Anda di halaman 1dari 15

RESUME

METODOLOGI PEMBELAJARAN BIOLOGI

Multiple Intelligences dalam Pembelajaran

Oleh:

ANNISA GUSRI TAMARA 19177002


NURUL AULIA RAHMI 19177019

Dosen Mata Kuliah


Dr. Zulyusri, M.P

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, dengan kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharaapkan saran dan
kritik yang membangaun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, Oktober 2019

Tim penyusun

Annisa Gusri Tamara


Nurul Aulia Rahmi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................…1


B. Rumusan Masalah .....................................................................................…. 1
C. Tujuan .......................................................................................…………… 1

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi Multiple Intellegence ......................................................................….. 2


2. Aspek Multiple Intellegence ........................................................................…... 2
3. Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegence .............................................…….5
4. Strategi Dasar Pembelajaran Multiple Intellegences.......................................…..6
5. Mengembangkan Multiple Intellegence Anak .............................................…... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................................….10
B. Saran .............................................................................................................….. 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu.
Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi.
Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu
tugas atau pekerjaan.

Menurut Dr. Thomas Amstrong, setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi
yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Sifat yang menjadi bawaan itu antara lain
: keingintahuan, daya eksplorasi terhadap lingkungan, spontanitas, Teori kecerdasan ganda
(multiple intelligences) memandang kecerdasan tidak hanya berdasarkan kemampuan logika
atau bahasa saja, namun memiliki kecerdasan-kecerdasan lain yang selama ini tidak menjadi
perhatian. Kecerdasan tidak dilihat sebagai berhasil dengan baik mengerjakan tes atau
mengingat sejumlah tugas tertentu, namun sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah
dan menghasilkan sesuatu yang berharga dalam lingkungannya. Hal ini terjadi karena seperti
yang diungkapkan oleh Kuhn (1962) bahwa : (a) inteligensi bukanlah harga mati atau secara
statis terberi saat lahir; (b) inteligensi dapat dipelajari, diajarkan, dan ditingkatkan; serta (c)
inteligensi merupakan suatu fenomena yang bersifat multidimensional dan dapat muncul
dalam berbagai tingkat dalam otak/ pikiran/system kebutuhan kita

B . Rumusan Masalah

1. Apakah Definisi Multiple Intellegences ?


2. Bagaiamana Aspek Multiple Intellegences ?
3. Bagaimana cara mengembangkan Multiple Intellegences pada anak ?
4. Bagaimana strategi dasar pembelajaran Multiple Intellegences ?
5. Bagaimana pembelajaran yang berbasis Multiple Intellegences ?

C . Tujuan

1. Dapat Mengetahui Definisi Multiple Intellegences


2. Dapat Mengetahui Aspek Multiple Intellegences
3. Dapat Mengembangkan Multiple Intellegences Anak
4. Dapat Mengetahui strategi dasar pembelajaran Multiple Intellegences
5. Dapat Mengetahui Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Multiple Intellegences

Inteligensi berasal dari bahasa latin yaitu “intelligere” yang artinya menghubungkan
atau menyatukan antara yang satu dengan yang lainnya. Inteligensi atau kecerdasan
merupakan kata benda yang menerangkan kata kerja atau kata keterangan. Seseorang
menunjukkan inteligensinya ketika ia bertindak atau berbuat dalam suatu situasi secara
inteligent/cerdas atau bodoh, inteligensi seseorang dapat dilihat dalam caranya orang tersebut
berbuat atau bertindak
Masyarakat umum mengenal Intelligences sebagai istilah yang menggambarkan
kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk memecahkan
problem yang dihadapi. Kecerdasan anak dapat diperlihatkan lewat banyak cara baik itu
melalui kata-kata, angka, musik, gambar, kegiatan fisik (kemampuan motorik) atau lewat
cara sosial-emosional.
Multiple Intellegences adalah teori kecerdasan majemuk yang dipaparkan oleh
Howard Gardner. Multiple Intellegences pada dasarnya adlaah sebuah konsep yang
menujukan pada kita bahwa potensi anak-anak khususnya jika dikaitkan dengan kecerdasan,
ternyata banyak sekali.

B. Aspek Multiple Intellegence


Menurut Sterberg (1996) Gardner mengajukan 9 inteligensi yang masing-masing
intelegensi berdiri sendiri, bukan sebagai satu kesatuan tunggal. Gardner (dalam Flanagan et
al (1997) mengejukan 9 intelegensi, meliputi:
1. Kecerdasan Verbal-Linguistik (Verbal-Linguistik Intelligence)
Gardner (1983) mengemukakan bahwa kecerdasan verbal-linguistik adalah
kemempuan menggunakan bahasa untuk menyatakan gagasan tentang dirinya dan memehami
orang lain serta untuk mempelajari kata-kata baru atau bahasa lain.
Seseorang yang memiliki kecerdasan verbal-linguistik yang menonjol memiliki
kepekaan pada buny, struktur, makna, fungs kata, dan bahasa. Mereka memiliki kemempuan
yang baik dalam membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, atau berdebat ( Slavin,
2000). Siswa yang memiliki inteligensi linguistik tinggi senang mengekspresikan diri dengan
bahasa, biasanya nilai bahasanya lebih baik dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.
2. Kecerdasan Logika Matematis ( logical mathematical intelligence)

2
3

Kecerdasan logika matematis adalah kemempuan untuk memehami dasar-dasar


operasional yang berhubungan dengan angka dan prinsip-prinsip serta kepekaan melihat pla
dan hubungan sebab akibat serta pengaruh (Gardner, 1983).
Kecerdasan logika matematis berkatan erat dengan cara berfikir deduktif dan induktif,
numerasi, dan pola-pola berfikr abstrak. Anak yang dominan pada kecerdasan logika
metematis memiliki kecenderungan untuk menyukai segala hal yang berhubungan dengan
pola fikir menggunakan logika dan analisis serta hal-hal yang berkatan dengan matematika
seperti angka, pola-pola, mengklasfkaskan dan lain-lain.
3. Kecerdasan Spasial-Visual (Spatial Intelligence)
Gardner (1983) menyatakan bahwa kecerdasan spasial adalah kemampuan
untuk membentuk suatu gambaran mental tentang tata ruang atau menghadirkan
dunia mengenai ruang secara internal dalam pikirannya (mind).
Orang yang memiliki kecerdasan jenis ini cenderung berfikir dalam atau
dengan gambar dan cenderung mudah belajar melalu sajian-sajian visual seperti
flm, gambar, video, dan peragaan yang menggunakan model dan slide. Mereka
gemar menggambar, melukis, atau mengukir gagasan-gagasan yang ada di kepala
dan sering menyajkan suasana serta perasaan hatinya melalui seni.
4. Kecerdasan Kinestetis Jasmani ( Bodily Kinesthetic Intelligence)
Kecerdasan kinestetis jasmani adalah kemempuan menggunakan seluruh tubuh dan
kmpnennya untuk memecahkan permasalahan, membuat suasana atau menggunakan
beberapa macam produksi, dan kordinasi anggota tubuhdan fikran untuk menyempurnakan
penampilan fisik (Gardner, 1983).
Siswa yang mempunyai inteligens gerak-badani biasanya suka menari, olahraga, dan
suka bergerak.
5. Kecerdasan Musikal ( Musical Intelligence)
Kecerdasan musikal merupakan kemepuan untuk mendengar dan mengenali pola,
mengingat dan bereaksi sesuai dengan musik yang didengar, serta menghasilkan musik
dengan intonasi suara, irama, dan warna nada.
Kecerdasan musikal mencakup kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal,
dengan cara mempresepsi (misal penikmat musik), membedakan (kritikus musik), mengubah
( komposer), dan mengekspresikan (penyanyi).
6. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Inteligensi Intrapersonal adalah pengnalan diri. Kecerdasan intrapersonal menurut
Gardner merupakan kemampuan memahami hal-hal yang berkaitan dengan perasaan-
4

perasaan yang ada pada diri sendiri, seperti perasaan senang ataupun sedih, apa yang dapat ia
lakukan, apa yang ingin ia lakukan, bagaimana ia bereaksi terhadap hal-hal tertentu, hal-hal
yang mana perlu dihindari, dan hal-hal yang mana yang didekati.
7. Kecerdasan Interpersonal (Naturalis Intelligence)
Kecerdasan nterpersnal merupakan kemampuan melihat dan memaham perbedaan
mood, temperamen, motivasi, dan hasrat rang lan dan bekerjasama dengan mereka. Orang
yang memiliki jenis kecerdasan berinteraksi dan bekerjasama juga senang bertindak sebagai
mediator perselisihan baik di sekolah maupun dirumah dan lingkungannya orang yang
memiliki kecerdasan interpersonal yang kuat lebih suka bekerja dalam berbagai situasi
dimana mereka dapat menjadi sosial, merencanakan secara bersama, dan bekerja dengan
orang lain demi keuntungan timbal-balik.
8. Kecerdasan Naturalis (Naturalis Intellegence)
Kecerdasan ini dikenal dengan istilah Nature Smart .Gardner (1983) mengemukakan
bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan memahami alam sekitar , mengenali
binatang dan tumbuhan di lingkungan ,sensitive terhadap corak yang berkaitan dengan dunia
alami seperti awan ,formasi batu untuk mengenali dan mengklasifikasi sejumlah spesies flora
dan fauna serta lingkungan.
Kecerdasan naturalis meliputi kemampuan seseorang untuk membedakan dam
mengelompokkam benda atau fenomena alam . Kemampuan yang mereka miliki adalah
meneliti , mengklasifikasi ,dan mengidentifikasi gejala-gejala alam (Slavin,2000).
9. Kecerdasan Eksistensial (Existential Intellegence)
Kecerdasan ini juga dikenal dengan istilah Existent smart. Gadner merumuskan nti
intellegensi eksistensial kedalam dua bagian yakni menempatkan diri sendiri dalam jangkauan
wilayah kosmos yang terjauh (yang tak terbatas maupun yang amat kecil dan menempatkan
diri sendiri dalam ciri manusiawi yang paling eksistensial) , maknahidup ,makna kematian ,
keberadaan akhir dari dunia jasmani dan psikologi pengalaman batin seperti kasih kepada
manusia lain atau terjun secara total kedalam suatu karya seni ( Amstrong ,2002 ).
Amstrong (dalam Putrayasa,2012) seorang psikologi pendidik Ameriak serikat,
hubungan antarkecerdasan tersebut .Dia memberikan tiga gambaran atas hubungan
kecerdasan-kecerdasan tersebut
1. Setiap orang memiliki kecerdasan-kecerdasan itu .Ada satu atau beberapa kecerdsan
yang menonjol ,yang lain biasanya.
2. Setiap orang dapat atau berpeluang mengembangkan kecerdasan –kecerdasan itu
sampai pada tatarn tertentu.
5

3. Kecerdasan-kecerdsan itu bekerja sama atau simultan dengan cara yang kompleks dan
unik.

C. Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences


Teori Multiple Intellegences adalah validasi tertinggi ,gagasan bahwa perbedaan
individu adalah penting.Pemakaian nya dalam pendidikan sangat tergantung dalam
pengenalan ,pengakuan,dan perhargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa (pelajar)
belajar , disamping pengenalan , pengakuan dan perhargaan terhadap setiap minat dan bakat
masing-masing pembelajar. Suparno (2012) mengemukakan beberapa cara yang dapat
ditempuh untuk mengetahui kecerdasan yang dimiliki siwa. Cara tersebut antara lain melalui
tes ,mencoba mengajar dengan intellegensi ganda,observasi siswa dikelas, observasi siswa
diluar kelas dan mengumpulkan dokumen siswa.
Suparno (2004) mengungkapkan beberapa prinsip umum pembelajaran untuk
membantu mengembangkan Multiple Intellegences pada siswa
1. Pembelajaran harus memperhatikan semua kemampuan intelektual.
2. Pembelajaran seharusnya individual.
3. Pembelajaran harus menyemangati siswa untuk dapat menentukan tujuan dan
program belajar mereka
4. Sekolah harus dapat menyediakan fasilitas yang dapat dipergunakan siswa untuk
melatih kemampuan intelektual mereka berdasarkan multiple intellegences.
5. Evaluasi belajar harus lebih konstektual.
6. Pembelajaran sebaiknya tidak dibatasi dalam ruangan atau gedung sekolah.

Cara-cara penyampaian materi pelajaran yang dapat digunakan oleh guru sebagai
berikut :

a. Kata-kata (Linguistic Inttelligence)


b. logika (Logical –Mathematical Intelligence)
c. Gambar (Visual- Spatial Intellegence)
d. Musik (Musical Intellegence)
e. Pengalaman fisik (Bodily - Kinesthetic Intellegence)
f. Pengalaman sosial (Interpersonal Intellegence)
g. Refleksi diri (Intrapersonal Intellegence)
h. Pengalaman di lapangan (Naturalist Intellegence)
i. Peristiwa (Existence Intellegence)
6

D. Strategi Dasar Pembelajaran Multiple Intellegences


Ada beberapa strategi dasar dalam kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan
Multiple Intellegences, yaitu:
 Membangunkan /memicu kecerdasan, yaitu upaya untuk mengaktifkan indera dan
menghidupkan kerja otak.

 Memperkuat kecerdasan, yaitu dengan cara member latihan dan memperkuat


kemampuan membangunkan kecerdasan.
 Mengajarkan dengan /untuk kecerdasan, yaitu upaya-upaya mengembangkan struktur
pelajaran yang mengacu pada penggunaan kecerdasan ganda.
 Mentransfer kecerdasan, yaitu usaha memanfaatkan berbagai cara yang telah dilatihkan
di kelas untuk memahami realitas di luar kelas atau pada lingkungan nyata.
Di dalam bukunya yang berjudul “Seven ways of knowing: Teaching for multiple
intelligences” Lazear secara lengkap menjelaskan cara pengelolaan masing-masing
kecerdasan dengan urutan seperti pada strategi dasar di atas, lengkap dengan tujuan dan
proses, teori dan penjelasan bagian otak yang berkaitan dengan kerja kecerdasan masing-
masing.

E. Mengembangkan Multiple Intellegences dalam Kegiatan Pembelajaran

Gardner telah mengajukan teori kecerdasan majemuk (Multiple Intellegences),teori


kecerdasan yang sama sekali berbeda dengan teori kecerdasan tunggal (IQ). Melalui teori
yang dimajukan Gardner tersebut,dapat diketahui bahwa setiap pembelajar memiliki
kecerdasan yang majemuk serta memiliki ‘cara mengetahui’ yang unik untuk mencerap
pengetahuan.
Perkembangan Multiple Intellegences biasanya dikembangkan pada periode awal
masa anak anak,karena pada masa ini dianggap sebagai saat belajar intuk mencapai bebagai
keterampilan.Teori Multiple Intelligences menyarankan kepada kitanuntuk mempromosikan
kemampuan atau kelebihan dan mengubur kelemahan kita.aproses menemukan inilah yang
menjai sumber kecerdasan seorang anak. Dalam menemukan kecerdasan,seorang anak harus
dibantu oleh lingkungan, orang tua, guru, sekolah, maupun sistem pendidikan yang
diimplementasikan di suatu negara (Chatib,2013).
7

Kecerdasan ganda sebenarnya merupakan teori yang bersifat filosofis. Hal ini tampak
pada sikapnya terhadap belajar dan pandangannya terhadapa pendidikan atau pembelajaran.
Pendidikan/pembelajaran ditinjau dari sudut pandang kecerdasan ganda lebih mengarah
kepada hakekat dari pendidikan itu sendiri, yaitu yang secara langsung berhubungan dengan
eksistensi, kebenaran, dan pengetahuan. Gambarannya tentang pendidikan diwarnai oleh
semangat Dewey yang mendasarkan diri pada pendidikan yang bersifat progresif.
Kategori-kategori yang banyak digunakan orang selama ini adalah kategori music,
pengamatan ruang, dan body-kinestetik (Amstrong, 1994). Adalah hal yang baru ketika
Garnerd memasukkan kategori-kategori itu semua ke dalam pengertian kecerdasan dan
bukannya talenta atau bakat. Garnerd menyadari bahwa banyak orang telah terbiasa
mengatakan atau mendengarkan ungkapan seperti “Ia tidak begitu cerdas, tetapi ia memiliki
bakat music yang sangat hebat”. Sebagaimana orang-orang mengatakan bahwa sesuatu
adalah bakat, oleh Garnerd bakat-bakat atau kategoro-kategori tersebut dikatakan sebagai
kecerdasan.
Untuk memberi dasar terhadap teori yang dikemukakannya, Gardner merancang
dasar-dasar “tes” tertentu, dimana setiap kecerdasan harus dipertimbangkan sebagai
inteligensi yang terlatih dan memiliki banyak pengalaman, yang tidak disebut sebagai talenta
atau bakat. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam teori kecerdasan ganda, yaitu:

 Setiap orang memiliki semua kecerdasan-kecerdasan itu

 Banyak orang dapat mengembangkan masing-masing kecerdasannya sampai ke tingkat


optimal

 Kecerdasan biasanya bekerja bersama-sama dengan cara yang unik

 Ada banyak cara untuk menjadi cerdas

Para pakar terdahulu mengatakan bahwa pikiran dipertimbangkan sebagai sesuatu


yang ada pada jantung, hati dan batu ginjal. Pakar berikutnya beranggapan bahwa kecerdasan
atau inteligensi terdiri dari beberapa factor. Teori kecerdasan ganda merupakan model
kognitif yang menjelaskan bagaimana individu-individu menggunakan kecerdasannya untuk
memecakan masalah dan bagaimana hasilnya. Tidak seperti model-model lain yang
berorientasi proses, pendekatan Gardner lebih berorientasi pada bagaimana pikiran manusia
mengoprasi atau mengolah, menggunakan, menguasai lingkungan.
8

Pengalaman-pengalaman menyenangkan ketika belajar akan menjadi activator bagi


perkembangan kecerdasan pada tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan pengalaman-
pengalaman yang menakutkan, memalukan, menyebabkan marah, dan pengalaman emosi
negative lainnya akan menghambat perkembangan kecerdasan pada tahap perkembangan
berikutnya.

Apabila ingin mengetahui arah kecerdasan siswa di kelas, dapat diketahui melalui
indicator-indikator tertentu. Misalnya, apa yang dikerjakan siswa ketika mereka mempunyai
waktu luang. Setiap guru dapat menggunakan catatan-catatan kecil praktis yang dapat
digunakan untuk memantau kecenderungan perkembangan kecerdasan siswa di kelas. Guru
juga dapat menyusun checklist yang berisi tentang kecerdasan-kecerdasan tersebut. Cheklist
dapat digunakan untuk memantau kecerdasan siswa. Selain checklist ada cara lain yang dapat
digunakan yaitu mengumpulkan dokumen berupa photo, rekaman-rekaman lain yang
berhubungan dengan aktifitas siswa, dan catatan-catatan di sekolah yang berhubungan
dengan peringkat nilai semua mata pelajaran.

Kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kecerdasan ganda


antara lain, dengan menyediakan hari-hari karir, studi tour,biografi, pembelajaran terprogram,
kegiatan-kegiatan eksperimen, majalah dinding, papan display, membaca buku-buku yang
bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan ganda, membuat table perkembangan
kecerdasan ganda, atau human intelligence hunt.

Setiap siswa memiliki perbedaan kecenderungan dalam perkembangan kecerdasan gandanya,


maka guru perlu menggunakan strategi umum maupun khusus dalam pembelajaran untuk
mengembangkan seluruh kecerdasan siswa secara optimal. Teori kecerdasan ganda juga
mengatakan bahwa tidak ada satu pun pendekatan atau strategi yang cocok digunaka bagi
semua siswa. Dalam hal pengukuran kecerdasan ganda lebih mengutamakan pada studi
dokumentasi dan proses pemecahan masalah. Apabila kegiatan di atas dapat dilakukan maka
ketrampilan kognitif siswa pun dapat berkembang dengan sendirinya.

Ada satu alternative lain yang juga dapat digunakan dalam rangka memantau
perkembangan kecerdasan siswa di kelas, yaitu dengan memberdayakan siswa sendiri.
Artinya, checklist yang mencakup kecerdasan-kecerdasan tadi yang mengisi bukannya guru,
tetapi pengisian dilakukan oleh para siswa. Kegiatan di kelas pada saat-saat tertentu adalah
pengisian checklist tentang kecerdasan-kecerdasan masing-masing anak. Mereka saling
memberikan penilaian antar teman.Selain anak diberi kesempatan untuk menilai kecerdasan
9

temannya, ia juga diberi kesempatan untuk self-monitoring, dengan cara mengisi checklist
tentang kecerdasan-kecerdasan yang dimilikinya sendiri.

Perkembangan kecerdasan juga dapat dilakukan dengan teknik “konseling sebaya”/


“tutor sebaya”. Caranya, guru menyeleksi siapakah yang memiliki keunggulan di bidang
matematika misalnya, dimimta membimbing teman-temannya yang kurang dalam
matematika. Demikian juga untuk bidang-bidang kecerdasan yang lain. Pembimbing di dalam
kelompok dapat bergantian tergantung pada kecerdasan apa yang akan dikembangkan.

Pendekatan ini sangat tepat digunakan untuk anak-anak SMP dan SMA, mengingat pada
dasarnya mereka lebih suka berbicara dan bergaul dengan teman sebayanya dari pada
gurunya. Di samping itu, model konseling sebaya atau tutor sebaya dalam pembelajaran
kecerdasan ganda memungkinkan berbagai aspek dalm diri anak dapat berkembang selaras
dan optimal. Kelompok belajar semacam ini sangat potensial untuk mengembangkan
kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Guru dituntut untuk mampu
mendeteksi anak-anak yang memiliki kecerdasa-kecerdasan unggul, dan membentuk
kelompok-kelompok sesuai dengan kebutuhan.

Pendidikan/pembelajaran kecerdasan ganda berorientasi pada pengembangan potensi


anak bukan berorientasi pada idiealisme guru atau orang tua apalagi ideology politik. Anak
berkembang agar mampu membuat penilaian dan keputusan sendiri secara tepat,
bertanggungjawab, percaya diri dan mandiri tidak bergantung pada orang lain, kreatif,
mampu berkolaborasi, serta dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik. Ketrampilan-
ketrampilan ini sangat dibutuhkan oleh manusia-manusia yang hidup di era ekonomi
informasi abad global.
10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap orang adalah unik, Setiap orang perlu menyadari dan mengembangkan ragam
kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap siswa berbeda karena mempunyai
kombinasi kecerdasan yang berlainan.
Ada tiga syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap kecerdasan agar dapat
digolongkan kedalam kecerdasan majemuk menurut Gardner.
Ada 10 jenis-jenis kecerdasan majemuk menurut Gardner, yaitu: Kecerdasan
Linguistik, Kecerdasan Matematis-Logis, Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Kinetis-Jasmani,
Kecerdasan Musikal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan
Naturalis, Kecerdasan Eksistensial, dan Spiritual.
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan dukungan
yang optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua,
dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan sedikit kebebasan pada
anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan
kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
B. Saran
Sebaiknya guru lebih mengetahui tentang keadaan peserta didik nya, karena setiap
manusia memang diciptakan unik, dan oleh karena itu peserta didik harus memperoleh layanan
pendidikan yang sesusai dengan tipe kecerdasannya. Dengan keunikan tersebut setiap guru
harus mengetahui metode belajar apa yang cocok untuk anak tersebut. Demikian juga dengan
metode ceramah, yang dewasa ini memang masih amat mendominasi metode dan pendekatan
pembelajaran yang digunakan oleh para pendidik di negeri ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Budianingsih, Asri. 2004. Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Husamah, dkk. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Universitas Muhammadiyah


Malang.
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Noer Rohmah. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Teras.

Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai