Oleh:
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat,
nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Metode
Pembelajaran Biologi ini dengan baik. Adapun makalah ini membahas mengenai pengukuran,
asesmen dan evaluasi. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah untuk Rasulullah SAW.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
melengkapi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi dengan materi “Berbagai
Teori Evaluasi dan Macam-macam Tes Pada Evaluasi” pada Semester genap Program
Studi Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen
pembimbing mata kuliah Metode Pembelajaran Biologi serta rekan-rekan mahapeserta didik
Program Studi Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang
telah memberikan bantuan serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
hendaknya. Atas kritik dan saran yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.
Padang, Januari 2020
Penulis
i
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Banyak orang tidak menyadari bahwa pada dasarnya setiap saat dalam kehidupan sehari-
hari, kita sering melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam aktivitas harian kita baik di rumah,
tempat kerja, dijalan, dalam kendaraan, di sekolah, di kampus, di rumah sakit, di tempat
ibadah, di pasar, di tempat hiburan kita sudah jelas-jelas mengadakan pengukuran dan
penilaian.
Misalnya ketika di jalan raya atau dijalan tol kita memperkirakan ukuran lebar jalan,
ketika masuk pasar kita menilai kualitas barang-barang yangdiperjualbelikan, mengukur
timbangan/masa sebuah barang, mengukur masa kadaluarsa barang yang diperjualbelikan..
Ketika berhubungan dengan orang lain, kita menilai kepribadiannya, ketika di kantor kita
menilai kinerja karyawan. Di dalam dunia pendidikan, kita mengetahui bahwa setiap jenis
atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu
mengadakan evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode
pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh
pihak terdidik maupun oleh pendidik.
Menurut Baharun (2016), belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada
setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di
mana saja. Salah satu indikator bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya suatu
perubahan tingkah laku pada orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan
pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya terus
menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu.
Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap
proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar
akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Evaluasi memiliki kedudukan yang penting dalam proses pembelajaran. Dengan
melakukan evaluasi, guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui
kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode yang digunakan, dan
keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan
hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah
1
2
yang akan diambil selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik di kemudian hari.
Karena luasnya bidang kajian evaluasi, maka untuk mempermudah pemahaman tentang
evaluasi, dalam makalah ini penyusun mencoba menjelaskan beberapa hal terkait dengan
evaluasi. didalam melakukan evaluasi ada dua teknik evaluasi yang kita kenal yaitu teknik
evaluasi menggunakan tes dan evaluasi dengan teknik non tes, Teknik non tes pada umumnya
memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari
segi ranah sikap (affective domain) dan ranah keterampilan (Psychomotoric domain),
sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta
didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitif domain).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disimpulkan rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut.
1. Apa saja teori yang terkait dengan evaluasi pembelajaran?
2. Apa pengertian, fungsi dan penggogolongan teknik tes?
3. Apa pengertian dan bentuk teknik nontes?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka tujuan dari makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui teori yang terkait dengan evaluasi pembelajaran
2. Untuk mengetahui pengertian, fungsi dan penggogolongan teknik tes?
3. Untuk mengetahui pengertian dan bentuk teknik nontes?
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
2. TUJUAN EVALUASI
Evaluasi bertujuan untuk:
(1) Pengelompokkan,
Salah satu tujuan pengukuran dan evaluasi adalah untuk pengelompokan.
Pengelompokkan ini dapat berdasarkan tingkat ketrampilan, umur, jenis kelamin, kondisi
kesehatan, minat. Sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran, guru dapat
menempatkan siswanya ke dalam kelompok-kelompok tertentu, sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Siswa dengan kemampuan yang tinggi tidak harus dipaksa bertahan
dengan teman sekelompoknya yang berkemampuan kurang, demikian juga sebaliknya.
Dengan dilakukannya pengukuran dan evaluasi siswa dapat dikelompokkan pada
kelompok yang tepat.
Jika siswa ditempatkan dalam kelompok yang setara tingkat ketrampilannya, guru dapat
menyusun program pelajaran secara individual. Keuntungan lain yang diperoleh dari
pengelompokkan ini adalah siswa dapat berani, lebih lancar, lebih aktif ketika berlatih,
karena mereka bersaing dengan siswa lain yang berkemampuan setara. Dengan kata lain,
tujuan penempatan siswa ke dalam kelompok yang setara adalah untuk memperbaiki proses
pembelajaran.
(2) Penilaian
6
Tujuan utama dari penilaian ini adalah memberikan informasi tentang kemajuan yang
dicapai dari proses pembelajaran yang dikerjakan dan posisi siswa di dalam kelompoknya.
Dengan mempertimbangkan seluruh faktor, penilaian harus dilakukan secara objektif
sehingga dapat mencerminkan kemajuan yang diperoleh, dan perbaikan-perbaikan yang
diperlukan.
(3) Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan yang memandu seseorang untuk mencapai hasil yang
tertinggi. Apabila dilaksanakan secara tepat, evaluasi dapat merupakan proses memotivasi
yang positif. Demikian pula sebaliknya, bila dilakukan secara sembarangan evaluasi dapat
mengurangi motivasi. Motivasi yang terbesar adalah keberhasilan. Agar supaya siswa tetap
memiliki motivasi, mereka harus mengetahui bahwa dirinya berkembang kemampuannya.
Tes-tes ketrampilan olahraga memungkinkan siswa untuk berkompetisi dengan dirinya
sendiri sebagai cara untuk mengukur kemajuannya.
(4) Penelitian.
Penelitian adalah penyelidikan yang dilakukan secara sistematis untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan. Mutu data yang dikumpulkan bergantung pada antara lain: ketelitian dan
ketepatan alat ukur, teknik pengukuran, dan kelayakan tes.
Penentuan ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat, membebaskan peserta dari
suatu kesatuan pelajaran, menaikkan peserta dari suatu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi,
memberikan umpan balik untuk memperbaiki unjuk kerja, menempatkan individu-individu ke
dalam kelompok-kelompok tertentu atau menentukan suatu bentuk latihan yang khusus. Pada
pokoknya, penentuan status mencakup semua tujuan-tujuan lain pengukuran dan evaluasi.
Depdiknas (2003 : 6) mengemukakan tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk (a) melihat
produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar-mengajar, (b) memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan
guru, (c) memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar-mengajar, (d) mengetahui
kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan
(e) menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya.
Tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan menurut Sudijono (2011: 16) adalah:
a. Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai
taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta
didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan fungsi
evaluasi pendidikan menurut Arikunto (2010) adalah:
7
c. Berfungsi selektif. Dengan mengadakan evaluasi, guru dapat melakukan seleksi atau
penilaian terhadap siswanya.
d. Berfungsi diagnostik. Dengan mengadakan evaluasi, guru dapat melakukan dignosis
tentang kebaikan dan kelemahan siswanya.
e. Berfungsi sebagai penempatan. Dengan mengadakan evaluasi, guru dapat menempatkan
siswa sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
f. Berfungsi sebagai pengukur keberhasilan. Dengan mengadakan evaluasi, guru
dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu program yang telah diterapkan. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi
dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu input,transfor
masi dan output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap
menjalani proses pembelajaran. Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses
pembelajaran yaitu guru, media dan bahan belajar, metode pengajaran, sarana penunjang dan
sistem administrasi. Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses
pembelajaran.
3. FUNGSI EVALUASI
Adapun fungsi evaluasi adalah:
1. Secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia
merasakan kepuasan dan ketenangan. Untuk itu, guru/instruktur perlu melakukan
penilaian terhadap prestasi belajar peserta didiknya.
2. Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk
terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan
seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya.
3. Menurut didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru/instruktur dalam menempatkan
peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing.
4. Untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temannya, apakah ia termasuk
anak yang pandai, sedang atau kurang.
5. Untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikannya.
6. Untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis
pendidikan, jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas.
7. Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan
peserta didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, guru/instruktur, termasuk peserta
didik itu sendiri.
Di samping itu, fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu sendiri, yaitu :
1. Formatif, yaitu memberikan feed back bagi guru/instruktur sebagai dasar untuk memperbaiki
8
proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi peserta didik yang belum menguasai
sepenuhnya materi yang dipelajari.
2. Sumatif, yaitu mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran, menentukan angka
(nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan perkembangan belajar, serta dapat
meningkatkan motivasi belajar.
3. Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang peserta didik (psikologis, fisik, dan
lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.
4. Seleksi dan penempatan; yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan
menempatkan peserta didik sesuai dengan minat dan kemampuannya.
4. SUBJEK DAN OBJEK EVALUASI
Menurut Arikunto (2005) yang dimaksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang
melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat disebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap
tes, ditentukan oleh pembagian tugas dalam tes tersebut. Contohnya :
1. Untuk mengevaluasi tentang prestasi belajar atau pencapaian hasil belajar siswa, maka
subjek evaluasinya adalah guru
2. Untuk mengevaluasi kepribadian seorang siswa maka yang menjadi subjek evaluasinya
adalah ahli psikologi sedangkan objeknya adalah kepribadian siswa.
Adapun yang dimaksud dengan objek evaluasi adalah hal-hal yang menjadi pusat
perhatian untuk di evaluasi. Apapun yang ditentukan oleh evaluator untuk di evaluasi itulah
objek evaluasi. Dalam penentuan objek evaluasi ada sebagian pandangan yang kurang tepat,
misalnya siswa secara dini dikatakan sebagai objek evaluasi, walaupun dalam prosesnya
seorang evaluator mengevaluasi tentang siswa, namun pada dasarnya ada elemen yang lebih
spesifik yang lebih tepat disebut objek evaluasi. Misalnya seorang wali kelas ingin
mengetahui tinggi dan berat badan semua siswa baru kelas 1 SD, maka yang menjadi objek
evaluasinya bukan siswa, melainkan tinggi dan berat badan siswa sedang wali kelas berperan
sebagai subjek evaluasi. Contoh lain dalam proses belajar dan pembelajaran, guru bahasa
inggris ingin mengetahui kemampuan siswa dalam membuat cerita dalam bahasa inggrin,
maka yang menjadi objek atau sasaran evaluasinya bukan siswa melainkan kemampuan siswa
dalam membuat cerita dalam bahasa inggris.
Secara harfiyah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno testum dengan arti:
“piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan menggunakan alat yang
berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi)
dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan
“tes” , “ujian” atau “peecobaan”. Dalam bahasa Arab ditulis dengan ناحتما. (Sudijono, 2007).
Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian di
atas, yaitu : test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran
dan penilaian; testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya
pengukuran dan penilaian; tester artinya orang yang melaksanakan tes, atau pembuat tes,
atau eksperimentor, yaitu orang yang sedang melakukan percobaan (eksperimen); sedangkan
testee (mufrad) dan testees (jamak) adalah pihak yang dikenai tes (=peserta tes = peserta
ujian), atau pihak yang sedang dikenai pekerjaan (= tercoba).
Dari beberapa kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat
pengumpul informasi yang bersifat lebih resmi bila dibandingkan alat-alat yang lain
karena penuh dengan batasan-batasan. Tes merupakan alat atau prosedur yang
dipergunakan dengan bentuk tugas atau suruhan yang harus dilaksanakan dan dapat pula
berupa pertnyaan-pertanyaan atau soal yang harus dijawab. Adapun pelaksanaannya, dapat
dilaksanakan secara lisan maupun secara tes tulis. Tes adalah alat yang direncanakan untuk
mengukur kemampuan, keahlian, atau pengetahuan. Dari pengertian ini maka tes adalah:
a. Merupakan alat
b. Harus direncanakan
c. Berfungsi sebagai pengukur kemampuan, kecakapan dan pengetahuan anak.
Adapun yang dimaksud teknik tes ialah suatu teknik dalam evaluasi yang
digunakan untuk mengetahui hasil belajar murid dengan mempergunakan alat tes. Sehingga
dari definisi-definisi di atas kiranya dapat dipahami bahwa dalam dunia evaluasi
pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau
prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang
pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa
pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus
dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran
tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.
2. FUNGSI TES
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh teknik tes, yaitu:
10
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka
menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut
akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan,
telah dapat dicapai.
3. PENGGOLONGAN TES
Berdasarkan dari pengertian dan fungsi tes diatas, tes digolongkan menjadi 5 golongan
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menurut sifatnya, tes dapat dikelompokkan menjadi:
1) Tes Verbal, yang mana tes dengan cara ini menggunakan bahasa sebagai alat untuk
melakukan tes. Tes verbal terdiri dari:
a) Tes lisan (Oral Test)
b) Tes tulis (Written Test)
2) Tes Non Verbal, yaitu tes yang tidak menggunakan bahasa sebagai alat untuk
melaksanakan tes, tetapi menggunakan gambar, memberikan tugas dan sebagainya,
atau dengan tes ini tester menghendaki adnya respon dari testee bukan berupa ungkapan
kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku. Jadi, respon yang
dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.
b. Menurut tujuannya, tes dapat dikelompokkan menjadi:
1) Tes Bakat (Aptitude Test), yaitu tes yang digunakan untuk menyelidiki bakat seseorang. Tes
bakat biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar yang bersifat potensial.
2) Tes Intelegensi (Intellegenci Test), yakni tes yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
3) Tes Prestasi Belajar (Achievement Test), yaitu tes yang dilakukan untuk mengetahui
prestasi seseorang peserta didik dari mata pelajaran yang telah diberikan. Sehingga
dengan adanya tes hasi belajar ini, guru bisa mengetahui apakah pelajaran yang telah
diberikan mencapai tujuan sesuai dengan target yang telah ditentukan.
4) Tes Diagnostik (Diagnostic Test), yaitu tes yang digunakan untuk menggali kelmahan
atau problem yang dihadapi murid, terutama kelemahan yang dialami murid saat
belajar. Tes diagnostik biasanya dilakukan dengan cara lisan, tertulis, perbuatan atau
kombinasi dari ketiganya. Berdasarkan nama tes tesebut (diagnose = pemeriksaan), maka
jika hasil “pemeriksaan” itu menunjukkan bahwa tingkat penguasaan peserta didik
11
yang sedang “diperiksa” itu termasuk rendah, harus diberi bimbingan secara khusus
agar mereka dapat diperbaiki tingkat penguasaanya terhadap mata pelajaran tertentu.
5) Tes Sikap (Atitude Testt), yaitu tes untukmengetahui sikapa seseorang murid terhadap
sesuatu.
6) Tes Minat, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui minat murid terhadap hal-hal
yang disukai. Sehingga melalui tes ini dapat diketahui apa yang disukai murid.
c. Menurut pembuatannya, tes dapat dikelompokkan menjadi:
1) Tes Terstandar (Standard Direct Test)
Tes standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang seragam untuk
menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar bisa membandingkan kemampuan
murid dengan murid yang lain pada usia atau level yang sama dan dalam kasus
perbandingan ini dilakukan ditingkat nasional. Biasanya tes ini dibuat oleh
sekelompok(tim) yang ahli di bidang pembuatan tes.
2) Tes Buatan Guru (Teacher Made Test)
Tes buatan guru cenderung difokuskan pada tujuan instruksional untuk kelas
tertentu. Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru untuk kepentingan prestasi
belajar.
d. Menurut bentuk soalnya, tes dikelompokkan menjadi:
1) Tes Uraian (Essay Test), yaitu tes yang bentuk soalnya sedemikian rupa, sehingga
memberi kesempatan kepada murid untuk menjawab secara bebas dengan uraian.
Bentuk tes ini terdiri dari:
a) Uraian Bebas (Free Essay Test)
b) Uraian Terbatas (Limited Essay Test)
2) Tes Objektif (Objective Test), yaitu tes yang bentuk soalnya sedemikian rupa,
sehingga memberi kesempatan kepada murid untuk menjawab secara bebas dengan
uraian. Berdasarkan cara mengerjakan tes objektif, maka dikelompokkan menjadi:
a) Variasi, yang mana testee harus mensuplai jawabannya sehingga hampir tidak berbeda
dengan essay test. Misalnya bentuk:
(1) Completion Test (melengkapi)
(2) The Short Answer (jawaban singkat)
b) Variasi. Yang mana testee hanya memilih diantara jawaban yang telah disediakan bersama
soalnya. Pada variasi ini ada lima bentuk tes, dimana tester harus:
(1) Menyatakan apakah pernyataan itu benar atau salah (true false)
(2) Memilih jawaban yang lain benar (the best answer)
12
(3) Menjodohkan dua rentetan kata-kata yang tersedia sesuai dengan jawaban yang
benar (matching test).
(4) Memilih diantara alternatif-alternatif jawaban yang disediakan untuk setiap soal
(multiple choice)
(5) Mengelompokkan jawaban yang sesuai dengan klasifikasi masing-masing
(classification)
e. Ditinjau dari objek yang dites, maka tes dikelompokkan menjadi:
1) Tes Individual, yaitu suatu tes yang dalam pelaksanaannya memerlukan waktu yang cukup
panjang.
2) Tes Kelompok, yaitu tes yang dilakukan terhapa beberapa murid dalam waktu yang sama.
Secara umum tes dibedakan berdasarkan obyek pengukurannnya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu tes kepribadian (personality test) dan tes hasil belajar (Achievement test).
a. Tes Kepribadian (Personality Test)
Adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang
yang banyak sedikitnya bersifat lahiriyah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara,
hobi atau kesenangan dan lain-lain. Yang termasuk dalam jenis tes ini dan banyak digunakan
dalam kependidikan adalah:
1) Pengukuran sikap.
2) Pengukuran minat.
3) Pengukuran bakat.
4) Tes intelegensi.
b. Tes Hasil Belajar (Achievement Test)
Adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan
oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswanya, dalam jangka
waktu tertentu. Menurut fungsinya tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi empat macam
yaitu:
1). Tes Penempatan (Plecement test)
Tes penempatan adalah tes untuk mengukur kemampuan dasar yang dimiliki oleh
anak didik; kemampuan tersebut dapat dipakai untuk meramalkan kemampuan peserta didik
pada masamendatang, sehingga kepadanya dapat dibimbing, diarahkan atau ditempatkan
pada jurusan yang sesuai dengan kemampuan dasarnya.
2) Tes Diagnostic
Adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang
dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya
jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik itu maka lebih lanjut akan dapat
dicarikan upaya berupa pengobatan (therapy) yang tepat. Tes diagnostic juga bertujuan untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan “Apakah peserta didik sudah dapat menguasai
13
a) Tes lisan bebas: artinya, pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik tanpa
menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis.
b) Tes lisan berpedoman: pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang akan
ditanyakan kepada peserta didik.
3) Tes Tertulis
Yaitu tes yang terdiri dariserangkaian soal, pertanyaan (item) atau tugas secara tertulis
dan jawaban yang diberikan secara tertulis juga. Tes tertulis secara umum dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yakni:
a) Tes subyektif
Tes subyektif, yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah
sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian
kata-kata.
b) Tes obyektif
Yaitu tes yang terdiri dari butir-butirsoal (item) yang dapat dijawab, oleh testeedengan
jalan memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah
dipasangkan dengan masing-masing item dengan jalan menuliskan (mengisi) jawabannya
berupa kata-kata atau simbolsimbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan
untuk masingmasing butir item yang bersangkutan
Adapun macam-macam tes obyektif adalah sebagai berikut:
(1) Tes Melengkapi (completion test)
Adalah salah satu bentuk tes jawaban bebas, dimana butir-butir soalnya berupa satu
kalimat dimana bagian-bagian tertentu yang dianggap penting dikosongkan, kepada
testeediminta untuk mengisi bagian-bagian yang ditiadakan tersebut.
(2) Tes benar-salah (true-false test)
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statementtersebut ada yang
benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing
pernyataan itu dengan meligkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan
melingkari huruf S jika pernyataan itu salah. Bentuk benar-salah ada dua macam (dilihat dari
segi mengerjakan/menjawab soal) yakni, dengan pembetulan yaitu siswa siswa diminta
membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah atau siswa hanya diminta untuk melingkari
huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul (tanpa pembetulan).
(3) Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu
pengetahuan yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari
beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
(4) Menjodohkan (matching test)
Tes bentuk menjodohkan merupakan bentuk khusus dari pilihan jamak. Bentuk ini
terdiri atas dua macam kolom paralel, tiap kolom berisi statement yang satu menempati posisi
15
sebagai soal dan satunya sebagai jawaban, kemudian peserta didik diminta untuk
menjodohkan kesesuaian antar dua statement tersebut. Tes ini sering digunakan untuk
mengukur informasi tentang fakta; pengertian; hubungan dan pengertian simbol tertentu.
(5) Rearrangement exercises
Yang dimaksud dengan Rearrangement exercises adalah bentuk tes yang berupa
rangkaian kalimat utuh dan benar, kemudian diceraikan secara tidak beraturan, sehingga
bentuk aslinya sulit dikenali, peserta didik diminta menyusun kembali sesuai dengan
urutanyang benar. Bentuk tes ini banyak digunakan untuk mata pelajaran bahasa Inggris.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah ini, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut.
B. SARAN
Evaluasi yang dilaksanakan oleh guru di sekolah terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung maupun kepada peserta didiknya haruslah dilakukan secara berkala dan dengan
memperhatikan tahapan pelaksanaan yang ada. Hasil dari evaluasi hendaknya dijadikan
sebagai acuan untuk melaksanakan proses pembelajaran yang lebih baik lagi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Idrus. 2010. Pengaruh Jumlah Alternatif Jawaban Tes Objektif Bentuk Pilihan Ganda
terhadap Reliabilitas Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda. Jurnal Ilmiah Faktor
Exacta. Vol. 3 No. 2.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Asrul., Ananda, Rusydi. etc. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media.
Hasan Baharun, ‘Penilaian Berbasis Kelas Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di
Madrasah’, MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 3.2 (2016), 205–16.
Sudijono, Anas “Pengantara Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: PT: Raja Grafindo Unit
Percetakan UNJ.
4
Sudjana, Nana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sukardi. 2008. Evalusi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta Timur: Bumi
Aksara.