Anda di halaman 1dari 20

ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN

(PELAKSANAAN OBSERVASI)

Kelompok 12

Anggota:

1. Chinanti Safa Camila


2. Eliza
3. Fitri Nuraisyah
4. Intan Ayuni
5. Silvia Eka Sari

Dosen pengampu:

1. Prof. Dr. Ratu Ilma Indra Putri, M.Si.


2. Yudi Pratama, M.Pd.

Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Sejarah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
nikmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Alat
Evaluasi Pembelajaran” tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi para
pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ratu Ilma Indra Putri,
M.Si. dan Bapak Yudi Pratama, M.Pd. selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Evaluasi Pembelajaran Sejarah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang yang di tekuni. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu proses
penyusunan makalah ini.

Akhir kata kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Besar harapan kami agar para pembaca berkenan memberikan umpan
balik berupa kritik dan sarannya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi berbagai pihak.

Indralaya, 20 November 2022

Kelompok 12

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan ..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Alat Evaluasi ...............................................................................3


2.2 Jenis-jenis Alat Evaluasi Pembelajaran ........................................................5
2.3 Penyusunan Alat Evaluasi Pembelajaran ...................................................12

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ...........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evaluasi dalam pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk


mengukur dan menilai beberapa kemampuan siswa dalam pembelajaran seperti
pengetahuan, sikap dan keterampilan guna membuat keputusan tentang status
kemampuan siswa tersebut. Evaluasi pembelajaran diartikan sebagai penentuan
kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang
dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur
tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-
mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan
intelektual), afektif (sikap, minat, dan motivasi), dan psikomotor (ketrampilan,
gerak, dan tindakan).

Hasil yang diperoleh dari evaluasi yang diadakan akan memberi petunjuk
kepada guru tentang bagian-bagian mana dari program tersebut yang sudah berhasil
dan bagian-bagian mana pula yang belum berhasil mencapai tujuan-tujuan yang
ditetapkan. Atas dasar hasil evaluasi tersebut dapat dilakukan perbaikan-perbaikan
yang diperlukan, baik pada waktu program masih berjalan maupun setelah program
itu selesai dilaksanakan. Perbaikan yang dilakukan setelah program selesai
dilaksanakan berguna untuk keperluan penyempurnaan pengajaran pada tahun
berikutnya.

Sebelum sampai pada tahap pelaksanaan, guru perlu terlebih dahulu


menyiapkan suatu program/bahan pengajaran berdasarkan hasil perencanaan yang
telah dilakukan. Pelaksanaan program pengajaran dikelas, serta evaluasi pengajaran
yang sedang, maupun telah dilaksanakan. membutuhkan penilaian atau evaluasi,
dimana evaluasi tersebut membutuhkan kualitas, mutu dan pofesionalisme dalam
menjalannkan kegiatan belajar dan pembelajaran. Suatu kegiatan evaluasi

1
dikatakan berhasil jika sang evaluator mengikuti prosedur dalam melaksanakan
evaluasi. Prosedur disini dimaksudkan sebagai langkah-langkah pokok yang harus
ditempuh dalam melakukan evaluasi.

Evaluasi dapat mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar secara terus
menerus dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses
pembelajaran serta mendorong pengelola pendidikan untuk lebih meningkatkan
fasilitas dan kualitas belajar peserta didik. Sehubungan dengan hal tersebut,
optimalisasi sistem evaluasi memiliki dua makna, pertama adalah sistem evaluasi
yang memberikan informasi yang optimal. Kedua adalah manfaat yang dicapai dari
evaluasi. Manfaat yang utama dari evaluasi adalah meningkatkan kualitas
pembelajaran.

Dalam dunia pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan evaluasi


hal ini dikarenakan evaluasi merupakan salah satu komponen dasar dari sistem
pendidikan yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk
mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu alat evaluasi?
2. Uraikanlah jenis-jenis alat evaluasi pembelajaran!
3. Bagaimana sistem penyusunan alat evaluasi pembelajaran?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari alat evaluasi.
2. Menguraikan jenis-jenis alat evaluasi pembelajaran.
3. Memaparkan sistem penyusunan alat evaluasi pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Alat Evaluasi

Alat merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka


mencapai suatu tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), alat
adalah benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu. Dalam hal evaluasi, alat
sangat dibutuhkan dalam rangka mencapai suatu penilaian, baik dalam penilaian
secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Dari pengertian umum, alat adalah
sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam
melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata
“alat” biasa disebut juga dengan istilah “instrumen”. Dengan demikian, alat
evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi, fungsi
alat adalah untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik sesuai dengan kenyataan
yang dievaluasi

Pemahaman tentang instrumen ini menjadi penting karena dalam praktik


evaluasi dan penilaian, pada umumnya guru selalu mendasarkan pada proses
pengukuran. Dalam pengukuran tentu harus ada alat ukur (instrumen). Banyak alat
atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi hasil pembelajaran,
salah satunya adalah tes. Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan
cara atau teknik, maka dikenal dengan teknik evaluasi. Seperti disebutkan di atas,
ada dua teknik evaluasi yaitu teknik tes dan non-tes.

Istilah tes tidak hanya populer di lingkungan sekolah, tetapi juga di luar
sekolah bahkan di masyarakat umum. Di sekolah juga kita sering mendengar istilah
pretest, post tes, tes formatif, tes sumatif, dan sebagainya. Penggunaan tes dalam
dunia pendidikan sudah dikenal sejak dahulu kala, sejak orang mengenal
pendidikan itu sendiri. Artinya, tes mempunyai makna sendiri dalam dunia
pendidikan, khususnya dalam pembelajaran. Istilah “tes” berasal dari bahasa

3
Perancis, yaitu “testum” berarti piring yang digunakan untuk memilih logam mulia
dari benda-benda lain, seperti pasir, batu tanah, dan sebagainya. Dalam
perkembangannya, istilah “tes” diadopsi dalam psikologi dan pendidikan.

Amir Daien Indrakusumah dalam bukunya yang berjudul Evaluasi


Pendidikan mengatakan bahwa tes adalah suatu alat ukur atau prosedur yang
sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan
yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan
cepat. Selanjutnya menurut Muhtar Bukhori dalam bukunya Teknik-Teknik
Evaluasi bahwa tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid.

Dilihat dari jumlah peserta didik, tes dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
tes kelompok dan tes perseorangan. Dilihat dari kajian psikologi, tes dapat dibagi
menjadi empat jenis, yakni tes intelegensi umum, tes kemampuan khusus, tes
prestasi belajar, dan tes kepribadian. Sedangkan jika dilihat dari cara
penyusunannya, tes juga dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes buatan guru, dan
tes standar. Dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, tes dapat dibagi menjadi tiga
jenis, yakni tes tertulis, tes lisan, dan tes tindakan. Sementara yang tergolong teknik
non-tes adalah: skala bertingkat (rating scale); skala sikap (attitude scale);
kuesioner (questioner); daftar cocok (checklist); wawancara (interview); dan
riwayat hidup.

Alat ukur tersebut ada yang baik, ada pula yang kurang baik. Instrument
yang baik adalah instrumen yang memenuhi syarat-syarat atau kaidah-kaidah
tertentu, dapat memberikan data yang akurat sesuai dengan fungsinya, dan hanya
mengukur sampel perilaku tertentu. Adapun karakteristik instrumen evaluasi yang
baik adalah valid, reliable, relevan, representatif, praktis, deskriminatif, spesifik,
proporsional.

Maka dalam rumusan ini terdapat beberapa unsur penting dari istilah “tes”
ialah sebagai berikut:

4
a. Pertama, tes merupakan suatu cara atau teknik yang disusun secara
sistematis dan digunakan dalam rangka kegiatan pengukuran.

b. Kedua, di dalam tes terdapat berbagi pertanyaan atau pernyataan atau


serangkaian tugas yang harus dijawab dan dikerjakan oleh peserta didik.

c. Ketiga, tes digunakan untuk mengukur suatu aspek perilaku peserta


didik.

d. Keempat, hasil tes peserta didik perlu diberi skor atau nilai.

2.2 Jenis-jenis Alat Evaluasi Pembelajaran

1. Alat Evaluasi Proses Pembelajaran


Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan
belajar-mengajar yang dilakukan siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan
pengajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keaktifan dan efisiennya
dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Maka
penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil
merupakan akibat dari proses.

Alat evaluasi proses belajar biasanya dilakukan dengan bentuk non-test


seperti :

a. Skala bertingkat (rating scale)

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap


suatu hasil pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan, “rating gives a
numerical value to some kind of judgement”, maka suatu skala selalu
disajikan dalam bentuk angka. Contoh : skor yang diberikan guru di sekolah
untuk menggambarkan minat siswa dalam proses belajar pelajaran tertentu.

b. Kuesioner (Questionair)

5
Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya,
kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang diisi oleh orang yang akan
diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang
keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan
lain- lain.

Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi:


1) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada:
a) Kuesioner langsung: kuesioner yang dikirimkan dan diisi
langsung oleh responden.
b) Kuesioner tidak langsung: kuesioner yang dikirimkan dan diisi
bukan oleh responden.
2) Ditinjau dari segi cara menjawab, maka ada:
a) Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan
menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga responden hanya
tinggal member tanda pada jawaban yang dipilih. Contoh :
apakah menurutmu guru tersebut telah mengajar dengan baik ?

ya tidak
b) Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian
rupa sehingga responden bebas mengemukakan pendapatnya.
Kuesioner terbuka disusun apabila jenis jawaban akan beraneka
ragam. Contoh: Untuk membimbing mahasiswa ke arah terbiasa
membaca buku-buku asing, maka sebaiknya setiap dosen
menunjuk b uku-buku asing sebagai salah satu buku wajib.
Bagaimana pendapat saudara? Jawab : ….
c) Wawancara (interview), Wawancara atau interview adalah suatu
metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban
dari responden dengan cara Tanya jawab sepihak. Dikatakan
sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi
kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan.
Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

6
a) Wawancara bebas, dimana responden mempunyai
kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa
dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh
subjek evaluasi.
b) Wawancara terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan
oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih
dahulu. Contoh: guru mewawancarai salah seorang dari
siswanya tentang hambatan yang dialami siswa pada
proses pembelajaran.

c. Pengamatan (Observation)
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara
sistematis. Pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu kegiatan
yang diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Dengan kata lain pengamatan dapat mengukur atau menilai hasil dan proses
belajar. Misalnya mengamati tingkah laku siswa saat belajar, tingkah laku
guru saat mengajar, kegiatan diskusi siwa, partisipasi siswa dalam simulasi.

d. Studi kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang
individu yang dianggap mengalami kasus tertentu. Kasus-kasus tersebut
biasanya dipelajari secara mendalam dan dalam kurun waktu yang cukup
lama. Studi kasus dalam pembelajaran bias dilakukan oleh guru, guru
pembimbing, wali kelas, terutama untuk kasus-kasus siswa di sekolah.
Misalnya mempelajari khusus anak nakal, anak yang tidak bias bergaul
dengan orang lain, anak yang selalu gagal belajar dll.

Menurut W.S Winkle Alat dalam Proses pembelajaran dapat diuraikan sebagai
berikut:

7
a. Suatu daftar pertanyaan. Rangkaian pertanyaan biasanya dituangkan dalam
bentuk
yang mirip pertanyaan pilihan ganda atau skala penilaian.
Misalnya:

1) Mengenai cara guru mengelola proses belajar-mengajar:


Apakah guru memberikan cukup kesempatan kepada siswa untuk
bertanya?

…. - cukup kesempatan
…. - Kurang kesempatan
…. - tidak dapat menentukan

2) mengenai taraf kesukaran materi pelajaran.


Bagaimana pendapat anda tentang taraf kesukaran materi pelajaran?
(Mudah) 1 2 3 4 5 (Sukar)

b. Metode observasi. Beberapa orang yang cukup terlatih dalam mengadakan


observasi dengan menggunakan suatu alat yang disesuaikan dengan apa
yang akan diobservasi, menghadiri proses belajar-mengajar di dalam
kelas. Salah satu system observasi terencana ialah system analisis internal
verbal yang dikembangkan oleh Ned. A. Flanders dalam bukunya yang
berjudul “Analyzing Teacher Behavior” yang dikenal dengan nama
Interaction Analysis Categories. System ini telah dibahas dalam bab VI.
Dapat dikembangkan suatu daftar observasi yang mencakup hal-hal yang
relevan bagi pengelolaan pengajaran, misalnya :
- Tujuan Intruksional : dijelaskan atau tidak.
- Materi pelajaran : sesuai dengan tujuan atau tidak.
- Keadaan awal siswa : kemampuan persyaratan di cek atau tidak.
- Prosedur didaktis : sesuai dengan tujuan intruksional atu tidak.
- Media pengajaran : cara penggunaan dan kesesuaiannya.
- Gaya mengajar : corak interaksi, kontak mata, suasana dalam kelas.
- Pengelompokan siswa: sesuai denga tujuan atau tidak.

8
- Prosedur evaluasi : relevan atau tidak.
- Keterlibatan siswa : siswa aktif atau agak pasif.
c. Wawancara dengan beberapa siswa mengenai pengalaman mereka selama
berpartisipasi dalam proses belajar-mengajar dalam kelas dan selama
mengikuti testing hasil belajar.
d. Laporan tertulis oleh para siswa setelah suatu program pengajaran selesai.
Siswa dapat diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapatnya
menurut selera sendiri, tetapi hasilnya sering mengecewakan karena siswa
kurang mengetahui apa yang harus diberi tanggapan. Maka akan lebih baik
bila mereka diberi beberapa petunjuk tentang apa yang perlu ditanggapi,
misalnya:
- Tempo pengajaran : terlalu cepat atau lamabat.
- Prosedur didaktis yang digunakan : sesuai atau kurang sesuai.
- Materi pelajaran : menarik atau kurang menarik.
- Hasil apa yang dipetik dari pengajaran.
- Penjelasan yang diberikan oleh guru : dpat ditangkap atau tidak
- Prosedur evaluasi belajar : dianggap sesuai atau tidak.
- Usul-usul perbaikan.
Data yang diperoleh melalui keempat metode dan alat itu menjadi masukan bagi
aneka usaha revisi terhadap obyek-obyek evaluasi proses.

2. Alat Evaluasi Hasil Pembelajaran

a. Tes bentuk uraian


Dalam soal-soal tes bentuk uraian, siswa diminta merumuskan,
mengorganisasi, dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian.
Seperti pernah dijelaskan sebelumnya bahwa soal uraian ini terbagi atas
dua jenis, yaitu uraian bebas dan uraian terbatas. Kaidah-kaidah yang
perlu diperhatikan dalam merumuskan soal-soal bentuk uraian, baik
bebas maupun terbatas, antara lain ialah bahwa:

9
1) Rumusan soal-soal hendaknya jelas, dilihat dari pilihan kata atau
istilah yang dipakai maupun struktur kalimatnya.
2) Rumusan soal-soal hendaknya cukup singkat, dalam arti tidak
bertele-tele melainkan langsung pada pokok persoalannya (to the
point).

b. Tes bentuk objektif


Seperti telah dikemukakan dalam bagian yang lalu, dalam soal-soal
tes bentuk objektif ini dikenal bentuk benar-salah, pilihan ganda,
menjodohkan, dan melengkapi atau isian. Penjelasan tentang kaidah
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan masing-masing jenis atau
bentuk soal tersebut dapat diikuti dalam uraian di bawah ini:

1) benar-salah
Ini adalah bentuk tes yang soalnya berupa pernyataan. Setiap
pernyataan mengandung dua kemungkinan; benar atau salah.
Biasanya soal ini berisi pernyataan tentang fakta, definisi, dan
prinsip-prinsip. Adapu nkadiah-kadiah konstruksi tesnya sebagai
berikut:
a) menghindari pernyataan-pernyataan yang mengandung
perkataan: kadang-kadang, pasti, pada umumnya, dan
sejenisnya, yang dapat memberi indikasi benar atau tidaknya
pernyataan tesebut.
b) Menghindari pengambilan kalimat langsung dari buku
pelajaran.
c) Mengindari suatu pernyataan yang merupakan suatu
pendapat yang masih dapat diperdebatkn kebenarannya.
d) Penyusunan pernyataan benar salah dalam tes dilakukan
secara acak, misalnya: B, B, S, B, S, S ... dan seterusnya.
2) Pilihan ganda

10
Bentuk soal pilihan ganda menyediakan sejumlah
kemungkinan jawaban, satu di antaranya adalah jawaban yang
benar. Adapun kaidah-kaidah konstruksi tesnya adalah sebagai
berikut:
a) Pokok soal merupakan masalah yang dirumuskan dengan
jelas.
b) Rumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya
dibatasi pada hal-hal yang diperlukan saja.
c) Hanya terdapat satu kemungkinan jawaban yang benar.
d) Alternatif jawaban harus logis dan pengecoh harus berfungsi.
e) Usahakan tidak menggunakan option yang berbunyi “semua
jawaban salah”.
3) Menjodohkan
Bentuk soal ini berisi pernyataan yang terdiri atas dua
kelompok yang paralel (pernyataan dan jawaban), yang harus
dijodohkan satu sama lain. Adapun kaidah-kaidah kosntruksi
tesnya adalah sebagai berikut:
a) Hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal yang sama,
sehingga pertanyaan yang diajukan bersifat homogen.
b) Usahakan agar pertanyaan dan jawaban mudah dimengerti.
c) Jumlah jawaban hendaknya lebih banyak daripada jumlah
pertanyaan.
d) Gunakan simbol yang berlainan untuk pertanyaan dan
jawaban, misalnya 1, 2, dan seterusnya, untuk pertanyaan,
serta a, b, dan seterusnya untuk jawaban.
4) Melengkapi
Bentuk melengkapi merupakan soal yang menghendaki
jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan
jawabannya hanya dapat dinilai dengan benar atau salah. Adapun
kadiah-kaidah kosntruksi tesnya adalah sebagai berikut:

11
a) Tidak menggunakan pernyataan yang langsung diambil dari
buku.
b) Pernyataan hendaknya mengandung hanya satu kemungkinan
jawaban yang dapat diterima.

2.3 Penyusunan Alat Evaluasi Pembelajaran

1. Kriteria Tes yang Baik


Secara umum, tes yang baik harus memenuhi kriteria validitas,
reabilitas, dan objektivitas. Pengertian yang sederhana tentang ketiga
kriteria tersebut adalah:
a. Suatu tes dikatakan valid jika tes itu mengukur apa yang
sesungguhnya ingin diukur. Jika suatu tes dimaksudkan untuk
mengukur kemampuan berhitung, maka soalnya harus dibatasi pada
kemampuan berhitung, jangan menuntut kemampuan yang lain,
seperti kemampuan berbahasa, dan sebagainya.
b. Suatu tes dikatakan reliabel jika tes itu memperlihatkan hasil yang
sama (tetap) ketika diberikan pada waktu yang berbeda terhadap
individu/ kelompok yang sama.
c. Suatu tes dikatakan objektif jika penilaian dari dua orang atau lebih
terhadap suatu jawaban yang diberikan sama atau menunjukkan hasil
yang sama.
Dalam hubungan dengan kriteria tersebut, khusus bagi tes yang
disusun untuk menilai efektivitas program pengajaran, ada dua hal yang
perlu diperhatikan, terutama berkenaan dengan kriteria validitas:
a. Kesesuaian soal dengan TIK
b. Kesesuaian soal dengan kaidah-kaidah konstruksi tes.
2. Kesesuaian Soal dengan TIK
Kesesuaian soal dengan TIK meliputi kesesuaian dilihat dari jenjang
kemampuan dan kesesuaian dilihat dari lingkup isi.
a. Kesesuaian Jenjang Kemampuan

12
Dalam penyusunan butir tes, hendaknya diperhatikan kesesuaian
dengan jenjang kemampuan yang terkandung dalam TIK. Jika jenjang
kemampuan dalam TIK mencerminkan jenjang ingatan, misalnya, maka
soal tes hendaknya juga mengukur jenjang ingatan.
Di bawah ini ditampilkan contoh TIK untuk masing-masing
jenjang disertai dengan contoh soal yang sesuai.
Jenjang TIK Soal
Ingatan Siswa dapat menyebutkan Sebutkan ciri-ciri surat yang
ciri-ciri surat yang baik. baik!
Pemahaman Siswa dapat menemukan Pelajari contoh surat berikut
kesalahan-kesalahan dan tunjukkan kesalahan-
aturan yang terdapat kesalahan aturan yang
dalam sebuah surat. terdapat di dalamnya!
Aplikasi Siswa dapat membuat Ambil selembar kertas dan
contoh surat-surat yang buatlah suatu contoh surat
baik. permohonan izin tidak
masuk sekolah!

b. Kesesuaian Lingkup Isi


Di samping kesesuaian dalam jenjang kemampuan, antara TIK dan
tes hendaknya terdapat pula kesesuaian dalam lingkup isi. Perhatikan
contoh soal tes berikut.
1) Sebutkan ciri-ciri surat yang baik!
2) Sebutkan berbagai jenis surat yang Anda ketahui!
Sekalipun kedua contoh di atas mencerminkan jenjang
kemampuan yang sama (ingatan), lingkup isi yang terkandung di
dalamnya berbeda karena yang pertama tentang ciri-ciri surat,
sedangkan yang kedua tentang jenis-jenis surat.
3. Kesesuaian Soal dengan Kaidah-Kaidah Konstruksi Tes
Di samping kesesuaian dalam jenjang kemampuan dan lingkup isi,
dalam menyusun soal-soal tes perlu pula diperhatikan kesesuaian dengan

13
kaidah-kaidah yang berlaku dalam penyusunan/konstruksi tes, baik tes
berbentuk uraian maupun tes berbentuk objektif.
4. Langkah-Langkah Menyusun Tes
Secara garis besar ada tiga langkah pokok yang perlu ditempuh dalam
menyusun tes, yaitu pembuatan kisi-kisi, penyusunan soal, dan perakitan
soal-soal menjadi sebuah tes.
a. Pembuatan Kisi-Kisi
Agar terdapat kesesuaian antara TIK dan soal tes baik dalam aspek
jenjang kemampuan maupun lingkup isi, perlu dibuat kisi-kisi atau blue-
print, yang kolomnya berisi pokok-pokok bahan dan lajurnya berisi
jenjang kemampuan (ingatan, pemahaman, aplikasi, dan seterusnya),
seperti terlihat dalam contoh berikut:
Pokok Bahan Jenjang
Ingatan Pemahaman Aplikasi Dst.
1. Konsep lingkungan 3 4 2
2.Lingkungan alam 3 5 2
3.Lingkungan sosial 2 4 3
Dan seterusnya

Angka-angka yang terdapat dalam contoh kisi-kisi menunjukkan


butir/soal tes yang akan dikembangkan dalam suatu unit bahan tertentu.

b. Penyusunan Soal
Berdasarkan TIK yang telah dirumuskan dengan mengacu pada
kisi-kisi yang ada, kini disusun soal-soal tes untuk menilai taraf
pencapaian masing-masing TIK, dengan memperhatikan:
1) Kesesuaian dalam jenjang kemampuan;
2) Kesesuaian dalam lingkup isi;
3) Kaidah-kaidah konstruksi tes.

c. Perakitan Tes

14
Setelah setiap soal selesai disusun dan ditelaah serta diperbaiki,
antara lain berdasarkan patokan-patokan di atas, maka dilakukan
perakitan untuk menghasilkan suatu tes yang utuh disertai dengan
petunjuk pelaksanaanya.
Dalam merakit tes tersebut, perlu diperhatikan tata urutan soal-
soalnya, dengan mempertimbangkan urutan bahan serta jenjang
kemampuan yang terkandung dalam setiap soal. Jika bentuk soal yang
digunakan adalah bentuk objektif, perlu diperhatikan pula agar jawaban
benar dan salah tidak terurut secara teratur sehingga memudahkan
penerkaan oleh siswa, melainkan disusun secara acak.

15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan


belajar-mengajar yang dilakukan siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan
pengajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keaktifan dan efisiennya
dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab
itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil
merupakan akibat dari proses. Sedangkan penilaian hasil belajar merupakan upaya
memberi nilai atas tugas-tugas yang telah diberikan kepada siswa untuk mencapai
kompetensi yang telah ditetapkan.

Alat-alat penilaian proses belajar merupakan teknik penilaian dengan


menggunakan non-tes, antara lain: tes lisan, tes tulisan, dan tes tindakan. Dalam tes
tulisan meliputi: tes esai dan tes objektif. Tes esai meliputi: tes berstruktur, tes
bebas, dan tes terbatas. Sedangkan dalam tes objektif meliputi: benar-salah,
menjodohkan, isian pendek, dan pilihan ganda. Alat-alat penilaian hasil belajar
merupakan teknik penilaian dengan menggunakan tes, antara lain: pengamatan
(observasi); kuesioner (wawancara); skala penilaian, sikap dan minat; studi kasus;
serta checklist.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, K. (2021). Urgensi evaluasi dalam proses pembelajaran. Rausyan Fikr:


Jurnal Pemikiran Dan Pencerahan, 17(1).
Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ibrahim, Syaodih, & Nana. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Idrus. (2019). Evaluasi dalam Proses Pembelajaran. Adaara, Volume. 9, No. 2, 920-
935.

Magdalena, I., Fauzi, H. N., & Putri, R. (2020). Pentingnya Evaluasi dalam
Pembelajaran dan Akibat Memanipulasinya. Bintang : Jurnal Pendidikan
dan Sains, Volume 2, Nomor 2, 243-257.

Pupuh. (2009). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama.

Sawaluddin, & Siddiq, M. (2020). Langkah-langkah dan Teknik Evaluasi Hasil


Belajar Pendidikan Agama Islam. Jurnal PTK & Pendidikan, Vol. 6, No. 1,
13-24.

Winkel. (1966). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia.

17

Anda mungkin juga menyukai