BAB I
PENDAHULUAN
bekal untuk kehidupan yang kekal, yaitu kehidupan akhirat. Ibadah menjadi
amal yang akan kita bawa untuk menentukan siapa kita dihadapan Allah
SWT.
Pada zaman yang semakin senja ini, banyak sekali fenomena yang
dapat kita lihat tentang menyembah selain Allah SWT, mempercayai selain
Allah SWT sebagai pemberi petunjuk, dan fenomena Islam KTP atau lebih
jelasnya seseorang yang terlahir dari keluarga Islam namun kurang begitu
paham dan mengerti tentang agamanya, karena memang tidak mengetahuinya
atau tidak berusaha untuk mencari tau lebih dalam. Pengetahuan tentang
ibadah dan agama Islam sangatlah penting karena itu yang menjadi pedoman,
petunjuk kita sebagai manusia dalam melaksanakan segala tugas, kewajiban,
hidup di dunia semata-mata untuk mencari akhirat tempat yang sebenarbenarnya, tempat asal, tempat kembali, dan disanalah kita hidup dengan kekal.
Minimnya pengetahuan ibadah membuat sebagian umat muslim hanya
beribadah seadanya, padahal ibadah merupakan bekal utama manusia untuk
kehidupan setelah mati.
Jadi sangat erat kaitanya antara ibadah dan amalan yang akan kita
bawa mati untuk kehidupan setelah mati, kualitas amalan kita sangat
dipengaruhi oleh proses beribadah kita di dunia, khususnya dalam ibadah
yang berhubungan langsung dengan Allah SWT. Melihat fenomena masa kini,
demi perkembangan pengetahuan ibadah secara teori dari berbagai sumber
dan AL-Quran sebagai sumber dari segala sumber pedoman hidup manusia,
banyak yang harus diperhatikan,dipahami, dan diterapkan oleh kita sebagai
manusia yang kelak akan dan pasti mati. Salah satunya Ibadah dan makna
Ibadah, fungsi ibadah, tujuan ibadah, dan macam-macam ibadah itu sendiri
agar tercipta pelaksanaan ibadah sebagai jalan kita bersyukur, memperbanyak
amalan baik untuk bekal kehidupan akhirat dan mengakui keagungan Allah
SWT yang telah menciptakan kita.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam Ibadah sebagai ritual dalam Islam adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan ibadah?
2. Apa makna ibadah?
3. Apa macam-macam ibadah?
4. Apa kewajiban ibadah?
5. Apa fungsi ibadah?
6. Apa bentuk-bentuk ibadah?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut :
1. Memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Meningkatkan kualitas keimanan
3. Meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT
4. Meningkatkan kualitas kehidupan kita di dunia dalam bermasyarakat
5. Meningkatkan pengetahuan tentang agama Islam
6. Meningkatkan kecintaan kita terhadap Allah SWT dan Nabi Muhammad
SAW
D. Manfaat Penulisan
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menghasilkan banyak
manfaat, diantaranya :
1. Dapat mengetahui dan memahami arti dari Ibadah
2. Dapat mengetahui dan memahami makna dari Ibadah
3. Dapat mengetahui dan memahami macam-macam Ibadah
4. Dapat mengetahui dan memahami kewajiban manusia dalam beribadah
5. Dapat mengetahui dan memahami fungsi serta tujuan Ibadah
6. Dapat mengetahui dan memahami bentuk-bentuk dari Ibadah
7. Dapat mengamalkan Ibadah yang telah diketahui dengan cara yang telah
ditentukan oleh Allah SWT.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini berjudul IBADAH SEBAGAI RITUAL DALAM
ISLAM. Yang memiliki sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, berisi : Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Sistematika Penulisan.
BAB II PEMBAHASAN, berisi : Definisi Ibadah, Makna Ibadah, MacamMacam Ibadah, Kewajiban Ibadah, Fungsi Ibadah, Bentuk-Bentuk Ibadah.
BAB III PENUTUP, berisi : Kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ibadah
Ibadat atau Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa
Arab. Dalam terminologi bahasa Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ini meimiliki arti:
1. perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari
oleh peraturan agama.
2. segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus
dituruti pemeluknya.
3. upacara yang berhubungan dengan agama.
Adapun definisi-definisi ibadah secara etimologi, terminologi dan syarI,
diantaranya :
1. Definisi secara etimologi
Ibadah secara bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan
kepatuhan. Menyembah atau penghambaan.
B. Makna Ibadah
Jafar Subhani ketika membahas batasan esensi ibadah mengemukakan
bahwa ibadah ialah tunduk meyakini uluhiyah (Ketuhanan) yang disembah,
rububiyah, dan kemerdekaan-Nya dalam berbuat. Amal perbuatan khusus
yang bersifat tertentu yang secara khas bersifat keagamaan, atau sering
disebut dengan istilah ubudiyah menurut Nurcholis Madjid.
1. Rububiyah
Secara bahasa Tauhid Rububiyah berasal dari dua kata; Tauhid
dan
Rububiyah.
Dalam
arab
bahasa
yang
berarti
Tauhid,
adalah
mengesakan
sesuatu.
secara
dengan
istilah
sungguh-sungguh
bahwa
hanya
Allah
adalah
yang
2)
manusia.
Maka
padanya
terdapat
tanda
yang
yang
terdapat
pada
dirinya,
niscaya
itu
akan
10
Kami
akan
memperlihatkan
kepada
mereka
tanda-tanda
orang-orang
Rasulullahshallallahu
musyrik
alaihi
yang
wa
sallam
diperangi
oleh
mengikrarkan
11
tidak
menyembah
mereka
melainkan
supaya
mereka
jelas
bahwa
kaum
musyrikin
Arab
meyakini
alasan
diutusnya
para
Rasul
dan
12
kemampuan
Allah
untuk
mematikan
dan
13
2. Uluhiyah
Tauhid artinya adalah mengesakan atau menunggalkan. Dalam
arti kita meyakini bahwa Allah itu Maha Esa atau Maha Tunggal.
Uluhiyyah sendiri diambil dari akar kata aliha-ya lahu, ilaahan atau
uluuhan. Secara bahasa, arti kata aliha yaitu bertujuan, mendedikasikan
diri kepada, mencintai sesuatu sepenuh hati, menghambakan diri
kepadanya, bermonoloyalitas. Jadi, kita adalah aalih, atau orang yang
melakukan uluuh. Allah adalah ma-luuuh. Dalam arti yang dicintai
sepenuh hati, yang kepada-Nya kita bermonoloyalitas, yang terhadap-Nya
kita menghambakan diri, dan seterusnya.
Tauhid Uluhiyyah adalah penunggalan dan pengesaan Allah
dalam hal uluhiyyah. Artinya, kita harus meyakini bahwa adalah satusatunya yang kita cintai sepenuh hati, yang kita tunggalkan ketaatan secara
mutlak kepada-Nya, yang kita menghambakan diri dan mengabdi
kepadanya.
Dan
itulah
makna
sejati
dari
Laa
Ilaaha
Illalah.
Laa ilaaha illallah bukan sekadar berarti TIDAK ADA TUHAN SELAIN
ALLAH. Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah melalui perbuatan
para hamba berdasarkan niat taqarrub atau mendekatkan diri kepada
Allah, yang disyariatkan. Artinya, proses penerapan Tauhid Uluhiyyah
adalah melalui perbuatan seorang hamba yang mengesakan Allah dalam
ibadah. Ia hanya beribadah kepada Allah saja tidak kepada selain-Nya.
Dan ibadah itu dilakukan untuk tujuan mendekatkan diri kepada-Nya.
Selain itu, ibadah yang dilakukan kepada Allah hanya dengan cara yang
disyariatkan oleh Allah saja, tidak dengan cara yang dikehendai oleh si
hamba sendiri.
Contoh dari ibadah yang mendekatkan diri dengan cara yang disyariatkan
itu, diantaranya :
a. berdoa,
b. bernadzar,
14
c. berkurban,
d. raja
(Mengharapkan
Keridhaan
Allah,
mengharapkan
rahmat,
15
olehmu
sekalian,
bahwasanya
tidak
ada
dengan
memberi
peringatan
kepada
orang
yang
16
Nabi Shallallahu
alaihi
wa
sallam:
Barangsiapa
17
kita
Nabi Shallallahu
bahas
bahwa
alaihi
musyrikin
wa
Arab
di
zaman
yang
terakhir.
Yaitu,
mentauhidkan
Allah
dalam
18
perkara
ini
pula
Allah
memerintahkan
Nabi
wa
taala berfirman
tentang
kaum
Nabi
19
penyimpangan
ini
menghilangkan
kesempurnaan
yang
wajib
ubudiyah
Menilik pada maknanya pengertian Ubudiyah secara umum dapat
diterjemahkan sebagai Ibadah(ritual) / yang mengatur hubungan langsung
dengan Allah SWT. Tetapi dalam makna yang lebih khusus Ubudiyah
dapat dipahami sebagai Pengabdian, yang tidak hanya ditujukan
kepada Allah SWT semata tetapi juga harus mampu diterjemahkan lebih
lanjut kedalam bentuk pengabdian kepada Islam, bangsa, dunia serta
umat manusia dan kemanusiaan.
20
C. Macam-Macam Ibadah
1. Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhoh adalah ibadah yang murni ibadah, jadi semata-mata
tujuannya untuk cari pahala, yakni beribadah kepada Allaah subhanahu wa
taala.. Contoh : Shalat, puasa, shalawat, dll. Para ulama menjelaskan
bahwa ibadah mahdhoh jika dikerjakan tanpa tuntunan, jelas hal ini adalah
amalan yang sia-sia. Contohnya seperti shalat yang diubah dan tatacaranya
ditambahkan, misalnya penambahan pelafalan niat. Demikian juga shalat
yang tak ada asalnya dari Islam, misalnya shalat 100 rakaat dimalam nisfu
syaban, shalat hadiyah, shalat raghaib, dan shalat-shalat lain yang tak ada
asalnya dari Nabi Muhammad SAW. Begitu juga dengan mengamalkan
puasa-puasa yang bukan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, semisal
puasa nisfu syaban, ngebleng, mutih, pati geni, dll. Begitu juga dengan
shalawat-shalawat yang tidak berasal dari Nabi shallallahu alaihi wa
sallam, semisal nariyah, hajjiyah, burdah, dll.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
Man ahdasa fii amrinaa hadzaa maa laesa minhu fahua roddun.
Artinya :
Barang siapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (agama
/ ibadah) yang tidak ada asalnya (tidak Rosululloh lakukan / perintahkan),
maka perkara tersebut tertolak. ( HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no.
1718 )
Jadi harus dan perlu dasar dalam ibadah jenis ini. Sehingga ada kaedah
dalam ibadah :
Al Ashlu fil ibaadah butlaanun hatta yaquumuddaliilualal amri
21
Artinya :
Asalnya urusan Ibadah adalah batal/tidak sah kecuali ada dalil yang
memerintahkannya
2. Ibadah Ghoiru Mahdhah
Ibadah ghoiru mahdhoh adalah ibadah yang tidak murni ibadah. Satu
sisi ibadah ini bisa bernilai ibadah (ada pahalanya) jika diniatkan karena
Allah, dan bisa tidak bernilai ibadah jika hanya berniat untuk dunia.
Contohnya :
a. Bekerja untuk mencari nafkah
b. Tersenyum dengan orang lain
c. Tolong menolong sesame
d. Menafkahkan harta di jalan Allah
e. Membangun sekolah, madrasah, jembatan, dll
Sedangkan ibadah ghoiru mahdhoh, ini baru jadi ibadah dan
berpahala jika diniatkan untuk ibadah, misalnya mencari nafkah untuk
menghidupi keluarga diniatkan karena Allah, karena Allah memang
memerintahkan agar menafkahi keluarga. Namun jika diniatkan hanya
untuk cari kerja saja karena untuk sekedar memenuhi kebutuhan, atau
sekedar mengumpulkan harta, maka ini tidak bernilai pahala. Jadi amalan
ini asalnya mubah. Jika diniatkan karena Allah baru bernilai pahala.
Namun perlu diperhatikan bahwa ibadah ghoiru mahdhoh ini jika
dijadikan sebagai ibadah murni, maka bisa terjatuh dalam perkara yang
mengada-ada dalam agama (baca : bidah), misalnya dikhususkan dengan
cara dan dikerjakan pada waktu tertentu. Contonya ziarah kubur sebelum
masuk
22
lainnya ketika jabat tangan setelah shalat. Jabat tangannya asalnya boleh
kapan saja, bahkan jabat tangan dapat menggugurkan dosa. Namun jika
jabat tangan dikhususkan ketika selesai shalat, apalagi pengkhususan
tersebut sampai dianggapnya mempunyai keutamaan, bahkan dianggap
sebagai sunnah, maka ini yang mengada-ada. Jadi tidak bisa dikatakan
mubah.
D. Kewajiban Ibadah
Allah Subahan Wata'ala berfirman:
"Dan, Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku"
(QS Adz-Dzaariyaat[51]:(56))
Allah SWT tidak menciptakan jin dan manusia sebagai sesuatu yang
sia-sia dan tidak berguna. Dia juga tidak menciptakan mereka untuk makan,
minum, senda gurau, bermain dan tertawa. Dia menciptakan mereka untuk
suatu perkara yang besar, yakni menyembah-NYA, mengesakan-NYA,
mengagungkan-NYA,
membesarkan-NYA
dengan
melakukan
segala
23
E. Fungsi Ibadah
Manusia berfungsi sebagai khalifah dan berstatus sebagai hamba
merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika
hidup yang sarat dengan kreatif dan amaliyah yang selalu berpihak pada nilainilai kebenaran. Karena itu hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan
amaliah, dan kerja keras tiada henti. Kedudukan manusia sebagai khalifah dan
hamba bukan dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu
24
Artinya : Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia itu dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ketempat yang
serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan
beramal shaleh(Q.S. al-Tin:4-5)
Dari ayat diatas dapat dipahami jika tinggi atau rendahnya derajat seseorang
bukan karena sosok tubuh atau fisiknya saja namun bagaimana keimanan dan
amal perbuatan yang ia lakukan. Dan menurut Q.S Ali Imran ayat 112 dapat
dipahami bahwa kualitas kemanusiaan itu sangat bergantung pada kualitas
komunikasi manusia dengan Allah SWT melalui Ibadah dan kualitas interaksi
sosialnya dengan sesama manusia.
Adapun fungsi dari Ibadah antara lain :
1. Kewajiban manusia dibumi hanya untuk beribadah kepada Allah SWT
2. Tanda Syukur atas segala nikmatnya yang tak terhingga
3. Wajib beribadah karena merupakan konsekuensi dari janjinya saat berada
didalam rahim
4. Syarat dari memperoleh rahmat Allah
25
F. Bentuk-Bentuk Ibadah
1. Shalat (Sendi dan Induk Ibadah)
Salat (bahasa Arab: ; transliterasi: Sholat), merujuk kepada
ritual ibadah pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam, praktik salat
harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Nabi Muhammad, sebagai
figur pengejawantah perintahAllah. Umat muslim diperintahkan untuk
mendirikan salat, karena menurut Surah Al-'Ankabut dapat mencegah
perbuatan keji dan mungkar:
Artinya :
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (AlQur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya, mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS.29:45)
a. Pengertian Shalat
Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki
arti, doa. Sedangkan, menurut istilah, salat bermakna serangkaian
kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul
26
b. Hukum Shalat
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad telah memberikan
peringatan keras kepada orang yang suka meninggalkan salat wajib,
mereka akan dihukumi menjadi kafir dan mereka yang meninggalkan
salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan orangorang, seperti Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
Hukum salat dapat dikategorisasikan sebagai berikut:
1) Fardu,
Salat
fardhu
ialah
salat
yang
diwajibkan
untuk
ain adalah
kewajiban
yang
diwajibkan
27
c. Rukun Shalat
1. Berdiri bagi yang mampu.
2. Takbiratul ihram.
3. Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat.
4. Rukuk dan tumaninah.
5. Iktidal setelah rukuk dan tuma'ninah.
6. Sujud dua kali dengan tuma'ninah.
7. Duduk antara dua sujud dengan tuma'ninah.
8. Duduk dan membaca tasyahud akhir.
9. Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir.
10. Membaca salam yang pertama.
11. Tertib melakukan rukun secara berurutan.
d. Fungsi Shalat
Dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa ayat 103 Allah Swt berfirman
yang artinya : " Shalat merupakan suatu kewajiban bagi orang-orang
beriman yang sudah ditentukan waktunya ". Sebagai kewajiban yang
bersifat sentral, maka shalat tidak cukup dikerjakan sekaligus, akan
28
29
maka
kita
dianjurkan
untuk
melaksakan shalat
hajat,
30
subuh dan zhuhur ada shalat d, ini terkait dengan hati manusia yang
selalu berubah-ubah.
Selanjutnya tentang bacaan shalat yang diajarkan oleh Rasulullah
Saw pada umumnya merupakan zikir kepada Allah Swt baik dalam
bentuk pujian maupun do'a. Kalimat zikir mengandung arti mengingat
dan menyebut. Bagi orang-orang awam, sekurang-kurangnya dalam
lima waktu setiap harinya menyebut nama Allah, bagi orang alim dan
arif, shalat lima waktu berfungsi sebagai rangkaian waktu untuk
memelihara keakraban hubungannya dengan Allah, dan selanjutnya
bagi orang-orang yang termasuk katagori arifin ( arif billah ) yang
pusat perhatian dan hidupnya adalah shalat dan senantiasa menunggu
tibanya waktu shalat berikutnya, sehingga tak sedikitpun ada waktu
yang terlewatkan untuk mengingat Allah Swt.
3). Shalat Sebagai Pembentuk Tingkah Laku
Dari segi jadwal, jika seorang mukmin disiplin dalam mengerjakan
kewajiban shalat, apalagi jika ditampah dengan memperbanyak shalatshalat sunnat yang mengiringinya ( shalat rawatib ), maka padanya
akan terpola aktifitas hidup kita selama sehari semalam ( 24 jam ), dari
sejak kita bangun tidur hingga kita kembali ketempat tidur, bagaimana
menyangkut kebersihan diri kita baik dari na'jis ataupun kotorankotoran lainnya, bagaimana menutup aurat, bagaimana tutur kata kita,
bagaimana kita harus berprilaku secara sopan dan rendah hati
sebenarnya sudah terpola dalam setiap gerakan shalat yang telah
diajarkan kepada kita, bagaimana kita berdiri, rukuk, sujud duduk dan
lain sebagainya.
Selanjutnya didalam shalat berjama'ah juga telah terpola etika
berjama'ah yang menjadi acuan dalam kehidupan bermasyarakat,
31
Puasa Ramadan,
2)
3)
Puasa sunnah
Puasa yang hukumnya sunnah adalah puasa yang jika dikerjakan
mendapatkan pahala dan jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan
dosa. Puasa-puasa sunnah adalah sebagai berikut:
32
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
33
Rukun puasa
1) Islam,
2) Niat,
3) Meninggalkan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit
fajar hingga terbenam matahari.
c. Haram dan Makruh Berpuasa
Umat Islam diharamkan berpuasa pada waktu-waktu berikut ini:[1][2]
1) Hari raya Idul Fitri, yaitu pada (1 Syawal),
2) Hari raya Idul Adha, yaitu pada (10 Zulhijjah),
3) Hari-hari tasyrik, yaitu pada 11, 12, dan 13 Zulhijjah,
4) Hari syak, yaitu pada 30 Syaban,
5) Puasa selamanya,
6) Wanita saat sedang haid atau nifas,
7) Puasa sunnah bagi wanita tanpa izin suaminya.
Kemudian waktu makruh untuk berpuasa adalah ketika puasa
dikhususkan pada hari Jumat, tanpa diselingi puasa sebelumnya atau
sesudahnya.
d. Hal-Hal yang membatalkan Puasa
Puasa akan batal jika;
1. Masuknya benda (seperti nasi, air, asap rokok dan sebagainya) ke
dalam rongga badan dengan disengaja,
2. Bersetubuh,
3. Muntah dengan disengaja,
4. Keluar mani (istimna' ) dengan disengaja,
34
35
36
Hikmah
Hikmah dari ibadah shaum itu sendiri adalah melatih manusia untuk
sabar dalam menjalani hidup. Maksud dari sabar yang tertera dalam
al-Quran adalah gigih dan ulet seperti yang dimaksud dalam Ali
Imran/3: 146. Di antara hikmah dan faedah puasa selain untuk
menjadi orang yang bertakwa adalah sebagai berikut:
Pendidikan/latihan rohani,
1)
2)
3)
4)
Perbaikan pergaulan
Orang yang berpuasa akan merasakan segala kesusahan fakir miskin
yang banyak menderita kelaparan dan kekurangan. Dengan demikian
akan timbul rasa suka menolong kepada orang-orang yang menderita.
Kesehatan
Ibadah puasa Ramadhan akan membawa faedah bagi kesehatan
rohani dan jasmani jika pelaksanaannya sesuai dengan panduan yang
telah ditetapkan, jika tidak maka hasilnya tidaklah seberapa, malah
mungkin ibadah puasa kita sia-sia saja.
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebihlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan. (Al-A'Raaf 7:31)
37
sebagai nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah yang dikeluarkan
seseorang kepada fakir miskin. Sedangkan menurut Sulaiman Rasyid,
zakat yaitu kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak
menerimanya dengan beberapa syarat. Jadi zakat ialah sebagian
kekayaan yang diambil dari milik seseorang yang punya dan diberikan
kepada orang yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan.
Zakat dapat dikatakan sebagai usaha mensucikan diri dari
kemungkinan pemiliknya cinta yang berlebih-lebihan kepada harta dan
dari
kemungkinan
memiliki
harta
kotor
yang
disebabkan
bercampurnya harta yang bersih dengan harta yang menjadi hak orang
lain dengan jalan memberikan sebagian hartanya kepada orang yang
berhak menerimanya.
Bagi orang yang mengeluarkan zakat (muzakki), zakat
memiliki fungsi sebagai wujud dari ketaatan atas perintah Allah dan
sekaligus merupakan cara pembersihan dan pensucian harta yang
dimilikinya, serta merupakan wujud kepedulian sosial dari orang yang
mapu kepada orang yang lemah.
Zakat lebih diarahkan pada panyantunan kaum dhuafa yang
secara langsung diberikan dalam bentuk bahan konsumtif atau dengan
cara diarahkan pada kegiatan produktif guna peningkatan kemampuan
golongan ekonomi lemah sehingga mereka dapat keluar dari
kemiskinan.
b. Fungsi Zakat
Zakat memiliki fungsi yang besar, baik bagi muzakki, mustahiq
maupun bagi masyarakat muslim pada umumnya. Bagi muzakki zakat
berarti mendidik jiwa untuk suka berkorban dan membersihkan jiwa
38
menandai
dari
raya
dengan
kegembiraan
bersama,
39
pertengahan
yang
akan
memelihara
mereka
daripada
Allah
untuk
memelihara,
memperkembangkan
dan
40
sekelilingnya
41
42
2) Thawaf
Yaitu bentuk ibadah yang berupa tindakan mengelilingi Kabah
sebanyak tujuh kali putaran, bergerak berlawan dengan arah jarum
jam. Dimulai dari sudut Kabah tempat beradanya Hajar Aswad.
Ada tiga jenis thawaf dalam ibadah haji, yaitu:
43
4) Wuquf di Arafah
Yang dimaksud wuquf adalah hadir di padang Arafah, yaitu suatu
dataran yang luas tanpa penduduk di luar kota Mekah, pada tanggal
9 Dzulhijjah. Wuquf di Arafah berguna untuk mengingat kejadian
sejarah masa lampau dan berdzikir memuji Tuhan, baik dalam
keadaan duduk maupun berbaring. Wuquf dapat dipandang sah
dengan berada di sana pada suatu waktu di antara hari yang ke
sembilan itu, sejak dari waktu dzuhur hingga terbit fajar pada hari
ke sepuluh. Memperpanjang waktu wuquf hingga mencapai
44
7) Melontar Jumrah
Di Mina yang berhaji melakukan lontaran pada Jumrah sebagai
simbol yang menyatakan ketetapan hatinya untuk meninggalkan
dorongan-dorongan jiwa syaitoniah yang jahat. Ia mengulang-ulang
perbuatan itu guna menguatkan ketetapan tersebut.
Ada tiga jumrah, yang disebut dengan Jamarat, tempat seorang
haji melakukan lontaran, yaitu Jumrah Aqabah, Jumrah Wustha,
dan Jumrah Ula. Masing-masing lontaran dilakukan dengan tujuh
buah batu. Selama di Mina, seorang haji melontar ketiga Jumrah
tersebut setiap hari, kecuali pada hari pertama, ia hanya melakukan
45
46
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibadah secara bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan
kepatuhan. Menyembah atau penghambaan. Penghambaan seorang manusia
kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya sebagai realisasi dari
pelaksanaan tugas hidup selaku makhluk yang diciptakan Allah.
Batasan esensi ibadah ialah tunduk meyakini uluhiyah (Ketuhanan)
yang disembah, meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa hanya Allah yang
menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini (rububiyah), Amal
perbuatan khusus yang bersifat tertentu yang secara khas bersifat keagamaan,
atau sering disebut dengan istilah ubudiyah
Macam-Macam Ibadah terbagi atas 2 bagian yaitu Ibadah Mahdhah
yang artinya ibadah yang murni ibadah, jadi semata-mata tujuannya untuk cari
pahala, yakni beribadah kepada Allaah subhanahu wa taala. Dan yang kedua
adalah Ibadah Ghoiru Mahdhah yaitu ibadah yang tidak murni ibadah. Satu
sisi ibadah ini bisa bernilai ibadah (ada pahalanya) jika diniatkan karena
Allah, dan bisa tidak bernilai ibadah jika hanya berniat untuk dunia.
Ibadah adalah tugas manusia yang perlu dihayati dan diamalkan tanpa
terkecuali, yang merupakan kewajiban dari umat muslim sebagai hamba Allah
SWT. Karena Allah SWT tidak semata-mata menciptakan manusia
melainkan supaya mengabdi dan beribadah kepada-Nya.
Manusia berfungsi sebagai khalifah dan berstatus sebagai hamba
merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika
47
hidup yang sarat dengan kreatif dan amaliyah yang selalu berpihak pada nilainilai kebenaran. Karena itu hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan
amaliah, dan kerja keras tiada henti. Kedudukan manusia sebagai khalifah dan
hamba bukan dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu
dan tak terpisahkan. Kekhalifahan adalah realisasi dari pengabdian seseorang
kepada Allah SWT.
Bentuk-bentuk ibadah antara lain adalah Shalat sebagai sendi dan
induk dari ibadah, Puasa sebagai ibadah yang melatih hawa nafsu, zakat
sebagi Ibadah yang berwujud sosial, dan haji sebagi puncak ibadah dan
pengorbanan lahir & batin.
48
DAFTAR PUSTAKA
Fauz. 2013. Fungsi Shalat, http://kangfauz.blogspot.com/2013/06/fungsi-sholat-dalam-al-quran.html.
Hamba Allah.2010. Kewajiban Ibadah,
http://tausiyahhidup.blogspot.com/2010/01/kewajiban-beribadah.html.
Yefri. 2013. Macam-macam
ibadah,http://udayefri.wordpress.com/2013/10/08/ibadah-madhoh-danghoiru-mahdhoh/
Mazinu. 2014. Contoh Penulisan Daftar Pustaka,
http://mazinubersahabat.blogspot.com/2014/02/contoh-penulisan-daftarpustaka-yang.html
Wikipedia. 2014. Pengertian shaum.
http://id.wikipedia.org/wiki/Saum
Rohendi, Edi, Titing Rohayati, Jenuri. 2014. Rizki Press