Anda di halaman 1dari 17

TEKNIK DAN INSTRUMEN PENILAIAN NON TES

Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah


“Pengembangan Evaluasi PAI”

Dosen Pengampu:
Prof.Dr.Armai Arief,MA
Teuku Ramli Zakaria,MA.,Ph.D
Dr.Ahmad Sufyan,M.Pd

Disusun oleh:
Aufa Elmarom ( 21180110000001 )
Ali Mansyur ( 21180110000002 )
Iman Abdul Rido ( 21180110000011 )

JURUSAN MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya tiada
putus hingga penulis masih dapat merasakan nikmat hidup, sehat, hingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “TEKNIK DAN INSTRUMEN PENILAIAN
NON TES ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Pengembangan Evaluasi PAI”
di semester ganjil ini.

Terima kasih yang tiada putus juga penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung membantu terwujudnya makalah ini, antara lain:

1. Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag, Dr. Teuku Ramli Zakaria, M.A, dan Dr. Ahmad Sofyan M.Pd,
selaku dosen pembimbing dan dosen mata kuliah “Pengembangan Evaluasi PAI”.
2. Serta semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tanpa
mengurangi rasa terima kasih penulis.

Penulis berharap kedepannya makalah ini dapat menjadi referensi, sumber pustaka, bahan
bacaan, dan sarana penunjang. Akhir kata, penulis menyadari masih adanya kekurangan dalam
makalah ini, oleh karena itu segala bentuk kritik yang membangun dan sumbang saran akan
diterima dengan penuh ucapan terimakasih demi semakin baiknya tugas kedepan.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................................... i

Daftar Isi ..................................................................................................................................... ii

Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
C. Tujuan .............................................................................................................................. 2

Bab 2 Pembahasan
A. Pengertian Instrumen Non Tes .......................................................................................... 3
B. Bentuk dan penyusunan instrumen non tes……………………………………………... 3
Bab 3 Penutup
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 13

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penilaian dan pengukuran tidak dapat dilepaskan dari dunia kependidikan. Penilaian dan
pengukuran ini dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran tentang situasi sekolah. Penilaian
dan pengukuran ini dapat dilakukan oleh guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan
sebagainya.Untuk pembelajaran di kelas, evaluasi peserta didik sangat dibutuhkan untuk
memberikan gambaran tentang kondisi peserta didik. Gambaran yang diperoleh oleh pendidik
kemudian akan dipelajari oleh guru. Gambaran peserta didik yang diperoleh guru harus
memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Artinya data yang diperoleh guru tentang keadaan
peserta didik harus memiliki kesalahan yang kecil.
Pengajaran merupakan upaya guru secara konkret dilakukan untuk menyampaikan
bahan kurikulum agar dapat diserap oleh murid. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri dari
berbagai komponen berupa tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Dalam hubungan
itu, tujuan menempati posisi kunci. Bahan adalah isi pengajaran yang apabila dipelajari siswa
diharapkan tujuan akan tercapai. Metode dan alat berperan sebagai alat pembantu untuk
memudahkan guru dalam mengajar dan murid dalam belajar. Sedangkan penilain
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana murid telah mengalami proses pembelajaran
yang ditujukan oleh perubahan perilakunya.
Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test, tetapi juga harus dinilai
oleh alat- alat non test atau bukan test. Tehnik ini berguna untuk mengukur keberhasilan siswa
dalam proses belajar-mengajar yang tidak dapat diukur dengan alat tes. Penggunaan tehnik ini
dalam evaluasi pembelajaran terutama karena banyak aspek kemampuan siswa yang sulit
diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas. Sasaran teknik ini adalah perbuatan,
ucapan, kegiatan, pengalaman,tingkah laku, riwayat hidup, dan lain-lain. Menurut Hasyim
(1997;9) ”penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa-siswa secara
langsung dengan tugas- tugas yang riil”.Adapun menurut Sudjana (1986;67), kelebihan non
test dari test adalah sifatnya lebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai
berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga
aspek efektif dan psikomotorik, yang dinilai saat proses pelajaran berlangsung.
Saat ini penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas
jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes dalam menilai hasil dan proses belajar.
Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa terukur secara “realtime” dengan hanya
menggunakan test, seperti pada mata pelajaran matematika. Pada tes siswa dapat menjawab
dengan tepat saat diberi pertanyaan tentang langkah-langkah melukis sudut menggunakan
1
jangka tanpa busur, tetapi waktu diminta melukis secara langsung di kertas atau papan tulis
ternyata cara menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi dengan menggunakan nontes
guru bisa menilai siswa secara komprehensif, bukan hanya dari aspek kognitif saja, tapi juga
afektif dan psikomotornya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka diperlukan
suatu langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan instrument nontes. Hal ini juga
dapat digunakan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat
mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-
masing individu peserta tes setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah
1. Apa Pengertian Instrumen teknik Non tes?
2. Bagaimana Bentuk-bentuk Instrumen Non Tes?

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka penulisan makalah ini memiliki
tujuan sebagai berikut:

1. Menyajikan Pengertian Instrumen teknik Non tes


2. Menyusun cara Bentuk-bentuk Instrumen Non Tes?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Instrumen Non Tes


Instrumen non tes merupakan instrumen penilaian untuk memperoleh gambaran
terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Teknik non tes adalah alat penilaian
yang digunakan tanpa melalui tes. Teknik non tes merupakan cara penilaian hasil belajar
peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi dengan melakukan
pengamatan secara sitematis( Mulyadi,2010:55)
Instrumen non tes berfungsi pada evaluasi hasil pembelajaran yang berkaitan erat
dengan kualitas pribadi, dan ketrampilan yang hanya tepat dievaluasi melali penampilan
sebagai efek penguasaan domain ketrampilan. Instrumen non tes juga tepat digunakan untuk
menilai, bukan hanya yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, tetapi juga banyak
dipakai dalam kegiatan diluar kelas, seperti: penelitian atau bentuk proyek lain yang
dilakukan dalam kaitannya dengan manajemen lembaga pendidikan.( Sukardi,2011:169)
Fungsi dari penilaian non tes adalah sebagai berikut:
1. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional.
2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar (Mulyadi,2010:55)

B. Bentuk –bentuk Instrumen Non Tes


1. Observasi
Secara umum pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan (data) yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Observasi sebagai alat evaaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu
atau proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun situasi buatan.
Dalam nana sujana (1995:85) Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan
proses belajar, misalnya: tingkah laku peserta didik pada waktu guru pendidikan agama
menyampaikan pelajaran di kelas, tingkah laku peserta didik pada jam-jam istirahat atau
pada saat terjadinya kekosongan pelajaran, perilaku pesetta didik pada saat sholat jamaah
di mushola sekolaah, ceramah-ceramah keagamaan, dan sebagainya.
Sebagai alat evaluasi, observasi digunakan untuk:
1) Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
2) Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
3
Ada tiga jenis observasi, yakni observasi langsung, observasi tidak langsung, dan
observasi partisipasi. Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap
gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh
pengamat. Sedangkan observasi tidak langsung dilakukan dengan menggunakan alat
seperti mikroskop untuk mengamati bakteri, suryakanta untuk melihat pori-pori kulit.
Observasi partisipasi berarti bahwa pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam
kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang diamati. Dengan observasi
partisipasi ini pengamat lebih menghayati, merasakan, dan mengalami sendiri seperti
individu yang sedang diamatinya. (Nana Sujana: 1995:85)
Langkah yang dibuat dalam membuat pedoman observasi adalah sebagai berikut:
a) Lakukan terlebih dahulu observasi langsung terhadap proses suatu tingkah laku,
misalnya penampilan guru di kelas. Lalu cata kegiatan yang dilakukannya dari awal
sampai akhir pembelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat menentukan jenis perilaku
guru pada saat mengajar sebagai segi-segi yang akan diamati nanti.
b) Berdasarkan gambaran dari langkah (a) penilaian menentukan segi-segi mana dari
perilaku guru tersebut yang akan diamati sehubungan dengan keperluannya. Urutkan
segi-segi tersebut sesuai dengan apa yang seharusnya berdasarkan khazanah ilmu
pengetahuan ilmiah, misalnya berdasarkan teori mengajar. Rumusan tingkah laku
tersebut jelas dan spesifik sehingga dapat diamati oleh pengamatannya.
c) Tentukan bentuk pedoman observasi tersebut, apakah bentuk bebas (tak perlu ada
jawaban, tetapi mencatat apa yang tampak), atau pedoman yang berstruktur
(memakai kemungkinan jawaban). Bila dipakai bentuk yang berstruktur, tentukan
pilihan jawaban serta indikator-indikator dan setiap jawaban yang disediakan sebagai
pegangan bagi pengamat pada saat melakukan oservasi nanti.
d) Sebelum observasi dilaksanakan, diskusi dahulu pedoman observasi yang telah
dibuat dengan calon observan agar setiap segi yang diamati dapat dipahami
maknanya dan bagaimana cara mengisinya.
e) Bila ada hal khusus yang menarik, tetapi tidak ada dalam pedoman observasi,
sebaiknya disediakan catatan khusus atau komentar pengamat di bagian akhir
pedoman observasi.

Berikut contoh pedoman observasi.


PEDOMAN OBSERVASI
Topik diskusi :
Kelas/semester :
4
Bidang studi :
Nama siswa yang diamati :

Hasil Pengamatan
Keteran
Aspek yang diamati T S K
gan
inggi edang urang
1. Memberikan pendapat untuk pemecahan masalah.
2. Memberikan tanggapan terhadap pendapat orang
lain.
3. Mengerjakan tugas yang diberikan.
4. Motivasi dalam mengerjakan tugas-tugas.
5. Toleransi dan mau menerima pendapat siswa lain
6. Tanggung jawab sebagai anggota kelompok

Kelebihan observasi menurut Anas sujiono(1995;81) yaitu:


1. Data yang didapat dapat lebih bersifat obyektif dalam melukiskan aspek-aspek
kepribadian peserta didik menurut keadaaan yang senyata-nyatanya.
2. Data hasil observasi dapat mencangkup berbagai aspek kepribadian masing-masing
individu peserta didik, dengan demikian maka didalam pengolahannya tidak berat
sebelah atau hanya menekankan pada salah satu segi saja dari kecakapan atau prestasi
belajar mereka.
Adapun segi kelemahannya yaitu:
1. Observasi sebagai salah satu alat penilaian hasil belajar tidaak selalu dapat dilakukan
dengan baik dan benar oleh para pengajar.
2. Kepribadian dari observer juga seringkali mewarnai atau menyelinap masuk kedalam
penilaian yang dilakukan dengan cara observasi.
3. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi umumnya baru dapat mengungkap
kepribadian luarnya saja.

2. Wawancara
Wawancara sebagai alat penilaian digunakan untuk mngetahui pendapat, aspirasi,
harapan, prestasi, keinginan, keyakinan, dan lain-lain sebagai hasil belajar siswa. Cara
yang dilakukan ialah dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan beberapa cara.
Apabila pertanyaan yang ajukan dijawab oleh siswa secara lisan, maka cara ini disebut

5
wawancara. Bila pertanyaan yang diajukan dijawab oleh siswa secara tertulis, disebut
kuesioner. Bentuk pertanyaannya bisa objektif bisa pula esai.
Sebagai alat penilaian, wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil proses
belajar. Kelebihan wawancara ialah bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat
mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam(Sukardi,2013:44). Lebih dari
itu, hubungan dapat dibina lebih baik sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya.
Wawancara bisa direkam sehingga jawaban siswa bisa dicatat secara lengkap. Melalui
wawancara, data bisa diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Pertanyaan yang
tidak jelas dapat diulang dan dijelaskan lagi. Sebaliknya, jawaban yang belum jelas bisa
dimita lagi dengan lebih terarah dan lebih bermakna asal tidak mempengaruhi atau
mengarahkan jawaban siswa.
Tujuan wawancara adalah sebagai berikut:
a) Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi
dan kondisi tertentu
b) Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah
c) Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu
Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara berstruktur dan wawancara bebas (tak
berstruktur). Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan
sehingga siswa tinggal mengkategorikan kepada altenatif jawaban yang telah dibuat.
Keuntungannya adalah mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat suatu kesimpulan.
Sedangkan pada wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas
mengungkapkan pendapatnya. Keuntungannya adalah informasi lebih padat dan lengkap
sekalipun kita harus bekerja keras dalam menganalisis sebab jawabannya bisa beraneka
ragam. Hasil atau jawaban sisiwa tidak bisa ditafsirkan langsung, tetapi perlu analisis
dalam bentuk kategori dimensi-dimensi jawaban, tetapi perlu analisis dalam bentuk
kategori dimensi-dimensi jawaban, sesuai dengan aspek yang diungkapkan.
(Hamzah,2013:33)
Langkah-langkah penyusunan wawancara :
1. Perumusan tujuan
2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
3. Penyusunan kisi-kisi
4. Penyusunan pedoman wawancara
5. Lembaran penilaian

6
Dalam wawancara terdapat kelebihan dan kelemahan.
Diantara kelebihannya adalah:
a) Pewancara sebagai evaluator (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain) dapat
berkomunikasi secara langsung, dengan peserta didik, sehingga informasi yang
diperoleh dapat diketahui objektivitasnya, juga dapat diperoleh hasil penilaian yang
lebih lengkap dan mendalam
b) Pelaksanaan wawancara lebih fleksibel, dinamis, dan personal
c) Data dapat diperoleh baik dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif
d) Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar
Sedang di antara kelemahan dari wawancara:
a) Jika jumlah peserta didik cukup banyak, maka proses wawancara banyak menggunakan
waktu, tenaga, dan biaya
b) Adakalanya wawancara terjadi berlarut-larut tanpa arah, sehingga data kurang dapat
memenuhi apa yang diharapkan
c) Sering timbul sikap kurang baik dari peserta didik yang diwancarai dan sikap
overaction dari guru sebagai pewawancara, karena itu perlu adanya adaptasi diri antara
pewancara dengan orang yang diwawancarai.(Hamzah,2011:43)

Berikut ini adalah contoh pedoman wawancara terbuka.


Tujuan : memperoleh informasi mengenai cara belajar yang
dilakukan oleh siswa di rumahnya.
Bentuk : wawancara bebas
Responden : Siswa yang memperoleh prestasi belajar cukup tinggi
Nama siswa : ...........................................................................
Kelas/semester : ................................................................................
Jenis kelamin : ...............................................................................

Komentar
Jawaban
Pertanyaan Guru dan kesimpulan
Siswa
hasil wawancara
1. Kapan dan berapa lama anda belajar di
rumah?
2. Bagaimana cara anda mempersiapkan diri
untuk belajar secara efektif?

7
3. Kegiatan apa yang anda lakukan pada
waktu mempelajari bahan pengajaran
(bidang studi tertentu)
4. Seandainya anda mengalami kesulitan
dalam mempelajarinya, usaha apa yang
anda lakukan untuk mengatasi kesulitan
tersebut?
5. Bagaimana cara yang anda lakukan untuk
mengetahui tingkat penguasaan belajar yang
telah anda capai?
6. dst.

3. Kuesioner atau Angket


Angket berupa sekumpulan pertanyaan yang biasanya dalam bentuk tertulis
kemudian diberikan kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan dalam angket atau disebut
pula dengan kuisioner bermacam-macam, diantaranya pertanyaan dikotomi, pertanyaan
pilihan ganda, urutan bertingkat (rank ordering),rating scale, dan pertanyaan terbuka.
(Sukmadinata, 2011: 216-222) .
a. Angket dengan pertanyaan dikotomi
Pertanyaan dikotomi dalam angket hanya memuat 2 pilihan jawaban jawaban saja.
Pertanyaan ini digunakan jika peneliti ingin menanyakan kepada responden terkait
dengan variabel yang hanya memuat dua jawaban saja. Sebagai contoh jenis kelamin
(laki-laki atau perempuan, ya atau tidak, benar atau salah, dan lain-lainnya.
b. Pertanyaan terbuka
Pada angket dengan pertanyaan terbuka, angket berisi pertanyaan-pertanyaan atau
pernyataan-pernyataan pokok yang bisa dijawab atau direspon oleh responden secara
bebas. Tidak ada anak pertanyaan ataupun rincian yang memberikan arah dalam
pemberian jawaban atau respon. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan
jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya.
c. Pertanyaan berstruktur
Pada angket berstruktur, pertanyaan atau pernyataan sudah disusun secara
berstruktur di samping ada pertanyaan pokok atau pertanyaan utama, juga ada anak
pertanyaan atau subpertanyaan.
d. Pertanyaan tertutup

8
Dalam angket tertutup, pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah memiliki
alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh responden. Responden tidak bisa
memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif
jawaban.
Penulisan angket yang baik perlu memperhatikan beberapa prinsip.
Sugiyono(2010 : 142-144) menyatakan ada 10 prinsip yang perlu diperhatikan.
1. Isi dan tujuan pertanyaan.
Isi dan tujuan pertanyaan memberi makna apakah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran, maka
dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala
pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang akan
diteliti.
2. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunkan dalam penulisan angket harus sesuai dengan
kemampuan bahasa responden. Kalau sekiranya responden tidak dapat berbahasa
indonesia, maka angket jangan disusun dengan bahasa indonesia.
3. Tipe dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka maupun tertutup dan bentuknya
dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
4. Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua(double – barreled) sehingga
mengulitkan responden untuk memberikan jawaban.
5. Tidak menyakan yang sudah lupa.
Setiap pertanyaan dalam intrument angket, sebaiknya juga tidak menanyakan
hal-hal yang sekiranya reponden sudah lupa atau pertanyaan yang memerlukan
jawaban dengan berfikir berat.
6. Pertanyan tidak menggiring.
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang
baik saja atau ke yang jelek saja.
7. Panjang pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak teralu panjang, sehingga akan
membuat jenuh responden dalam mengisi.
8. Urutan pertanyaan
Urutan pertanyan dalam angket dimulai dari yang umum menuju ke hal
spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak.
9
9. Prinsip pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan intrument
penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti.
10. Penampilan fisik angket.
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpulan data akan mempengaruhi
respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat di
kertas buram akan mendapat respon kurang menarik bagi responden, bila
dibandingkan angket yang dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna.

Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden
cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas (Syaodih, 2. Bila penelitian dilakukan
pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga angket dapat dapat diantarkan langsung
dalam waktu tidak terlalu lama, maka pengiriman angket kepada responden tidak perlu
melalui pos. Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dan responden akan
menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan
memberikan data obyektif dan cepat.

Contoh Angket:

ANGKET MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN


Mata Pelajaran :........................
Kelas/ Semester : ..............................
Hari/tanggal : ………………

Petunjuk
1. Pada angket ini terdapat 10 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam
kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai kamu pelajari, dan tentukan
kebenarannya.
2. Berilah jawaban yang benar sesuai dengan pilihanmu dengan cara memberikan tanda
checklist (contreng) pada kolom nomor.
3. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya. Jawabanmu
jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain.
4. Catat responmu pada lembar jawaban yang tersedia, dan ikuti petunjuk-petunjuk lain yang
mungkin diberikan berkaitan dengan lembar jawaban. Terima kasih.
Keterangan Pilihan jawaban:
1. = sangat tidak setuju
2. = tidak setuju
3. = ragu-ragu
4. = setuju
5. = sangat setuju
PERNYATAAN

10
N Pilihan Jawaban
Pertanyaan
O 1 2 3 4 5
1. Guru benar-benar mengetahui bagaimana membuat kami menjadi
antuasias terhadap materi pelajaran
2. Hal-hal yang saya pelajari dalam pembelajaran ini akan
bermanfaat bagi saya
3. Saya yakin bahwa saya akan berhasil dalam pembelajaran ini
4. Pembelajaran ini kurang menarik bagi saya
5. Guru membuat materi pelajaran ini menjadi penting
6. Saya perlu beruntung agar mendapat nilai yang baik dalam
pembelajaran ini
7. Saya harus bekerja sangat keras agar berhasil dalam pembelajaran
ini.
8. Saya tidak melihat bagaimana hubungan antara isi pelajaran ini
dengan sesuatu yang telah saya ketahui
9. Guru membuat suasana menjadi tegang apabila membangun
sesuatu pengertian
10. Materi pembelajaran ini terlalu sulit bagi saya

4. Dokumentasi
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta
didik tanpa menguji (tehnik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara
melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang
memuat infomasi mengenai riwayat hidup (auto biography). Riwayat hidup adalah
gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan
mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik
suatu.(Majid,2014:56)
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun
elektronik. Dokumen-dokumen dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus
masalah. Kalau fokus penelitiannya berkenaan dengan kebijakan pendidikan, dan
tujuannya mengkaji kebijakan-kebijakan pendidikan untuk pengembangan karakter
bangsa, maka yang dicari adalah dokumen-dokumen undang-undang, Kepres, PP,

11
Kepmen, Kurikulum, pedoman-pedoman yang berkenaan dengan kebijakan
pengembangan karakter bangsa
Pemeriksaan dokumen lainnya misalnya dokumen yang memuat informasi
mengenai kapan siswa itu diterima di sekolah tersebut, apakah ia pernah meraih
kejuaraan sebagai siswa yang berprestasi di sekolahnya, apakah ia memiliki
keterampilan khusus, apakah ia pernah meraih kejuaraan atau penghargaan khusus atas
keterampilannya itu, dll.kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari
obyek yang dinilai.
Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu
bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap
bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama
mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian siswa yang tidak dapat dinilai secara
kuantitatif seperti dalam teknik tes. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan
penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya
yang tidak dapat diamati oleh indera.
Bentuk –bentuk Instrumen Non Tes yaitu : Observasi, Wawancara, Kusioner atau
Angket, dan Dokumentasi

13
DAFTAR PUSTAKA

Majid,Abdul. Penilaian Autentik Proses Dan Hasil Belajar. Bandung:PTRemaja Rosdakarya, 2014.
Mulyadi, Evaluasi Pendidikan .Malang: UIN MALIKI Press, 2010.
Sukardi. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.
Sudijono,Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995.
Uno, Hamzah B, dkk. Assessment Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.

Anda mungkin juga menyukai