Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PRINSIP DAN MACAM MACAM ALAT EVALUASI

DOSEN PENGAMPU: Dr. LELIY KHOLIDA, S. PdI, M. Ag

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 9:

ELVINA MELIA 22222046

PUTRA TAMBO 22222053

SULTAN KHUSNUL HIDAYAT 22222071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

KENDARI 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah ‫ﷻ‬, yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah sesuai dengan rencana. Shalawat serta
salam semoga tetap terhaturkan kepada Rasulullah Muhammad ‫ ﷺ‬yang telah membawa
umatnya dari kegelapan menuju jalan terang benderang berupa agama islam.
Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan dengan
judul “prinsip dan macam macam alat evaluasi ”. Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah ‫ ﷻ‬karena hanya dengan seizin-Nya makalah ini dapat terselesaikan.


2. Ibu lely, Dr. leliy kholiday, S.Pd., M.Ag Selaku dosen pembimbing mata kuliah psikologi
pendidikan.
3. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Baik secara langsung
atau tidak secara langsung.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
penulisan ini . semoga maklah ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Amin

wolasi, 12 juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................1
C. TUJUAN..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. PENGERTIAN EVALUASI...............................................................................................3
B. PRINSIP PRINSIP EVALUASI..........................................................................................3
C. MACAM MACAM ALAT EVALUASI.............................................................................5
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................8
A. KESIMPULAN....................................................................................................................8
B. SARAN................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap
sistem pendidikan, evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan
hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui
dengan evaluasi.

Setiap perbuatan dan tindakan dalam pendidikan selalu menghendaki hasil. Pendidik selalu
berharap bahwa hasil yang diperoleh sekarang lebih baik dan memuaskan dari hasil yang
diperoleh sebelumnya, untuk menentukan dan membandingkan antara satu hasil dengan lainnya
diperlukan adanya evaluasi.

Diakui bahwa kritik-kritik sering muncul tentang sistem pendidikan yang sering berubah dan
tidak seimbang. Kurikulum yang kurang tepat dengan mata pelajaran yang terlalu banyak dan
tidak berfokus pada hal-hal yang seharusnya diberikan dan lain sebagainya. untuk
mengatasimasalah yang seperti ini perlu adanya evaluasi pendidikan, agar setiap kekurangan
ataupunkegagalan pada kurikulum yang diajarkan bisa diperbaiki pada kurikulum yang akan
datang.Ruang lingkup pendidikan sangat luas, mulai dari masukan(input), proses sampaihasil
(output) yang diperoleh.

Ketika proses pembelajaran dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran
penilaian dalam proses pembelajaran menjadi sangat penting. Penilaian dalam proses
pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengumpulkan, menganalisa dan menginterpretasi
informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. untuk mengetahui
apakah proses yang dilakukan itu sudah sesuai dengantujuannya maka harus dilakukan
umpan balik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka terdapat beberapa
permasalahan pokok dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1. Apa pengertian evaluasi ?


2. Apa prinsip prinsip evaluasi ?
3. Apa macam macam alat evaluasi ?

1
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka terdapat beberapa tujuan penulisan:

1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi.


2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi evaluasi.
3. Untuk mengetahui makna evaluasi.
4. Untuk mengetahui sifat evaluasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN EVALUASI

Secara etimologis kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian
terhadap sesuatu. Witherington secara singkat merumuskan bahwa an evaluation is a dedaration
that samething has or class not have value. Kata evaluasi selalu melekat dalam proses
pembelajaran, secara sederhana evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian terhadap peserta didik.
Tetapi makna ini kalau di definisikan secara terperinci mengandung arti yang berbeda-beda.
Malahan kita akan dihadapkan pada istilah yang hampir sama tetapi berbeda artinya seperti
evaluasi, penilaian, pengukuran dan tes.
Pengertian evaluasi menurut para ahli:
1) menurut Arifin (2012)
evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan
kualitas(nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam
rangka pembuatan keputusan.
2) Menurut Yusuf (2000: 3)
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara objektif dari
pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil evaluasi tersebut
dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan di depan.
3) menurut Jones (1994: 357)
evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang manfaat program dalam
spesifikasi 24 riteria, teknik pengukuran, metode analisis dan bentuk rekomendasi.
Jadi, evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran
informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem
pembelajaran.

B. PRINSIP PRINSIP EVALUASI

a. Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai
untuk mengukur kompetensi. Dalam mata pelajaran pendidikan Agama Islam , misalnya
kompetensi ” mempraktikkan gerak Sholat..”, maka penilaian valid apabila mengunakan
penilaian unjuk kerja. Jika menggunakan tes tertulis maka penilaian tidak valid.
b. Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang reliable
(ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi. Misalnya,
guru menilai dengan unjuk kerja, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu
3
cenderung sama bila unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama.
Untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk pelaksanaan unjuk kerja dan
penskorannya harus jelas.
c. Menyeluruh
Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh mencakup seluruh domain yang tertuang pada
setiap kompetensi dasar. Penilaian harus menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai
beragam kompetensi peserta didik, sehingga tergambar profil kompetensi peserta didik.
d. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh
gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
e. Obyektif
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu, penilaian harus adil, terencana, dan
menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor.
f. Mendidik
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses
pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta didik agar
tumbuh dan berkembang secara optimal.

C. MACAM MACAM ALAT EVALUASI

Secara keseluruhan teknik dan bentuk evaluasi pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Teknik Non-tes
Nontes dapat digunakan untuk mengukur semua ranah yang dimiliki oleh masing-
masing individu yang tentunya berbeda. Teknik nontes sangat penting dalam mengevaluasi
siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan
asfek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes, yaitu: pengamatan (observation),
wawancara (interview), kuisioner/angket (questionanaire), dan analisis dokumen yang bersifat
unobtrusiv.

1) Pengamatan (Observation)

Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan


tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan
(data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

4
Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran,
dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara
dan lain-lain.

a. Cara dan Tujuan Observasi

Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:

1. Observasi partisipatif dan nonpartisipatif

Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer)


ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya.
Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam
kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-
olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru
mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai
pengamat, dan tidak ikut bermain.

2. Observasi sistematis dan observasi nonsitematis

Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah


mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati

Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat


stuktur ketegori yang akan diamati.

Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam
bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-
kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan,
ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan
dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.

Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi
langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.

3. Observasi Eksperimental

Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi


sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala
sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.

Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:

 Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
 Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.

5
 Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa
dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga
kemampuan siswa dalam mengumpulkan data
b. Sifat Observasi

Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:

1. Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran


2. Direncanakan secara sistematis
3. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
4. Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.
c. Kebaikan dan Kelemahan Observasi
Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kebaikan, antara lain:
1. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
2. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya
suatu gejala atau kejadian yang penting
3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh
dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
4. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek
yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung
memegang peran. Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa
kelemahan
Kelemahan observasi:
1. Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat
dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan
kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya
mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum
tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka
tetapi dirahasiakan.
2. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka
tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat
dikontrol sebelumya.
d. Alat Pencatat Observasi

Agar hasil observasi dapat dikumpulkan dengan baik maka sebelumnya guru harus
menyiapkan alat untuk observasi yaitu:

1. Catatan Anekdot (Anecdotal Record)

Yaitu catatan khusus mengenai hasil pengamatan tentang tingkah laku anak yang
dianggap penting (istimewa). Catatan anekdot ini ada dua macam yaitu anekdot
insidental, digunakan untuk mencatat peristiwa yang terjadi sewaktu-waktu, tidak
6
terus-menerus. Sedangkan catatan anekdot periodik digunakan untuk mencatat
peristiwa tertentu yang terjadi secara insedental dalam suatu periode tertentu.
Catatan anekdot mempunyai kegunaan dalam melaksanakan observasi trerhadap
tingkah laku anak. Kegunaanya untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat
tentang murid sebagai individu yang kompleks, memperoleh pemahaman tentang
sebab-sebab dari suatu problema yang dihadapinya, dan dapat dijadikan dasar utuk
pemecahan masalah anak dalam belajar.

2. Daftar cek (Check Lish)

Daftar cek adalah sebuah catatan tertulis yang berisi kemungkinan jawaban yang dipilih,
dengan tinggal membubuhkan sebuah tanda pada kemungkinan jawaban yang benar.
Dalam bentuk daftar cek, semua tingkah laku, sikap yang diobservasi dijabarkan
dalam suatu daftar.

3. Skala Penilaian (Rating Scale)

Dalam skala penilaian, tingkah laku, sikap yang diobservasikan dijabarkan dalam bentuk
skala.

2) Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog)
baik secara langsung (face to pace relition) secara langsung apabila wawancara itu
dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya.
Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
 Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini
hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai
 Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang
dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan
wawancara.
 Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru
sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara
terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.
a. Keuntungan dan kelemahan wawancara
Keuntungan wawancara yaitu :
1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung
pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam
pelaksaannya
3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi
4. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat
dibandingkan dengan observasi dan angket.

7
5. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara
dengan objek.
Sedangkan Kelemahan wawancara sebagai alat penilain
1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan
individu yang diwawancarai
2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan
wawancara
3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari
pewawancara
4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil
wawancara
b. Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
1. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah
wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic
Interview).
2. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan
istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis
(Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu :
1. Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai back ground tentang apa
yang akan ditanyakan
2. b.Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara
tersebut
3. Harus menjaga hubungan yang baik
4. d.Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya
5. Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas
6. Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara
7. Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber data
8. Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama
9. Guru harus mengobrol dalam wawancara
10. Batasi waktu wawancara
11. Hindari penonjolan aku dari guru

3) Angket (Questionave)
Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur (responden)
Pada umumnya tujuan penggunaan anngket atau kuesioner dalam proses pembelajaran
terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai
salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak
langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang
dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila
8
nagket itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain.
Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.
a. Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam, yaitu
1. Angket berstuktur adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan model pertanyan
yang terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula.
2. Sedangkan angket tidak berstruktur adalah angket yang membutuhkan jawaban
uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi
penjelasan-penjelasan, alasan-alasan terbuka.
b. Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat
anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan angket antara lain:
1. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak
yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada
hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau
mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena
anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab
banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga
tidak memberikan kembali angketnya.

4). Pemeriksaan Dokumen (Ducumentary Analisis)


Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa
menguji (tehnik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan
pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi
mengenai riwayat hidup (auto biography).
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa
kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat
menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek yang dinilai.
Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu bukan
tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi
pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.

5) Sosiometri
Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorang
dalam suatu kelompok. Sehnggga sosiometri merupakan alat yag tepat untuk menilai
hubungan sosial dan tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputi
stuktur hubungan individu, susunan antar individu dan arah ubungan sosial. Sehingga
dengan demikian seorang guru dapat mengetahui bagaimana keadaan hubungan social dari
9
tiap-tiap anak dalam suatu kelompok atau kelas.
Langkah yang ditempuh guru dalam sosiometri ada 3 yaitu :
a) Langkah pemilihan teman
Disini guru menyuruh semua murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi secara
berurutan sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan alasan
mengapa harus memilih teman itu.
Contoh:
Nama : Tono
Kelas : IIIA
Teman yang saya pilih:
1. Candra Karena aktif belajar dan pandai
2. Sumarsono Karena tegas dalam berbicara
3. Nunung Karena penurut

b) Langkah pertabelan
Guru membuat tabel dalam materi tes sosiomentri dari data yang telah diperoleh dalam
langkah pemilihan teman.

Misalnya setiap anak memiliki 2 dari 6 orang


Dipilih Andi Ani Ana Susi Sandi Anto
Pemilih

Andi 1 2
Ani 1 2
Ana 1 2
Susi 1 2
Sandi 1 2
Anto 1 2

Pilihan I 2 2 1 1 - -
Pilihan II - - 2 1 2 1
Jumlah 2 2 3 2 2 1

c) Langkah Pembuatan Gambar (Sosiogram)


Dari data yang telah kita buat dalam metrik sosiometri, dapat pula kita buat sebuah peta atau
sosiogram. Dalam pembuatan sosiogram usahakan anak yang paling banyak dipilih
diletakan ditengah-tengah, agar dapat mudah diketahui siapa yang paling banyak dipilih.
Dengan melihat hasil sosiometri kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan dan
relasi sosial dari masing-masing anak dalam kelompok. Sehingga hasil dari sosiogram ini
dapat dibuat pertimbangan untuk menilai sikap sosial anak dan kepribadiannya dalam
kelompok.
Sosiometri sebagai alat penilaian nontes sangat berguna bagi guru dalam beberapa
hal, antara lain:
1. Untuk pembentukan kelompok dalam menentukan kelompok kerja (pembagian tugas)
2. Untuk pengarahan dinamika kelompok
3. Untuk memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan
kepada setiap anak.
1
0
Dari uraian tersebut diatas dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka hasil evaluasi hasil
belajar peserta didik, evaluasi tidak harus semata-mata dilakukan denan mengunakan alat
berupa tes-tes hasil belajar. Teknik-teknik nontes juga menempati kedudukan yang penting
dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi
kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya, tingkah laku
atau sikapnya, dan sebagainya, yang kesemuannya itu tidak mungkin dievaluasi dengan
mengunakan tes sebagai alat pengukurnya.

2. Teknik Tes
Tes merupakan alat ukur yang standar dan obyektif sehingga dapat digunakan secara
meluas untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Dapat
dipastikan akan mampu memberikan informasi yang tepat dan obyektif tentang obyek yang
hendak diukur baik berupa psikis maupun tingkah lakunya , sekaligus dapat membandingkan
antara seseorang dengan orang lain.
Menurut pendapat saya setuju bahwa tes adalah suatu cara atau alat untuk
mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau
prestasi siswa tersebut.
Sebagai alat evaluasi hasil belajar, tes minimal mempunyai dua fungsi, yaitu:
a. Untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat pencapaian
terhadap seperangkat tujuan tertentu.
b. Untuk menentukan kedudukan atau seperangkat siswa dalam kelompok, tentang penguasaan
materi atau pencapaian tujuan pembelajaran.
Tes menurut tujuannya: Tes kecepatan ( Power Test), tes kemampuan ( power test ), tes
hasil belajar ( achievment test ), tes diagnostoik ( diagnostik test), tes kemauan belajar ( gains/
achievement), tes formatif, tes sumatif.
Dengan mempertimbangkan kriteria- kriteria dapat dihasilkan alat tes (soal-soal) yang
berkualitas memenuhi syarat- syarat diantaranya:
 Shahih ( valid) yaitu mengukur yang harus diukur, sesuai dengan tujuan.
 Relevan yaitu diuji sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
 Spesifik, soal hanya dapat dijawab oleh peserta didik.
 Representif, soal mewakili materi ajar secara keseluruhan.

1) Tertulis (written test)


Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data
atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh
dikatakan cepat dan tepat (Indrakusuma, 1993:21). Dari pernyataan diatas dapat
disimpulkan bahwa, didalamnya terdapat pengertian-pengertian:
a. Tes itu adalah hanya merupakan alat dan bukan merupakan tujuan. Sedangkan tujuannya
adalah terletak pada apakah maksud kita memberikan tes itu.

1
1
b. Alat itu telah disusun secara sistematis dan objektif, menurut syarat-syarat tertentu.
Meskipun dalam kenyataannya tidak ada tes yang seratus persen sistematis dan objektif.
Sebab tes itu juga buatan manusia.
c. Dengan adanya tes yang telah disusun secara sistematis dan objektif itu, maka hasil yang
diperoleh dari tes atau alat itu boleh dikatakan akan tepat. Artinya benar-benar akan
memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaannya.
d. Bahwa dengan dipergunakannya tes sebagai alat untuk memperoleh data-data itu, dapat
dilaksanakan secara tepat tidak memakan waktu yang lama. Untuk memperoleh suatu
data tidak perlu berhari-hari, bahkan cukup beberapa jam saja.
e. Sedang keterangan-keterangan apa yang diinginkan, ini bergantung pada maksud serta
alat yang kita berikan. Misalnya, jika kita menginginkan keterangan tentang kecakapan
anak dalam hal berhiting maka kita pergunakan tes berhitung, bukan tes bahasa, dan
sebagainya.
 Bentuk Tes Tulis :
1. Tes Subyektif
Tes subyektif ada dua jenis yaitu :
 Tes uraian bentuk bebas atau terbuka
 Tes uraian bentuk terbatas
Kelebihan tes Subyektif :
- Pembuatannya mudah dan cepat
- Dapat dicegah timbulnya spikulasi dikalangan siswa
- Dapat mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan penguasaan siswa
- Siswa terdorong berani mengungkapkan pendapatnya
Kekurangan :
- Kurang representatif/ mewakili materi karena soal terbatas
- Cara mengoreksinya cukup sulit/ menyita banyak waktu
- Dalam penilaiannya tester dapat bersifat subyektif
- Koreksinya tidak dapat diwakilkan orang lain
- Validitas (daya ketepatan mengukur ) dan reliabilitas (daya keajegan
mengukurr ) pada umumnya rendah
2. Tes Obyektif
Tes obyektif ada lima macam yaitu :
 Bentuk benar salah
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang
benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandaimasing-
masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul
menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.
 Bentuk menjodohkan
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan,
memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan
dan satu seri jawaban. Tugas murid ialah mencari dan menempatkan jawaban-
jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
1
2
 Bentuk isian
Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau
tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-
bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh
murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
 Bentuk pilihan ganda
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu
pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu
dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau Multiple
choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan
jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu
jawaban benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh.
Beberapa jenis bentuk pilihan ganda :
 Melengkapi lima pilihan
 Asosiai dengan lima atau empat pilihan
 Melengkapi berganda
 Analisis hubungan antar hal
 Analisis kasus
 Hal kecuali
 Hubungan dinamik
 Pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar
Kelebihan :
- Lebih representatif
- Dalam menilai tester lebih objektif
- Mengoreksinya mudah
- Mengoreksinya dapat minta bantuan orang lain
- Butir-butir soalnya mudah dianalisis, dari segi derajat kesukaran, daya pembeda,
validitas dan relibialitasnya
Kelemahan :
- Menyusunnya sulit
- Kurang dapat mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi atau
mendalam
- Terbuka kemungkinan bagi siswa bermain spekulasi
- Siswa dapat mudah kerjasama sebab jawabannya mudah meniru (A,B,C,D,E)

2) Lisan (oral test)


Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara
langsung antara pendidik dan peserta didik. Thoha (2003:61) menjelaskan bahwa tes ini
termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.
Dari segi persiapan dan cara bertanya, tes lisan dapat dibedakan menjadi dua yakni:
1. Tes lisan bebas
Yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik tanpa menggunakan pedoman
1
3
yang dipersiapkan secara tertulis
2. Tes lisan berpedoman
Pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang akan ditanyakan kepada peserta
didik.
Kelebihannya :
- Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik,
sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung
- Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering
mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat
menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan
yang dimaksud.
- Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
Kelemahannya :
- Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes,
- Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama
3) Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan
pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan. Penilaian tes
perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai
dengan hasil akhir yang dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya
diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga
tutor dapat menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah
disediakan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan
yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual. Dalam
pembelajaran matematika, tes perbuatan bisa berupa memperagakan apakah suatu bangun
datar merupakan jaring-jaring kubus atau bukan, menggambarkan suatu bangun ruang dan
menunjukkan semua bidang diagonal serta diagonal bidang, membuat lukisan dengan
menggunakan jangka, mistar, dan busur derajat, dsb.

1
4
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh guru selama
proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa, selain untuk
mengadakan perbaikan. Oleh karena itu, kegiatan evaluasi hendaknya memperhatikan konsep
dasar evaluasi yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Konsep dasar evaluasi yang
harus dikuasai oleh pendidik (guru) ataupun calon pendidik (calon guru) adalah pengertian dasar
tentang evaluasi, tujuan evaluasi, fungsi evaluasi, makna evaluasi, dan prinsip-prinsip evaluasi
yang telah diuraikan di atas. Tanpa mengetahui konsep dasar evaluasi seorang pendidik (guru)
tidak akan dapat menyusun suatu alat evaluasi. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendasar
tentang konsep dasar evaluasi.

B. Saran
Dari pembahasan diatas, maka menandakan bahwa evaluasi pembelajaran tidak hanya dapat
dilakukan oleh seorang guru sendirian, namun semua guru. Untuk itu, pemahaman tentang
konsep dasar evaluasi dan pembalajaran sangat diperlukan oleh guru demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang baik, efektif, dan efisisien.

1
5
DAFTAR PUSTAKA

http://istihanijawa.blogspot.com/2018/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

http://asriakaname.blogspot.com/2016/05/psikologi-pendidikan-evaluasi-hasil.html

1
6

Anda mungkin juga menyukai