Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASESMEN KESULITAN BELAJAR DI SEKOLAH


MENENGAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pikologi Pendidikan

Dosen Pengampu:

Dr. Atot Sugiri , M. Pd.I.

Oleh:

Salwa Syabina

NIM : 60403100320035

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BINA MUTIARA SUKABUMI

2020
KATA PENGANTAR

         Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Asesmen Kesulitan Belajar di Sekolah Menengah” sebagai tugas dari mata kuliah Psikologi
Pendidikan.

        Dalam Karya tulis ilmiah ini, penulis menemui beberapa hambatan untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Atot Sugiri, M.Pd.I. selaku Dosen mata kuliah Psikologi
Pendidikan dan pihak-pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

        Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini  bermanfaat.            

Sukabumi, 11 januari 2021

Salwa Syabina

60403100320035

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan Makalah...............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Pengertian........................................................................................................................................3
B. Sejarah Asesmen..............................................................................................................................5
C. Tujuan Asesmen..............................................................................................................................6
D. Prinsip-prinsip Asesmen..................................................................................................................9
E. Asesmen Autentik (Asesmen Kinerja)...........................................................................................12
F. Asesmen Portofolio.......................................................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................................20
PENUTUP................................................................................................................................................20
A. Kesimpulan....................................................................................................................................20
B. Saran..............................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Asesmen merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran dan
tidak dapat lepas dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Sejatinya asesmen ditujukan
untuk meningkatkan kualitas belajar dan pengajaran. Namun, asesmen seringkali
dipandang sebagai produk akhir dari suatu proses pembelajaran yang tujuan utamanya
untuk memberikan penilaian bagi masing-masing peserta didik. Makna yang sebenarnya
dari asesmen tidak hanya menyangkut penyedian informasi tentang hasil belajar dalam
bentuk nilai, akan tetapi hal yang terpenting adalah adanya proses yang telah terjadi
selama pembelajaran itu berlangsung.
Dalam kegiatan belajar mengajar di Sekolah menengah terkadang terdapat
kesulitan yang dihadapi siswa/i karena asesmen belajar yang kurang baik, yang diberikan
oleh guru mereka. Teknik pengajaran yang kurang menyebabkan siswa/i sekolah
menengah sulit memahami materi pelajaran. Maka dari itu, penulis akan menjelaskan apa
itu asesmen, dan baimana teknik asesmen yang baik agar bisa diterapkan di masa depan
nanti supaya murid kita memahami materi dengan baik
Istilah asesmen banyak digunakan dalam kegiatan evaluasi, terutama setelah
diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum ini memiliki karakteristik
tertentu baik dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, maupun
evaluasi pembelajaran.
Dengan diberlakukannya Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi),
membawa implikasi terhadap model pendekatan pembelajaran dan teknik penilaian.
Penilaian terdiri atas penilaian eksternal dan penilaian internal. Penilaian eksternal
merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak melaksanakan proses
pembelajaran dan dilakukan oleh suatu lembaga, dimaksudkan antara lain untuk
pengendali mutu. Sedangkan penilaian internal adalah penilaian yang direncanakan dan
dilakukan oleh guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung untuk penjaminan
mutu pembelajaran. Penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan oleh guru untuk

1
memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan
potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan.
Penilaian juga dapat memberikan umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan
perencanaan dan proses pembelajaran.
Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, kurikulum ini tidak hanya
mempersyaratkan penggunaan tes formal seperti halnya yang baisa digunakan selama ini,
melainkan juga evaluasi alternative yang dinamakan dengan asesmen portofolio
(autentik) maupun asesmen kinerja (performance). Pemakalah ingin membahas
bagaimana asesmen belajar beserta prosedur penerapannya dengan baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian asesmen ?
2.         Bagaimana sejarah asesmen ?
3.         Apa saja tujuan asesmen ?
4.         Bagaimana prinsip-prinsip asesmen ?
5.         Apa yang dimaksud dengan asesmen autentik (asesmen kinerja)?
6.         Apa yang dimaksud dengan asesmen portofolio ?

C. Tujuan Makalah
1. Menjelaskan konsep asesmen dalam pembelajaran.
2. Menjelaskan sejarah asesmen.
3. Menjelaskan tujuan asesmen.
4. Menjelaskan prinsip-prinsip asesmen.
5. Menjelaskan konsep asesmen kinerja beserta prosedur penerapannya.
6. Menjelaskan konsep asesmen portofolio beserta prosedur penerapannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Asesmen merupakan proses mendokumentasi, melalui proses pengukuran,
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keyakinan peserta didik. Dapat dinyatakan
pula bahwa asesmen merupakan sistematik untuk memperoleh informasi tentang apa
yang diketahui, dilakukan, dan dikerjakan oleh peserta didik. Berikut disajikan
beberapa pengertian asesmen yang disampaikan oleh pakar asesmen pembelajaran:
a. Khan, Hardas, dan Ma (2005) menyatakan bahwa asesmen merupakan proses
mendokumentasikan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keyakinan.
b. NAEYC (1990) menyatakan bahwa asesmen merupakan proses pengamatan,
pencatatan dan selanjutnya pendokumentasian pekerjaan yang dikerjakan peserta
didik dan cara-cara peserta didik mengerjakannya, untuk dijadikan sebagai dasar
dari berbagai pembuatan keputusan pendidikan yang mempengaruhi anak.
c. Dodge dan Bickart (1994) menyatakan bahwa asesmen merupakan proses
memperoleh informasi tentang anak untuk membuat keputusan tentang
pendidikannya.
d. Hills (1992) menyatakan bahwa asesmen terdiri atas tahap pengumpulan data
tentang perkembangan dan belajar peserta didik, menentukan kebermaknaan
tujuan program, memadukan informasi kedalam perencanaan program, dan
mengkomunikasikan temuan kepada orang tua dan pihak-pihak yang
berkepentingan.

Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa assasmen merupakan


Metode dan alat asesmen meliputi: observasi, asesmen mandiri oleh peserta didik,
tugas praktek harian, contoh hasil pekerjaan peserta didik, tes tertulis, skala penilaian,
proyek, laporan tertulis, review kinerja, dan asesmen portofolio. Kinerja peserta didik
dinilai dari informasi yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen, pendidik
menggunakan pemahamannya, pengetahuan tentang belajar, dan pengalaman peserta
didik, kemudian membandingkannya dengan criteria yang telah dirumuskan dalam

3
membuat penilaian mengenai kinerja peserta didik berkenaan dengan hasil
belajaryang telah ditetapkan.
Evaluasi memiliki kesamaan dengan asesmen, asesmen biasanya berkaitan dengan
prestasi belajar peserta didik. Dalam pemakaian yang lebih sempit, asesmen
disamakan dengan ujian, sedangkan dalam pemakaian yang lebih luas, asesmen
disamakan dengan evaluasi. Oleh karena itu evaluasi pendidikan biasanya meliputi
asesmen hasil belajar peserta didik. Evaluasi memiliki tujuan untuk mengetahui sikap
peserta didik, kesadaran karir, kepekaan budaya, praktek pembelajaran, kurikulum,
personel sekolah, dan sebagainya.
Beberapa pratisi pendidikan ada yang menggunakan kedua istilah tersebut secara
bergantian, namun ada pula yang memandang berbeda, yakni isi evaluasi dipandang
lebih luas dibandingkan dengan asesmen karena evaluasi berkaitan dengan
pembuatan keputusan tentang nilai atau harga dari suatu objek. Asesmen dipandang
sebagai proses pengukuran terhadap suatu karakteristik tertentu, seperti deskripsi
tujuan, sementara evaluasi dipandang sebagai proses pengukuran terhadap suatu
karakteristik dan penentuan nilai atau harga suatu objek. Shepard (1994)
membedakan antara istilah asesmen dengan tes, walaupun secara teknis keduanya
memiliki makna yang sama. Dia menyatakan tes sebagai kegiatan pengukuran
tradisional, pengukuran pra akademik dan perkembangan anak yang tidak standar,
dan menggunakan istilah asesemen yang mengacu pada proses pengamatan dan
penilaian anak yang sesuai dengan perkembangan anak.
Perbedaan lain berkaitan dengan objek yang dikaji. Asesmen biasanya berkaitan
dengan peserta didik. Dalam pemakaian yan paling sempit, asesmen disamakan
dengan ujian. Dalam pemakaian yang paling luas, asesmen digunakan secara
bergantian dengan evaluasi. Evaluasi kegiatan pendidikan dapat menggunakan
asesmen hasil belajarpeserta didik namun dalam skala yang lebih luas. Evaluasi dapat
mencakup tujuan seperti sikap peserta didik, kesadaran karier peserta didik, kepekaan
cultural, praktik mengajar, dan sebagainya.

4
B. Sejarah Asesmen
Kegiatan asesmen muncul pertama kali di China pada tahun 206 sebelum masehi
ketika dinasti Han memperkenalkan ujian untuk membantu proses seleksi pegawai
kerajaan. Pada tahun 822 setelah masehi dinasti Tang melaksanakan ujian tertulis
bagi calon pegawai kerajaan, ujian itu berlangsung selama beberapa hari dan yang
lulus mencapai 2%, calon pegawai yang berhasil kemudian diberikan asesmen lisan
oleh raja.
Di Eropa, ujian yang digunakan selama abad pertengahan digunakan untuk
membantu seleksi calon pendeta dan kesatria, dan anak-anak sekolah di uji
pengetahuan tentang katekismus. Universitas Paris pertama kali memperkenalkan
ujian forma selama abad 12. Ujian itu adalah perselisihan tentang teologi. Pada tahun
1974an, Universitas Cambridge mulai menggunakan ujian lisan untuk
membandingkan peserta didik, sama dengan ujian yang diselenggarakan oleh dinasti
Han di China. Selama abad ke 18, Universitas Cambridgedan Oxford mulai menguji
kemampuan matematika kepada peserta didiknya dengan menggunakan ujian tertulis
kemudian menggunakan kertas untuk asesmen pada semua mata kuliah.
Amerika Serikat memperkenalkan ujian tertulis pada pada tahun 1830an dalam
upaya mengurangi subjektivitas asesmen. Horace Mann memperkenalkan ujian
tertulis di Boston Public School untuk membandingkan kinerja sekolah. Walaupun
demikian, kontribusi utama Amerika Serikat dalam sejarah ujian itu dating selama
perang dunia pertama ketika Angkatan Bersenjata Amerika Serikat memperkenalkan
tes IQ berskala besar untuk mengangkat sejumlah besar calon prajurit yang akan
menduduki jabatan di Angkatan Bersenjata. The Army Alpha, sebagaimana yang
telah dikenal, merupakan pertanyaan pilihan ganda dan diterapkan pada dua juta
calon prajurit.

5
C. Tujuan Asesmen
Asesmen memiliki dua tujuan, yaitu tujuan isi dan tujuan proses (Herman,
Aschbacher, and Winters, 1992). Asesmen yang berkaitan dengan tujuan isi
digunakan untuk menentukan seberapa jauh peserta didik telah mempelajari
pengetahuan dan keterampilan spesifik. Dalam hal ini asesmen harus terfokus pada
hasil belajar peserta didik. Asesmen yang berkaitan dengan proses digunakan untuk
mendiagnosis kekuatan dan kelemahan peserta didik serta merencanakan
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
Tujuan asesmen pembelajaran pada dasarnya tergantung pada penggunaan jenis-
jenis asesmen. Ada empat jenis asesmen dalam pembelajaran, yaitu: (a) asesmen
formatif dan sumatif; (b) asesmen objektif dan subjektif; (c) asesmen acuan normatif
dan acuan patokan, dan (d) asesmen formal dan informal.

a.   Asesmen formatif dan sumatif


Asesmen sumatif biasanya dilaksanakan di akhir pembelajaran, dan
digunakan untuk membuat keputusan tentang kenaikan kelas peserta didik.
Asesmen formatif umumnya dilaksanakan selam proses pembelajaran
berlangsung. Kegiatan asesmen formatif dapat berbentuk pemberian balikan atas
pekerjaan peserta didik, dan tidak akan dijadikan sebagai dasar untuk kenaikan
kelas peserta didik. Dalam konteks belajar, asesmen sumatif dan formatif disebut
dengan asesmen belajar.
Salah satu bentuk asesmen formatif adalah asesmen diagnostic. Asesmen
diagnostic mengukur pengetahuan dan keterampilan peserta didik untuk
mengidentifikasi program belajar yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Asesmen mandiri oleh peserta didik merupakan bentuk asesmen diganostik yang
melibatkan peserta didik mengakses dirinya sendiri.

b.   Asesmen objektif dan subjektif


Asesmen bentuk objektif merupakan bentuk pertanyaan yang memiliki
satu jawaban yang benar.  Asesmen subjektif merupakan bentuk pertanyaan

6
yang memiliki lebih dari satu jawaban yang benar (atau lebih dari satu cara
mengungkapkan jawaban yang benar). Ada beberapa jenis pertanyaan berbentuk
objektif dan subjektif. Jenis pertanyaan berbentuk objektif yaitu pertanyaan yang
memiliki alternatif jawaban benar dan salah, pilihan ganda, pertanyaan
menjodohkan, dan jawaban ganda. Pertanyaan subjektif yaitu pertanyaan yang
membutuhkan jawaban luas dan ada yang berbentuk uraian.

c.    Asesmen acuan patokan dan acuan normatif


Asesmen acuan patokan, biasanya menggunakan tes acuan patokan,
merupakan asesmen yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik
berdasarkan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Asesmen acuan patokan
membandingkan kemampuan peserta didik dengan criteria, atau asesmen yang
memfokuskan diri pada kinerja individu yang diukur berdasarkan pada criteria
atau standar absolute. Asesmen acuan patokan seringkali digunakan untuk
mengukur kompetensi peserta didik.
Prosedur asesmen acuan patokan mencakup urutan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
 Identifikasi hasil belajar yang diharapkan.
 Rumuskan kriteria. Jika memungkinkan, libatkan peserta didik dalam
merumuskan kriteria
 Rencanakan kegiatan belajar yang membantu peserta didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan.
 Sebelum kegiatan belajar berlangsung, komunikasikan kriteria tersebut dan
pekerjaan yang akan diakses.
 Berikan contoh kinerja yang diinginkan.
 Implementasikan kegiatan belajar.
 Gunakan beberapa metode asesmen berdasarkan tugas yang diberikan.
 Kaji kembali data asesmen dan evaluasi masing-masing tingkat kinerja peserta
didik atau kualitas pekerjaan dengan menggunakan kriteria
 Apabila diperlukan, berikan tanda huruf (misalnya A, B, C, D) yang
menunjukkan pemenuhan hasil belajar peserta didik dan orangtua

7
 Laporkan hasil asesmen kepada peserta didik dan orangtua.
Asesmen acuan normatif, atau dikenal dengan penentuan rangking berdasarkan
kurva norml, biasanya menggunakan tes acuan normatif, tidak digunakan untuk
mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dengan kata lain yaitu asesmen yang distandarkan pada sekelompok
individu yang kinerjanya dinilai dalam hubungannya dengan kinerja individu
lainnya. Asesmen ini sangat efektif untuk membandingkan kemampuan peserta didik
satu dengan peserta didik lainnya. Asesmen untuk ujian masuk sekolah biasanya
emnggunakan asesmen acuan normative, karena asesmen ini dapat menunjukkan
proporsi jumlah calon peserta didik yang lulus datau diterima di sekolah atau di
universitas , dan bukan menunjukkan tingkat kemampuan calon peserta didik yang
sesungguhnya.

d.   Asesmen formal dan informal

Asesmen formal biasanya diwujudkan dalam bentuk dokumen tertulis, seperti tes
tertulis. Asesmen formal diberikan skor dalam bentuk angka atau penentuan rangking
berdasarkan pada kinerja peserta didik.

Asesmen informal tidak dimaksudkan untuk menentukan rangking akhir peserta


didik. Asesmen ini biasanya dilakuan dengan cara yang lebih terbuka, seperti
kegiatan asesmen yang dilaksanakan melalui observasi, inventori, partisipasi,
evaluasi diri dan teman sebaya, dan diskusi.

8
D. Prinsip-prinsip Asesmen
Asesmen yang baik harus berdasarkan pada landasan pendidikan. Landasan
pendidikan ini meliputi pengorganisasian sekolah dalam memenuhi kebutuhan belajar
seluruh peserta didik, memahami cara peserta didik belajar, menetapkan standar tinggi
pada kegiatan belajar peserta didik dan memberikan kesempatan bealajar peserta didik
yang memadai.
Ada tujuh prinsip dalam menerapkan asesmen belajar. Berikut disajikan ketujuh
prinsip yang dimaksud :
a. Tujuan utama asesmen adalah memperbaiki belajar peserta didik
Asesmen kelas maupun berskala besar, diorganisir dengan tujuan untuk
memperbaiki belajar peserta didik. Asesmen ini memberikan informasi yang
sangat bermanfaat mengenai apa yang telah dicapai oleh peserta didik terhadap
tujuan belajar dan mengenai kemampuan belajar masing-masing peserta didik.
Asesmen menggunakan metode yang konsisten dengan tujuan belajar, kurikulum,
pembelajaran, dan pengetahuan mutakhir tentang peserta didik.

b. Asesmen bertujuan untuk mendukung belajar peserta didik


Asesmen baik yang digunakan untuk laporan kemajuan peserta didik, sertifikasi
peserta didik, dan informasi untuk perbaikan dan akuntabilitas sekolah adalah
dimaksudkan untuk mendukung belajar peserta didik. Pendidik dan sekolah
membuat keputusan, seperti kenaikan kelas, kelulusan peserta didik adalah
didasarkan pada informasi yang diperoleh secara terus menerus, bukan data yang
diperoleh dari asesmen akhir semester. Demikian pula informasi yang digunakan
untuk perbaikan dan akuntabilitas sekolah juga berasal dari data pekerjaan dan
asesmen peserta didik yang diperoleh secara terus menerus.
Asesmen akuntabilitas menggunakan prosedur pengambilan sampel pekerjaan
peserta didik. Asesmen ini mengembangkan standar teknis dan standar itu
digunakan untuk memastikan agar asesmen yang diterapkan memiliki kualitas
tinggi, serta digunakan untuk memantau konsekuensi pendidikan atas penggunaan
asesmen tersebut.

9
c. Objektif bagi semua peserta didik
Asesmen yang baik akan memberikan keyakinan bahwa semua peserta didik akan
memperoleh perlakuan yang sama. Asesmen menggunakan berbagai metode
dalam mengakses kemajuan peserta didik serat cara-cara peserta didik
mengungkapkan pengetahuan dan pemahamannya terhadap mata pelajaran.
Asesmen tidak akan melenceng dan mampu menggambarkan pengetahuan dan
keterampilan aktual peserta didik.

d. Kolaborasi professional
Pendidik yang memiliki sikap objektif adalah penting bagi persyaratan asesmen
yang berkualitas. Pendidik menentukan dan berperan serta dalam pengembangan
professional serta bekerjasama untuk memperbaiki system asesmen. Kemampan
professional iu diperkuat melalui sekelompok pendidik memberikan skor
pekerjaan peserta didik. Sekolah, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Pusat perlu menyediakan sumberdaya yang diperlukan
untuk pengembangan professional pendidik dalam menerapkan asesmen
pembelajaran.

e. Partisipasi Komite Sekolah dalam Pengembangan Asesmen


Pelaksanaan asesmen perlu melibatkan orangtua, anggota masyarakat, peserta
didik, bersama-sama pendidik dan pakar yang memiliki keahlian tertentu, dalam
pengembangan asesmen. Diskusi tujuan dan metode asesmen perlu melibatkan
orang-orang yang peduli dengan pendidikan. Orangtua, peserta didik, anggota
masyarakat memiliki latar belakang berbagai keahlian, pendidik dan tenaga
kependidikan perlu melibatkan diri dalam membentuk sistem asesmen yang
berkualitas.

f. Keteraturan Dan Kejelasan Komunikasi Mengenai Asesmen

10
Pendidik, sekolah, pemerintah kabupaten/ kota, pemerintah provinsi, dan
pemerintah pusat secara jelas dan teratur mendiskusikan praktik asesmen dan
peserta didik serta kemajuan program dengan peserta didik , keluarga , dan
masyarakat. Penddik dan sekolah mengkomunikasikan tujuan, metode, dan hasil
asesmen. Pendidik dan sekolah melaporkan apa yang diketahui dan yang mampu
dilakukan oleh peserta didik, apa yang perlu dipelajari oleh peserta didik, dana
apa yang akan dilakukan oleh peserta didik untuk perbaikan perilaku pesertadidik.
Laporan tentang prestasi belajar peserta didik berkenaan dengan pencapaian
tujuan belajar juga perlu dilaporkan. Contoh-contoh asesmen dan pekerjaan
peserta didik perlu diperlihatkan kepada orang tua dan masyarakat agar mereka
mnegetahui kinerja peserta didik. Hasil asesmen perlu dilaporkan bersama-sama
dengan informasi tertentu yang erkaitan dengan program pendidikan, ketersediaan
sumberdaya, dan prestasi sekolah lainnya.

g. Peninjauan Kembali Dan Perbaikan Asesmen


Asesmen perlu dikaji kembali dan diperbaki untuk memastikan bahwa asesmen
itu benar-benar memberikan manfaat bagi peserta didik. Tindakan ini harus
dilakukan secara berkesinambungan. Meskipun asesmen itu telah dipandang
memadai, namun perlu diperbaiki mengingat kondisi selalu berubah dan
pengetahuan yang terjadi di masyarakat selalu meningkat.
Peninjauan kembali merupakan dasar bagi pembuatan keputusan dalam mengubah
sebagian atau seluruh asesmen. Peninjauan kembali itu melibatkan pihak-pihak
yang berkepentingan ( Stakeholders) dalam system pendidikan. Analisis biaya
manfaat (cost- benefit analysis) juga perlu dilakukan untuk mengetahui efek
asesmen terhadap belajar.

11
E. Asesmen Autentik (Asesmen Kinerja)

Asesmen yang diterapkan di sekolah umumnya menggunakan test formal.


Implementasi ujan seperti ini banyak menimbulkan pertanyaan karena tidak mampu
memberikan indikator terhadap apa yang telah dipelajari oleh peserta didik, dan
seringkali peserta didik membuat terkaan atas butir soal pilihan ganda, sehingga
peserta didik tidak belajar berpartisipasi di dunia nyata. Pendekatan alternatif untuk
menilai peserta didik dewasa ini lebih banyak melibatkan peserta didik di
dalamproses evaluasi yang dipandang mampu meningkatkan minat dan motivasi
belajar.
Test standar umumnya digunakan untuk memungkinkan sekolah untuk membuat
standar yang jelas dan konsisten terhadap peserta didik. Test tersebut akhir-akhir ini
digunakan untuk berbagai tujuan di luar evaluasi kelas. Test tersebut digunakan
untuk menempatkan peserta didik di kelas tertentu, membimbing peserta didik untuk
membuat keputusan mengenai berbagai mata pelajaran, dan untuk akuntabilitas
terhadap keefektivan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berdasarkan kinerja
peserta didik.
Apabila tuntutan hasil test peserta didik harus tinggi, pendidik cenderung
mengajarkan materi pembelajaran yang akan diujikan untuk memperbaiki kinerja
peserta didik. Apabila suatu ujian dimaksudkan untuk menilai ketramplan yang
diiinginkan dan untuk menggambarkan penguasaan materi pembelajaran, hal ini
bukan menjadi masalah. Namun demikian, test standar umumnya menggunakan
bentuk pertanyaan yang menggunakan jawaban pendek atau pilihan ganda karena
memberikanpeluang pengolahan hasil valuasi lebih efisien. Teknik evaluasi seperti ini
biasanya mengukur ketrampilan kognitif tingkat rendah, sementara itupeserta didik
perlu menggunakan ketrampilan yang lebih kompleks ketika mereka berada di luar
kelas.

12
Untuk mendorong peserta didik menggunakan keterampilan kognitif tngkat
tinggi dan mengevaluasi peserta didik secara lebih komprehensif, ada beberapa
assesmen alternatif yang dapat digunakan. Umumnya assesmen alternatif itu
menggunakan teknik evaluasi non standar untuk menilai proses berpikir kompleks.
Asesmen alternatif tersebut melput asesmen berbasis kinerja dan asesmen acuan
patokan.
Asesmen berbasis kinerja ( performance based assesment) merupkan bentuk
ujian dimana peserta didik menjawab suatu pertanyaan atau membuat produk atau
mendemonsrasikan ketrampilan atau menampilkan kemampuan atau pengetahuan.
Dapat juga dinyatakan bahwa assesmen berbasis kinerja merupakan assesmenyang
mengaharuskan peserta didik membuat respon terhadap suatu persoalan. Penerapan
asesman berbasis kinerja ini mempersyaratkan peserta didik secara aktif
menyelesaikan tugas-tugas kompleks dengan menggunakan pengetahuan dan
ketrampilan tingkat tinggi yang telah dimiliki dalam memmecahkan masalah yang
bersifat realistik atau autentik. Beberapa jenis assesmen kinerja itu adalah tugas-tugas
membuat proyek individual atau kelompok, contoh tulisan atau karangan,
memecahkan masalah terbuka, wawancara atau presentasi lisan, eksperimen ilmiah,
simulasi komputer, pertanyaan yang membutuhkan kontruksi jawaban, dan portofolio
. asesmen kinerja ini umumnya mendekati kehidupan nyata, dimana peserta didik
harus mengerjakan tugas dalam batas waktu tertentu.
Asesmen autentik merupakan jenis asesmen kinerja. Nama autentik itu diperoleh
dari fokus teknik evaluasi yang digunakan untuk mengukur tugas-tugas kompleks,
relevan, dan di dalam duna nyata. Asesmen autentikdapat berbentuk karya ilmiah dan
memperbaiki karya tulis ilmiah, memberikan analisis tentang peristiwa-peristiwa
secara tertulis atau lisan, berkolaborasi dengan orang lain dalam melaksanakan
perdebatan dan melaksanakanpenelitian. Tugas-tugas tersebut mempersyaratkan
peserta didik mensintesis pengetahuan dan membuat jawaban dengan benar. Validitas
asesmen autentik didasarkan pada relevansi materi yang tersaji di dalam kurikulum
dengan keterterapannya di dalam dunia nyata. Asesmen autentik itu dapat
memperoleh reliabilitas tinggi apabila menggunakan kriteria evaluasi yang telah
ditentukan sebelumnya.

13
Asesmen kinerja memiliki kemampuan untuk mengetahui minat peserta didik,
memperbaik prestasi belajar peserta didik, meningkatkan standar akademik, dan
meningkatkan pengembangan kurikulum yang lebih terpadu. Untuk melaksanakan
asesmen kinerja itu, berikut tahap-tahap yang harus dilalui.
a. Identifikasi hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran itu diperoleh dari tujuan
pembelajaran. Pertanyaannya adalah apakah yang ingin diketahui oleh peserta
didik dan apa yang dapat mereka kerjakan? Misalnya, dalam pelajaran IPS,
pendidik menghendakiagar peserta didik memahami dan menerapkan prinsip-
prinsip demokratis, seperti perlindungan hak-hak sipil.
b. Kembangkan tugas-tugas yang dapat dilakukan oleh peserta didik dalam
mempelajari tujuan pembelajaran. Setelah mengidentifikasi hasil belajar,
pertanyaaan berikutnya adalah apakah yang akan dilakukan oleh peserta didik
dalam mempelajari tujuanpembelajaran. Dalam hal ini peserta didik belajar dan
mendemonstrasikan tujuan pembelajaran denganberbagai cara, misalnya, dengan
cara membaca, berbicara, berdiskusi, bermain peran, menulis, pembuatan
keputusan, atau pemecahan masalah.
c. Identifikasi hasil belajar tambahan yang didukung oleh tugas. Tugas yang
kompleks adalah lebih dari sekedar mendemonstrasikan dan menerapkan
pengetahuan, misalnya hak-hak sipil sebagai suatu prinsip-prinsip demokratis.
Tugas seperti ini mempersyaratkan beberapa tugas, termasuk di dalamnya
ketrampilan dasar seperti membaca, memperoleh informasi, menulis, dan
ketrampilan berpikir kritis, mengevaluasi data dan menarik kesimpulan. Karena
tugas kinerja itu bersifat autentik, maka tugas itu lebih banyak mendukung
belajar dan lebih dari satu tujuan belajar.
d. Rumusan kriteria dan tingkat kinerja untuk mengevaluasi kinerja peserta didik.
Dalam tahap ini, pertanyannya adalah bagaimana pendidik mengetahui kualitas

14
kegiatan peserta didik? Salah satu cara untuk mengakses kinerja peserta didik
adalah mengembangkan krteria yang dapat digunakan untuk menilai dan
mendeskrepsikan tingkat kinerja.

F. Asesmen Portofolio
Asesmen portofolio merupakan bentuk evaluasi kinerja yang paling populer.
Portofolo biasanya berbentuk file atau folder yang berisi koleksi karya pesertadidik.
Pada mulanya portofolio digunakan di bidang seni dan menulis, yang diawali mulai
dari penulisan draft, revisi, dan produk akhir untuk mengetahui kemajuan peserta
didik. Walaupun begitu, asesmen portofolio ini juga digunakan di bidang lain seperti
matematika dan IPA. Dengan mencatat kemajuan peserta didik, asesmen portofolio
digunakan untuk mencatat keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan tugas.
Portofolio yang dirancang dengan baik bersi karya peserta didik yang berkaitan
dengan tugas-tugas instruksional, dan mencerminkan pencapaian tujuan kurikulum.
Pendidik memiliki kesempatan untuk memahami apa yang sedang dipelajari oleh
peserta didk. Sebagai produk dari kegiatan pembelajaran, portofolio menggambarkan
ketrampilan berpikir kompleks dan belajar kontekstual.
Keputusan mengenai hal-hal apa yang dimaksudkan ke dalam portofolio
tergantung pada tujuan pembuatan portofolio. Pembuatan portofolio dapat digunakan
untuk merekam karya peserta didk, mengkomunikasikan pekerjaannya, dan
menghubungkan pekerjaan peserta didik dengan konteks yang lebih luas. Portofolio
dapat dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik, meningkatkan belajar melalui
refleks dan asesmen diri, dan digunakan untuk menilai proses menulis dan berpikir
peserta didik. Isi portofolio dapat digunakan untuk mengukur kebutuhan peserta didik
tertentu atau bidang-bidang studi tertentu. Materi di dalam portofolio hendaknya
diorganisir dalam bentuk kronologis. Pengorganisasian ini dapat memperlancar
penetapan waktu pembuatan komponen-komponen dari suatu folder. Portofolio juga
dapat diorganisir berdasarkan pada bidang-bidang kurikulum atau kategori
perkembangan anak.
Portofolio dapat dievaluasi dengan dua cara, tergantung pada penggunaan skor.
Pertama, yaitu evaluasi berbasis kriteria. Kemajuan peserta didik dibandingkan

15
dengan standar kinerja yang sesuai dengan kinerja peserta didik lainnya, atau
kurikulum. Tingkat prestasi dapat diukur dalam bentuk seperti dasar, terampil, mahir
atau dapat dievaluasi dengan berbagai tingkatan yang pada akhirnya memberikan
peluang untuk membuat perbedaan antar peserta didik. Tenik evaluasi portofolio
kedua adalah mengukur kemajuan peserta didik individual pada periode waktu
tertentu. Teknik ini digunakan asesmen perubahan pengetahuan atau keterampilan
peserta didik.
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengakses portofolio. Metode
evaluasi portofolio dapat dioperasionalisasikan dengan menggunakan rubrik, yaitu
pedoman penskoran yang berisi rumusan semua dimensi yang diakses. Rubrik itu
dapat berbentuk holistik yang menghasilkan skor tunggal, atau dapat berbentuk
analitik yang menghasilkan beberapa skor yang memberi peluang evaluasi
pengetahuan dan keterampilan penting. Penentuan rangking yang bersifat holistik,
kadang-kadang menggunakan asesmen portofolio, didasarkan pada kesan umum dari
suatu kinerja. Dalam hal ini penilai memadukan kesannya dengan skala nilai,
umumnya terfokus pada aspek-aspek kinerja spesifik.
Apakah penggunaan pendekatan holistik atau analitik, kriteria penskoran yang
baik yaitu mampu mengklarifikasi objektivitas dengan cara memberi informasi
kepada peserta didik, meningkatkan objektivitas dengan cara memberi informasi
kepada peserta didik tentang seberapa baik mereka itu akan diakses, dan membantu
pendidik membuat skor yang akurat dan tidak bias. Evaluasi portofolio juga dapat
memanfaatkan pendidik dan peserta didik serta evaluasi teman sebaya. Beberapa
pendidik dapat meminta peserta didiknya mengevaluasi pekerjaannya sendiri sebagai
bentuk refleksi dan memantau kemajuan belajarnya sendiri.
Ada beberapa masalah berkenaan dengan asesmen portofolio. Salah satu
masalahnya adalah ketika asesmen ini digunakan dalam skala besar, karena portofolio
memerlukan banyak waktu dan biaya dalam melaksanakan evaluasi, terutama apabila
dibandingkan dengan jenis evaluasi lainnya. Pertanyaan lain yang muncul yaitu
apakah peserta didik akan menerima rangking atau skor yang diperoleh peserta didik
mungkin beberapa apabila pekerjaan peserta didik dikoreksi oleh pendidik yang
berbeda.

16
Ada berbagai cara untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan
objektivitas dan reliabilitas asesmen portofolio. Pertama, ketika menilai kinerja,
penggunaan rentang skor yang kecil, misalnya A, B, C, D, dan E, dapat menghasilkan
skor yang lebih reliabel jika dibandingkan dengan penggunaan rentang skor yang
lebih besar. Demikian pula, beberapa guru dapat menggunakan grading holistik dalam
mengevaluasi peserta didik. Apabila asesmen portofolio didasarkan pada kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya, reliabilitasnya akan tinggi. Kedua, peningkatan
objektivitas asesmen portofolio dapat menggunakan beberapa evaluator. Dengan
menggunakan beberapa evaluator, penilaian portofolio dapat membantu memastikan
bahwa skor awal yang diberikan oleh evaluator akan menggambarkan kompetensi
pekerjaan peserta didik. Ketiga, untuk menguji reliabilitas kor adalah menilai kembali
portofolio selama periode waktu tertentu, mungkin satu bulan, kemudian
membandingkannya dengan skor portofolio yang diberikan awal penskoran, untuk
menegtahui konsistensi penskoran.
Masalah lain adalah pengembangan dan pembuatan rangking pada tugas-tugas
portofolio. Untuk memcahkan masalah itu, tugas-tugas portofolio dapat didiskusikan
oleh beberapa pendidik yang memiliki latar belakang kebudayaan berbeda. Pendidik
tersebut dapat melacak kembali cara-cara peserta didik yang memiliki berbagai latar
belakang kebudayaan melaksanakan suatu pekerjaan dan mengakses kembali untuk
mengetahui konsistensi penskoran.
Dibandingkan dengan tes formal (tes tertulis dan sejenisnya) asesmen portofolio
memiliki berbagai keuntungan, diantaranya :
a. Dengan menunjukkan apa yang dikerjakan peserta didik pada suatu portofolio,
mereka dapat mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensinya kepada
pendidik, sekolah, dan orang tuanya. Portofolio ini memberikan informasi yang
sangat penting di dalam menilai mutu pendidikan dan mutu prestasi peserta didik.
b. Karena terfokus pada hasil pembelajaran, portofolio dapat diintegrasikan dengan
kegiatan pembelajaran.
c. Sasaran asesmen portofolio adalah kemampuan peserta didik dalam berpikir
kompleks, pemahaman mendalam dan penerapan pengetahuan. Bukan sebaliknya
pengetahuan dan keterampilan terbatas, seperti mengingat fakta ataupun konsep.

17
d. Karena portofolio menawarkan berbagai cara kepada peserta didik untuk
mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka dapat kerjakan,
maka peserta didik terdorong menjadi pembelajar reflektif yang bertanggung
jaawab atas pertumbuhan dan perkembangannya sendiri.
e. Portofolio memberikan kesempatan kepada pendidik untuk memahami apa yang
dipelajari oleh peserta didiknya, sehingga para pendidik dapat merancang
pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Walaupun para pendidik dalam menggunakan asesmen portofolio itu


memerlukan banyak waktu dalam mengembangkan, mengimplementasikan, dan
menskor portofolio, namun penggunaannya memiliki konsekuensi positif terhadap
belajar dan pembelajaran. Demikian pula asesmen ini dapat meningkatkan
keterampilan, prestasi, dan motivasi peserta didik untuk belajar.
Dalam menerapkan asesmen portofolio, ada beberapa tahap yang harus dilalui
yaitu:
a. Perencanaan dan pengorganisasian
1) Kembangkan perencanaan portofolio yang bersifat fleksibel. Apakah tujuan yang
akan dicapai melalui portofolio itu ? aspek-aspek apa saja yang diperlukan ?
kapan dan bagaimana aspek-aspek itu ditetapkan ? kriteria apakah yang akan
diterapkan untuk refleksi dan evaluasi ?
2) Rencanakan waktu secukupnya agar peserta didik mempersiapkan dan
mendiskusikan aspek-aspek portofolio. Asesmen portofolio memerlukan banyak
waktu dan pemikiran dibandingkan dengan koreksi ujian tertulis.
3) Mulai dengan satu aspek belajar dan hasil belajar peserta didik, kemudian
semakin meningkat sejalan dengan apa yang dipelajari peserta didik. Proses
menulis karangan, misalnya adalah sangat cocok untuk didokumentasikan
melalui portofolio.
4) Pilih aspek-aspek yang dimaksudkan di dalam portofolio yang mampu
menunjukkan kemajuan peserta didik atau penugasan tujuan pembelajaran.
5) Pilih setidak-tidaknya dua aspek, yakni indikator yang diperlukan atau aspek-
aspek inti, dan sampel pekerjaan yang dipilih. Kumpulan indikator inti atau yang

18
dipersyaratkan itu hendaknya menunjukkan kemajuan peserta didik. Sampel
pekerjaan pilihan menunjukkan kekuatan dan minat individu peserta didik.
6) Tempatkan daftar tujuan di depan masing-masing portofolio, bersamaan dengan
daftar indikator yang dipersyaratkan dan tempat mencatat aspek-aspek pilihan,
agar supaya pendidik dan peserta didik mudah mengetahui isinya.

b. Implementasi
1) Lekatkan perkembangan aspek-aspek portofolio di dalam kegiatan kelas yang
sedang berlangsung untuk menghemat waktu, dan pastikan bahwa aspek-aspek
portofolio itu merupakan cerminan dari pekerjaan peserta didik, dan mampu
meningkatkan keautentikan.
2) Berikan tanggung jawab kepada peserta didik untuk mempersiapkan, memilih,
menilai, dan menyimpan portofolionya sendiri.
3) Bagi aspek-aspek portofolio yang telah dipilih, refleksi model dan asesmen diri
akan membantu peserta didik menyadari proses yang mereka lakukan, apa yang
mereka pelajari dan telah mereka pelajari, dan apa yang dapat mereka lakukan
pada waktu yang berbeda.
4) Catat komentar pendidik dan peserta didik dengan segera terhadap portofolio
tersebut, dan lekatkan komentar itu pada aspek-aspek portofolio. Biarkan peserta
didik membuat komentar atas portofolionya sendiri.
5) Selektif. Portofolio bukan sebagai kumpulan sampel karya peserta didik yang
sembarangan. Portofolio berisi aspek-aspek dari karya peserta didik terpilih yang
mampu meningkatkan belajar peserta didik.

c. Hasil
1) Analisis aspek-aspek portofolio untuk memahami pengetahuan dan keterampilan
peserta didik. Melalui analisis ini pendidik akan memahami kekuatan dan
kebutuhan peserta didik, proses berpikir, prakonsepsi, kesalahan konsepsi, pola-
pola kesalahan, dan perbandingan perkembangan.

19
2) Gunakan informasi portofolio itu untuk mendokumentasikan kegiatan belajar
peserta didik, untuk disampaikan kepada orang tua, dan memperbaiki
pembelajaran di kelas.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Asesmen merupakan kegiatan sistematik untuk memperoleh informasi
tentang apa yang diketahui, dilakukan, dikerjakan oleh peserta didik. Asesmen
biasanya berkaitan dengan prestasi peserta didik. Dalam pemakaian paling sempit,
asesmen disamakan dengan ujian.
Asesmen memiliki dua tujuan, yaitu tujuan isi dan tujuan proses. Tujuan
asesmen pembelajaran yaitu asesmen formatif dan sumatif, asesmen objektif dan
subjektif, asesmen acuan patokan dan acuan normatif serta asesmen formal dan
informal.
Prinsip-prinsip asesmen yaitu Tujuan utama asesmen adalah memperbaiki
belajar peserta didik, Asesmen bertujuan untuk mendukung belajar peserta didik,
Objektif bagi semua peserta didik, Kolaborasi profesional, Partisipasi Komite
Sekolah dalam Pengembangan Asesmen, Keteraturan dan Kejelasan Komunikasi
mengenai Asesmen, Peninjauan Kembali dan Perbaikan Asesmen.
Asesmen ada dua macan, asesmen autentik (asesmen kinerja) dan asesmen
portfolio. Asesmen autentik memiliki kemampuan untuk mengetahui minat peserta
didik, meningkatkan prestasi belajar, meningkatkan standar akademik, dan
meningkatkan pengembangan kurikulum yang lebih terpadu, sedangkan asesmen
portfolio merupakan hasil evaluasi kerja.
Dalam kegiatan belajar mengajar, asesmen ini dianggap sangat penting,
karena selain dapat mengevaluasi hasil belajar peserta didik, juga bisa menjadi
penambah semangat bagi peserta didik agar mencapai hasil yang maksimal.

20
B. Saran
Kita sebagai colon guru hendaknya mengerti dan benar-benar paham
mengenai asesmen, karena asesmen akan sangat bermanfaat saat kita bekerja nanti.
Mengingat masa depan yang akan kita hadapi tentu akan berbeda dengan masa
yang sedang kita jalani sekarang ini, maka dengan mengetahui asesmen ini, kita
bisa mengevaluasi cara kerja kita sendiri.

21
DAFTAR PUSTAKA

Rifa’i RC, Achmad. dan Catharina Tri Anni. 2010. Psikologi Pendidikan. Semarang
: UNNES Press.
Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran . Jakarta : Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
http://secoretmimpi.blogspot.com/2010/01/pengertian-asesmen-hasil-belajar.html
Diunduh tanggal 25 November 2016 pukul 14.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai