(PELAKSANAAN OBSERVASI)
Kelompok 12
Anggota:
Dosen pengampu:
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
nikmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Alat
Evaluasi Pembelajaran” tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi para
pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ratu Ilma Indra Putri,
M.Si. dan Bapak Yudi Pratama, M.Pd. selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Evaluasi Pembelajaran Sejarah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang yang di tekuni. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu proses
penyusunan makalah ini.
Akhir kata kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Besar harapan kami agar para pembaca berkenan memberikan umpan
balik berupa kritik dan sarannya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi berbagai pihak.
Kelompok 12
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ...........................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Hasil yang diperoleh dari evaluasi yang diadakan akan memberi petunjuk
kepada guru tentang bagian-bagian mana dari program tersebut yang sudah berhasil
dan bagian-bagian mana pula yang belum berhasil mencapai tujuan-tujuan yang
ditetapkan. Atas dasar hasil evaluasi tersebut dapat dilakukan perbaikan-perbaikan
yang diperlukan, baik pada waktu program masih berjalan maupun setelah program
itu selesai dilaksanakan. Perbaikan yang dilakukan setelah program selesai
dilaksanakan berguna untuk keperluan penyempurnaan pengajaran pada tahun
berikutnya.
1
dikatakan berhasil jika sang evaluator mengikuti prosedur dalam melaksanakan
evaluasi. Prosedur disini dimaksudkan sebagai langkah-langkah pokok yang harus
ditempuh dalam melakukan evaluasi.
Evaluasi dapat mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar secara terus
menerus dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses
pembelajaran serta mendorong pengelola pendidikan untuk lebih meningkatkan
fasilitas dan kualitas belajar peserta didik. Sehubungan dengan hal tersebut,
optimalisasi sistem evaluasi memiliki dua makna, pertama adalah sistem evaluasi
yang memberikan informasi yang optimal. Kedua adalah manfaat yang dicapai dari
evaluasi. Manfaat yang utama dari evaluasi adalah meningkatkan kualitas
pembelajaran.
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari alat evaluasi.
2. Menguraikan jenis-jenis alat evaluasi pembelajaran.
3. Memaparkan sistem penyusunan alat evaluasi pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah tes tidak hanya populer di lingkungan sekolah, tetapi juga di luar
sekolah bahkan di masyarakat umum. Di sekolah juga kita sering mendengar istilah
pretest, post tes, tes formatif, tes sumatif, dan sebagainya. Penggunaan tes dalam
dunia pendidikan sudah dikenal sejak dahulu kala, sejak orang mengenal
pendidikan itu sendiri. Artinya, tes mempunyai makna sendiri dalam dunia
pendidikan, khususnya dalam pembelajaran. Istilah “tes” berasal dari bahasa
3
Perancis, yaitu “testum” berarti piring yang digunakan untuk memilih logam mulia
dari benda-benda lain, seperti pasir, batu tanah, dan sebagainya. Dalam
perkembangannya, istilah “tes” diadopsi dalam psikologi dan pendidikan.
Dilihat dari jumlah peserta didik, tes dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
tes kelompok dan tes perseorangan. Dilihat dari kajian psikologi, tes dapat dibagi
menjadi empat jenis, yakni tes intelegensi umum, tes kemampuan khusus, tes
prestasi belajar, dan tes kepribadian. Sedangkan jika dilihat dari cara
penyusunannya, tes juga dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes buatan guru, dan
tes standar. Dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, tes dapat dibagi menjadi tiga
jenis, yakni tes tertulis, tes lisan, dan tes tindakan. Sementara yang tergolong teknik
non-tes adalah: skala bertingkat (rating scale); skala sikap (attitude scale);
kuesioner (questioner); daftar cocok (checklist); wawancara (interview); dan
riwayat hidup.
Alat ukur tersebut ada yang baik, ada pula yang kurang baik. Instrument
yang baik adalah instrumen yang memenuhi syarat-syarat atau kaidah-kaidah
tertentu, dapat memberikan data yang akurat sesuai dengan fungsinya, dan hanya
mengukur sampel perilaku tertentu. Adapun karakteristik instrumen evaluasi yang
baik adalah valid, reliable, relevan, representatif, praktis, deskriminatif, spesifik,
proporsional.
Maka dalam rumusan ini terdapat beberapa unsur penting dari istilah “tes”
ialah sebagai berikut:
4
a. Pertama, tes merupakan suatu cara atau teknik yang disusun secara
sistematis dan digunakan dalam rangka kegiatan pengukuran.
d. Keempat, hasil tes peserta didik perlu diberi skor atau nilai.
b. Kuesioner (Questionair)
5
Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya,
kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang diisi oleh orang yang akan
diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang
keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan
lain- lain.
ya tidak
b) Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian
rupa sehingga responden bebas mengemukakan pendapatnya.
Kuesioner terbuka disusun apabila jenis jawaban akan beraneka
ragam. Contoh: Untuk membimbing mahasiswa ke arah terbiasa
membaca buku-buku asing, maka sebaiknya setiap dosen
menunjuk b uku-buku asing sebagai salah satu buku wajib.
Bagaimana pendapat saudara? Jawab : ….
c) Wawancara (interview), Wawancara atau interview adalah suatu
metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban
dari responden dengan cara Tanya jawab sepihak. Dikatakan
sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi
kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan.
Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
6
a) Wawancara bebas, dimana responden mempunyai
kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa
dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh
subjek evaluasi.
b) Wawancara terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan
oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih
dahulu. Contoh: guru mewawancarai salah seorang dari
siswanya tentang hambatan yang dialami siswa pada
proses pembelajaran.
c. Pengamatan (Observation)
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara
sistematis. Pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu kegiatan
yang diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Dengan kata lain pengamatan dapat mengukur atau menilai hasil dan proses
belajar. Misalnya mengamati tingkah laku siswa saat belajar, tingkah laku
guru saat mengajar, kegiatan diskusi siwa, partisipasi siswa dalam simulasi.
d. Studi kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang
individu yang dianggap mengalami kasus tertentu. Kasus-kasus tersebut
biasanya dipelajari secara mendalam dan dalam kurun waktu yang cukup
lama. Studi kasus dalam pembelajaran bias dilakukan oleh guru, guru
pembimbing, wali kelas, terutama untuk kasus-kasus siswa di sekolah.
Misalnya mempelajari khusus anak nakal, anak yang tidak bias bergaul
dengan orang lain, anak yang selalu gagal belajar dll.
Menurut W.S Winkle Alat dalam Proses pembelajaran dapat diuraikan sebagai
berikut:
7
a. Suatu daftar pertanyaan. Rangkaian pertanyaan biasanya dituangkan dalam
bentuk
yang mirip pertanyaan pilihan ganda atau skala penilaian.
Misalnya:
…. - cukup kesempatan
…. - Kurang kesempatan
…. - tidak dapat menentukan
8
- Prosedur evaluasi : relevan atau tidak.
- Keterlibatan siswa : siswa aktif atau agak pasif.
c. Wawancara dengan beberapa siswa mengenai pengalaman mereka selama
berpartisipasi dalam proses belajar-mengajar dalam kelas dan selama
mengikuti testing hasil belajar.
d. Laporan tertulis oleh para siswa setelah suatu program pengajaran selesai.
Siswa dapat diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapatnya
menurut selera sendiri, tetapi hasilnya sering mengecewakan karena siswa
kurang mengetahui apa yang harus diberi tanggapan. Maka akan lebih baik
bila mereka diberi beberapa petunjuk tentang apa yang perlu ditanggapi,
misalnya:
- Tempo pengajaran : terlalu cepat atau lamabat.
- Prosedur didaktis yang digunakan : sesuai atau kurang sesuai.
- Materi pelajaran : menarik atau kurang menarik.
- Hasil apa yang dipetik dari pengajaran.
- Penjelasan yang diberikan oleh guru : dpat ditangkap atau tidak
- Prosedur evaluasi belajar : dianggap sesuai atau tidak.
- Usul-usul perbaikan.
Data yang diperoleh melalui keempat metode dan alat itu menjadi masukan bagi
aneka usaha revisi terhadap obyek-obyek evaluasi proses.
9
1) Rumusan soal-soal hendaknya jelas, dilihat dari pilihan kata atau
istilah yang dipakai maupun struktur kalimatnya.
2) Rumusan soal-soal hendaknya cukup singkat, dalam arti tidak
bertele-tele melainkan langsung pada pokok persoalannya (to the
point).
1) benar-salah
Ini adalah bentuk tes yang soalnya berupa pernyataan. Setiap
pernyataan mengandung dua kemungkinan; benar atau salah.
Biasanya soal ini berisi pernyataan tentang fakta, definisi, dan
prinsip-prinsip. Adapu nkadiah-kadiah konstruksi tesnya sebagai
berikut:
a) menghindari pernyataan-pernyataan yang mengandung
perkataan: kadang-kadang, pasti, pada umumnya, dan
sejenisnya, yang dapat memberi indikasi benar atau tidaknya
pernyataan tesebut.
b) Menghindari pengambilan kalimat langsung dari buku
pelajaran.
c) Mengindari suatu pernyataan yang merupakan suatu
pendapat yang masih dapat diperdebatkn kebenarannya.
d) Penyusunan pernyataan benar salah dalam tes dilakukan
secara acak, misalnya: B, B, S, B, S, S ... dan seterusnya.
2) Pilihan ganda
10
Bentuk soal pilihan ganda menyediakan sejumlah
kemungkinan jawaban, satu di antaranya adalah jawaban yang
benar. Adapun kaidah-kaidah konstruksi tesnya adalah sebagai
berikut:
a) Pokok soal merupakan masalah yang dirumuskan dengan
jelas.
b) Rumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya
dibatasi pada hal-hal yang diperlukan saja.
c) Hanya terdapat satu kemungkinan jawaban yang benar.
d) Alternatif jawaban harus logis dan pengecoh harus berfungsi.
e) Usahakan tidak menggunakan option yang berbunyi “semua
jawaban salah”.
3) Menjodohkan
Bentuk soal ini berisi pernyataan yang terdiri atas dua
kelompok yang paralel (pernyataan dan jawaban), yang harus
dijodohkan satu sama lain. Adapun kaidah-kaidah kosntruksi
tesnya adalah sebagai berikut:
a) Hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal yang sama,
sehingga pertanyaan yang diajukan bersifat homogen.
b) Usahakan agar pertanyaan dan jawaban mudah dimengerti.
c) Jumlah jawaban hendaknya lebih banyak daripada jumlah
pertanyaan.
d) Gunakan simbol yang berlainan untuk pertanyaan dan
jawaban, misalnya 1, 2, dan seterusnya, untuk pertanyaan,
serta a, b, dan seterusnya untuk jawaban.
4) Melengkapi
Bentuk melengkapi merupakan soal yang menghendaki
jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan
jawabannya hanya dapat dinilai dengan benar atau salah. Adapun
kadiah-kaidah kosntruksi tesnya adalah sebagai berikut:
11
a) Tidak menggunakan pernyataan yang langsung diambil dari
buku.
b) Pernyataan hendaknya mengandung hanya satu kemungkinan
jawaban yang dapat diterima.
12
Dalam penyusunan butir tes, hendaknya diperhatikan kesesuaian
dengan jenjang kemampuan yang terkandung dalam TIK. Jika jenjang
kemampuan dalam TIK mencerminkan jenjang ingatan, misalnya, maka
soal tes hendaknya juga mengukur jenjang ingatan.
Di bawah ini ditampilkan contoh TIK untuk masing-masing
jenjang disertai dengan contoh soal yang sesuai.
Jenjang TIK Soal
Ingatan Siswa dapat menyebutkan Sebutkan ciri-ciri surat yang
ciri-ciri surat yang baik. baik!
Pemahaman Siswa dapat menemukan Pelajari contoh surat berikut
kesalahan-kesalahan dan tunjukkan kesalahan-
aturan yang terdapat kesalahan aturan yang
dalam sebuah surat. terdapat di dalamnya!
Aplikasi Siswa dapat membuat Ambil selembar kertas dan
contoh surat-surat yang buatlah suatu contoh surat
baik. permohonan izin tidak
masuk sekolah!
13
kaidah-kaidah yang berlaku dalam penyusunan/konstruksi tes, baik tes
berbentuk uraian maupun tes berbentuk objektif.
4. Langkah-Langkah Menyusun Tes
Secara garis besar ada tiga langkah pokok yang perlu ditempuh dalam
menyusun tes, yaitu pembuatan kisi-kisi, penyusunan soal, dan perakitan
soal-soal menjadi sebuah tes.
a. Pembuatan Kisi-Kisi
Agar terdapat kesesuaian antara TIK dan soal tes baik dalam aspek
jenjang kemampuan maupun lingkup isi, perlu dibuat kisi-kisi atau blue-
print, yang kolomnya berisi pokok-pokok bahan dan lajurnya berisi
jenjang kemampuan (ingatan, pemahaman, aplikasi, dan seterusnya),
seperti terlihat dalam contoh berikut:
Pokok Bahan Jenjang
Ingatan Pemahaman Aplikasi Dst.
1. Konsep lingkungan 3 4 2
2.Lingkungan alam 3 5 2
3.Lingkungan sosial 2 4 3
Dan seterusnya
b. Penyusunan Soal
Berdasarkan TIK yang telah dirumuskan dengan mengacu pada
kisi-kisi yang ada, kini disusun soal-soal tes untuk menilai taraf
pencapaian masing-masing TIK, dengan memperhatikan:
1) Kesesuaian dalam jenjang kemampuan;
2) Kesesuaian dalam lingkup isi;
3) Kaidah-kaidah konstruksi tes.
c. Perakitan Tes
14
Setelah setiap soal selesai disusun dan ditelaah serta diperbaiki,
antara lain berdasarkan patokan-patokan di atas, maka dilakukan
perakitan untuk menghasilkan suatu tes yang utuh disertai dengan
petunjuk pelaksanaanya.
Dalam merakit tes tersebut, perlu diperhatikan tata urutan soal-
soalnya, dengan mempertimbangkan urutan bahan serta jenjang
kemampuan yang terkandung dalam setiap soal. Jika bentuk soal yang
digunakan adalah bentuk objektif, perlu diperhatikan pula agar jawaban
benar dan salah tidak terurut secara teratur sehingga memudahkan
penerkaan oleh siswa, melainkan disusun secara acak.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Idrus. (2019). Evaluasi dalam Proses Pembelajaran. Adaara, Volume. 9, No. 2, 920-
935.
Magdalena, I., Fauzi, H. N., & Putri, R. (2020). Pentingnya Evaluasi dalam
Pembelajaran dan Akibat Memanipulasinya. Bintang : Jurnal Pendidikan
dan Sains, Volume 2, Nomor 2, 243-257.
17