Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ALAT EVALUASI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
EVALUASI PEMBELAJARAN

Dosen pengampu :
Drs. H. Socheh, M.H M.Pd.I

Disusun oleh :

1. Icha Safira Lisaria Putri (20214210104670)


2. Rachma Ibnatu Vatyichin (20214210104696)
3. Rista Rizqina Choirunnisa’ (20214210104698)
4. Yunia Niswatul Muniroh (20214210104708)

PROGRAM STRATA I
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-MUSLIHUUN TLOGO BLITAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam
juga disampaikan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan
keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah SWT. Dengan
kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah EVALUASI PEMBELAJARAN pada
Program Studi Pendidikan Agama Islam dengan ini penulis menangkat judul “ Definisi
Tentang Alat Evaluasi ”. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun kesempurnaan
makalah ini.

Blitar, 07 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2

A. Alat-Alat Evaluasi Pembelajaran .......................................................................... 2


B. Ketersediaan Koneksi Pepustakaan .................................................................... 12
C. Silabus ................................................................................................................. 17
D. Perpustakaan sekolah……………………………………………………….…..20

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 24

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 24
B. Saran ................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 25

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya siswa, pengelola
sekolah, lingkungan, kualitas pengajaran, kurikulum dan sebagainya. Usaha peningkatan
pendidikan biasa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan system evaluasi
yang baik. Keduanya saling berkaitan system pembelajaran yang baik akan menghasilkan
kualitas pendidikan yang baik, selanjutnya system penilaian yang baik akan mendorong guru
untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih
baik. Pengajaran dilaksanakan tidak hanya untuk kesenangan atau bersifat mekanis saja tetapi
mempunyai misi atau tujuan bersama. Dalam usaha untuk mencapai misi dan tujuan itu perlu
diketahui apakah usaha yang dialakukan sudah sesuai dengan tujuan? Jika iya, sudah sejauh
mana ditempuh? Apakah anak didiknya mengalami kemunduran didalam belajar atau
peningkatan, dan kalau mengalami kemunduran apakah penyebabnya?
Sehubungan dengan itu, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak
hanya mengajar dengan baik, namun mampu melakukan evaluasi dengan baik. Kegiatan
evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak
hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, namun perlu penilaian terhadap input, output dan
kualitas proses pembelajaran itu sendiri.
Dalam makalah ini, kami menyajikan beberapa hal tentang teknik evaluasi yang dapat
digunakan dalam penilaian terhadap anak didik, baik itu tentang kemampuan belajar, sikap,
keterampilan, sifat, bakat, minat dan kepribadian. Adapun teknik yang akan dijelaskan dalam
makalah ini adalah teknik nontes. Salah satu teknik yang sangat membantu dalam penilaian
terhadap hal-hal yang bersangkutan dengan siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Alat-Alat Evaluasi Pembelajaran ?
2. Jelaskan Tentang Ketersediaan Koneksi Perpustakaan !
3. Apa Pengetian Dari Silabus ?
4. Apa Penertian Dari Devinisi Perpustakaan Sekolah ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Alat Evaluasi Pembelajaran
2. Untuk Mengetahui Tentang Apa Saja Ketersediaan Koneksi Perpustakaan
3. Untuk Mengetahui Pengertian Silabus
4. Untuk Mengetahui Devinisi Dari Perpustakaan Sekolah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Alat-alat Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam
setiap system pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan
atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas
pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan
serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.
Namun, evaluasi pendidikan yang dilaksanakan selama ini dirasakan belum
memberikan distribusi yang cukup untuk peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini disebabkan
oleh sistem evaluasi yang digunakan belum tepat atau pelaksanaan evaluasi belum seperti yang
diharapkan, oleh karena itu perlu dilakukan inovasi terhadap sistem evaluasi pendidikan ke
arah yang lebih baik, agar dapat mengukur semua kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik
tanpa hanya mengukur ranah kognitifnya saja. 1
Dengan sistem evaluasi yang baik maka akan mendorong pendidik untuk menentukan
strategi mengajar yang baik sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih
baik dengan tujuan akhir meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia pada umumnya,
seperti yang diamanahkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa yang merupakan tujuan pendidikan nasional.
Adapun pengertian Evaluasi Pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk
mendapatkaninformasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah
ataumenafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar
tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam bidang pendidikandan
pengajaran.
Secara keseluruhan teknik dan bentuk evaluasi pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut
1. Teknik Non-tes
Nontes dapat digunakan untuk mengukur semua ranah yang dimiliki oleh masing-
masing individu yang tentunya berbeda. Teknik nontes sangat penting dalam mengevaluasi
siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan
asfek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes, yaitu: pengamatan (observation),
wawancara (interview), kuisioner/angket (questionanaire), dan analisis dokumen yang bersifat
unobtrusiv.
1) Pengamatan (Observation)
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-
bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

1 http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/komponen-evaluasi-pendidikan-makalah.html

2
Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran,
dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara
dan lain-lain.2
a. Cara dan Tujuan Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1. Observasi partisipatif dan nonpartisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer)
ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan
observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang
dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai
penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak.
Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.
2. Observasi sistematis dan observasi nonsitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah
mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati
Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat
stuktur ketegori yang akan diamati.
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam
bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori
yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan,
kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku
murid dalam menanam bunga.
Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas,
tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.
3. Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi
sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai
akibat dari situasi yang sengaja diadakan.
Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:
• Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
• Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
• Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat
menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan
siswa dalam mengumpulkan data

b. Sifat Observasi

2 http://www.scribd.com/doc/52627746/ALAT-ALAT-EVALUASI

3
Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
1. Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
2. Direncanakan secara sistematis
3. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
4. Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.

c. Kebaikan dan Kelemahan Observasi


Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kebaikan, antara lain:
1. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
2. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu
gejala atau kejadian yang penting
3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari
teknik lain, misalnya wawancara atau angket
4. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang
diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang
peran. Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan

Kelemahan observasi:
1. Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat
dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya
maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi,
dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia.
Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak
mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol
sebelumya.

d. Alat Pencatat Observasi


Agar hasil observasi dapat dikumpulkan dengan baik maka sebelumnya guru harus
menyiapkan alat untuk observasi yaitu:
1. Catatan Anekdot (Anecdotal Record)
Yaitu catatan khusus mengenai hasil pengamatan tentang tingkah laku anak yang
dianggap penting (istimewa). Catatan anekdot ini ada dua macam yaitu anekdot insidental,
digunakan untuk mencatat peristiwa yang terjadi sewaktu-waktu, tidak terus-menerus.
Sedangkan catatan anekdot periodik digunakan untuk mencatat peristiwa tertentu yang
terjadi secara insedental dalam suatu periode tertentu. Catatan anekdot mempunyai
kegunaan dalam melaksanakan observasi trerhadap tingkah laku anak. Kegunaanya untuk
memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang murid sebagai individu yang kompleks,
memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari suatu problema yang dihadapinya, dan
dapat dijadikan dasar utuk pemecahan masalah anak dalam belajar.
2. Daftar cek (Check Lish)

4
Daftar cek adalah sebuah catatan tertulis yang berisi kemungkinan jawaban yang
dipilih, dengan tinggal membubuhkan sebuah tanda pada kemungkinan jawaban yang
benar. Dalam bentuk daftar cek, semua tingkah laku, sikap yang diobservasi dijabarkan
dalam suatu daftar.
3. Skala Penilaian (Rating Scale)
Dalam skala penilaian, tingkah laku, sikap yang diobservasikan dijabarkan dalam
bentuk skala.
2) Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan
(dialog) baik secara langsung (face to pace relition) secara langsung apabila wawancara itu
dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya.
Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
• Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini
hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai
• Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang
dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam
melaksanakan wawancara.
• Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru
sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara
terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.

a) Keuntungan dan kelemahan wawancara


Keuntungan wawancara yaitu :
1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada
hubungan baik antara pewawancara dengan objek
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya
3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi
4. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan
dengan observasi dan angket.
5. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan
objek.
Sedangkan Kelemahan wawancara sebagai alat penilain
1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang
diwawancarai
2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara
3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara
4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara

b) Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:

5
1. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah
wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic
Interview).
2. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah
wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-
Systematic Interview), atau wawancara bebas.
c) Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu :

1. Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai back ground tentang apa
yang akan ditanyakan
2. Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara
tersebut
3. Harus menjaga hubungan yang baik
4. Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya
5. Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas
6. Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara
7. Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber data
8. Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama
9. Guru harus mengobrol dalam wawancara
10. Batasi waktu wawancara
11. Hindari penonjolan aku dari guru

3) Angket (Questionave)
Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang
akan diukur (responden)
Pada umumnya tujuan penggunaan anngket atau kuesioner dalam proses pembelajaran
terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai
salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara langsung maupun
secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada
anak yang dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung
apabila nagket itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang
lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.
a. Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam, yaitu
1. Angket berstuktur adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan model pertanyan
yang terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula.
2. Sedangkan angket tidak berstruktur adalah angket yang membutuhkan jawaban uraian
panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan-
penjelasan, alasan-alasan terbuka.

b. Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat
anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan angket antara lain:

6
1. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya
membutuhkan waktu yang sigkat.
2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal
yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau
mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak
merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab
banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak
memberikan kembali angketnya.

4) Pemeriksaan Dokumen (Ducumentary Analisis)


Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik
tanpa menguji (tehnik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan
pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi
mengenai riwayat hidup (auto biography).
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa
kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat
menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek yang
dinilai.
Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu
bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap
bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.
5) Sosiometri
Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan
seseorang dalam suatu kelompok. Sehnggga sosiometri merupakan alat yag tepat untuk menilai
hubungan sosial dan tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputi
stuktur hubungan individu, susunan antar individu dan arah ubungan sosial. Sehingga dengan
demikian seorang guru dapat mengetahui bagaimana keadaan hubungan social dari tiap-tiap
anak dalam suatu kelompok atau kelas.
Langkah yang ditempuh guru dalam sosiometri ada 3 yaitu :
a. Langkah pemilihan teman
Disini guru menyuruh semua murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi secara
berurutan sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan alasan
mengapa harus memilih teman itu.
Contoh:
Nama : Tono

7
Kelas : IIIA
Teman yang saya pilih:
1. Candra Karena aktif belajar dan pandai
2. Sumarsono Karena tegas dalam berbicara
3. Nunung Karena penurut

b. Langkah pertabelan
Guru membuat tabel dalam materi tes sosiomentri dari data yang telah diperoleh dalam
langkah pemilihan teman.
c. Langkah Pembuatan Gambar (Sosiogram)
Dari data yang telah kita buat dalam metrik sosiometri, dapat pula kita buat sebuah peta atau
sosiogram. Dalam pembuatan sosiogram usahakan anak yang paling banyak dipilih diletakan
ditengah-tengah, agar dapat mudah diketahui siapa yang paling banyak dipilih.
Dengan melihat hasil sosiometri kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan dan relasi
sosial dari masing-masing anak dalam kelompok. Sehingga hasil dari sosiogram ini dapat
dibuat pertimbangan untuk menilai sikap sosial anak dan kepribadiannya dalam kelompok.
Sosiometri sebagai alat penilaian nontes sangat berguna bagi guru dalam beberapa hal, antara
lain:
1. Untuk pembentukan kelompok dalam menentukan kelompok kerja (pembagian tugas)
2. Untuk pengarahan dinamika kelompok
3. Untuk memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan
kepada setiap anak.
Dari uraian tersebut diatas dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka hasil evaluasi hasil
belajar peserta didik, evaluasi tidak harus semata-mata dilakukan denan mengunakan alat
berupa tes-tes hasil belajar. Teknik-teknik nontes juga menempati kedudukan yang penting
dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi
kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya, tingkah laku
atau sikapnya, dan sebagainya, yang kesemuannya itu tidak mungkin dievaluasi dengan
mengunakan tes sebagai alat pengukurnya.
2. Teknik Tes
Tes merupakan alat ukur yang standar dan obyektif sehingga dapat digunakan secara
meluas untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Dapat
dipastikan akan mampu memberikan informasi yang tepat dan obyektif tentang obyek yang
hendak diukur baik berupa psikis maupun tingkah lakunya , sekaligus dapat membandingkan
antara seseorang dengan orang lain.
Menurut pendapat saya setuju bahwa tes adalah suatu cara atau alat untuk mengadakan
penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa

8
atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa
tersebut.3
Sebagai alat evaluasi hasil belajar, tes minimal mempunyai dua fungsi, yaitu:
a. Untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat pencapaian
terhadap seperangkat tujuan tertentu.
b. Untuk menentukan kedudukan atau seperangkat siswa dalam kelompok, tentang
penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran.
Tes menurut tujuannya: Tes kecepatan ( Power Test), tes kemampuan ( power test ), tes
hasil belajar ( achievment test ), tes diagnostoik ( diagnostik test), tes kemauan belajar ( gains/
achievement), tes formatif, tes sumatif.
Dengan mempertimbangkan kriteria- kriteria dapat dihasilkan alat tes (soal-soal) yang
berkualitas memenuhi syarat- syarat diantaranya:
• Shahih ( valid) yaitu mengukur yang harus diukur, sesuai dengan tujuan.
• Relevan yaitu diuji sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
• Spesifik, soal hanya dapat dijawab oleh peserta didik.
• Representif, soal mewakili materi ajar secara keseluruhan.
1) Tertulis (written test)
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-
data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh
dikatakan cepat dan tepat (Indrakusuma, 1993:21). Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan
bahwa, didalamnya terdapat pengertian-pengertian:
a) Tes itu adalah hanya merupakan alat dan bukan merupakan tujuan. Sedangkan tujuannya
adalah terletak pada apakah maksud kita memberikan tes itu.
b) Alat itu telah disusun secara sistematis dan objektif, menurut syarat-syarat tertentu.
Meskipun dalam kenyataannya tidak ada tes yang seratus persen sistematis dan objektif.
Sebab tes itu juga buatan manusia.
c) Dengan adanya tes yang telah disusun secara sistematis dan objektif itu, maka hasil yang
diperoleh dari tes atau alat itu boleh dikatakan akan tepat. Artinya benar-benar akan
memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaannya.
d) Bahwa dengan dipergunakannya tes sebagai alat untuk memperoleh data-data itu, dapat
dilaksanakan secara tepat tidak memakan waktu yang lama. Untuk memperoleh suatu data
tidak perlu berhari-hari, bahkan cukup beberapa jam saja.
e) Sedang keterangan-keterangan apa yang diinginkan, ini bergantung pada maksud serta alat
yang kita berikan. Misalnya, jika kita menginginkan keterangan tentang kecakapan anak
dalam hal berhiting maka kita pergunakan tes berhitung, bukan tes bahasa, dan
sebagainya.

• Bentuk Tes Tulis :


a. Tes Subyektif
▪ Tes subyektif ada dua jenis yaitu :
▪ Tes uraian bentuk bebas atau terbuka

3 http://www.scribd.com?doc?16650725/Alat-Evaluasi-Pendidkan-Nontes

9
▪ Tes uraian bentuk terbatas
▪ Kelebihan tes Subyektif :
▪ Pembuatannya mudah dan cepat
▪ Dapat dicegah timbulnya spikulasi dikalangan siswa
▪ Dapat mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan penguasaan siswa
▪ Siswa terdorong berani mengungkapkan pendapatnya
Kekurangan :
▪ Kurang representatif/ mewakili materi karena soal terbatas
▪ Cara mengoreksinya cukup sulit/ menyita banyak waktu
▪ Dalam penilaiannya tester dapat bersifat subyektif
▪ Koreksinya tidak dapat diwakilkan orang lain
▪ Validitas (daya ketepatan mengukur ) dan reliabilitas (daya keajegan mengukurr ) pada
umumnya rendah

b. Tes Obyektif
Tes obyektif ada lima macam yaitu :
• Bentuk benar salah
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang
benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandaimasing-masing
pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya
dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.
• Bentuk menjodohkan
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan,
memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu
seri jawaban. Tugas murid ialah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga
sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
• Bentuk isian
Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes
melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang
dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah
merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
• Bentuk pilihan ganda
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu
pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari
beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau Multiple choice test terdiri
atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option).
Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban benar yaitu kunci jawaban dan
beberapa pengecoh.
• Beberapa jenis bentuk pilihan ganda :
• Melengkapi lima pilihan

10
• Asosiai dengan lima atau empat pilihan
• Melengkapi berganda
• Analisis hubungan antar hal
• Analisis kasus
• Hal kecuali
• Hubungan dinamik
• Pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar
Kelebihan :
▪ Lebih representatif
▪ Dalam menilai tester lebih objektif
▪ Mengoreksinya mudah
▪ Mengoreksinya dapat minta bantuan orang lain
▪ Butir-butir soalnya mudah dianalisis, dari segi derajat kesukaran, daya pembeda,
validitas dan relibialitasnya
Kelemahan :
▪ Menyusunnya sulit
▪ Kurang dapat mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam
▪ Terbuka kemungkinan bagi siswa bermain spekulasi
▪ Siswa dapat mudah kerjasama sebab jawabannya mudah meniru (A,B,C,D,E)

2) Lisan (oral test)


Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Thoha (2003:61) menjelaskan bahwa tes
ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.
Dari segi persiapan dan cara bertanya, tes lisan dapat dibedakan menjadi dua yakni:
a. Tes lisan bebas
Yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik tanpa menggunakan pedoman
yang dipersiapkan secara tertulis
b. Tes lisan berpedoman
Pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang akan ditanyakan kepada peserta
didik.
Kelebihannya :
▪ Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap,
serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung
▪ Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering
mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong
sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
▪ Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
Kelemahannya :

11
▪ Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes,
▪ Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama
3) Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis
dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan. Penilaian tes
perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai
dengan hasil akhir yang dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan
sebuah format pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga tutor dapat
menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk
formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual,
sebaiknya menggunakan format pengamatan individual. Dalam pembelajaran matematika, tes
perbuatan bisa berupa memperagakan apakah suatu bangun datar merupakan jaring-jaring
kubus atau bukan, menggambarkan suatu bangun ruang dan menunjukkan semua bidang
diagonal serta diagonal bidang, membuat lukisan dengan menggunakan jangka, mistar, dan
busur derajat, dsb.
B. Ketersediaan Koleksi Perpustakaan

1) Definisi Ketersediaan Koleksi


Menurut Undang-undang No.43 Tahun 2007 tentang perpustakaan yang dimaksud dengan
koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, atau karya
rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan yang dihimpun, diolah, dan
dilayankan kepada pemustaka atau yang membutuhkannya. 4 Koleksi perpustakaan merupakan
bagian penting dalam proses pembelajaran. Sumber-sumber informasi koleksi perpustakaan
merupakansekumpulan bahan atau materi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di
sekolah. Sumber-sumber informasi yang disediakan oleh perpustakaan hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan pembelajaran dan kebutuhan siswa baik secara kelompok maupun
individual dalam rangka mengembangkan potensi dan kreativitas siswa serta dalam rangka
menumbuh kembangkan minat dan kebiasaan membaca dikalangan siswa.
Menurut Lotsee P. Smith menyebutkan tiga tujuan koleksi perpustakaan sekolah yaitu:5
1. Untuk mendukung kurikulum
2. Menyediakan bahan-bahan untuk kesenangan membaca
3. Menyediakan sarana bagi keperluan mengajar guru.
Dari definisi di atas dapat peneliti simpulkan bahwa koleksi perpustakaan adalah semua
jenis koleksi yang ada di dalam suatu perpustakaan dimana di dalam koleksi tersebut terdapat
banyak informasi yang bermanfaat dan koleksi tersebut siap dilayankan kepada pemustaka
yang membutuhkannya.
Menurut Muntashir ketersediaan koleksi merupakan hal yang sangat penting dalam
pemanfaatan koleksi. Suatu perpustakaan yang menyediakan koleksi dengan lengkap biasanya

4Herlina, Pembinaan dan Penembangan Perpustakaan, hal 45


5Sudarnoto Abdul Hakim, Perpustakaan dan Pendidian : Pemetaan Peran Serta Perpustakaan Dalam Proses
Belajar Mengajar, Jakarta Selatan, 2006 hal 98

12
memiliki pengguna yang cukup yang sering memanfaatkan koleksi perpustakaan tersebut.
Sedangkan
Menurut Sutarno ketersediaan koleksi perpustakaan adalah adanya sejumlah koleksi
atau bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan dan cukup memadai jumlah
koleksinya dan koleksi tersebut disediakan agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna
perpustakaan tersebut.
Menurut Sutarno ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengadakan
ketersediaan koleksi perpustakaan yaitu:
a) Kerelevanan koleksi hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan pengguna perpustakaan.
Relevansi yaitu kesesuaian bahan informasi dengan keperluan pengguna, hal ini
dimaksudkan agar perpustakaan memiliki nilai dan berdaya guna bagi pengguna,
terutama para pengguna potensial. Dalam relevansi kepentingan pemustaka menjadi
acuan dalam pemilihan dan pengadaan bahan pustaka.
b) Kelengkapan koleksi hendaknya jangan hanya terdiri atas buku ajar yang langsung
dipakai dalam pembelajran tetapi juga meliputi bidang ilmu yang berkaitan erat dengan
program yang ada. Koleksi perpustakaan diharapkan mencakup berbagai subjek ilmu
pengetahuan, semua komponen koleksi mendapatkan perhatian yang wajar sesuai dengan
tingkat prioritas yang ditentukan
c) Kemutakhiran koleksi.
Kemutakhiran yaitu dalam pengembangan bahan informasi ini perlu antisipasi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan bidang cakupan perpustakaaan itu sendiri.
Kemutakhiran koleksi dapat dilihat dari tahun terbit, jika bahan pustaka yang diterbitkan
pada tahun terakhir maka dilihat dari kemutakhiran dapat dikatakan mutakhir.
d) Berorientasi kepada pengguna perpustakaan
Berorientasi kepada kebutuhan pengguna yaitu pengembangan koleksi harus ditujukan
kepada pemenuhan kebutuhan pengguna.
Dari penjelasan di atas dapat peneliti simpulkan terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam melakukan ketesediaan koleksi yaitu, kerelevanan koleksi, kelengkapan
koleksi, kemuktahiran koleksi gunanya agar dalam informasi-informasi yang ada didalam
suatu buku tersebut benar-benar relevan, dan berorientasi kepada pengguna perpustakaan,
semua hal tersebut harus dilakukan oleh suatu perpustakaan agar koleksi yang terdapat didalam
suatu perpustakaan sesuai dengan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan informasi yang
dibuuhkan baik guru ataupun siswa. Sedangkan menurut Yulia dan Sujana ketersediaaan
koleksi adalah kesiapan bahan pustaka yang telah dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk
kemudian dilayankan dan disebarluaskan informasinya kepada pemustaka atau penggunanya
guna memenuhi kebutuhan informasi mereka.
Dari penjelasan tersebut dapat peneliti simpulkan ketersediaan koleksi adalah sejumlah
koleksi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan yang telah dikumpulkan gunanya untuk
memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya tersebut.
2) Jenis-jenis Koleksi
Secara garis besar, koleksi-koleksi perpustakaan sekolah terdiri dari:
Koleksi buku

13
Koleksi buku-buku perpustakaan sekolah, terdiri dari:
1) Buku teks utama
2) Buku teks pelengkap
3) Buku penunjang pelajaran
4) Buku bacaan dan non fiksi
5) Buku referensi dan kamus
a) Koleksi non buku
Koleksi non buku perpustakaan sekolah, terdiri dari:
1) Media cetak, yaitu berbagai sumber informasi dalam bentuk cetakan kertas, seperti
media cetak berkala, pamplet, brosur (booklet), dan bahan lainnya.d. Alat peraga yaitu
alat-alat yang digunakan untuk menunjang kegiatan praktek percobaan sebagai tuntutan
kurikulum. Alat tersebut berupa, alat audio visual, serta ragam bentuk alat praktek IPA
dan globe.
Sedangkan menurut Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 bahan pustaka atau koleksi yang
harus disediakan oleh suatu perpustakaan ada lima jenis yaitu sebagai berikut:
a) Buku teks pelajaran
Buku teks pelajaran adalah buku acuan yang wajib digunankan dalam proses
pembelajaran, baik oleh guru maupun oleh siswa. Buku jenis ini merupakan buku-buku
standar pengajaran yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
b) Buku panduan pendidik
Buku panduan pendidik adalah buku yang memuat prinsip, prosedur, deskripsi materi
pokok, dan model pembelajaraan untuk digunakan oleh para guru dalam melaksanakan
proses pembelajaraan.
c) Buku pengayaan
Yang termasuk dalam kategori buku ini menurut Pera-mendiknas Nomor 24 Tahun
2007 yaitu sebagai berikut:
1. Buku fiksi
Buku fiksi adalah buku yang memuat cerita rekaan yang dibuat oleh penulis
(pengarang), dimana cerita didalamnya menjadi hidup karenadaya khayal (imajinasi),
angan-angan atau fantasi penulis. Adapun jenis buku fiksi dibedakan menjadi empat jenis
yaitu:
• Novel
• Roman
• Cerita pendek
• Dongeng
• Fabel

2. Buku nonfiksi
Buku nonfiksi ditulis berdasarkan faktaa atau kenyataan aalam dan budaya yang
berlaku di lingkungan masyarakat. Buku nonfiksi disusun atas dasar hasil pengamatan dan

14
hasil penelitian mendalam untuk menjaga kebenaraan fakta yang ditulisnya. Adapun yang
tergolong daalaam kelompok buku nonfiksi yaitu:
a) Buku teks pelengkap
Buku teks pelengkap biasanya sering digunakan oleh guru dan para siswa alasan relatif
mudah untuk mendapatkan buku teks pelengkap karena pada umumnya buku inibebas
dijual di pasaran.
b) Buku penunjang
Selain buku teks pelengkap diatas di perpustakaan sekolah perlu juga disediakan buku-
buku nonfiksi lainnya. Seperti buku-buku pengetahuan, buku-buku keterampilan, dan
buku-buku kepribadian, fungsi dari buku-buku tersebut adalah sebagai penunjang pelajaran
guna menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan para siswa.
c) Buku referensi
Buku referensi atau buku rujukan adalah buku-buku yang dapat memberikan informasi
atau penjelasan mengenai topik tertentu, seperti pengertian kata atau suatu istilah,
menunjukkan tempat, peristiwa, data, statistik, pedoman, alamat, nama orang, riwayat,
orang-orang terkenal, peraturan dan undang-undang. Adapun jenis yang tergolong daalam
buku referensi yaitu:
1. Kamus besar bahasa Indonesia
2. Kamus bahasa Inggris
3. Ensiklopedia
4. Buku statistic
5. Buku telepon
6. Buku peraturan perundang-undangan
7. Kitab suci

d) Sumber belajar lain


Sumber belajar lain yang harus disediakan perpustakaan sekolah menurut
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 sekurang-kurangnya meliputi:
• Majalah dan surat kabar
• Globe dan peta
• Gambar pahlawan nasional
• Compact disc (CD) pembelajaran
• Alat peraga
• Komik

2) Fungsi koleksi perpustakaan


Menurut James Tompshon yang dikutip dari pendapat Randall dan Godrich terdapat
empat fungsi koleksi perpustakaan sekolah yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi referensi (reference function)

15
Fungsi referensi adalah koleksi perpustakaan yang dapat memberikan rujukan
tentang berbagai informasi secara cepat, tepat, dan akurat bagi para pemakainya.
b. Fungsi umum (general function)
Fungsi umum adalah koleksiperpustakaan yang bersifat umum ini berhubungan
dengan pelestarian bahan pustaka dan hasil budaya manusia secara keseluruhan.
c. Fungsi kurikuler (curriculae function)
Fungsi kurikuler adalah koleksi bahan-bahan yang mampu mendukung kurikulumd.
d. Fungsi penelitian (research function)
Fungsi penelitian adalah keberadaan koleksi perpustakaan harus mampu berfungsi
memberikan jawaban atau keingintahuan dari para pemakai perpustakaan.
3) Pengadaan Koleksi Perpustakaan
Pengadaan koleksi adalah hal-hal yang mencakup perolehan bahan atau buku melalui:
a. Pembelian
Pembelian merupakan cara yang paling efektif dalam pengadaan bahan pustaka karena
perpustakaan dapat memilih bahan pustaka yang cocok dan sesuai dengan dana yang
tersedia.
b. Sumbangan atau hadiah
Bahan pustaka yang diperoleh melalui sumbangan atau hadiah baik itu dari lembaga
pemerintah, swasta, organisasi perorangan, baik yang bersumber dari dalam negeri
maupun uar negeri dengan menetapkan prinsip koleksi.
c. Tukar-menukar
Penambahan bahan pustaka pada suatu perpustakaan dapat juga dilakukan melalui
tukar-menukar, hal ini dimungkinkan untuk dilakukan jika antara dua perpustakaan atau
lebih telah melakukan persetujuan.
d. Penerbitan sendiri
Terbitan sendiri yang dimaksud adalah terbitan sendiri yang berasal dari lembaga induk
dimana perpustakaan tersebut bernaung, yang mencakup pengertian:

• Penerbitan dari lembaga induk tempat perpustakaan berada:


1. perpustakaan hendaknya dijadikan pusat penyimpanan semua penerbitan lembaga
induk.
2. Perpustakaan dapat ditunjuk sebagai penyalur dari semua terbitan lembaga induk yang
bersangkutan.
• penerbitan oleh perpustakaan itu sendiri , seperti daftar koleksi, bulletin, manual,
bibliografi, dan sebagainya.

4) Komponen-komponen Koleksi Perpustakaan


Pada umumnya Dian Sinaga mengemukakan bahwa koleksi perpustakaan sekolah dapat
dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu sebagai berikut:
a. Komponen Dasar
Komponen dasar adalah koleksi perpustakaan yang dianggap sangat mendasar dan vital
keberadaannya bagi suatu perpustakaan, oleh sebab itu komponen ini aalah priorotas
uatama untu dibina dan harus diselaraskan dengan tujuan sekolah yang bersangkutan.
b. Komponen Tambahan

16
Komponen tambahan adalah kelompok koleksi yang dimaksudkan untuk melengkapi dan
menunjang komponen dasar, komponen tambahan penting diperhatikan apabila
komponen dasr telah memadai dan mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan para
pemakainya.

5) Standar Koleksi Perpustakaan Sekolah


Berdasarkan standar koleksi sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah menurut
Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 adalah sebagai
berikut:
a. Perpustakaan memperkaya koleksi dan menyediakan bahan perpustakaan dalam bentuk
media dan format oaling sedikit:
b. Menyediakan koleksi buku teks wajib dalam jumlah yang mencukupi untuk melayani
semua perserta didik dan pendidik. Artinya setiap siswa dan guru wajib memiliki buku
teks mata 1 eksemplar per peserta didik dan buku panduan pendidik 1 eksemplar per
mata pelajaran per guru bidang studi.
c. Buku pengayaan dengan perbandingan 70% nonfiksi dan 30% fiksi dengan ketentuan
bila 3 sampai 6 rombongan belajar jumlah buku sebanyak 1.000 judul, 7 sampai 12
rombongan belajar jumlah buku sebanyak 1.500 judul, 13 sampai 15 rombongan belajar
jumlah buku sebanyak 2.000 judul, 19 sampai 24 rombongan belajar jumlah buku
sebanyak 2.500 judul.
d. Perpustakaan menambah koleksi buku per tahun dengan ketentuan semakin besar
jumlah koleksi semakin besar jumlah koleksi semakin kecil presentase penambahan
koleksinya (1.000 judul penambahan sebanyak 10%; 1.500 judul penambahan
sebanyak 8%; 2.000 judul sampai dan seterusnya penambahan sebanyak 6%).
e. Perpustakaan melanggan paling sedikit 2 judul majalah dan 2 judul surat kabar.

C. Silabus

1. Definisi Silabus
Silabus merupakan produk utama dari pengembangan kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis pada suatu satuan pendidikan yang harus memiliki keterkaitan dengan produk
pengembangan kurikulum lainnya, yaitu proses pembelajaran. Silabus dapat dikatakan
kurikulum ideal sedangkan proses pembelajaran merupakan kurikulum aktual.
Menurut Salim silabus adalah garis besar, ringkasan, ikhtisar atau pokok-pokok isi dari
materi pembelajaran. Sedangkan menurut Yulaelawati silabus adalah seperangkat rencana serta
merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian
yang disusun secara sistematis yang memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk
mencapai penguasaan kompetensi dasar. 6
Dari beberapa definisi diatas dapat peneliti simpulkan silabus adalah rencana pembelajaran
yang telah disusun secara sistematis gunanya untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar.

6 Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional, Penembangan Silabus Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Dalam KTSP
(Jakarta: Direktur TenagaKependidikan, 2008 hal 5

17
2. Manfaat Silabus
Adapun beberapa manfaat silabus adalah sebagai berikut:
a. Sebagai ukuran dalam melakukan penilaian keberhasilan suatu program pembelajaran.
b. Sebagai pedoman atau acuan bagi pengembangan pembelajaran lebih lanjut yaitu dalam
penyusunan RPP, pengelolaan kegiatan pembelajaran, penyediaan sumber belajar, dan
pengembangan sistem penilaian.
c. Memberikan gambaran mengenai pokok-pokok program yang akan dicapai dalam
suatu mata pelajaran.
d. Dokumentasi tertulis sebagai akuntabilitas suatu program pembelajaran.

3. Prinsip Pengembangan Silabus


Dalam pengembangan silabus perlu dipertimbangkan beberapa prinsip tersebut merupakan
kaidah yang akan menjiwai pelaksanaankurikulum tingkat satuan pendidikan. Terdapat
beberapa prinsip yang harus dijadikan dasar dalam pengembangan silabus yaitu:
a. Ilmiah
Maksudnya bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan
Maksudnya bahwa cakupan, kedalaman, tingkat kesukuran dan urutan penyajian materi
dalam silabus harus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional,
dan spirituaal peserta didik.
c. Sistematis
Maksudnya bahwa komponen-komponen dalam silabus harus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi. Silabus pada dasarnya merupakan suatu sistem oleh
karena itu dalam penyusunannya harus dilakukan secara sistematis.
d. Konsisten
Maksudnya bahwa dalam silabus harus nampak hubungan yang konsisten antaara
kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaiane. Maksudnya bahwa cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup memadai untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar
yang akhirnya mencapai standar kompetensi.
e. Aktual dan konsektual
Maksudnya bahwa cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir
dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

f. Fleksibel

18
Maksudnya bahwa keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman
peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat.
g. Menyeluruh
Maksudnya bahwa komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(Kognitif, afektif, psikomotor).
4. Prosedur Pengembangan Silabus
Untuk memperoleh silabus yang berkualitas dan sesuai dengan prinsip-prinsip, diperlukan
prosedur pengembangan silabus yang tepat. Prosedur pengembangan silabus yang disarankan
yaitu melalui tahapan: perancangan, validasi, pengesahan, sosialisasi, pelaksanaan, dan
evaluasi.
5. Secara singkat, prosedur pengembangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perancangan (Design)
Tahap ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang terdapat dalam standar isi,dilanjutkan dengan menetapkan materi
pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, jenis
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang diperlukan. Produk dari tahap ini yaitu
berupa draf awal silabus untuk setiap mata pelajaran (disarankan dalam bentuk matriks agar
memudahkan dalam melihat hubungan antar komponen).
b. Validasi
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah draf awal silabus yang telah disusun itu
sudah tepat atau masih memerlukan perbaikan dan penyempurnaan lebih lanjut, baik
berkenaan dengan ruang lingkup, urutan penyajian, substansi materi pokok, maupun
cakupan isi dalam komponenkomponen silabus yang lainnya. Tahap validasi bisa
dilakukan dengan cara meminta tanggapan pihak-[ihak yang dianggap memiliki keahlian
untuk itu, seperti ahli disiplin keilmuan mata pelajaran. Apabila setelah dilakukan validasi
ternyata masih banyak hal yang perlu diperbaiki, maka sebaiknya secepatnya dilakukan
penyempurnaan atau perancangan ulang sampai diperoleh silabus yang siap
diimplementasikan. Hal ini terutama sekali apabila silabus itu dikembangkan oleh suatu
tim yang dibentuk dari perwakilan beberapa sekolah yang hasilnya akan disajikan acuan
oleh guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
c. Pengesahan
Tahap ini dilakukan sebelum silabus final diimplementasikan dengan tujuan agar
memperoleh pengesahan dari pihak yang dianggap kompeten. Tahap pengesahan ini
merupakan pertanda bahwa silabus tersebut secara resmi sudah bisa dijadikan pedoman
oleh guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran, dan penilaian.
d. Sosialisasi
Tahap ini dilakukan terutama apabila silabus dikembangkan pada level yang lebih luas
dan dilakukan oleh tim yang secara khusus dibentuk dan dipercaya untuk

19
mengembangkannya. Silabus final yang dihasilkan dan telah disahkan perlu
disosialisasikan secara benar dan tepat kepada guru sebagai pelaksana kurikulum.

e. Pelaksanaan.
Tahap ini merupakan kulminasi dari tahap-tahap sebelumnya yang diawali dengan
kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan dan
evaluasi pembelajaran.
f. Evaluasi
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah slabus yang telah dikembangkan itu
mencapai sasarannya atau sebaliknya. Dari hasil evaluasiini dapat diketahui sampai dimana
tingkat ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, silabus dapat segera diperbaiki dan disempurnakan.
D. Perpustakaan Sekolah

1. Definisi Perpustakaan Sekolah


Secara umum perpustakaan mempunyai arti sebagai sesuatu tempat yang di dalamnya
terdapat berbagai kegiatan penghimpunan, pengolahan, dan penyebarluasan (pelayanan) segala
macam informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media seperti
buku, majalah, film, kaset, surat kabar, tape recorder, video, komputer, dan lain-lain. Semua
koleksi sumber informasi tersebut disusun berdasarkan sistem tertentu dan dipergunakan untuk
kepentingan belajar melalui kegiatan membaca dan mencari informasi bagi segenap
masyarakat yang membutuhkannya. 7
Sedaangkan menurut Herlina perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang tergabung
pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan dengan tujuan
utama membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan pendidikan
Dari beberapa definisi diatas dapat peneliti simpulkan perpustakaan sekolah adalah sebuah
tempat yang ada didalam lingkungan sekolah yang didalamnya menghimpun dan mengelola
informasi yang ada gunanya untukmemenuhi kebutuhan siswa dan murid gunanya untuk
menunjang proses belajar mengajar.
Secara efektif perpustakaan harus mampu mendukung kurikulum dan program-program
sekolah. Untuk mewujudkan manajemen perpustakaan yang baik, maka pengelola
perpustakaan perlu:
a. Mengembangkan kemampuan profesional sebagai guru-pustakawan.
b. Memperhatikan kemampuan yang diperlukan dan prosedur yang dibutuhkan untuk
dapat mengelola perpustakaan secara efektif dari perpustakaan yang sekedar bertahan
hidup menjadi perpustakaan yang benar-benar berjalan baik.
c. Mengembangkan kebijakan dan prosedur dengan prinsip-prinsip yang
mengaktualisasikan visi dari perpustakaan secara baik.

7Pawit M Yusuf, Yaya Suhendar, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013) hal 1

20
d. Memperlihatkan keterkaitan anta sumber-sumber informasi dan tujuan dan prioritas
sekolah, serta program perpustakaan.
e. Menunjukkan peran guru-pustakawan melalui rencana manajemen.

2. Tujuan Perpustakaan
Tujuan didirikannya perpustakaan sekolah tidak terlepas dari tujuan diselenggarakannya
pendidikan sekolah secara keseluruhan, yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada
peserta didik (siswa atau murid), serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan
menengah. Perpustakaan sekolah sebagai bagian integral dari sekolah, merupakan komponen
utama pendidikan di sekolah, diharapkan dapat menunjang terhadap pencapaian tujuan tersebut.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut: 8
a. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca siswa.
b. Membatu menulis kreatif dengan bimbingan guru dan pustakawan.
c. Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa.
d. Menyediakan berbagai macam informasi untuk kepentingan pelaksaan kurikulum.
e. Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat membaca dan
semangat belajar bagi para siswa.
f. Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para siswa dengan
membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi,
yang disediakan oleh perpustakaan.
g. Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui kegiatan membaca,
khususnya buku-buku dan sumber bacaan lain yang bersifat kreatif dan ringan seperti
fiksi, cerpen, dan lainnya.
Sedangkan menurut Lasa tujuan perpustakaan adalah sebagai berikut:
a. Menumbuh kembangkan minat baca dan tulis. para siswa dan para guruguru agar dapat
memanfaatkan waktu untuk mendapatkan informasi di perpustakaan.

b. Menumbuhkan dan mendorong literasi informasi


Literasi informasi disebut juga dengan melek informasi, yakni kesadaran akan
kebutuhan informasi seseorang, mengidentifikasi, pengaksesan secara efektif & efisien,
mengevaluasi, dan menggabungkan informasi secara legal kedalam pengetahuan dan
mengkomunikasikan informasi itu..
c. Mengembangkan bakat dan kecerdasan (intelektual, emosinal, dan spiritual)
Bakat anak dapat berkembang pesat meskipun nilai peajarannya tidak bagus, fakta dan
sejarah membuktikan bahwa keberhasilan seseorang itu tidak ditentukan oleh NEM yang
tinggi melainkan juga melalui pengembangan bakat dan minat.
d. Mendukung terealisasikannya fungsi dan trcapainya tujuan pendidikan Nasional.
Dalam hal ini perpustakaan sekolah menyediakan sumber belajar yang dapat membantu
dan mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut.

8 Pawit M Yusuf, Yaya Suhendar< Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, al 3

21
e. Menyediakan sumber belajar
Perpustakaan sekolah menyediakan bahan pustaka cetak maupun digital sebagai
sumber belajar disamping sumber belajar lain seperti guru, lingkungan alam, dan
lingkungan masyarakat.
3. Fungsi Perpustakaan Sekolah
Adapun fungsi perpustakaan sekolah menurut Yusuf dan Suhendar mengungkapkan secara
lebih lengkap dan detail bahwa fungsi umum perpustakan sekolah meliputi:9
a. Fungsi edukatif
Maksudnya segala fasilitas dan sarana perpustakaan sekolah terutama koleksi yang
dikelolanya banyak membantu para siswa untuk belajar memperoleh kemampuan dasar
dalam mentransfer konsep-konsep pengetahuan. Sehingga dikemudian hari mereka
memiliki kemampuan mengembangkan diri lebih lanjut.
b. Fungsi informatif
Ini sangat berhubungan erat dengan mengupayakan penyediaan koleksi perpustakaan
yang bersifat memberi tahu tentang hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan para
siswa dan guru.
c. Fungsi rekreasi
Maksudnya dengan disediakannya koleksi yang bersifat ringan seperti surat kabar,
majalah umum, buku-buku fiksi dan lain sebaginya perpustakaan diharapkan dapat
menghibur pembacanya disaat yang memungkinkand.
d. Fungsi riset
Maksud dari fungsi ini adalah koleksi perpustakaan sekolah bisa dijadikan bahan untuk
membantu dilakukannya kegiatan penelitian sederhana.
e. Fungsi tanggung jawab administrative
Fungsi ini tampak dalam kegiatan sehari-hari di perpustakaan sekolah.
Sedangkan menurut Lasa fungsi perpustakaan yaitu sebagai berikut:
a. Sumber belajar
Bahan informasi yang dikelola perpustakaan berupa buku teks, majalah, buku ajar,
buku rujukan, kumpulan soal, CD. Film, globe, dan lainnya baik cetak maupun elektronik.
Bahan-bahan ini dimanfaatkan dalam aktifitas sekolah sebagai sumber dalam proses
pendidikan secara mandiri.
b. Penelitian sederhana
Melalui perpustakaan sekolah para siswa dan guru dapat menyiapkan dan
melaksanakan penelitian sederhana.

9 Andi Prastowo, Manajenen Perpustakaan Sekolah Profesional(Jogjakarta: Diva Press, 2012) hal 54

22
c. Pusat kegiatan literasi informasi
Melalui perpustakaan sekolah dapat dilakukan kegiatan literasi informasi yakni
penumbuhan kesadaran akan kebutuhan informasi bagi pendidik, tenaga kependidikan, dan
peserta didik.
d. Tempat kegiatan baca membaca
Dalam penataan ruang perpustakaan sekolah perlu adanya ruangan yang difungsikan
sebagai ruang baca.
e. Tempat penumbuhan kreativitas, inspirasi, maupun imajinasi
Kreativitas peserta didik akan tumbuh melalui bacaan atau sumber informasi lain di
perpustakaan sekolah. Karya-skarya imajinasinatif Riwayat keberhasilan seseorang,
penemuan-penemuan baru itu merupakan inspirasi peserta didik untuk menciptakan
kreativitas baru secara mandiri maupun bersama.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat peneliti simpulkan fungsi perpustakaan sekah
yaitu perpustakaan bukan hanya sebagai tempat untuk mendapatkan informasi yang
diinginkan, tetapi perpustakaan juga dapat berfungsi sebagai tempat rekreasi dan tempat
untuk mengembangkan kreativitas yang dimiliki seseorang.
4. Aspek Perpustakaan Sekolah
Aspek-aspek dalam pembinaan perpustakaan, meliput:
a. Tenaga atau pengelola perpustakaan
b. Ruang perpustakaan
c. Perabot dan perlengkapan
d. Koleksi bahan pustaka
e. Pelayanan perpustakaan
f. Pembiayaang.
g. Promosi perpustakaan
h. Pembinaan minat baca

5. Peran Perpustakaan Sekolah


Perpustakaan sekolah berperan sebagai salah satu saranan pendidikan, karena:
a. Perpustakaan adalah sumber pengetahuan dan pusat kegiatan belajar mengajar.
b. Perpustakaan memberikan pengalaman menguasai cara membaca sehingga pandai
membaca.
c. Perpustakaan menimbulkan cinta membaca sehingga dapat mengarahkan selera dan
apresiasi murid dalam memilih bahan bacaan.
d. Kumpulan bahan pustaka di perpustakaan memberikan kesempatan membaca bagi
murid yang mempunyai waktu dan kemampuan beragam.
e. Perpustakaan memberikan kepuasan akan pengetahuan di luar kelas.
f. Perpustakaan memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk mengadakan
penelitian.
g. Perpustakaan merupakan pusat rekreasi yang dapat memberikan hiburan.

23
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
• Evaluasi secara harfiah yaitu suatu proses penilaian dengan tujuan tertentu agar hasil
penilaian tersebut sesuai dengan yang diharapkan.
• Koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak,
atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan yang
dihimpun, diolah, dan dilayankan kepada pemustaka atau yang membutuhkannya.
• Silabus merupakan produk utama dari pengembangan kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis pada suatu satuan pendidikan yang harus memiliki keterkaitan dengan produk
pengembangan kurikulum lainnya, yaitu proses pembelajaran. Silabus dapat dikatakan
kurikulum ideal sedangkan proses pembelajaran merupakan kurikulum aktual.
• Perpustakaan mempunyai arti sebagai sesuatu tempat yang di dalamnya terdapat
berbagai kegiatan penghimpunan, pengolahan, dan penyebarluasan (pelayanan) segala
macam informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media
seperti buku, majalah, film, kaset, surat kabar, tape recorder, video, komputer, dan lain-
lain.
B. SARAN
Demikan makalah yang dapat kami susun dan kamisangat menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempernaan, maka kritik dan saran yang membamgun demi perbaikan dan
pengembangan sangat kami harapkan dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan
bermanfaat. Aamiin.

24
DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo, Manajenen Perpustakaan Sekolah Profesional(Jogjakarta: Diva Press, 2012) hal 54

1Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional, Penembangan Silabus Dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Dalam KTSP (Jakarta: Direktur TenagaKependidikan, 2008 hal 5

Herlina, Pembinaan dan Penembangan Perpustakaan, hal 45

http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/komponen-evaluasi-pendidikan-makalah.html

http://www.scribd.com/doc/52627746/ALAT-ALAT-EVALUASI

http://www.scribd.com?doc?16650725/Alat-Evaluasi-Pendidkan-Nontes

Pawit M Yusuf, Yaya Suhendar, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013) hal 1

Pawit M Yusuf, Yaya Suhendar< Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, al 3

Sudarnoto Abdul Hakim, Perpustakaan dan Pendidian : Pemetaan Peran Serta Perpustakaan Dalam Proses
Belajar Mengajar, Jakarta Selatan, 2006 hal 98

25

Anda mungkin juga menyukai