Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENILAIAN OTENTIK DALAM KONTEKS PENILAIAN KARAKTER


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Moral Karakter
Dosen pembimbing : Rani Indriani Kusumah, S.Kom., M.SI

Disusun Oleh
Kelompok 6 dengan anggota :

Ashari Maulana Suryadi (C1AA20009)


Cecep Saepul Ilham (C1AA20015)
Eka Cahya Ilahi (C1AA20027)
Faisal Andhika (C1AA20033)
Putri Suci Lestari (C1AA20077)
Resa Cahya Insani (C1AA20091)
Salsa Dhila Putri Aprilia (C1AA20099)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2021
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penilaian Otentik......................................................................2
2.2 Pengukuran Kepribadian.................................................................................4
2.3 Strategi Pengembangan Penilaian Karakter Berbasis Penilaian Otentik.........8
2.4 Mengembangkan Model Penilaian Karakter Berbasis Penilaian Otentik......12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................19
3.2 Saran..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

ii
KATA PENGANTAR
Assaalamualaikum wr.wb
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan mata kuliah Pendidikan Moral
Karakter tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari Ibu Rani
Indriani Kusumah, S.Kom., M.SI selaku dosen mata kuliah Pendidikan Moral Karakter
Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “Penilaian Otentik Dalam Konteks Penilaian Karakter”
Dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah tentang Penilaian
Otentik Dalam Konteks Penilaian Karakter dapat menjadikan referensi bagi pembaca, untuk
kedepannya bisa memperbaiki ataupun menambah bentuk isi makalah agar menjadi lebih
baik. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Ilmu
Keperawatan Dasar II ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum wr.wb

Sukabumi, 06 Oktober 2021

Kelompok 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Pendidikan adalah proses pemanusiaan manusia, itu dapat dikatakan bahwa
tuntutan pendidikan adalah terbentuknya kompetensi pada peserta didik (terlepas dari
apakah kurikulum yang sekarang tetap digunakan atau diganti, tetapi pembentukan
kompetensi adalah merupakan suatu keharusan). Untuk itu, perlu
dilakukan pembenahan dalam praktik pembelajaran di sekolah, termasuk praktek
penilaiannya.
Dalam proses pembelajaran di Sekolah, siswa tidak hanya dinilai dari kecerdasan
saja tetapi dalam aktivitas yang dilakukan oleh siswa juga. Salah satu penilaian
aktivitas siswa ialah penilaian otentik. Dalam hal ini guru mampu mengetahui
karakter dan kemampuan siswa dalam berbagai hal dalam lingkup pembelajaran.
Penilaian otentik merupakan hal yang perlu diketahui oleh guru dan guru harus
mampu mengidentifikasi setiap aktivitas yang dilakukan siswa, karena penilaian
otentik pada dasarnya mempunyai tujuan atau maksud untuk perkembangan siswa.
Guru juga harus membuat data yang berisikan penilain otentik siswa. Selain itu, Guru
diharapkan mengetahui strategi atau cara pengembangan penilaian karakter dan
mengembangakan model penilaian karakter yang berbasisi penilaian otentik.

1.2 Rumusan masalah
1. Mengetahui konsep dasar penilaian otentik
2. Mengetahui bisakah karakter anak diukur/dinilai
3. Mengetahui strategi pengembangan penilaian karakter berbasis penilaian otentik
4. Mengetahui bagaimana cara mengembangkan model karakter berbasis penilaian

1.3 Tujuan penulisan
1. Tahu konsep dasar penilaian otentik
2. Tahu bagaimana cara karakter anak diukur/dinilai
3. Tahu strategi pengembangan penilaian karakter berbasis penilaian otentik
4. Tahu bagaimana cara mengembangkan model karakter berbasis penilaian

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penilaian Otentik


Penilaian otentik (authentic assessment) didefinisikan sebagai seperangkat
tugasyang dikemasdalam konteks yang bermakna bagi siswa sehingga memungkinkan
siswamembuat hubungan antara pengalaman nyata dengan ide-ide yang dipelajarinya
disekolah. Dalam prosesnya penilaian otentik berfokus pada kemampuan
pemecahanmasalah yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
berfokus pada tahapanbelajar yang lebih kompleks. Penilaian ini tidak hanya
berkenaan dengan kemampuansiswa menjawab pertanyaan bagaimana layaknya
penilaian tradisional. Penilaian otentikdikembangkan untuk menemukan apa yang
siswa tahu dan apa yang siswa bisa lakukandengan pengetahuannya tersebut.
Berdasarkan sudut pandang ini, penilaian otentikadalah penilaian yang berkenaan
dengan pemahaman dan implementasinya.
Dalam definisi yang lebih terfokus, Nurgiyantoro (2011: 4) menyatakan
bahwapada hakikatnya penilaian otentik merupakan kegiatan penilaian yang
dilakukan tidaksemata-mata untuk menilai hasil belajar siswa, melainkan juga
berbagai faktor yang lain,antara lain kegiatan pembelajaran itu sendiri.
Penilaian otentik sering pula disebut sebagai penilaian alternatif (Ntko,
2004).Dikatakan demikian karena penilaian menggunakan beragam teknik penilaian
yangbukan hanya tes melainkan beragam teknik penilaian nontes seperti penilaian
proyek,produk, performa, dan penilaian porofolio. Dalam pandangan O'Malley dan
Pierce(1996: 4) penilaian otentik merupakan penilaian yang menekankan pada
pengukuranperforma nyata yang ditunjukkan melalui perilaku aktif siswa.
Menurut Mueller (Nurgiyantro, 2011) dan Morgan, et al. (2004) penilaian
otentikadalah penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks dunia "nyata"
yangmemerlukan berbagai macaam pendekatan untuk memecahkan masalah
yangmemberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu
macampemecahan. Dengan kata lain, penilaian otentik mengukur, memonitor, dan
menilaisemua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kogntif, afektif,
danpsikomotor), baik yang nampak sebagai hasil akhir dari suatu proses
pembelajaranmaupun berupa perubahan dan perkembangan aktifitas, dan perolehan
belajar selamaproses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.

v
perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa
perludiketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
pembelajarandengan benar. Jika data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan
bahwa siswamengalami kemacetan dalam belajar, maka guru akan segera bisa
mengambil tindakanyang tepat untuk siswa tersebut, sehigga siswa terbebas dari
kemacetan belajar. Penilaianini tidak dilakukan di akhir periode saja (akhir semester),
tetapi dilakukan bersamaandengan kegiatan pembelajaran. Karena gambaran tentang
kemajuan belajar itudiperlukan di sepanjang proses pembelajaran.
Penilaian otentik merupakan sebuah bentuk penilaian yang mengukur kinerja
nyatayang dimiliki oleh peserta didik. Kinerja yang dimaksud adalah aktivitas yang
diperolehpeserta didik selama proses pembelajaran. Berdasarkan pemahaman ini
penilaian otentikpada prinsipnya mengukur aktivitas yang dilakukan oleh peserta
didik selamapembelajaran berlangsung.Berkatan dengan pendidikan karakter,
pendidikan karakter bertujuan agar pesertadidik mampu menjadi orang yang
berkarakter mulia. Usaha pengembangan karakter iniharus dilakukan secara
berkesinambungan dalam proses pembelajaran. Penilaian otentikpada dasarnya
digunakan untukmengkreasikan berbagai aktivitas belajar yangbermuatan karakter
dan sekaligus mengukur keberhaTujuan pendidikan karakter disekolah antara lain:
1. Meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengintegrasian nilai-nilai
utamaberbasispendidikan karakter dan budaya ke dalam kegiatan pembelajaran,
penelitian danpublikasi ilmiah, serta sosialisasi dengan masyarakat.
2. Mengimplementasikan pendidikan karakter dan budaya dalam kepemimpinan
danpengelolaan sekolah.
3. Mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan ekstrakurikuler
danpengembangan budaya dalam kegiatan keseharian di lingkungan sekolah.
Dalam penilaian pun, peserta didik sangat memerlukan perlakuan individual.
Merekapenting dinilai dari kegiatan dan hasil belajarnya berdasarkan kemampuan
dirinya.Karena setiap peserta didik mempunyai perbedaan satu sama lain. Perbedaan
itu bisadilihat dari latar belakang social dan ekonomi keluarganya, minat, harapan,
motivasi,kemampuan, perasaan, kreatifitas, dan penampilan dalam kegiatan belajar.
Untuk halpenilaian ini guru harus benar-benar adil dan otentik.

vi
Beberapa pembaharuan yang tampak pada penilaian otentik adalah sebagai berikut:
1. Melibatkan siswa dalam tugas yang penting, menarik, bermanfaat, dan relevan
dengankehidupan nyata siswa.
2. Tampak dan terasa sebagai kegiatan belajar bukan tes tradisional.silan aktivitas
tersebutsertamengukur kemunculan karakter pada diri siswa.
3. Melibatkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi dan mencakup pengetahuan yang
luas.
4. Menyadarkan siswa tentang apa yang harus dikerjakannya.
5. Merupakan alat penilaian dengan latar standar, bukan alat penilaian
yangdistandarisasikan.
6. Berpusat pada siswa, bukan berpusat pada guru.
7. Dapat menilai siswa yang berbeda kemampuan, gaya belajar, dan latar belakang
kulturalnya.

2.2 Pengukuran Kepribadian


Sifat kepribadian biasa diukur melalui angka rata-rata pelaporan dari (self-report)
kuesioner kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran kepribadian
seutuhnya(personality inventory, serangkaian instrumen yang menyingkap sejumlah
sifat).
Ada beberapa macam cara untuk mengukur atau menyelidiki kepribadian. Berikut
ini adalah beberapa diantaranya:
1. Observasi Direct
Observasi direct berbeda dengan observasi biasa. Observasi direk mempunyai
sasaranyang khusus , sedangkan observasi biasa mengamati seluruh tingkah laku
subjek.Observasi direk memilih situasi tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan
munculnyaindikator dari ciri-ciri yang hendak diteliti, sedangkan observasi biasa
mungkin tidakmerencanakan untuk memilih waktu.
Observasi direct diadakan dalam situasi terkontrol, dapat diulang atau dapat
dibuatreplikasinya. Misalnya, pada saat berpidato, sibuk bekerja, dan sebagainya.
Ada tigatipe metode dalam observasi direk yaitu:
a. Time Sampling Method
Dalam time sampling method, tiap-tiap subjek diselidiki pada periode
waktutertentu. Hal yang diobservasi mungkin sekadar muncul tidaknya
respons, atauaspek tertentu.
vii
b. Incident Sampling Method
Dalam incident sampling method, sampling dipilih dari berbagai tingkah
lakudalam berbagai situasi. Laporan observasinya mungkin berupa catatan-
catatandari Ibu tentang anaknya, khusus pada waktu menangis, pada waktu
mogokmakan, dan sebgainya. Dalam pencatatan tersebut hal-hal yang
menjadi perhatianadalah tentang intensitasnya, lamanya, juga tentang efek-
efek berikut setelahrespons.
c. Metode Buku Harian Terkontrol
Metode ini dilakukan dengan cara mencatat dalam buku harian tentang
tingkahlaku yang khusus hendak diselidiki oleh yang bersangkutan sendiri.
Misalnyamengadakan observasi sendiri pada waktu sedang marah. Syarat
penggunaanmetode ini, antara lain, bahwa peneliti adalah orang dewasa yang
cukup inteligendan lebih jauh lagi adalah benar-benar ada pengabdian pada
perkembangan ilmupengetahuan.
2. Wawancara (Interview)
Menilai kepribadian dengan wawancara (interview) berarti mengadakan tatap
mukadan berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Dalam
psikologikepribadian, orang mulai mengembangkan dua jenis wawancara, yakni:
a. Stress interview
Stress interview digunakan untuk mengetahui sejauh mana seseorang
dapatbertahan terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga
untukmengetahui seberapa lama seseorang dapat kembali menyeimbangkan
emosinyasetelah tekanan-tekanan ditiadakan. Interviewer ditugaskan untuk
mengerjakansesuatuyang mudah, kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang
lebih sukar.
b. Exhaustive Interview
Exhaustive Interview merupakan cara interview yang berlangsung sangat
lama;diselenggarakn non-stop. Cara ini biasa digunakan untuk meneliti para
tersangkadibidang kriminal dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga.
3. Tes proyektif
Cara lain untuk mengatur atau menilai kepribadian adalah dengan
menggunakan tesproyektif. Orang yang dinilai akan memprediksikan dirinya
melalui gambar atau hal-hal lain yang dilakukannya. Tes proyektif pada dasarnya

viii
memberi peluang kepadatestee (orang yang dites) untuk memberikan makna atau
arti atas hal yang disajikan;tidak ada pemaknaan yang dianggap benar atau salah.
Jika kepada subjek diberikan tugas yang menurut penggunaan imajinasi, kita
dapatmenganalisis hasil fantasinya untuk mengukur cara dia merasa dan berpikir.
Jikamelakukan kegiatanyang bebas, orang cenderung menunjukkan dirinya,
memantulkan (proyeksi) kepribadiannya untuk melakukan tugas yang kreatif.
Jenisyang termasuk tes proyektif adalah:
a. Tes Rorschach
Tesyang dikembangkan oleh seorang dkter psikiatrik Swiss,
HermannRorschach, pada tahun 1920-an, terdiri atas sepuluh kartu yang
masing-masingmenampilkan bercak tintan yang agak kompleks. Sebagian
bercak itu berwarna;sebagian lagi hitam putih. Kartu-kartu tersebut
diperlihatkan kepada mereka yangmengalami percobaan dalam urutan yang
sama. Mereka ditugaskan untukmenceritakan hal apa yang dilihatnya
tergambar dalam noda-noda tinta itu.Meskipun noda-noda itu secara objektif
sama bagi semua peserta, jawaban yangmereka berikan berbeda satu sama
lain. Ini menunjukkan bahwa mereka yangmengalami percobaan itu
memproyeksikan sesuatu dalam noda-noda itu. Analisisdari sifat jawaban
yang diberikan peserta itu memberikan petunjuk mengenaisusunan
kepribadiannya.
b. Tes Apersepsi Tematik (Thematic Apperception Test/TAT)
Tes apersepsi tematik atau Thematic Apperception Test (TAT),
dikembangkan diHarvard University oleh Hendry Murray pada tahun 1930-
an. TATmempergunakan suatu seri gambar-gambar. Sebagian adalah
reproduksi lukisan-lukisan, sebagian lagi kelihatan sebagai ilustrasi buku
atau majalah. Para pesertadiminta mengarang sebuah cerita mengena tiap-
tiap gambar yang diperlihatkankepadanya. Mereka diminta membuat sebuah
cerita mengenai latar belakang darikejadian yang menghasilkan adegan pada
setiap gambar, mengenai pikiran danperasaan yang dialami oleh orang-orang
didalam gambar itu, dan bagaimanaepisode itu akan berakhir. Dalam
menganalisis respon tpsikologi melihat tema yang berulang yang bisa
mengungkapkan kebutuhan,motif, atau karakteristik cara seseorang
melakukan hubungan antarpribadinya.

ix
4. Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian adalah kuesioner yang mendorong individu untuk
melaporkanreaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner ini mirip
wawancaraterstruktur dan ia menanyakan pertanyaan yang sama untuk setiap
orang, dan jawabanbiasanya diberikan dalam bentuk yang mudah dinilai,
seringkali dengan bantuankomputer. Menurut Atkinson dan kawan-kawan,
investori kepribadian mungkindirancang untuk menilai dimensi tunggal
kepribadian (misalnya, tingkat kecemasan)atau beberapa sifat kepribadian secara
keseluruhan. Investori kepribadian yangterkenal dan banyak digunakan untuk
menilai kepribadian seseorang ialah:
a. Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
MMPI terdiri atas kira-kira 550 pernyataan tentag sikap, reaksi
emosional, gejalafisik dan psikologis, serta pengalaman masa lalu. Subjek
menjawab tiappertanyaan dengan menjawab "benar”, “salah”, atau “tidak
dapat mengatakan”.Pada prinsipnya, jawaban mendapat nilai menurut
kesesuaiannya dengan jawabanyang diberikan oleh orang-orang yang
memiliki berbagai macam masalahpsikologi. MMPI dikembangkan guna
membantu klinis dalam mendiagnosisgangguan kepribadian. Para perancang
tes tidak menentukan sifat mengukurnya,tetapi memberikan ratusn
pertanyaan tes untuk mengelompokkan individu. Tiapkelompok diketahui
berbeda dari normalnya menurut kriteria tertentu. Kelompokkriteria terdiri
atas individu yang telah dirawat dengan diagnosis gangguanparanoid.
Kelompok kontrol terdiri atas orang yang belum pernah didiagnosismenderita
masalah psikiatrik, tetapi mirip dengn kelompok kriteria dalah hal usia,jenis
kelamin, status sosioekonomi, dan variabel penting lain.
b. Rorced-Choice Inventories
Rorced-Choice Inventories atau Inventori Pilihan-Paksa termasuk
klasifikasi tesyang volunter. Suatu tes dikatakan volunter bila subjek dapat
memilih pilihan yang lebih disukai, dan tahu bahwa semua pilihan itu benar,
tidak ada yang salah(Muhadjir, 1992). Subjek, dalam hal ini, diminta
memilih pilihan yang lebihdisukai, lebih sesuai, lebihcocok dengan
minatnya, sikapnya, atau pandangan hidupnya.

x
c. Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale)
H-W Temperament Scale dikembangkan dari teori kepribadian Rosanoff
(Muhadjir, 1992). Menurut teori ini, kepribadian memiliki enam komponen,
yang lebih banyak bertolak dari keragaman abnomal, yaitu:
a) Schizoid Autistik, mempunyai tendensi tak konsisten, berpikirnya
lebihmengarahpada khayalan.
b) Schizoid Paranoid, mempunyai tendensi tak konsisten, dengan angan
bahwadirinya penting
c) Cycloid Manik, emosinya tidak stabil dengan semangat berkobar.
d) Cycloid Depress, emosinya tak stabil dengan retardasi dan pesimisme.
e) Hysteroid, ketunaan watak berbatasan dengan tendensi kriminal.
f) Epileptoid, dengan antusiasme dan aspirasi yang bergerak terus.

2.3 Strategi Pengembangan Penilaian Karakter Berbasis Penilaian Otentik


Ada beberapa langkah yang harus dilakukan ketika akan
mengembangkanpenilaian karakterberbasis penilaian otentik. Mueller (Nurgiantoro,
2011) dan Newmann,et.al. (1995) mengemukakan 4 langkah untuk mengembangkan
penilaian otentik, yaituyang meliputi : penentuan standar, penentuan tugas autentik,
pembuatan kriteria,pembuatan rubrik. Keempat langkah pengembangan penilaian
otentik akan dijelaskansebagai berikut.
1. Penentuan standar
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam mengembangkan penilaian
otentikadalah menetapkan standar yang akan diukur. Standar yang dimaksudkan
adalahsebuah pernyataan tentang apa yang harus diketahui atau dapat dilakukan
pembelajarselama dan setelah proses pembelajran berlangsung. Dalam pandangan
Mueller(Nurgiyantoro, 2011) standar harus dibedakan dengan goal yang berarti
tujuan umumdan objektif berarti tujuan khusus. Standar memiliki ciri utama yaitu
standar dapatdiobservasi dan diukur ketercapaiannya. Dalam konteks kurikulum
Indonesia, standardimaksud meliputi standar kompetensi lulusan dan kompetensi
dasar. Standarkompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap,pengetahuan dan keterampilan, sedang kompetensi dasar adalah
kompetensi ataustandar minimal yang harus tercapai atau dikuasai oleh siswa
dalam prosespembelajaran.

xi
2. Penentuan Tugas Otentik
Dalam pandangan Mueller (Nurgianoro, 2011) tugas otentik adalah tugas yang
secaranyata dibebankan kepada siswa untuk mengukur pencapaian kompetensi
yangdibelajarkan, baik ketika kegiatan pembelajaran masih berlangsung atau
ketika sudah berakhir.
3. Pembuatan kriteria
Kriteria merupakan indikator-idikator yang menspesifikasi tugas otentik
yangakan dinilai sehingga mejadi jelas keterukurannya. Mueller (Nurgiyantoro,
2011)menyatakan bahwa kriteria merupakan pernyataan yang menggambarkan
tingkatcapaian dan bukti-bukti nyata capaian hasil belajar subjek belajar dengan
kualitastertentu yang diinginkan. Dalam konteks penilaian otentik kriteria harus
telahdirumuskan guru sebelum pelaksanaan pembelajaran, disampaikan, dan
disepakatibersama dengan siswa.
Brookhart (2013:3) menyatakan kriteria yang baik harus memiliki karakteristik
antara lain:
a. memadai artinya mampu menggambarkan standar yang akan dicapai secara
jelas.
b. terdefinisikan secara pasti sehingga mudah dipahami.
c. dapat diamati dan diukur.
d. menunjukkan adanya perbedaan yang jelas antara satu kriteria dengan kriteria
lain.
e. lengkap artinya seluruh kriteria harus mampu menggambarkan hasil belajar
yang diukur.
f. harus dapat dibuat deskripsi yang menunjukkan perkembangan kualitas yang
dicapai siswa.
4. Pembuatan Rubrik
Rubrik merupakan alat skala yang digunakan untuk mengukur tinggi
rendahnyacapaian siswa. Sebuah rubrik biasanya berbentuk tabel yang memuat
minimalnya tigakomponen pokok yakni kriteria (termasuk di dalamnya
subkriteria), skor capaian dandeskriptor pada masing-masing kriteria tersebut.
Budimansyah, dkk (2010)menyatakan bahwa dalam konteks mikro pada
satuanpendidikan, maka program pendidikan karakter perlu dikembangkan
denganmendasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

xii
a. Berkelanjutan mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-
nilaikarakter bangsa merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal
peserta didikmasuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.
b. Melalui semua subjek pembelajaran, pengembangan diri dan budaya
satuanpendidikan mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai
karakterdilakukan melalui kegiatan kurikuler setiap mata pelajaran/mata
kuliah,kokurikuler dan ekstra kurikuler. Pembinaan karakter melalui kegiatan
kurikulermata pelajaran/mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan
Pendidikan Agamaharus sampai melahirkan dampak instruksional
(instructional effect) dan dampakpengiring (nurturant effect), sedangkan bagi
mata pelajaran/mata kuliah lain cukupmelahirkan dampak pengiring.
c. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan (value is neither caught nor taught, it
islearned) (Hermann, 1972) mengandung makna bahwa materi nilai-nilai
dankarakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa. Tidak semata-mata dapat
ditangkapsendiri atau diajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasi melalui proses
belajar.Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang
dikemukakanseperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur,
atau pun faktaseperti dalam mata pelajaran tertentu.
d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.
Prinsipini menyatakan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh
peserta didikbukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip "tut wuri handayani“
dalam setiapperilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga
menyatakan bahwa prosespendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang
menimbulkan rasa senang dantidak indoktrinatif. Sekolah dapat memperkokoh
prinsip-prinsip tersebut agarsejajar dengan visi, misi, tujuan, dan strategi
sekolah. Visi yang perlu diusungmisalnya, "Menjadi sekolah terkemuka dalam
pengembangan dan implementasipendidikan karakter". Misi yang dapat
dilakukan antara lain:
a) Menyelenggarakan kegiatan yang mengembangkan kepribadian dan
kecerdasan.Mengembangkan pembelajaran berbasis karakter di sekolah.
b) Mendukung kegiatan penelitian, pelatihan, dan publikasi ilmiah yang
berfokuspada tema-tema pendidikan karakter dan budaya di sekolah.
c) Mengimplementasikan budaya akademik, humanis, dan religius di
sekolah.
xiii
Adapun program yang dapat dilakukan untuk pendidikan karakter di sekolah
antara lain:
1. Mengembangkan model pembelajaran berbasis pendidikan karakter di tingkat
sekolah.
2. Melaksanakan sosialisasi, diskusi, dan lokakarya tentang pendidikan karakter
danpembinaan budaya sekolah.
3. Menyelenggarakan kegiatan penelitian dan publikasi ilmiah yang berfokus pada
temakarakter dan pembudayaan melalui berbagai tulisan di media cetak,
wawancara, dialog,dan gelar wicara di media elektronik
4. Menyelenggarakan kegiatan penelitian tentang pendidikan karakter.
5. Menyelenggarakan pelatihan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
mendukung
6. Menjalin kerja sama dengan institusi lain yang mendukung tercapainya visi dan
misi.
7. Mendorong kegiatan pendidikan karakter di dalam kegiatan ekstrakurikuler
dalam sekolah
8. Mendukung pembudayaan organisasi sekolah dengan pola kepemimpinan yang
religius,demokratis, adil, visioner, dan memberdayakan bawahan.
9. Memberikan layanan konsultasi tentang implementasi pendidikan karakter
dalam pembelajaran dan pembudayaan di sekolah.
Budimansyah, dkk (2010)menyatakan bahwa dalam konteks mikro pada satuan
pendidikan, maka program pendidikan karakter perlu dikembangkan dengan
mendasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Berkelanjutan mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai
karakterbangsa merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta didik
masuk sampaiselesai dari suatu satuan pendidikan.
b. Melalui semua subjek pembelajaran, pengembangan diri dan budaya satuan
pendidikanmensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter
dilakukan melaluikegiatan kurikuler setiap mata pelajaran/mata kuliah,
kokurikuler dan ekstra kurikuler.Pembinaan karakter melalui kegiatan kurikuler
mata pelajaran/mata kuliah PendidikanKewarganegaraan dan Pendidikan Agama
harus sampai melahirkan dampakinstruksional (instructional effect) dan dampak
pengiring (nurturant effect), sedangkanbagi mata pelajaran/mata kuliah lain
cukup melahirkan dampak pengiring.
xiv
c. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan (value is neither caught nor taught, it
islearned) (Hermann, 1972) mengandung makna bahwa materi nilai-nilai dan
karakterbangsabukanlah bahan ajar biasa. Tidak semata-mata dapat ditangkap
sendiri ataudiajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasi melalui proses belajar.
Artinya, nilai-nilaitersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan
seperti halnya ketikamengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, atau pun fakta
seperti dalam mata pelajarantertentu.
d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.
Prinsip inimenyatakan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta
didik bukan olehguru. Guru menerapkan prinsip "tut wuri handayani" dalam
setiap perilaku yangditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa
proses pendidikandilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa
senang dan tidak indoktrinatif.Sekolah dapat memperkokoh prinsip-prinsip
tersebut agar sejajar dengan visi, misi,tujuan, dan strategi sekolah. Visi yang
perlu diusung misalnya, "Menjadi sekolahterkemuka dalam pengembangan dan
implementasi pendidikan karakter". Misi yangdapat dilakukan antara lain:
a) Menyelenggarakan kegiatan yang mengembangkan kepribadian dan
kecerdasan. Mengembangkan pembelajaran berbasis karakter di sekolah.
b) Mendukung kegiatan penelitian, pelatihan, dan publikasi ilmiah yang
berfokuspadatema-tema pendidikan karakter dan budaya di sekolah.
c) Mengimplementasikan budaya akademik, humanis, dan religius di sekolah.

2.4 Mengembangkan Model Penilaian Karakter Berbasis Penilaian Otentik


Mengembangkan Model Penilaian Karakter Berbasis Penilaian Otentik Mengacu
padapendapat Budimansyah, dkk (2010), model pendidikan karakter dilakukan
melalui tigamodus yaitu :
1. Melalui penguatan Pendidikan Kewarganegaraan dalam kapasitasnya sebagai
matapelajaran yang menjadi menu wajib bagi seluruh siswa yang diberikan pada
masa-masa awal siswa belajar di sekolah. Model yang pertama ini diarakan
untukmeningkatkan kualitas pembelajarn dengan menggunakan inovasi
pembelajaranuntuk membina karakter siswa.
2. Mengoptimalkan Layanan Bimbingan Konseling kepada para siswa baik dari
dalammaupun dari luar jam pembelajaran yang diarahakan untuk mendorong
siswa agarmampu menyelesaikan masalah dirinya sendiri sehingga tumbuh
xv
kesadaran akanSegala potensi yg dimilikinya. Melalui berbagai pendekatan,
game, strategi, dan potensi yg di miliki siswa dapat berkembang secara optimal,
sehingga siswa memiliki kepercayaan diri untuk berkembang.
3. Menyelenggarakan penelitian, pengamatan, sosialisasi, study tour atau
perkemahan yang merupakan menu wajib pada masa-masa akhir siswa menimba
ilmu. Pendidikan karakter melalui semua yang di sebutkan di atas dapat
mengarahkan siswa untuk memantapkan berbagai karakter baik yang telah dibina
di sekolah melalui proses belajar sambil menjalani (learning by doing) dalam
kehidupan masyarakat.

xvi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penilaian otentik (authentic assessment) didefinisikan sebagai seperangkat tugas
yang dikemas dalam konteks yang bermakna bagi siswa sehingga memungkinkan
siswamembuat hubungan antara pengalaman nyata dengan ide-ide yang dipelajarinya
disekolah. Dalam prosesnya penilaian otentik berfokus pada kemampuan pemecahan
masalah yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan berfokus pada
tahapan belajar yang lebih kompleks. Penilaian ini tidak hanya berkenaan dengan
kemampuansiswa menjawab pertanyaan bagaimana layaknya penilaian tradisional.
Penilaian otentik dikembangkan untuk menemukan apa yang siswa tahu dan apa yang
siswa bisa lakukan dengan pengetahuannya tersebut. Berdasarkan sudut pandang ini,
penilaian otentik adalah penilaian yang berkenaan dengan pemahaman dan
implementasinya.

3.2 Saran
Setelah di buatnya makalah ini diharapkan guru harus mampu mengatur strategi
dan mengembangkan model penilaian karakter berbasis penilaian otentik guna
meningkatkan kualitas prestasi peserta didik. Selain itu, guru berusaha mampu
berlaku adil dan mampu menilai atau mengidentifikasi karakteristik yang dimiliki
peserta didik. Dengan demikian, proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dan
sekolah pun mampu mencetak anak didik yang berkualitas dan berdaya saing.
Pendidikan karakter hendaknya juga dirumuskan dalam kurikulum dan diterapkan
metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Di dalam pelaksanaannya,
inti kegiatan di sekolah ialah Tridharma pendidikan, sehingga semua kegiatan
pendidikan, penelitian, dan penerapannya dilaksanakan dengan berkarakter.

xvii
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Nabiela, Veronica, Nabilla dkk. 2014. “Penilaian Otentik Dalam Konteks
Penilaian Karakter”. Poltekkes kemenkes Surabaya
https://pdfcoffee.com/penilaian-otentik-dalam-konteks-penilaian-karakter-pdf-free.html
Susianti, Susi dkk. 2018. “Makalah Penilaian Otentik Dalam Konteks Penilaian
Karakter”. STIKES Tri Mandiri Sakti, Bengkulu
https://www.scribd.com/document/368522794/Makalah-Penilaian-Otentik-Dalam-Konteks-
Penilaian-Karakter
Burhanuddin, Afid. 2015. “Penilaian otentik dalam konteks penilaian karakter”
https://www.google.co.id/amp/s/afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/penilaian-
otentik-dalam-konteks-penilaian-karakter/amp/

xviii

Anda mungkin juga menyukai