Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Pujisyukur kehadiran
ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul
Hakikat Ibadah ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan ini adalah
untuk memenuhi tugas
kelompok pada mata kuliah
Metode Studi Islam . Selain
itu, tugas ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan
mengenai hakikat ibadah
bagi para pembaca dan juga
penyusun.
Kami mengucapkan
terima kasih kepada ibu
Mahdar Ernita S.pd M.pd
selaku
dpsen mata kuliah Metode
Studi Islam yang telah
memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan
agama kita yaitu
agama islam
Kami menyadari, tugas
yang kami susun ini masih
jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu ,
kritik dan saean yang
membangun akan kami
nantikan
demi kesempurnaan makalah
ini
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran
ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul
Hakikat Ibadah ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan ini adalah
untuk memenuhi tugas
kelompok pada mata kuliah
Metode Studi Islam . Selain
itu, tugas ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan
mengenai hakikat ibadah
bagi para pembaca dan juga
penyusun.
Kami mengucapkan
terima kasih kepada ibu
Mahdar Ernita S.pd M.pd
selaku
dpsen mata kuliah Metode
Studi Islam yang telah
memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan
agama kita yaitu
agama islam
Kami menyadari, tugas
yang kami susun ini masih
jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu ,
kritik dan saean yang
membangun akan kami
nantikan
demi kesempurnaan makalah
ini
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Hakikat Ibadah (1) ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan ini
adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah AIK II (Ibadah).
Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai hakikat
ibadah bagi para pembaca dan juga penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Muallimah, S.Pd.I.,


M.Ag selakudpsen mata kuliah Metode Studi Islam yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
agama kita yaitu agama islam.

Kami menyadari, tugas yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saean yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 14 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Type chapter title (level 1) 1


Type chapter title (level 2) 2
Type chapter title (level 3) 3
Type chapter title (level 1) 4
Type chapter title (level 2) 5
Type chapter title (level 3) 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hakikat adalah berhubungan denganmakna atau arti,bukan fakta


yang terjadi.Asal usul hakikat adalah dari bahasa arab “Al-Haqq”yang
artinya hak.Makna tersebut menjadi kata dasar hakikat adalah
benar,kepunyaan,adat kebiasaan,atau benar-benar ada.
Hakikat adalah inti sari atau dasar,istilah kata hakikat adalah
kenyataan yang sebenarnya atau sesungguhnya.Tujuan di
ciptakanyaibadah adalah untuk bribadah kepada-Nya,ibadah dalam
pengertian yang komperensif menurut Syaikh Al-islam ibnu Taimiyah
adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatunya yang di cintai dan
di ridhoi oleh Allah SWT berupa perkataan ataupun perbuatan baik amalan
batin ataupun zahir (nyata). Adapun hakekat ibadah :
1. Ibadah adalah tujuan hidup kita.
2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang allah cintai dan
Rhidoi dengan penuh ketundukan dan kerendahan diri kepada-Nya.
3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan
meninggalkan larangan-Nya.
4. Cinta,maksudnya cinta adalah cinta kepadaallah dan rasul-Nya yang
mengandung makna mendahulukan kehendak Allah dan rasul-Nya
atas nama yang lainnya,adapun tanda-tandanya mengikuti rasullullah
saw.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala
sesuatu yang di cintai Allah)
6. Takut. Maksudnya , tidak merasakan ketakutan kepada makhluk lainnya
selain ketakutan kepada Allah SWT.
Dengan demikian orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah
mengisi waktunya dengan macam bentuk ketaatan baik dengan melaksanakn
perintah maupun larangan sebab dengan cara itulah tujuan hidupnya akan
terwujud
Ibadah merupakan rangkaian ritual yang di lakukan manusia dalam
rangka pengabdian atau kepatuhan kepada sang pencipta. Ibadah dalam islam
tidak hanya terbatas pada hubungan manusia dengan Allah semata, melainkan
juga terhadap hubungan antara manusia dengan manusia lainnya serta manusia
dengan alam (Razak,1993:18).

Ada dua pembagian ibadah dalam islam yaitu,ibadah mahdlah dan ghairu
mahdlah, ibadah mahdlah,yaitu ibadah yang berhubungan dengan syari’at Islam
yang terkandung dalam rukun islam.Contoh ibadah mahdhlah antara lain
sholat,zakat,puasa,dan haji,sementara ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah
yang di laksanakan umat islam dalam hubunganyadengan sesame manusia dan
lingkunganya,ibadah ghairu mahdhah di kenal dengan ibadah muamalah.

Dari dua pembagian ibadah ini,secara implisit maupun eksplisit ibadah


tidak hanya berupa rangkaian ucapan dan gerakan semata. Lebih dari itu di
balik ibadah terdapat nilai-nilai luhur yang mengatur hubungan antar sesame.
Nilai-nilai luhur ini biasa di kenal sebagai etika atau akhlak.Hal ini yang
kemudian di jadikan sebagai pijakan bagi umat islam untuk dapat menjadikan
kehidupanya menjadi lebih baik dan selalu bermanfaat bagi diri dan
lingkunganya.

Dengan demikian ibadah merupakan kewajiban bagi setiap umat ialam,


pada hakikat nya manusia tak pernah lupu dari kehkhilafan atas
perbuatanya ,ibadah tak hanya melakukan hal-hal wajib saja belajarlah dari
sekarang untuk melakukan kebaikan kepada sesama manusia ,karena allah
menyukai perdamaian dan kasih sayang,mulailah dari yang kecil ,tentunya
kebaikan kecil yang kita lakukan pasti angat berpengaruh positif dalam hidup
kita.

Terkait manifestasietika atau akhlah tersebut,di dalam islam


keberadaanya perku diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari adapun
wujudnya adalah ; 1) Akhlak kepada Allah SWT, 2) Akhlak terhadap diri
sendiri, 3) Akhlak terhadap orang lain (Zain dkk,2005: xvii). Pembagian akhlak
ini kemudian di sebut sebagai nilai-nilai luhur yang penting untuk kita
kembangkan.

Ibadah berasal dari bahasa Arab yaitu,ya’buduabada-abidun berarti


budak. Tujuan ibadah adalah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.“Dan aku tidak menjadikan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-ku”(Adz-dzariyat:56).Ayat ini mengandung pengertian yang
agung dan mendalam serta mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.Al-
Qur’an pun diturunkan dalam bahasa mereka dan mereka memahami arah serta
kandungan makna pengilhaman bahasa ini,juga mengerti rahasia-rahasia
kefasihan bahasanya,Ayat tersebut jelas menyeutkan bahwa tujuan penciptaan
manusia hanya untuk beribadah semata-mata. Kata “ma”sebagai penyangkal
(naff) dan kata “illa”sebagai pengecualian (istiftsna);keduanya merupakan
bentuk gashr yang paling kuat di dalam lifsanul arab,yakni menafikan tujuan
lain dari penciptaan manusia selain tujuan beribadah kepada allah,dan sekaligus
membatasi tujuan seluruh eksistensinya yaitu hanya untuk beribadah kepada
allah semata.

Dalam aspek inilah, manusia seharusnya benar-benar dapat merasakan


keagungan Allah sehingga mereka (sebagai hamba)mengikuti tujuan ibadah itu
dengan sebaik-baiknya, manusia akan menundukan dirinya seagai hamba
allah,dan menempatkan allah dalam uluhiyyah-Nya dengan beribadah secara
ikhlas kepada-Nya serta menghambakan diri-Nya.

Dengan demikian, pengertian ibadah bukan sekedar melakukan syi’ar-


syi’ar ‘Ubudiyyah saja,seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang,karena
mereka memahami islam sekedar kulitnya saja tidak dari pengertian Islam yang
sebenarnya.Manusia tidak mungkin mewujudkan pengertian ibadah dengan
hanya melakukan syi’ar-syi’ar sebagaimana telah diwajibkan Allah dalam
sholat,shaum,menunaikan zakat,dan haji.

Manusia bukan malaikat, dan memang tidak mungkin berubah menjadi


malaikat,Sebab malaikat sejenis makhlu halus yang di ciptakan allah dari
cahaya,Mereka menghabiskan waktunya sepanjang siang dan malam hanya
beribadah kepada Allah tiada hentinya,dan mereka juga tidak pernah durhaka
kepdada khaloqnya,sebagaimana firman-Nya” “Yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa-apa yang diperintahkan”(At-Tahrim:6).

Lain halnya dengan manusia,yang diciptakandari segenggam tanah liat


dan tiupan ruh Allah, di samping di lengkapi dengan ruh yang halus, juga di
bentuk dari jasad yang bersifat teguh dan goncang,makan dan minum,kadang
lelah kadang tidur. Mereka di beri akal dan pikiran untuk memikirkan
kehidupanya.

Jadi, seorang hamba dapat di ibaratkan seorang musafir yang harus


membekali dirinya untuk persiapan mempengaruhi perjalanan yang hendak
ditempuhnya,untuk itulah manusia di bekali kemampuan fisik/Ruhaniyah.

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa fiqih ibadah merupakan


bidang ilmu yang mempelajari tata cara manusia mengabdi dan menyembah
Allah sesuai ketentuan syari’at islam melalui dalil-dalil yang terperinci, seperti
sholat,zakat,puasa dan haji dan berbagai ritual lainnya yang di maksuskan untuk
menyembah Allah yang bersifat hhorizontal maupun vertical.
Sumber hokum islam yang di gunakan dalam mengatur tata cara ibadah
kepada Allah dan berbagai problematikanya tidak hanya terbatas pada Al-
Qur’an dan Hadits saja,namun masih ada ijma’dan qiyas yang juga bisa di pakai
dalam menyelesaikan problematikayang tidakdi jelaskan secara detail dalam Al-
Qur’an dan Hadits sebagai dalil utama dan grand thcory di segala bidang
kehidupan yang senantiasa akan tetap relevan likulli zaman wa makan.

Ibadah ialah segala sesuatu yang di sukai dan di ridhoi allah baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun bisikan dalam hati. Ibadah berasal dari bahasa
arab ‘ibadah (jamak:ibadat) yang berarti pengabdian, penghambaan,
ketundukkan, dan lepatuhan. dari akat kata (budak)yang menghimpun makna
kekurangan, kehinaan, dan krendahan. Karena itu,inti ibdadah ialah
pengungkapan rasa kekurangan, kehinaan, dan kerendahan diri dalam bentuk
penanggungan,penyucian dan syukur kepada Allah SWT.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengambil beberapa rumusan


masalah di antaranya sebagai berikut:

1) Apa makna dari ibadah?


2) Apa saja fungsi dan hikmah ibadah?
3) Apa Perbedaan antara ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut,penulis memiliki beberapa tujuan


penulisan di antaranya sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui apa saja itu makna ibadah.


2) Untuk mengetehui fungsi dan hikmah ibadah.
3) Untuk mengetahui Perbedaan tentang ibadah mahdhah dan ghairu
mahdhah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Ibadah

Ibadah secara bahasa adalah ithaa’ah atau ketaatan, sedangkan menurut Ibnu
Taimiyyah adalah kerendahan hati dan rasa cinta kepada Allah SWT yang
timbul dari hati seorang hamba, sedangkan menurut syekh Yusuf Al-Qardhawi
segala hal apapun itu dalam kehidupan manusia jika didasari dengan niat
kebaikan maka akan termasuk sebagai bagian dari pada ibadah.

Adapun sholat, dzikir, puasa dan menunaikan ibadah haji merupakan ritual
peribadahan yang mengantarkan manusia pada pemahaman terhadap
kesempurnaan akan hakikat yang kita lakukan. Dan setiap dari amalan tidak
akan terbuang sia-sia dan pasti akan dihisab. Tidak ada satupun amalan yang
tidak di hisab dan dibalas dengan kebaikan nanti di hari pembalasan.

Adapun makna sempit daripada ibadah adalah Tazkiyatun nafs atau


mensucikan diri, dan beribadah semaunya sendiri, itu adalah termasuk dari
kurangnya pengaruh konsep ibadah pada sosial yang tumbuh pada diri seorang
hamba sedangkan manusia diciptakan untuk beribadah yang aharus
menghasilkan pengaruh kebaikan pada masyarakat social.

Untuk mencapai tingkatan kekhuyusukan dalam beramal ,haruslah seorang


hamba merasakan rasa cinta kepada sang pencipta yang telah melimpahkan
nikmatnya,takut terhadap azab yang telah disiapkannya bagi orang yang
melanggar dan berbuat maksiat ataupun dosa serta berharap sepenuhnya kepada
Allah SWT, maka kita akan mencapai tingkatan makrifat. “Yaitu mereka yang
yakin bertemu dengan tuhannya dan sesungguhnya mereka akan kembali
kepada-Nya (Al-Baqoroh “46).”

Ibadah juga merupakan bentuk manifestasi penghambaan manusia kepada


Allah Sang Pencipta. Ibadah bukan hanya kegiatan atau ritual yang dilakukan
tanpa makna. Ibadah juga termasuk bentuk rasa syukur manusia kepada Allah
SWT atas semua kebaikan dan berkah yang telah diberikan. Seperti dalam Surat
An Nahl ayat 18, Allah berfirman, “Dan, jika kamu menghitung-hitung nikmat
Allah, niscaya kamu tak dapat menghitungnya (karena banyaknya).
Sesungguhnya, Allah benar-benar Maha Penyayang.”
Dengan begitu, ibadah menjadi salah satu cara mengucapkan rasa syukur
kepada Allah atas segala kebaikan yang tak terhitung nikmatnya. Selain itu,
ibadah juga berarti melaksanakan apa yang diperintahkan atau dicintai Allah
dengan penuh kepasrahan dan sikap rendah diri pada Allah. Bahwa hamba yang
taat akan melakukan apapun kepada Allah sebagai bentuk rasa terima kasih.

Terakhir, pengertian ibadah juga berarti bentuk membangun komunikasi


antara manusia dan Sang Penciptanya. Dengan beribadah, semua makhluk
ciptaan Allah dapat mendekatkan diri, berkomunikasi, dan kembali kepada-Nya
saat sedang menghadapi ujian atau cobaan. Sebab, hanya Allah SWT dengan
segala kekuatannya yang mampu membimbing setiap hambanya menuju jalan
kebaikan.

B. Fungsi Dan Hikmah Ibadah

a) Fungsi ibadah

Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut untuk
beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan. Ia
tidak hanya terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada amal
perbuatan yang nyata. Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh.
Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu
amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya
bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya,
tetapi juga untuk mewujudkan hubungan antar sesama manusia. Islam
mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah SWT dalam semua aspek
kehidupan dan aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari
masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam yaitu;

1) Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.

Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan


melalui “muqarabah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu
merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala
perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim
tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta
menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah
ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan.” Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari
penghambaan terhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu.

2) Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya

Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi
nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi
ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan
masyarakat. Contohnya:

Ketika Al-Qur'an berbicara tentang sholat, ia menjelaskan fungsinya:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah mencegah
dari perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu
perbuatan merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan sholat
diharapakan manusia dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan
tersebut.

Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan


fungsinya:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

Zakat berfungsi untuk membersihkan mereka yang berzakat dari kekikiran


dan kecintaan yang berlebih-lebihan terhadap harta benda. Sifat kikir adalah
sifat buruk yang anti kemanusiaan. Orang kikir tidak akan disukai masyarakat
zakat juga akan menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati pemberinya dan
memperkembangkan harta benda mereka. Orang yang mengeluarkan zakat
hatinya akan tentram karena ia akan dicintai masyarakat. Dan masih banyak
ibadah-ibadah lain yang tujuannya tidak hanya baik bagi diri pelakunya tetapi
juga membawa dapak sosial yang baik bagi masyarakatnya. Karena itu Allah
tidak akan menerima semua bentuk ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa
kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda:

“Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji


dan munkar, maka dia hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR.
Thabrani).

3) Melatih diri untuk berdisiplin

Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan sholat,
mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan
lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama
muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak
mau membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan tidak
menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma'ruf nahi
munkar”, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya
dari siksa Allah SWT.

b) Hakikat Ibadah

Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah


kepada Allah SWT. Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut
Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah adalah sebuah nama yang mencakup segala
sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT berupa perkataan atau
perbuatan baik amalan batin ataupun yang dhahir (nyata). Adapun hakekat
ibadah yaitu:

1) Ibadah adalah tujuan hidup kita. Seperti yang terdapat dalam surat Adz-
dzariat ayat 56, yang menunjukan tugas kita sebagai manusia adalah
untuk beribadah kepada Allah.
2) Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai
dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah.
3) Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan
meninggalkan larangan-Nya.
4) Hakikat ibadah sebagai cinta.
5) Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu
yang dicintai Allah).
6) Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala
bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

Dengan demikian orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah yang


mengisi waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan, baik dengan
melaksanakan perintah maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itulah
tujuan hidupnya akan terwujud.

C. Perbedaan Ibadah Mahdhah Dan Ghairu Mahdhah

Menurut bahasa, mahdhah memiliki arti 'murni' atau 'tak bercampur'.


Sedangkan ghairu mahdhah memiliki arti 'tidak murni' atau 'bercampur dengan
yang lain'.

Ibadah mahdhah adalah ibadah yang selama ini kita kenal, antara lain seperti
sholat, puasa, zakat, dan haji. Bahkan banyak kaum muslimin menganggap
bahwa ibadah mereka adalah ibadah yang masuk ke dalam kelompok ibadah
mahdhah.

Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah segala amalan yang diizinkan oleh
Allah SWT, yang dalam pelaksanaannya dilandaskan dengan niat untuk mencari
ridha dan pahala dari Allah SWT. Dan jika tidak berdasarkan niat karena Allah
SWT, maka amalannya tetap sah, hanya saja tidak ada nilai pahala dalam
pengerjaannya.

Oleh karena itu, ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah juga dikenal
dengan sebutan ad-diin (urusan agama) untuk ibadah mahdhah, dan ad-dunya
(urusan duniawi) sebagai sebutan ibadah ghairu mahdhah.

Adapun ciri ciri dari ibada mahdhah dan ghairu mahdhah yaitu:

1) Ibadah mahdhah adalah ibadah yang murni ibadah. Ibadah mahdhah


memiliki tiga ciri, yaitu:
 Ibadah mahdhah adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis
ibadah di mana penetapannya berasal dari dalil syariat. Jadi, semua
perkataan atau ucapan dalam ibadah mahdhah tidaklah bernilai
kecuali ibadah. Dengan kata lain, tidak bisa bernilai netral (bisa
jadi ibadah atau bukan ibadah). Ibadah mahdhah juga memiliki
dalil-dalil yang menunjukkan adanya larangan yang ditujukan
kepada selain AllahSWT, karena hal itu termasuk dalam
kemusyrikan.
 Ibadah mahdhah ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang
mengerjakannya, yaitu dalam rangka meraih pahala di akhirat.
 badah mahdhah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, dan
tidak ada jalan yang lainnya, sekali pun melalui akal atau budaya.

Contoh sederhana dari ibadah mahdhah adalah sholat yang biasa kita
kerjakan. Sholat termasuk ke dalam ibadah mahdhah karena memang ada
perintah atau dalil khusus tentan pelaksanaan ibadah ini. Oleh karena itu, sholat
memang sejak awal adalah aktivitas yang diperintahkan.

Orang-orang yang mengerjakan sholat pun berharap dapat mendapat


balasan berupa pahala. Pelaksanaan dari sholat juga tidak bisa asal, karena
sudah diatur melalui wahyu. Berapa kali pengerjaan sholat, kapan saja
waktunya, berapa raka’at, bagaimana gerakan dan bacaannya, dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan sholat, hanya bisa diketahui melalui
penjelasan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan bukan berasal dari
pikiran seseorang atau budaya.

2) Jika ibadah mahdhah adalah ibadah murni, maka ibadah ghairu mahdhah
sebaliknya, adalah ibadah yang tidak murni. Ciri pada ibadah ghairu
mahdhah juga berkebalikan dari ibadah mahdhah, di mana cirinya adalah:
 Perkataan atau perbuatan dalam ibadah ghairu mahdhah asalnya
bukanlah ibadah. Akan tetapi, statusnya dapat merubah menjadi
ibadah jika melihat dan menimbang niat orang yang
melaksanakannya.
 Maksud pokok perbuatan tersebut adalah untuk memenuhi urusan
atau kebutuhan yang bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala
di akhirat.
 Amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan bahkan sudah dikenal
meskipun tidak ada wahyu dari para rasul.

Contoh sederhana dari ibadah ghairu mahdhah adalah ketika kita makan.
Seperti yang kita tahu, makan bukanlah ibadah khusus, dan bahkan menjadi
kebutuhan kita sehari-hari.

Kita bisa makan kapan saja, baik ketika lapar atau pun tidak. Apa yang
dimakan pun bisa makanan apa saja, kecuali yang sudah diharamkan.
Namun, aktivitas makan kita bisa menjadi sebuah ibadah yang bahkan
dinilai berpahala jika kita meniatkannya dengan sesuatu yang baik. Misalnya,
kita berniat makan agar kuat dalam menjalankan ibadah wajib seperti sholat
atau untuk berjalan ke masjid.

akan juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pokok kita. Dalam


pengerjaannya pun, kita tidak membutuhkan wahyu untuk makan, karena tanpa
wahyu pun kita sudah tahu pentingnya makan dan memang membutuhkan
makan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan dari materi di atas bahwa Ibadah secara bahasa adalah
ithaa’ah atau ketaatan, sedangkan menurut Ibnu Taimiyyah adalah kerendahan
hati dan rasa cinta kepada Allah SWT yang timbul dari hati seorang hamba,
sedangkan menurut syekh Yusuf Al-Qardhawi segala hal apapun itu dalam
kehidupan manusia jika didasari dengan niat kebaikan maka akan termasuk
sebagai bagian dari pada ibadah.

Adapun fungsi dan hakikatnya dalam ibadah yaitu; Mewujudkan hubungan


antara hamba dengan Tuhannya, Mendidik mental dan menjadikan manusia
ingat akan kewajibannya, dan Melatih diri untuk berdisiplin. Adapun hakekat
ibadah yaitu; Ibadah adalah tujuan hidup kita. Seperti yang terdapat dalam surat
Adz-dzariat ayat 56, yang menunjukan tugas kita sebagai manusia adalah untuk
beribadah kepada Allah, Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang
Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada
Allah, Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan
meninggalkan larangan-Nya, Hakikat ibadah sebagai cinta, Jihad di jalan Allah
(berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang dicintai Allah), dan
Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk
dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

Menurut bahasa, mahdhah memiliki arti 'murni' atau 'tak bercampur'.


Sedangkan ghairu mahdhah memiliki arti 'tidak murni' atau 'bercampur dengan
yang lain'.

Ibadah mahdhah adalah ibadah yang selama ini kita kenal, antara lain seperti
sholat, puasa, zakat, dan haji. Bahkan banyak kaum muslimin menganggap
bahwa ibadah mereka adalah ibadah yang masuk ke dalam kelompok ibadah
mahdhah.

Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah segala amalan yang diizinkan oleh
Allah SWT, yang dalam pelaksanaannya dilandaskan dengan niat untuk mencari
ridha dan pahala dari Allah SWT. Dan jika tidak berdasarkan niat karena Allah
SWT, maka amalannya tetap sah, hanya saja tidak ada nilai pahala dalam
pengerjaannya.
B. Saran

Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan


kita, yaitu untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan
Hadits baik dalam ibadah mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru
mahdah (umum) dengan niat semata-mata ikhlas untuk mencapai ridha Allah.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ayovaksindinkeskdi.id/pengertian-ibadah /#:~:text= Pengertian
%20Ibadah %20% E2% 80% 93% 20Ibadah% 20merupakan% 20sebuah, yang
%20nampak%20ibadah%20adalah%20tubuh.

http://afi.unida.gontor.ac.id/2020/01/30/makna-ibadah-dalam-islam/

https://www.merdeka.com/jateng/pengertian-ibadah-dan-tujuannya-dalam-
islam-perlu-diketahui-kln.html

https://studi-agama-islam.blogspot.com/2013/10/pengertian-hakikat-dan-fungsi-
ibadah.html

https://www.merdeka.com/jabar/mengenal-ibadah-mahdhah-dan-ghairu-
mahdhah-ini-perbedaan-keduanya-kln.html

Anda mungkin juga menyukai