Anda di halaman 1dari 13

MODEL,CIRI-CIRI DAN PENDEKATAN EVALUASI

DOSEN PENGAMPU
ANGGINI PRATAMA M.Pd

Disusun Oleh :

ANISA NINGSI
NURAJIJAH HASIBUAN
SINTA NURI HRP

UNIVERSITAS ISLAM LABUHANBATU


FAKULTAS PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala limpahan rahmat serta karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillahtepat pada waktunya
yang berjudul “Karakteristik, Model Dan Pendekatan Evaluasi Pembelajaran”.
Dalam penyusunan makalah atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, bimbingan orang tua, teman-teman dan guru. Sehingga, kendala- kendala
yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STAI At-taqwa Bondowoso.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bondowoso, 21 Oktober 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

IDENTITAS BUKU.................................................................................... iii

BAB I  PENDAHULUAN............................................................................ 1

A.   Latar Belakang......................................................................................... 1

B.   Rumusan Masalah.................................................................................... 2

C.   Tujuan Penulisan...................................................................................... 2

         BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A.    Data........................................................................................................... 3

B.     Analisis...................................................................................................... 4

BAB III PENUTUP....................................................................................... 8

A.    Kesimpulan............................................................................................... 8

B.     Saran......................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam proses evaluasi pembelajaran atau penilaian proses dan hasil belajar guru sering
menggunakan instrumen tertentu, baik tes maupun non tes. Dalam instrumen ini mempunyai
fungsi dan peran yang sangat penting dalam rangka mengetahui kefektifan proses pembelajaran
di sekolah. Suatu instrumen harus memiliki syarat-syarat tertentu sekaligus menunjukkan
karakteristik instrumen.
Realitanya seorang guru membuat instrumen tanpa mengikuti aturan-aturan tertentu. Ada
guru yanag membuat instrumen, seperti soal-soal ulangan atau ujian semester langsung
mengambil dari buku sumber, padahal banyak buku sumber yang tidak sesuai dengan kurikulum
yang telah ditetapkan. Ada juga guru yang menggunakan soal-soal lama yang belum diketahui
kualitasnya. Hal ini sebagai akibat dari ketidak-pahaman guru terhadap suatu instrumen evaluasi
yang baik.
Dalam pembahasan ini, akan dipaparkan beberapa karakteristik, model dan pendekatan
evaluasi pembelajaran, agar guru bisa memahami dan mengaplikasikannya ke dalam dunia
pendidikan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana karakteristik instrumen evaluasi pembelajaran?
2.      Apa saja model-model evaluasi pembelajaran?
3.      Apa saja pendekatan evaluasi pembelajaran?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui karakteristik instrumen evaluasi pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui model-model evaluasi pembelajaran.
3.      Untuk mengetahui pendekatan evaluasi pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Karakteristik Instrumen Evaluasi


Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas sistem pembelajaran. Melalui
evaluasi semua komponen pembelajaran dapat diketahui apakah dapat berfungsi sebagaimana
mestinya atau tidak. Dengan evaluasiguru dapat mengetahui tingkat kemampuan peserta didik,
mengetahui perkembanga hasil belajar peserta didik dan memperoleh gambaran tentang
keefektifan proses pembelajaran.
Berbicara tentang Instrumen, dapat kita ketahui bahwa instrument adalah alat ukur yang
dapat berbentuk tes maupun non-tes. Instrumen dapat bersifat baik dan ada pula yang kurang
baik. Instrument yang baik adalah instrument yang memenuhi syarat-syarat dan kaidah-kaidah
tertentu.
Adapun karakteristik instrument evaluasi, diantaranya:
1.      Valid
Artinya suatu instrument yang betul-betul mengukur apa yang hendak diukur secara tepat dari
aspek kognitif, psikomotorik dan afektif yang dapat ditinjau dari berbagai segi, diantaranya:
a.       Validitas ramalan (predictive validity)
b.      Validitas bandingan (concurrent validity)
c.       Validitas isi (confent validity)
d.      Validitas konstruk (construct validity)
2.      Reliabel
Artinya handal jika ia mempunyai hasil yang taat asas (consistent). Misalnya,
3.      Relevan
Artinya instrument yang digunakan harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar
dan indikator yang telah ditetapkan seperti afektif, kognitif dan psikomotorik.
4.      Representatif
Artinya materi harus benar-benar mewakili seluruh materi yang disampaikan yang menjadikan
silabus sebagi acuan pemilihan materi tesebut.
5.      Praktis
Artinya mudah digunakan dari teknik penyusunan instrument dan bagi orang yang ingin
menggunaannya serta memiliki ciri-ciri mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang
banyak dan memberi kebebasan dalam mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu.
6.      Deskriminatif
Artinya harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan yang ada.
7.      Spesifik
Artinya disusun dan digunakan khusus untuk objek yang dievaluasi.
8.      Proporsional
Artinya harus memiliki tingkat kesulitan yang proporsional antara sulit, sedang dan mudah.
 

Menurut J. Mursell dan S. Nasution, ciri-ciri evaluasi yang baik, diantarnya:


a.       Evaluasi dan hasil langsung
Jika evaluasi diadakan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, maka guru ingin
mengetahui keefektifan dan kesesuaian strategi pembelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan jika evaluasi diadakan sesudah proses pembelajaran, maka guru ingin mengetahui
hasil atau prestasi belajar yang diperoleh peserta didik.
b.      Evaluasi dan transfer
Hal penting dalam proses pembelajarn adalah kemungkinan mentansfer hasil yang dipelajari
kedalam situasi yang fungsional. Peserta didik tidak dapat dikatakan telah menguasai ilmu jika ia
belum dapat menggunakannya dalam berbagai bidang kehidupan sehati-hari. Hasil belajar dapat
dikatakan autentik apabila dapat ditransfer kepada penggunaan yang actual.
Ada dua sebab mengapa hasil belajar yang mengakibatkan dan berhubungan dengan proses
transfer dalam proses evaluasi. Pertama, hasil hasil tes menyatakan secara jelas kepada guru
mengeni apa yang sebenarnya terjadi atau pun tidak terjadi dan sampai dimana pula telah
tercapai hasil belajar .kedua, hasil belajar erat hubungannya dengan tujuan peserta didik belajar
sehingga mempunyai efek yang sangat kuat terhadapa pembentukan pola dan karakter belajar
yang dilakukan peserta didik.
c.       Evaluasi langsung dari proses belajar
Di samping harus mengetahui hasil belajar, guru juga harus menilai proses belajar. Hal ini
dimaksudkan agar proses belajar dapat diorganisasi sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai
hasil yang optimal. Penilaian tentang proses belajar bertujuan untuk mengetahui dimana letak
kesulitan peserta didik sekaligus bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri yaitu melihat
keleahannya, kemudia berusaha memperbaikinya, dan akhirnya dapat meningkatkan hasil
belajarnya. Hal ini membutuhkan waktu, tenaga, pemikiran dan pengalaman. Guru dapat
menggunakan suatu metode vokalisasi, sosialisasi, individualisasi, dan urutan. Jadi, dalam
evaluasi pembelajaran, guru jangan terfokus kepada hasil belajar saja, tetapi juga harus
memperhatikan transfer hasil belajar dan proses belajar yang dijalani oleh peserta didik.
B.     Model-model Evaluasi Pembelajaran
1.      Model Tyler
Nama model ini diambil dari nama pengembangnya yaitu Tyler yang memiiki dua dasar
pemikiran, yaitu: pertama, evaluasi ditujukan pada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi
dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran
dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil).
Model ini disebut juga model black box dan menegaskan bahwa perubahan yang terjadi
merupakan perubahan yang disebabkan oleh pembelajaran melalui tes awal (pre-test) dan tes
akhir (post test).
Menurut Tyler, ada tiga langkah pokok yang harus dilakukan, yaitu menentukan tuuan
pembelajaran yang akan dievaluasi, menentukan situasi dimana peserta didik memperoleh
kesempatan untuk menunjukkan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan, dan menentukan
alat evaluasi yang kan dipergunakan untuk mengukur tingkah laku peserta didik.

2.      Model yang Berorientasi pada Tujuan


Model evaluasi ini menggunakan tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajran khusus
sebagai kriteria untuk menentukan keberhasila. Evaluasi diartikan sebagai proses pengukuran
untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai.
Model ini dianggap lebih praktis karena menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan
yang dapat diukur. Dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang logis antar kegiatan, hasi dan
prosedur pengukuran hasil.
Model evaluasi ini membantu pendidik merumuskan tujuan dan menjelaskan hubungan
anatra tujuan dengan kegiatan. Hasil evaluasi akan menggambarkan tingkat keberhasilan tujuan
program pembelajaran berdasarkan kriteria program khusus.
Adapun kekurangan dari model evaluasi ini, yaitu memungkinkan terjadinya proses evaluasi
melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan.

3.      Model Pengukuran (measurement model)


Model ini banyak mengemukakan pemikiran-pikiran dari R. Thorndike dan R.L.Ebel. model
ini sangat menitikberatkan pada kegiatan pengukuran untuk menentukan kuantitas suatu
sifat (attribute) tertentu yang dimiliki oleh objek orang maupun peristiwa dalam bentuk unit
ukuran tertentu.
Objek evaluasi dalam model ini adalah tingkah laku pesrta didik, mencakup hasil belajar
(kognitif), pembawaan, sikap, minat, bakat, dan juga aspek-aspek kepribadian peserta didik.
Instrument yang digunakan adalah tes tertulis (paper and pencil test) dalam bentuk tes objektif.
4.      Model Kesesuaian
Menurut model ini, evaluasi adalah suatu kegiatan untuk melihat
kesesuaian (congruence) antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi
digunakan untuk menyempurnakan system bimbingan peserta didik dan untuk memberikan
informasikepada pihak-pihak yang memerlukan.
Aspek evaluasi adalah tingkah laku peserta didik meliputi aspek kogitif, afektif maupun
psikomotorik. Untuk itu, teknik evaluasi yang digunakan tidak hanya tes tetapi juga non tes yang
memerlukan informasi perubahan tingkah laku sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu merumuskan tujuan tingkah
laku (behavioral objectives), menentukan situasi dimana peserta didik dapat memperlihatkan
tingkah laku yang akan dievaluasi, menyususn alat evaluasi, dan menggunakan hasil evaluasi
pada pendekatan penilaian acuan patokan (criterion referenced assessment).

5.      Educational System Evaluation Model


Tokoh model ini antara lain Daniel L. Stuflebeam, Michael Scriven, Robert P Stake, dan
Malcolem M. Provus. Menurut model ini evaluasi berarti membandingkan performance dari
berbagai dimensi dengan sejumlah criterion baik yang bersifat mutlak atau interen maupun
relatif  atau eksteren. Model ini, merupakan penggabungan dari beberapa model, diantaranya:
Model contenance dari Stake, Model CIPP dan CDPP dari Stuflebeam, Model Scriven, Model
Provus, Model EPIC (Evaluative innovative curriculum), Model CEMREL (central midwestren
reginal education laboratory) dan Model Atkinson.
Model continance dari Stake, yang meliputi keadaan sebelum kegiatan
berlangsung (antecedent atau context), kegiatan yang terjadi dan saling
mempengaruhi (transacations atau process) dan hasil yang diperoleh (outcomes atau
output). Model ini menitikberatkan evaluasi pada dua hal pokok, yaitu description yang terdiri
dari intens (goal) dan observation (effect)dan judgement terdiri atas standart dan judgement.
Dalam model ini, evaluasi dilakukan dengan membandingkan antar satu program dengan
program lain yang dianggap standart. Data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah
ada perbedaan tujuan dengan keadaaan yang sebenarnya, tetapi juga dibandingkan dengan
standart yang absolut untuk menilai manfaat program.
Dapat digambarkan dalam matrik berikut ini:
Jika ingin menggunakan model countenance dalam program pelatihan contohnya, maka kita
dapat menjelaskan hal-hal sebagai berikut, yaitu rationale, antecedents, transactions, outcomes,
judgements, intents, observationdan standards.
Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan (a decision oriented evaluation approach
structured). Tujuannya adalah untuk membantu administrator didalam membuat keputusan.
Model ini membagi empat jenis kegiatan evaluasi, yaitu:
a.       Context evaluation to serve planning decision
Yaitu kontek evaluasi untuk membantu administrator merencanakan keputusan, menentuan
kebutuhan program, dan merumuskan tujuan program.
b.      Input evaluation, structuring decision
Yaitu kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk membantu mengatur keputusan, menentukan
sumber alternatif apa yang akan diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, dan
bagaimana prosedur kerja untuk mencapainnya.
c.       Process evaluation to serve implementing decision
Bertujuan untuk membantu melaksanakan keputusan. Meliputi sejauh mana rencana yang
dilakukan, apaka sesuai dengan prosedur dan apakah ada yang harus diperbaiki.
d.      Prodct evalution to serve decision
Bertujuan untuk mrmbantu keputusan selanjutnya mengenai apa yang telah dicapai dan apa yang
dilakukan setelah program berjalan.
Keempat jenis kegiatan tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah
komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model
evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.
Proses evaluasi tidak hanya berakhir dengan suatu description mengenai keadaan sistem yang
bersangkutan, tetapi harus sampai pada judgeent sebagai kesimpulan dari hasil evaluasi. Model
ini menuntut agar hasil evaluasi digunakan sebagai input untuk decision making dalam rangka
penyempurnaan sistem secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan adalan penilaian acuan
norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).

 
6.      Model Alkin
Model ini sesuai dengan nama pengembangnya, yaitu Marvin Alkin yang menyatakan
evaluasi adalah suatu proses untuk meyakikan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih
informasi yang tepat, dan menganalisis informasi untuk memilih alternaif. Adapun lima jenis
evaluasi, yaitu:
a.       Sistem assessment: untuk memberikan informasi tentang keadaan atau posisi darisuatu sistem.
b.      Program planning: untuk membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil
memenuhi kebutuhan program.
c.       Program implementation: untuk menyiapkan informasi tentang program yang diperenalkan
kepada kelompok tertentu sebagaiman yang direncanakan.
d.      Program improvement: untuk memberikan informasi tentang fungsi suatu program, tujuan dan
apakah ada masalah yang muncul tiba-tiba.
e.       Program certification: untuk memberikan informasi tentang nilai atau mafaat suatu program.

7.      Model Brinkerhoff
Robert O. Brinkerhoff mengemukakan ada tiga jenis evaluasi, yaitu:
a.       Fixed vs emergent evaluation design
Desain evaluasi fixed (tetap) harus direncanakan dan disusun secara sistematik-
terstruktur berdasarkan tujuan program sebelum program dilaksanakan dengan kebutuhan yang
dapat berubah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam desain fixed ini, atara lain: menyusun
pertanyaan-pertanyaan, menyiapkan instrumnen, menganalisis hasil evaluasi, dan melaporkan
hasil evaluasi secara formal kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam desain ini dapat
digunakan berbagai teknik, seperti tes, observasi, wawancara, kuesioner, dan skala penilain guna
menghasilkan data yang bersifat kuantitatif.
Sementara itu, dalam desain evaluasi emergent bertujuan untuk beradaptasi dengan
situasi yang sedang berlangsung dan berkembang, seperti menampung pendapat audiensi,
masalah-masalah, dan kegiatan program. Teknik pengumpulan data dapat menggunakan
observasi, studi kasus dan laporan tim pendukung untuk menhasilkan informasi yang bersifat
kualitatif-naturalistik.
b.      Formative vs summative evauation
Evaluasi formatif berfungsi untuk memperbaiki kurikulum dan pembelajaran. Sedangkan
evaluasi sumatif berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum dan pembelaaran secara
menyeluruh.
Fokus evaluasi sumatif adalah variable-variabel yang dianggap penting dalam kurikulum
dan pembelajaran dengan menentukan apakah kurikulum dan pembelajara harus diteruskan atau
tidak.
c.       Desain eksperimental dan desain quasi eksperimental vs natural inquiry
Desain evaluasi eksperimental menggunakan pendekatan kuantitatif, random sampling,
memberikan perlakuan, dan mengukur dampak. Tujuannya adalah untuk menilai manfaat hasil
percobaan program pembelajaran.
Desain evaluasi ini agak sulit dilakukan karena umumnya proses pembelajaran sudah
atau sedang terjadi. Jika proses pembelajaran sudah terjadi cukup melihat dokumen-dokumen
sejarah atau menganalisis hasil tes. Untuk proses pembelajaran sedang terjadi, dapat melakukan
pengamatan atau wawancara dengan orang-orang yang terlibat.Sedangkan desain evaluasi
natural-inkuiri dilakukan menggunakan teknik studi dokumentasi dengan pendekatan informal.

8.      Illuminative Model (Malcolm Parlett dan Hamilton)


Model ini lebih menekankan pada evaluasi kualitatif-terbuka (open-ended). Kegiatan
evaluasi dihubungkan dengan learning milieu, Dimana dalam konteks sekolah sebagai
lingkungan material dan psikososial yang didalamnya terjadi interaksi antar guru dan siswa.
Hasil evaluasi lebih bersifat deskriptif dan interpretasi, bukan pengukuran dan prediksi.
Objek evaluasi model ini mencakup latar belakang dan perkembangan sistem pembelajaran,
proses pelaksanaan sistem pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik. Adapun tiga fase
evaluasi yang harus ditempuh, yaitu observe, inqury further, dan seek to explain.

9.      Model Responsif
Model ini menekankan pada pendekatan kualitatif-naturalistik. Evaluasi tidak diartikan
sebagai pengukuran melainkan memberikan pandangan orang-orang yang terlibat, berminat dan
berkepentingan dengan program pembelajaran.
Instrument yang digunakan pada umumnya mengandalkan observasi langsung maupun
tdidak langsung dengan interpretasi data yang impresionistik. Langkah-lagkah dalam model ini,
diantaranya: observasi, merekam hasil wawancara, mengumpulkan data, mengecek pengetahuan
awal peserta didik, dan mengembangkan desain.
Adapun kelebihan model ini, yaitu peka terhadap beberapa pandangan dan kemampuannya
mengakomodasi pendapat yang ambigius dan tidak fokus. Sedangkan kekurangannya, yaitu:
a.       Pembuatan keputusan sulit menyederhanakan informasi,
b.      Tidak mungkin menampung semua argument, dan
c.       Membutuhkn waktu dan tenaga
Perlu kita ketahui bahwa keberhasilan satu evaluasi pembelajaran secara keseluruhan bukan
hanya dipengaruhi penggunaan yang tepat pada sebuah model evaluasi, mealainkan juga harus
memperhatikan factor yang lain, seperti tujuan pembelajaran, sistem sekolah dan pembinaan
guru.
C.    Pendekatan Evaluasi
Pendekatan merupakan sudut pandang seseorang dalam mempelajari sesuatu begitu juga
dalam menelaah dan mempelaari evaluasi. Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan
evaluasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan sistem.
Sedangkan dilihat dari penafsiran hasil evaluasi, pendekatan evaluasi dibagi menjadi dua,
yaitu criterion-referenced, dan norm referenced evaluation.
1.      Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini ditujukan pada perkembangan aspek intelektal peserta didik yang dituntut
untuk menguasai mata pelajaran. Kegiatan-kegiatan juga lebih difokuskan pada komponen
produk sedangkan komponen proses cenderung diabaikan.
Namun, banyak guru mengalami kesulitan untuk mengembangkan sistem evaluasi ini di
sekolah, karena bertentangan dengan tradisi yang selama ini sudah berjalan. Misalnya, ada tradisi
bahwa target kuantitas kelulusan setiap sekolah harus diatas 95 %, begitu juga untuk kenaikan
kelas. Ada juga tradisi bahwa dalam mata pelajaran tertentu nilai peserta didik dalam rapor harus
minimal enam. Seharusnya, kebijakan evaluasi lebih menekankan pada target kualitas, yaitu
kepentingan dan kebermaknaan pendidikan bagi anak.
2.      Pendekatan Sistem
Sistem adalah totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan ketergntungan.
Jika pendekatan sistem dikaitkan dengan evaluasi, maka pembahasan lebih difokuskan pada
komponen evaluasi, meliputi komponen kebutuhan dan Feasibility, komponen input, komponen
proses, dan komponen produk.
3.      Criterion-Referenced Evaluation
Criterion-referenced evaluation atau lebih dikenal dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
dapat digunakan dengan membandingkan hasil yang diperoleh peserta didik dengan sebuah
patokan atau kriteria yang secara absolut atau mutlak telah ditetapkan.
Adapun langkah-langkahnya, yaitu: menentukan skor ideal, mencari rata-rata dan simpangan
baku ideal, kemudian menggunakan pedoman konversi skala nilai. Pendekatan ini sering disebut
penilaian norma absolut yang cocok digunakan dalam evaluasi formatif yang berfungsi untuk
perbaikan proses pembelajaran dan menggambarkan prestasi belajar peserta didik scara objektif.
4.      Norm- Referenced Evaluation
Norm- Referenced Evaluation atau Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah pendekatan yang
membandingkan skor setiap peserta didik dengan teman satu kelasnya yang bersifat relatif.
 

 
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas sistem pembelajaran. Melalui evaluasi
semua komponen pembelajaran dapat diketahui apakah dapat berfungsi sebagaimana mestinya
atau tidak.Berbicara tentang Instrumen, dapat kita ketahui bahwa instrument adalah alat ukur
yang dapat berbentuk tes maupun non-tes. Instrumen dapat bersifat baik dan ada pula yang
kurang baik. Instrument yang baik adalah instrument yang memenuhi syarat-syarat dan kaidah-
kaidah tertentu.Adapun karakteristik instrument evaluasi, diantaranya: valid, reliabel, relevan,
representative, praktis, deskriminatif, spesifik dan proporsional.
2.      Di dalam evaluasi pembelajaran, terdapat beberapa model evaluasi dengan format atau
sistematika yang berbeda, seperti odel Tyler, model yang berorientasi pada tujuan, model
pengukuran, model kesesuaian, Educational system evaluation model, model alkin, model
Brinkerhoff, model Illuminative dan model responsive.
3.      Pendekatan merupakan sudut pandang seseorang dalam mempelajari sesuatu begitu juga dalam
menelaah dan mempelaari evaluasi. Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan sistem. Sedangkan dilihat
dari penafsiran hasil evaluasi, pendekatan evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu criterion-
referenced, dan norm referenced evaluation.

Anda mungkin juga menyukai