Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang di sebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai dengan gejala panas tinggi
gelisah dipsnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare serta batuk kering dan
produktif (Hidayat, 2009 dalam Dewi & Erawati, 2016).
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau penyebaran langsung melalui saluran pernapasan melalui
hematogen sampai ke bronkus (Sujono & Riyadi, 2009).
Bronkopneumonia adalah suatu radang paru-paru yang mempunyai penyebaran
bercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam
bronki dan meluas ke parenkim paru (Smeltzer, 2003 dalam Dewi & Erawati, 2016).

2. Etiologi
Etiologi terjadinya bronkopneumonia dapat disebabkan dari beberapa faktor.
Berikut adalah penyebab bronkopneumonia antara lain:
a. Bakteri : Neumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus influenza, dan
Klebsiela mycoplasma pneumonia.
b. Virus : virus adena, virus parainfluenza, virus influenza.
c. Jamur/fungi : Histoplasma, capsutu, koksidiodes.
d. Protozoa : penumokistis katini
e. Bahan kimia : aspirasi makanan/susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon
(minyak tanah/ bensin).
(Riyadi, 2011 dalam Dewi & Erawati, 2016)
Faktor resiko penyebab bronkopneumonia antara lain :
a. Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
b. Kekurangan nutrisi
c. Tidak mendapat asi yang cukup
d. Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal.

3. Gambaran Klinis
1
Gambaran klinis bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Biasanya didahului infeksi traktus respratori atas.
b. Demam (39 ⁰C – 40 ⁰C) kadang- kadang disertai kejang karena demam yang
tinggi.
c. Anak sangat geliasah dan adanya nyeri dada yang terasa di tusuk-tusuk, yang
dicetuskan oleh pernapasan dan batuk.
d. Pernapasan cepat dan dangkal disertai penapasan cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut.
e. Kadang - kadang disertai muntah dan diare.
f. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi dan wheezing.
g. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipokisia apabila infeksinya serius.
h. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang menyebabkan
ateletaksis absorbs
i. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan seperti : nyeri pleuritik, nafas dangkal
dan mendengkur, takipnea (nafas cepat)
j. Gerakan dada tidak simetris.
k. Diaforesis
l. Anoreksia
m. Malaise
n. Batuk kental, produktif. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat.
(Wijyaningsih, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)

4. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh
virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran pernapasan sehingga terjadi
peradangan bronkus dan alveolus dan jaringan sekitarnya. Inflamasi pada bronkus
ditandai adanya penumpukan secret, sehingga terjadi demam, batuk produktif ronchi
positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses
peradanan yang meliputi empat stadium, yaitu:
a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama/kongesti)

2
Disebut hiperemia, mengacu pada respon perdangan permulaan yang berlangsung
pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini di tandai dengan peningkatan aliran
darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi
b. Stadium II/Hepatiasi Merah (48 jam berikutnya)
Disebut hepatiasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh pejamu (host) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat
minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yaitu selama 48 jam.
c. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh
daerah yang cedera dan terjadi fagositostis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit
di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan
leukosit, warna menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami
kongesti.
d. Stadium IV/resolusi (7-12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis diabsorbsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke struktrunya semula. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya
penumpukan secret, sehingga terjadi demam, batuk produkif, ronchi positif dan
mual.
(Wijayaningsih, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)

5. Pathways
Virus, bakteri, jamur
(penyebab)

Invasi saluran nafas atas

Kuman berlebih Kuman terbawa ke Infeksi saluran nafas


di bronkus saluran cerna bawah

3
Proses peradangan Infeksi saluran cerna Dilatasi Peradangan
Pembuluh
Akumulasi sekret Peningkatan flora darah Peningkatan
di bronkus normal di usus suhu tubuh
Eksudat masuk
Peristaltik usus Alveoli Hipertermi
Ketidakefektifan Mukus di
bersihan jalan Bronkus Malabsorpsi
Gangguan difusi
nafas Gas Suplai O2
Frekuensi BAB >3x/hari dalam darah

Bau mulut Gangguan Hipoksia


tak sedap pertukaran
Kekurangan
volume cairan
gas Fatique
Anoreksia
Intoleransi
Intake aktivitas

Ketidakefektifan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

(Nurarif & Kusuma, 2015)

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Foto thoraks
Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu
atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Leukositosis dapat mencapai 15.000 - 40.000 mm3 dengan pergeseran ke kiri.
c. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
d. Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa
retensi CO2.
e. LED meningkat.
f. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3
g. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.

4
h. Bilirubin mungkin meningkat.
i. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paruh terbuka menyatakan intranuklear tipikal
dan keterlibatan sistoplasmik.
(Padila, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada pasien bronkopneumonia adalah
1. Pasien diposisikan semi fowler 45⁰ untuk inspirasi maksimal.
2. Pemberian oksigen 1-5 lpm.
3. Infus KDN 1 500 ml/24 jam. jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan
suhu dan status hidrasi.
4. Pemberian ventolin yaitu bonkodilator untuk melebarkan bronkus.
5. Pemberian antibiotic diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu sampai
pasien tidak mengalami sesak nafas lagi selama tiga hari dan tidak ada
komplikasi lain.
6. Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam
7. Pengobatan simtomatis, Nebulizer, Fisioterapi dada

8. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut:
a. Atelektasis
Adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru akibat
kurangnya mobilisasi reflek batuk hilang apabila penumpukan sekret akibat
berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi dan penumpukan secret ini
menyebabkan obstruksi bronkus intrinsic.
b. Emfisema
Adalah suatu keadaan di mana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat
di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru
Adalah penumpukan pus dalam paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik
e. Endocarditis
Adalah peradangan pada katup endokardial.
5
f. Meningitis
Adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak.
(Ngastiyah, 2012 dalam Dewi & Erawati, 2016).

9. Tumbuh Kembang
Anak usia toddler adalah anak usia 12 – 36 bulan ( 1 – 3 tahun ) pada periode ini
anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana menngontrol
orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan tindakan keras kepala. Hal ini
merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan intelektual secara optimal (Perry, 1998).
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel seluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan merupakan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan
belajar (Wong’s, 2000).
Usia 1 tahun merupakan usia yang penuh berbagai hal yang menarik antara lain
berubah dalam cara makan, cara bergerak, juga dalam keinginan dan sikap atau
perasaan si kecil apabila disuruh melakukan sesuatu yang tidak ia sukai, ini akan
menyatakan sikap dan nalurinya mengatakan “tidak” baik dengan kata – kat maupun
perbuatan, meskipun sebetulnya hal itu disukai ( psikolog menyebutnya negatifisme ).
Kenyataan ini berbeda pada saat usia di bawah satu tahun, si kecil akan menjadi
seseorang penyidik yang sangat menjengkelkan, mereka akan menyelinap masuk
setiap sudut rumah, menyentuh semua benda yang ditemukannya, menggoyangkan
meja dan kursi, menjatuhkan benda apapun yang bisa dijatuhkan, memanjat apa yang
bisa di oanjat, memasukkan benda kecil ke dalam benda yang lebih besar dan
sebagainya. (Hurlock, 2002)
Pada usia 2 tahun si kecil cenderung mengikuti orang tuanya kesana kemari, ikut –
ikutan menyapu, mengepel, menyiram tanaman, semua ini dilakukan dengan penuh
kesungguhan. Pada usia 2 tahun anak sudah mulai belajar bergaul, ia senang sekali
menonton anak lain bermain, perasaan tauk dan cemas sering terjadi apabila orang
tuanya meninggalkan anak sendiri. Seandainya orang tua harus bepergian lama atau
memutuskan untuk kembali.
Anak pada usia 3 tahun biasanya lebih mudah dikendalikan karena anak sudah
dalam perkembangan emosi, sehingga mereka mengenggap ayah dan ibunya sebagai
6
orang yang istimewa. Sikap permusuhan dan kebandelan yang muncul pada usia
antara 2,5 sampai 3 tahun tampaknya makin berkurang, sikap pada orang tua bukan
saja bersahabat tapi sangat ramah dan hangat. Anak menjadi sangat patuh pada orang
tuanya, sehingga mereka akan bertingkah laku baik dan menurut sekali. Jika
keinginan mereka bertentangan dengan kehendak orang tuanya, karena mereka tetap
mahluk hidup yang mempunyai pendapat sendiri. Pada usia 3 tahun, anak cenderung
meniru siapapun yang dilakukan orang tuanya sehari – hari, disebut proses
identifikasi. Dalam proses inilah karakter anak dibentuk jauh lebih banyak dibentuk
dari petunjuk yang diterima dari orang tuanya, seperti membentuk model diri mereka,
membina kepribadian, membentuk sikap dasar bai terhadap pekerjaan, orang tua dan
dirinya sendiri (Hurlock, 2002).
g. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu
secara bertahap, berat dan tinggi anak senakin bertambah dan secara simultan
mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial, maupun
spiritual (Supartini, 2000).
Anak usia toddler memiliki karakteristik tersendiri dalam berbagai ranah
pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan biologis.
Secara umum pertumbuhan baik dari segi berat maupun tinggi badab berjalan
cukup stabil atau lambat. Rata – rata bertambah sekitar 2,3 kg/ tahun, sedangkan
tinggi badan bertambah sekitar 6 – 7 cm / tahun ( tungkai bawah lebih dominant
untuk bertambah dibanding  anggota tubuh lainnya ). Hampir semua fungsi tubuh
sudah matang dan stabil sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan
dan stress, sehingga saat inisudah bisa diajarkan toilet training.
h. Motorik Kasar
Perkembangan kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang
berhubungan dengan gerak – gerak kasar yang melibatkan sebagian besar organ
tubuh seperti berlari, dan melompat. Perkembangan motorik kasar ini sangat
dipengaruhi oleh proses kematangan anak juga bisa berbeda.
Pada fase ini perkembangan motorik sangat menonjol. Motorik kasar anak
umur 15 bulan antara lain sudah bisa berjalan sendiri  tanpa bantuan orang lain.
Anak usia 18 bulan sudah mulai berlari tapi masih sering jatuh, menarik-narik
mainan, mulai senang naik tangga tetapi masih dengan bantuan. Pada anak usia 24
7
bulan berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap.
Sedangkan pada anak usia 36 bulan  sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan,
memakai baju dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga.
i. Motorik Halus
Kemampuan motorik adalah kemampuan yang berhubungan ketrampilan fisik
yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata – tangan. Saraf motorik halus ini
dapat dilatih dan dikembangakan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu
secara rutin. Seperti bermain puzzle, menyusuun balok, memasukkan benda ke
dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas, dan sebagainya.
Motorik halus pada anak usia 15 bulan antara lain sudah bisa memegangi
cangkir, memasukkan jari ke lubang, membuka kotak, melempar benda. Pada
anak usia 18 bulan sudah bisa makan  dengan menggunakan sendok, bisa
membuka halaman  buku, belajar menyususun balok-balok. Anak usia 24 bulan
sudah bisa membuka pintu, membuka kunci, menggunting sederhana, minum
dengan menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat menggunakan gelas atau
cangkir, sudah dapat menggunakan sendok dengan baik. Sedangkan pada anak
usia 36 tahun sudah bisa menggambar lingkaran, mencuci tangan nya sendiri,
menggosok gigi.
Anak pada usia 2 – 3 tahun memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan
masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat.
Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara lain: anak
sangat aktif mengeksplorasi benda – benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki
kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi
yang dilakukan oleh anak terhadap benda – benda apa saja yang ditemui
merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia
tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada
hambatan dari lingkungan.
j. Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia toddler secara umum pemerolehan bahasa
anak usia 1 – 3 tahun merupakan proses yang bersifat fisik dan psikis. Secara fisik
kemampuan anak dalam memproduksi kata – kata ditandai oleh perkembangan
bibir, lidah, dan gigi mereka yang sedang tumbuh. Pada tahap tertentu
pemerolehan bahasa ( kemampuan mengucapkan dan memahami arti kata juga
8
tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat dan mengartikan symbol –
simbolbunyi dengan kematangan otaknya. Sedangkan secara psikis, kemampuan
memproduksi kata – kata dan variasi ucapan sangat ditentukan oleh situasi
emosional anak saat berlatih mengucapkan kata – kata.
Pada usia ini anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali
dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas
maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami pembicaraan orang
lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran.
Pada anak usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata – kata
sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah
dapat mengucapkan kata gantidiri dan merangkainya dengan beberapa kata
sederhana dan mengutarakan pesan – pesan seperti, “ Adik mau susu.” . Pada anak
usia 18 – 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang pesat dalam
mengucapkan kata – kata. Perbendaharaan kata anak – anak pada usia ini
mencapai 50 kata. Selain itu anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda memiliki
nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan bahasanya
dan belajar kata – kata baru lebih cepat.
10. Hospitalisasi pada Anak
Menurut (Nursalam, 2005 dalam Dewi & Erawati, 2016) stress yang terjadi pada
bayi usia pertengahan sampai anak usia 6-30 bulan adalah cemas karena perpisahan.
Apabila perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan
orang yang di kenal dan lingkungannya sehingga akan menimbulkan perasaan tidak
aman dan rasa cemas. Respon perilaku pada anak akibat pepisahan yang di alami
dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
a. Tahap Protes (Phase of Protest)
Pada tahap ini anak akan menangis kuat, menjerit, memanggil ibunya atau
menggunakan tingkah laku agresif, seperti menendang, menggigit, memukul,
mencubit, mencoba untuk membuat orangtua tetap tinggal dan menolak perhatian
orang lain. Secara verbal anak biasanya marah, seperti mengatak pergi. Hal
terebut akan terus berlangsung sampai beberapa jam dan jika merasa kelelahan
anak akan berhenti sendiri.
b. Tahap putus asa (Phase of Despair)

9
Pada tahap ini anak nampak tegang, tangisnya berkurang, tidak aktif kurang
berminat untuk bermain, tidak nafsu makan, menarik diri, tidak mau
berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi (missal mengompol atau menghisap ibu
jari).
c. Tahap menolak (Phase of Denial)
Pada tahap ini, secara samar-samar anak menerima perpisahan, mulai tertarik
dengan apa yang ada di sekitarnya, dan membina hubungan dangkal dengan orang
lain. Anak mulai kelihatan gembira. Fase ini biasanya terjadi setelah perpisahan
yang lama.

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Umur : Bonkopnemonia merupakan penyakit yang di sebabkan oleh virus
yang sering menyebabkan kematian pada anak usia < 5 tahun dan pada lansia
> 65 tahun.
2) Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita
bronkopneumonia
3) Tempat tinggal : penyakit ini di temukan pada lingkungan yang padat
penduduk dan kurangnya ventilasi pada rumah.
b. Keluhan Utama
Penderita biasanya mengeluh sesak nafas, batuk berdahak, flu dan badanya panas
(peningkatan suhu tubuh)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita biasanya mengalami sesak nafas, batuk berdahak, pilek, sianosis dan
lemas, mual, muntah, penurunan nafsu makan dan kurang pengetahuan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita biasanya sering mengalami penyakit saluran pernafasan atas riwayat
penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap dan panjang yang di
sertai degan wheezing pada pneumonia
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit bronkopneumonia di dalam keluarga yang lain (yang
tinggal di dalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang
10
berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui bakteri, virus, dan
jamur
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Bronkopneumoni di tularkan melalui Bakteri, Virus, Protozoa dan Bahan kimia
dan penyebaran melalui makan, peralatan pernafasan yang terkontaminasi dan
melalui percikan mukus.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keluhan umum sesak nafas, adanya peningkatan suhu tubuh, batuk pilek.
2) Sistem penapasan / Respirasi (Breath / B1)
Sesak nafas, pernafasan cuping hidung, pernapasan nagkal, pergerakan
simetris, terdapat mukus, pada auskultasi terdengar ronchi, perkusi sonor
3) Sistem cardiovascular (Blood / B2)
Kelemahan fisik, denyut nadi perifer melemah, batas jantung tidak mengalami
pergeseran, tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya
tidak di temukan.
4) Persarafan (Brain/B3)
Terjadi penurunan kesadaran, sianosis perifer pada pengkajian objektif wajah
klien tampak meringis, menangis, merintih.
5) Perkemihan-eliminasi urine (Bladder / B4)
Tidak ada gangguan elminasi dan pengukuran volume urine berhubungan
dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena awal
terjadinya syok.
6) Pencernaan / Gastrointestinal (Bowel / B5)
Mual muntah, penuruan nafsu makan, penuruan berat badan. Membran
mukosa kering tampak sianosis dapat terjdi terdapat pendarahan.
7) Integument (Bone / B6)
Warna kulit kemerahan, bibir kering, turgor kulit tidak elastis, terdapat
sianosis, akral panas kering merah CRT >2 detik, odema, panas batuk
berdahak, pilek.
h. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji: bersihan jalan nafas, ada/tidaknya sumbatan pada jalan nafas, distress
pernafasan, tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
11
2) Breathing
Kaji: frekuensi nafas, usaha, dan pergerakan dinding dada, suara pernafasan
melalui hidung dan mulut, udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3) Circulation
Kaji: denyut nadi karotis, tekanan darah, warna dan kelembaban kulit, tanda-
tanda perdarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji: tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan
responnya terhadap cahaya
5) Exposure
Kaji: tanda-tanda trauma yang ada
i. Pemeriksaan tingkat perkembangan
1) Adaptasi Sosial
Pada anak usia toddler (1-3 tahun) mampu mentolelir perpisahan dari orang
asing dan meniru orang tua
2) Bahasa
Pada anak usia toddler (1-3 tahun) mengatakan empat sampai enam kata
termasuk nama-nama “meminta” objek dengan menunjukknya, memahami
peritah sederana. Dapat menggunkan gerakan berjabat tangan mengatakan
“tidak” dan menggunakan kata “tidak” meskipun menyetujui permintaan.
3) Motorik halus
Pada anak usia toddler (1-3 tahun) yang secara konstan menjatuhkan objek ke
lantai, membangun menara dari dua kotak, memegang dua kotak dalam satu
tangan, melepaskan butir-butir kedalam leher botol yang sempit, mencoret-
coret secara spontan, menggunakn cangkir dengan baik tetapi memutarkan
sendok.
4) Pada anak todler (1-3 tahun) mampu berjalan tanpa bantuan (biasanya sejak
usia 1,3 bulan ).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan difusi oksigen
12
antara alveoli dan membran kapiler.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia,
distensi abdomen
e. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi O2 untuk aktivitas sehari-
hari

3. Intervensi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan 1) Observasi frekuensi 1) Menunjukkan
tindakan keperawatan atau kedalaman keberhasilan tindakan
selama 3 x 24 jam, pernafasan dan gerakan keperawatan.
diharapkan jalan nafas dada.
klien kembali efektif 2) Jelaskan kepada orang 2) Penyebab jalan nafas
dengan kriteria hasil: tua penyebab ketidak tidak efektif adalah
1) Mempertahankan efektifan jalan nafas. peradangan pada
jalan nafas paten bronkus menyebabkan
dengn bunyi napas inflamasi dan
bersih / jelas mengakibatkan odem.
2) Tidak terdapat 3) Berikan posisi yang 3) posisi semifowler
ronkhi nyaman pada pasien, mempermudah pasien
3) RR dalam batas misalnya semifowler. untuk bernafas .
normal 4) Lakukan fisioterapi 4) Merangsang gerakan
4) Klien tidak sesak dada mekanik lewat vibrasi
nafas dinding dada supaya
5) Produksi sputum spuntum mudah
berkurang bergerak keluar.
5) Berikan anak susu 5) Meningkatkan hidrasi
hangat. spuntum. Air hangat
menguranngi tingkat
kekentalan dahak
sehingga mudah
dikeluarkan.
6) Kolaborasi dengan 6) Memudahkan
dokter untuk pemberian pengenceran, dan
nebulizer dengan obat pembuangan sekret.
ventolin 0,8 cc. fengan cepat.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan difusi oksigen antara


alveoli dan membran kapiler.

13
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan 1) Kaji frekuensi, 1) Manifestasi distress
tindakan keperawatan kedalaman, dan pernafasan tergantung
selama 3 x 24 jam, kemudahan bernafas. pada indikasi derajat
diharapkan pertukaran keterlibatan paru dan
gas klien tidak status kesehatan
terganggu dengan umum
kriteria hasil: 2) Observasi warna kulit, 2) Sianosis kuku
1) GDA dalam membrane mukosa, dan menunjukan
rentang normal kuku. Catat adanya vasokonstriksi atau
2) Tidak ada distress sianosis perifer atau respon tubuh terhadap
pernafasan sirkulasi sentral demam / menggigil.
3) Berpartisipasi pada Namun, sianosis daun
tindakan untuk telinga, membrane
memaksimalkan mukosa, dan kulit
oksigenasi sekitar mulut
menunjukan
hipoksemia sistemik
3) Awasi frekuensi jantung 3) Takikardia biasanya
/ irama ada karena demam/
dehidrasi. Tetapi juga
dapat merupakan
respon terhadap
hipoksemia
4) Pertahankan istirahat 4) Mencegah terlalu lelah
tidur. Dorong dan menurunkan
menggunakan teknik kebutuhan/ konsumsi
relaksasi dan aktifitas oksigen untuk
senggang memudahkan
perbaikan infeksi
5) Tinggikan kepala dan 5) Tindakan ini
dorong untuk sering mengingatkan
mengubah posisi, nafas inspirasi maksimal,
dalam dan batuk efektif meningkatkan
pengeluaran secret
untuk perbaikan
ventilasi
6) Berikan terapi oksigen 6) Tujuan terapi oksigen
dengan benar adalah
mempertahankan
PaO2 diatas 60
mmHg. Oksigen
diberikan dengan
metode yang
memberikan
pengiriman dengan
tepat dalam toleransi
pasien

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan 1) Monitor status hidrasi 1) Mengevaluasi keadaan
tindakan keperawatan (kelembaban membran umum pasien
selama 3 x 24 jam, mukosa, nadi adekuat,
14
diharapkan cairan dan tekanan darah
elektrolit klien ortostatik), jika
seimbang dengan diperlukan.
kriteria hasil: 2) Dorong masukan oral 2) Mengoptimalkan
1) Turgor kulit elastis masukan oral
2) Intake dan output 3) Kolaborasikan 3) Memberikan suplai
cairan seimbang pemberian cairan cairan tubuh
3) Membrane mukosa intravena IV
lembab

d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia,
distensi abdomen
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan 1) Identifikasi faktor yang 1) Pilihan intervensi
tindakan keperawatan menimbulkan mual / tergantung penyebab
selama 3 x 24 jam, muntah, misalnya: masalah
diharapkan kebutuhan
sputum banyak,
nutrisi tercukupi
dengan kriteria hasil: pengobatan, atau nyeri
1) Turgor kulit elastis 2) Berikan / bantu 2) Menghilangkan tanda
2) Intake dan output kebersihan mulut bahaya, rasa, bau dari
cairan seimbang setelah muntah, drainase lingkungan pasien
3) Membrane mukosa postural dan sebelum yang dapat
lembab makan menurunkan mual
3) Berikan makan porsi 3) Meningkatkan
kecil dan sering, masukan walaupun
termasuk makanan nafsu makan mungkin
kering dan makanan lambat untuk kembali
yang menarik untuk
pasien
4) Evaluasi status nutrisi 4) Adanya kondisi kronis
umum, ukur berat badan (seperti PPOM atau
alkoholisme) atau
keterbatasan keuangan
dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap
infeksi, dan atau
lambatnya respon
terhadap terapi

e. Hipertermi berhubungan dengan penyakit


Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan 1) Monitor TD, Nadi, dan 1) Mengetahui keadaan
tindakan keperawatan RR umum klien

15
selama 3 x 24 jam, 2) Monitor suhu minimal 2) Mengetahui kenaikan
diharapkan suhu tubuh tiap 2 jam dan penurunan suhu
pasien dalam keadaan klien
normal dengan kriteria 3) Selimuti pasien 3) Menurunkan panas
hasil: dengan cara
1) Suhu tubuh dalam penguapan melalui
rentang normal pengeluaran keringat
2) Nadi dan RR 4) Kompres pasien pada 4) Kompres pada lipatan
dalam rentang lipat paha dan aksila tubuh klien akan
normal mempercepat
3) Tidak ada pusing turunnya panas karena
daerah tersebut
merupakan pusat
leukosit.
5) Ajarkan keluarga untuk 5) Keluarga secara
kompres hangat mandiri dapat
melakukannya ketika
di rumah
6) Kolaborasi pemberian 6) Mengatasi inflamasi
antibiotik dan dan menurunkan suhu
antipiretik tubuh klien

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi O2 untuk aktivitas sehari-


hari
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan 1) Evaluasi respon pasien 1) Menetapkan
tindakan keperawatan terhadap aktifitas. Catat kebutuhan/kemampua
selama 3 x 24 jam, laporan dispneu, n pasien dan
diharapkan terjadi peningkatan kelemahan, memudahkan dalam
peningkatan toleransi dan perubahan tanda pemilihan intervensi
terhadap aktivitas vital selama dan setelah
dengan kriteria hasil: aktifitas
1) Tidak ada dispnea 2) Berikan lingkungan 2) Menurunkan stress
2) Tidak ada tenang dan batasi dan rangsangan
kelemahan pengunjung selama fase berlebih
berlebihan akut sesuai indikasi.
3) Tanda-tanda vital Dorong penggunaaan
dalam rentang manajemen stress dan
normal pengalihan yang tepat
3) Bantu pasien memilih 3) Pasien mungkin
posisi nyaman untuk nyaman dengan kepala
istirahat / tidur tinggi atau tidur di
kursi
4) Bantu aktivitas 4) Menurunkan keletihan
perawatan diri yang dan membantu
diperlukan. Berikan keseimbangan suplai
kemajuan peningkatan dan kebutuhan
aktivitas selama fase oksigen
penyembuhan
5) Jelaskan pentingnya 5) Tirah baring
istirahat dalam rencana dipertahankan selama
pengobatan dan fase akut untuk
pentingnya menurunkan
keseimbangan antara kebutuhan metabolik,
16
aktivitas dan istirahat menghemat energi
untuk penyembuhan.
Pembatasan aktivitas
dengan respon
individual pasien
terhadap aktifitas dan
perbaikan kegagalan
pernafasan

17
DAFTAR PUSTAKA

Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC), Edisi Keenam.
Missouri: Mosby Elsevier
Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima. Missouri:
Mosby Elsevier
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10.
Jakarta: EGC
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: MediAction Publishing
Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan keperawatan ada anak. Jogjakarta: Graha Ilmu.
Wulandari, Dewi & Meira Erawati. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar.

18

Anda mungkin juga menyukai