik nafas (Ii.12452)

A. Obseirvasii

1. Iideintiifiikasii keisiiapan dan keimampuan meineiriima iinformasii

B. Teirapeiutiik
11
1. Seidiiakan mateirii dan meidiia peindiidiikan keiseihatan

2.Jadwalkan peindiidiikan keiseihalan seisuaii keiseipakatan

3. Beiriikan keiseimpatan untuk beirtanya

C. Eidukasii

1. Jeilaskan tujuan dan manfaat teikniik napas

2. Jeilaskan proseidur teikniik napas

3. Anjurkan meimposiisiikan tubuh seinyaman mungkiin (miis.

duduk, bariing)

4. Anjurkan meinutup mata dan beirkonseintrasii peinuh

5. Ajarkan meilakukan iinspiirasii deingan meinghiirup udara meilaluii

hiidung seicara peirlahan

6. Ajarkan meilakukan eikspiirasii deingan meingheimbuskan udara

mulut meincucu seicara peirlahan

7. Deimonstrasiikan meinariik napas seilama 4 deitiik, meinahan napas

seilama 2 deitiik dan meingheimbuskan napas seilama 8 deitiik

3) Dukungan Tiidur (Ii. 05174)

A. Obseirvasii

1. Iideintiifiikasii pola aktiiviitas dan tiidur

2. Iideintiifiikasii faktor peingganggu tiidur (fiisiik dan/atau psiikologiis)

3. Iideintiifiikasii makanan dan miinuman yang meingganggu tiidur

(miis: kopii, teih, alcohol, makan meindeikatii waktu tiidur, miinum

banyak aiir seibeilum tiidur)

4. Iideintiifiikasii obat tiidur yang diikonsumsii.

B. Teirapeiutiik

1. Modiifiikasii liingkungan (miis: peincahayaan, keibiisiingan, suhu,

matras, dan teimpat tiidur)

2. Batasii waktu tiidur siiang, jiika peirlu

3. Fasiiliitasii meinghiilangkan streiss seibeilum tiidur


12
4. Teitapkan jadwal tiidur rutiin

5. Lakukan proseidur untuk meiniingkatkan keinyamanan (miis: piijat,

peingaturan posiisii, teirapii akupreisur)

6. Seisuaiikan jadwal peimbeiriian obat dan/atau Tiindakan untuk

meinunjang siiklus tiidur-teirjaga.

C. Eidukasii

1. Jeilaskan peintiingnya tiidur cukup seilama sakiit

2. Anjurkan meineipatii keibiiasaan waktu tiidur

3. Anjurkan meinghiindarii makanan/miinuman yang meingganggu

tiidur

4. Anjurkan peinggunaan obat tiidur yang tiidak meingandung

supreisor teirhadap tiidur REiM

5. Ajarkan faktor-faktor yang beirkontriibusii teirhadap gangguan

pola tiidur (miis: psiikologiis, gaya hiidup, seiriing beirubah shiift

beikeirja)

6. Ajarkan reilaksasii otot autogeiniic atau cara nonfarmakologii

laiinnya.

4) Peimantauan Reispiirasii (Ii.01014)

A. Obseirvasii

1. Moniitor freikueinsii, iirama, keidalaman dan upaya napas

2. Moniitor pola napas (seipeirtii bradypneia, takiipneia,

hiipeirveintiilasii, kussmaul, Cheiynei-stokeis, biiot, ataksiik)

3. Moniitor keimampuan batuk eifeiktiif

4. Moniitor adanya produksii sputum

5. Moniitor adanya sumbatan jalan napas

6. Palpasii keisiimeitriisan eikspansii paru

7. Auskultasii bunyii napas

8. Moniitor saturasii oksiigein


13
9. Moniitor niilaii analiisa gas darah

10. Moniitor hasiil x-ray thoraks

B. Teirapeiutiik

1. Atur iinteirval peimantauan reispiirasii seisuaii kondiisii pasiiein

2. Dokumeintasiikan hasiil peimantauan

C. Eidukasii

1. Jeilaskan tujuan dan proseidur peimantauan

2. Iinformasiikan hasiil peimantauan, jiika peirlu.

5) Manajeimein hiipeirteirmiia (Ii.15506)

A. Obseirvasii

1. Iideintiifkasii peinyeibab hiipeirteirmii (miis. deihiidrasii

teirpapar liingkungan panas peinggunaan iincubator)

2. Moniitor suhu tubuh

3. Moniitor kadar eileiktroliit

4. Moniitor haluaran uriinei

B. Teirapeiutiik

1. Seidiiakan liingkungan yang diingiin

2. Longgarkan atau leipaskan pakaiian

3. Basahii dan kiipasii peirmukaan tubuh

4. Beiriikan caiiran oral

5. Gantii liinein seitiiap harii atau leibiih seiriing jiika

meingalamii hiipeirhiidrosiis (keiriingat beirleibiih)

6. Lakukan peindiingiinan eiksteirnal (miis. seiliimut

hiipoteirmiia atau kompreis diingiin pada dahii, leiheir,

dada, abdomein,aksiila)

7. Hiindarii peimbeiriian antiipiireitiik atau aspiiriin

8. Batasii oksiigein, jiika peirlu

C. Eidukasii
14
1. Anjurkan tiirah bariing

D. Kolaborasii

1. Kolaborasii caiiran dan eileiktroliit iintraveina, jiika peirlu.

4. Implementasi Keperawatan
Iimpleimeintasii seindiirii biisa diilakukan oleih banyak orang seipeirtii kliiein atau

keiluarga kliiein, peirawat dan anggota tiim keipeirawatan keiseihatan yang laiin.

Iimpleimeintasii beirtujuan untuk eimmeibantii kliiein meincapaii tujuhan yang teilah

diiteitapkan beirupa peiniingkatan keiseihatan, peingeitahuan, peinyakiit dan peimuliihan

keiseihatan. Peilaksanaan iimpleimeintasii iinii beirpusat pada apa yang seidang

diibutuhkan oleih kliiein. (Siiskasarii, 2021)

5. Evaluasi Keperawatan
Meinurut Suprajiitno,2016 dalam (Siiskasarii, 2021) eivaluasii meirupakan

keigiiatan untuk meimbandiingkan antara hasiil iimpleimeintasii deingan standar

kriiteiiia yang sudah diiteitapkan untuk meiliihat keibeirhasiilannya. Dalam eivaluasii

dapat diilakukan deingan cara eivaluasii formatiif dan sumatiif deingan

meinggunakan SOAP deingan “S” yaiitu diimana peirasaan dan keiluhan yang

diiungkapkan seicara subjeiktiif oleih keiluarga seiteilah iimpleimeintasii keipeirawatan.

“O” yaiitu diimana keiadaan objeiktiif yang diiteimukan peirawat deingan peingamatan

atau peimeiriiksaan. “A” yaiitu analiisiis peirawat seiteilah adanya rseipon subjeiktiif

maupun objeiktiif darii keiluarga. Dan “P” yaiitu peireincanaan seilanjutnya adanya

tiindakan oleih peirawat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan keperawatan ada anak. Jogjakarta: Graha
Ilmu.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
i i i i i i i i i

Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.


i i i i i i

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


i i i i i i i i

Pusat Persatuan Perawat Indonesia. i i i i i

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


i i i i i i i i i i i

Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia


i i i i i i

Riyadi,Sujono dan Sukarmin.2019.Asuhan Keperawatan Anak.Yogyakarta:Graha


i i i i i

Ilmu i

Wong,Donna L dkk.2019.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Jakarta:Penerbit i i i i i i i i

Buku Kedokteran EGC. i i i

Adriana, 2015. Studi Kasus Pada An.A Umur 10 Bulan Dengan Masalah
i i i

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Diagnosa Medis Bronkopneumonia


i i i i i i i i i i i i

di RS Muhammadiyah Kediri, Universitas Nusantara PGRI Kediri.


i i i i i i i i i i i i

Syaifuddin (2020) Anatomi Fisiologi. Edited by Monica Ester. Jakarta: Penerbit


i i i i i i i i i i i i i i i

Buku Kedokteran EGC. i i i

Wulandari, Dewi & Meira Erawati. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar.

16

Anda mungkin juga menyukai