Disusun Oleh:
2. Etiologi
Etiologi terjadinya bronkopneumonia dapat disebabkan dari beberapa
faktor. Berikut adalah penyebab bronkopneumonia antara lain:
a. Bakteri : Neumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus influenza,
dan Klebsiela mycoplasma pneumonia.
b. Virus : virus adena, virus parainfluenza, virus influenza.
c. Jamur/fungi : Histoplasma, capsutu, koksidiodes.
d. Protozoa : penumokistis katini
e. Bahan kimia : aspirasi makanan/susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon
(minyak tanah/ bensin).
(Riyadi, 2011 dalam Dewi & Erawati, 2016)
Faktor resiko penyebab bronkopneumonia antara lain :
a. Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
b. Kekurangan nutrisi
c. Tidak mendapat asi yang cukup
d. Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal.
3. Gambaran Klinis
Gambaran klinis bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Biasanya didahului infeksi traktus respratori atas.
3
b. Demam (39 ⁰C – 40 ⁰C) kadang- kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.
c. Anak sangat geliasah dan adanya nyeri dada yang terasa di tusuk-tusuk,
yang dicetuskan oleh pernapasan dan batuk.
d. Pernapasan cepat dan dangkal disertai penapasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut.
e. Kadang - kadang disertai muntah dan diare.
f. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi dan wheezing.
g. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipokisia apabila infeksinya
serius.
h. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang
menyebabkan ateletaksis absorbs
i. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan seperti : nyeri pleuritik, nafas
dangkal dan mendengkur, takipnea (nafas cepat)
j. Gerakan dada tidak simetris.
k. Diaforesis
l. Anoreksia
m. Malaise
n. Batuk kental, produktif. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat.
(Wijyaningsih, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)
4. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran
pernapasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus dan jaringan
sekitarnya. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif ronchi positif dan mual. Setelah itu
mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradanan yang
meliputi empat stadium, yaitu:
a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon perdangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini di tandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi
b. Stadium II/Hepatiasi Merah (48 jam berikutnya)
Disebut hepatiasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh pejamu (host) sebagai
4
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak
akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 48 jam.
c. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositostis sisa-
sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV/resolusi (7-12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis diabsorbsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke struktrunya semula. Inflamasi
pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret, sehingga terjadi
demam, batuk produkif, ronchi positif dan mual.
(Wijayaningsih, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)
5
5. Patway Bronkopnemonia
6
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Foto thoraks
Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada
satu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Leukositosis dapat mencapai 15.000 - 40.000 mm3 dengan pergeseran ke
kiri.
c. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
d. Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik dengan atau
tanpa retensi CO2.
e. LED meningkat.
f. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3
g. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin mungkin meningkat.
i. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paruh terbuka menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan sistoplasmik.
(Padila, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada pasien bronkopneumonia adalah
1. Pasien diposisikan semi fowler 45⁰ untuk inspirasi maksimal.
2. Pemberian oksigen 1-5 lpm.
3. Infus KDN 1 500 ml/24 jam. jumlah cairan sesuai dengan berat badan,
kenaikan suhu dan status hidrasi.
4. Pemberian ventolin yaitu bonkodilator untuk melebarkan bronkus.
5. Pemberian antibiotic diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu
sampai pasien tidak mengalami sesak nafas lagi selama tiga hari dan tidak
ada komplikasi lain.
6. Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam
7. Pengobatan simtomatis, Nebulizer, Fisioterapi dada
8. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut:
a. Atelektasis
7
Adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru akibat
kurangnya mobilisasi reflek batuk hilang apabila penumpukan sekret
akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi dan
penumpukan secret ini menyebabkan obstruksi bronkus intrinsic.
b. Emfisema
Adalah suatu keadaan di mana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru
Adalah penumpukan pus dalam paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik
e. Endocarditis
Adalah peradangan pada katup endokardial.
f. Meningitis
Adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak.
(Ngastiyah, 2012 dalam Dewi & Erawati, 2016).
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah
sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien
b. Keluhan Utama
Penderita biasanya mengeluh sesak nafas, batuk berdahak, flu dan
badanya panas (peningkatan suhu tubuh)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita biasanya mengalami sesak nafas, batuk berdahak, pilek, sianosis
dan lemas, mual, muntah, penurunan nafsu makan dan kurang
pengetahuan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita biasanya sering mengalami penyakit saluran pernafasan atas
riwayat penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap dan
panjang yang di sertai degan wheezing pada pneumonia
8
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit bronkopneumonia di dalam keluarga yang lain
(yang tinggal di dalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah
yang berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui bakteri,
virus, dan jamur
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Bronkopneumonia di tularkan melalui Bakteri, Virus, Protozoa dan Bahan
kimia dan penyebaran melalui makan, peralatan pernafasan yang
terkontaminasi dan melalui percikan mukus.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keluhan umum sesak nafas, adanya peningkatan suhu tubuh, batuk
pilek.
2) Sistem penapasan / Respirasi (Breath / B1)
Sesak nafas, pernafasan cuping hidung, pernapasan nagkal,
pergerakan simetris, terdapat mukus, pada auskultasi terdengar
ronchi, perkusi sonor
3) Sistem cardiovascular (Blood / B2)
Kelemahan fisik, denyut nadi perifer melemah, batas jantung tidak
mengalami pergeseran, tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak di temukan.
4) Persarafan (Brain/B3)
Terjadi penurunan kesadaran, sianosis perifer pada pengkajian objektif
wajah klien tampak meringis, menangis, merintih.
5) Perkemihan-eliminasi urine (Bladder / B4)
Tidak ada gangguan elminasi dan pengukuran volume urine
berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya
oliguria, karena awal terjadinya syok.
6) Pencernaan / Gastrointestinal (Bowel / B5)
Mual muntah, penuruan nafsu makan, penuruan berat badan.
Membran mukosa kering tampak sianosis dapat terjdi terdapat
pendarahan.
7) Integument (Bone / B6)
Warna kulit kemerahan, bibir kering, turgor kulit tidak elastis, terdapat
sianosis, akral panas kering merah CRT >2 detik, odema, panas batuk
berdahak, pilek.
9
h. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji: bersihan jalan nafas, ada/tidaknya sumbatan pada jalan nafas,
distress pernafasan, tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan,
edema laring
2) Breathing
Kaji: frekuensi nafas, usaha, dan pergerakan dinding dada, suara
pernafasan melalui hidung dan mulut, udara yang dikeluarkan dari
jalan nafas
3) Circulation
Kaji: denyut nadi karotis, tekanan darah, warna dan kelembaban
kulit, tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji: tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan
responnya terhadap cahaya
5) Exposure
Kaji: tanda-tanda trauma yang ada
2. Diagnosa Keperawatan
Diiagnosa keipeirawatan yang diiteimukan pada kliiein bronkopneiumoniia
2016), yaiitu :
e. Hiipeirteirmiia (D.0130)
10
3. Rencana Keperawatan
1) Manajeimein Jalan Nafas (Ii. 01011)
A. Obseirvasii
weieiziing, ronkhii)
B. Teirapeiutiik
7. Peinghiisapan eindotrakeial
C. Eidukasii
D. Kolaborasii
peirlu.
A. Obseirvasii
B. Teirapeiutiik
11
1. Seidiiakan mateirii dan meidiia peindiidiikan keiseihatan
C. Eidukasii
duduk, bariing)
A. Obseirvasii
B. Teirapeiutiik
C. Eidukasii
tiidur
beikeirja)
laiinnya.
A. Obseirvasii
B. Teirapeiutiik
C. Eidukasii
A. Obseirvasii
B. Teirapeiutiik
dada, abdomein,aksiila)
C. Eidukasii
14
1. Anjurkan tiirah bariing
D. Kolaborasii
4. Implementasi Keperawatan
Iimpleimeintasii seindiirii biisa diilakukan oleih banyak orang seipeirtii kliiein atau
keiluarga kliiein, peirawat dan anggota tiim keipeirawatan keiseihatan yang laiin.
5. Evaluasi Keperawatan
Meinurut Suprajiitno,2016 dalam (Siiskasarii, 2021) eivaluasii meirupakan
meinggunakan SOAP deingan “S” yaiitu diimana peirasaan dan keiluhan yang
“O” yaiitu diimana keiadaan objeiktiif yang diiteimukan peirawat deingan peingamatan
atau peimeiriiksaan. “A” yaiitu analiisiis peirawat seiteilah adanya rseipon subjeiktiif
maupun objeiktiif darii keiluarga. Dan “P” yaiitu peireincanaan seilanjutnya adanya
15
DAFTAR PUSTAKA
Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan keperawatan ada anak. Jogjakarta: Graha
Ilmu.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
i i i i i i i i i
Ilmu i
Adriana, 2015. Studi Kasus Pada An.A Umur 10 Bulan Dengan Masalah
i i i
Wulandari, Dewi & Meira Erawati. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar.
16