Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari zaman dahulu telah kita ketahui kewajiban kita sebagai hamba Allah
yang lemah adalah beribadah. Setiap ibadah sebagaimana yang diperintahkan Allah
mengandung maksud tersendiri dan di dalam pelaksanaannya terdapat hikmah. Segala
bentuk dan jenis ibadah yang di syari’atkan Allah kepada manusia di janjikan pahala
dunia dan akhirat, juga mengandung hikmah yang luar biasa bagi siapa saja yang
menaatinya.
Ibadah merupakan unsur mutlak dalam agama. Agama yang intinya adalah
keyakinan tentang adanya zat yang berkuasa di atas alam raya, dan kerinduan
manusia untuk mengagumkan dan berhubungan dengan-Nya, melahirkan berbagai
macam cara pengabdian, pemujaan dan ibadah. Dalam pelaksanaannya pun
mempunyai cara yang berbeda-beda.1
Di dalam agama Islam juga terdapat banyak ibadah yang harus dilaksanakan
dan dipatuhi oleh setiap umatnya kepada Allah SWT. Salah satu kegiatan ibadah yang
sangat penting dan dijadikan tiang agama dalam agama islam adalah shalat.
Ibadah itu dilakukan dengan penuh rasa ketaatan terhadap Allah SWT,
mengharapkan keridhaan dan perlindungan dari Allah dan sebagai penyampaian rasa
syukur atas segala nikmat hidup yang diterima dari Allah. Ibadah dilakukan sesuai
dengan petunjuk yang diberikan oleh Allah, meskipun dalam keadaan tertentu apa
yang dikehendaki Allah untuk dilakukan itu berada di luar jangkauan akal dan
nalarnya, seperti lari kecil atau jalan cepat anatara bukit Safa dan Marwa dalam
melaksanakan ibadah haji.2

1
Indi Aunullah, Ensiklopedi Fikih untuk Remaja Jilid 1, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008),
hal. 151

2
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hal. 17-18

1
Berdasarkan hal yang dijelaskan diatas, peneliti tertarik untuk membahas
tentang masalah Ibadah terutama perihal “pengertian daripada ibadah dan juga
kedudukan ibadah”. Peneliti sadar bahwa makalah yang kami susun ini mungkin
masih jauh dari kesempurnaan dan semoga dengan makalah ini menjadi tambahan
ilmu bagi kami peneliti terutama dan selebihnya bagi para pembaca yang dapat
mengambil manfaat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti kemukakan diatas, maka dalam
hal ini peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengertian Ibadah
2. Bagaimanakah kedudukan Ibadah

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian Ibadah
2. Untuk mengetahui kedudukan Ibadah

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibadah
Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah (jamak: ‘ibadat ) yang berarti
pengabdian, penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan. Dari akar kata yang sama
kita mengenal istilah ‘abd (hamba, budak) yang menghimpun makna kekurangan,
kehinaan, dan kerendahan. Karena itu, inti ibadah ialah pengungkapan rasa
kekurangan, kehinaan dan kerendahan diri dalam bentuk pengagungan, penyucian
dan syukur atas segala nikmat. Kata ‘abd diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
abdi, seorang yang mengabdi dengan tunduk dan patuh kepada orang lain. Dengan
demikian, segala bentuk sikap pengabdian dan kepatuhan merupakan ibadah
walaupun tidak dilandasi suatu keyakinan.3
Kata “Ibadah” menurut bahasa berarti “taat, tunduk, merendahkan diri dan
menghambakan diri.” Adapun kata “Ibadah” menurut istilah berarti penghambaan diri
yang sepenuh-penuhnya untuk mencapai keridhoan Allah dan mengharap pahala-Nya
di akhirat”4
Dari sisi keagamaan, ibadah adalah ketundukkan atau penghambaan diri
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk kegiatan
manusia di dunia ini, yang dilakukan dengan niat mengabdi dan menghamba hanya
kepada Allah. Jadi, semua tindakan mukmin yang dilandasi oleh niat tulus untuk
mencapai ridha Allah dipandang sebagai ibadah. Makna inilah yang terkandung
dalam firman Allah : (al-Dzariyat [51]: 56).
      
Artinya: Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia melainkan untu mengabdi kepada-Ku

Dengan demikian, segenap tindakan mukmin yang dilakukan sepanjang hari


dan malam tidak terlepas dari nilai ibadah, termasuk tindakan yang dianggap sepele,
3
Nurcholis Madjid, Islam: Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,
1992). Hal. 63

4
Sidik Tono, dkk, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1998). Hal. 2.

3
seperti senyum kepada orang lain. Atau bahkan tindakan yang dianggap kotor atau
tabu jika dituturkan kepada orang lain, seperti buang hajat, melakukan hubungan
seks, dan lain-lain. Beberapa sahabat bertanya kepada Nabi saw. tentang pahala
shalat, puasa, dan sedekah. Rasulullah saw. juga bersabda, “Seseorang muslim yang
menanam pohon atau tumbuhan lain, kemudian buahnya dimakan burung, orang atau
binatang ternak, semua itu menjadi sedekah baginya.”5

B. Kedudukan Ibadah
1. Hakikat Ibadah
Tujuan di ciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah
kepada-Nya. Allah menetapkan perintah ibadah sebenarnya merupakan suatu
kemampuan yang besar kepada makhluknya, karena apabila direnungkan, hakikat
perintah beribadah itu berupa peringatan agar kita menunaikan kewajiban terhadap
Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya.
Hakikat ibadah itu antara lain firman Allah yang berbunyi:

       


   
Artinya: “Wahai para manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu, yang telah
menjadikan kamu dan telah menjadikan orang-orang sebelum kamu, agar
kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah (2) ;21).

Adapun hakikat ibadah yaitu:6

1. Ibadah adalah tujuan hidup kita.

5
Sidik Tono, dkk, Ibadah dan Akhlak dalam Islam…, h. 6
6
Lembaga Pembinaan Pengembangan Keislaman Kemuhammadiyahan Univesitas
Muhammadiyah Palangkaraya, http://lppk-umpalangkaraya.blogspot.com/2014/09/materi-i-penegrtian-
hakikat-dan-hikmah.html?m=1, di akses pada 11 Juni 2021

4
2. Melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukkan
dan perendahan diri kepada Allah SWT.
3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan
meniggalkan larangan-Nya.
4. Cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengandung
makna mendahulukan kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya.
Adapun tanda-tandanya : mengikuti sunnah Rasulullah saw.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang
dicintai Allah).
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala
bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

Dengan demikian orang-orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah

yang mengisi waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan; baik dengan

melaksanakan perintah maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itu tujuan

hidupnya akan terwujud.

2. Tujuan Ibadah
Ada lima tujuan yang dicapai melalui pelaksanaan ibadah:7
1. Memuji Allah dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang mutlak, seperti
ilmu, kekuasaan, dan kehendak-Nya. Artinya, kesempurnaan sifat-sifat Allah
tak terbatas, tak terikat syarat, dan meniscayakan-Nya tanpa membutuhkan
yang lain.
2. Menyucikan Allah dari segala cela dan kekurangan, seperti kemungkinan
untuk binasa, terbatas, bodoh, lemah, kikir, semena-mena, dan sifat-sifat
tercela lainnya,

7
Murtadha Muthahhari, Energi Ibadah, (Jakarta: Serambi, 2007). Hal. 16-17.

5
3. Bersyukur kepada Allah sebagai sumber segala kebaikan yang kita dapatkan
berasal dari-Nya, sedangkan segala sesuatu selain kebaikan hanyalah
perantara yang Dia ciptakan.
4. Menyerahkan diri secara tulus kepada Allah dan menaati-Nya secara mutlak.
Mengakui bahwa Dialah yang layak ditaati dan dijadikan tempat berserah diri.
Dialah yang yang berhak memerintah dan melarang kita, karena Dialah Tuhan
kita. Kita semua wajib taat dan menyerahkan diri kepada-Nya, sebab kita
adalah hamba-Nya.
5. Tidak ada sekutu bagi-Nya dalam masalah apapun yang kami sebutkan di
atas, dialah satu-satunya yang Mahasempura. Dialah satu-satunya yang
Mahasuci dari segala cela dan kekurangan. Dan dialah satu-satunya pemberi
nikmat yang sebenarnya, serta pencipta segala kenikmatan. Karena itu, segala
bentuk syukur layak dipanjatkan hanya kepada-Nya. Dialah satu-satunya yang
layak ditaati dan dijadikan tempat berserah diri secara tulus. Ketaatan kita
kepada Nabi, imam, pemimpin, agama, ayah, ibu, atau guru harus kita lakukan
dalam bingkai ketaatan kita kepada-Nya. Inilah sikap yang layak bagi seorang
hamba di hadapan Penciptanya Yang Mahaagung. Sikap semacam itu hanya
boleh dilakukan kepada Dia yang betul-betul nyat keagungan dan kebesaran-
Nya.
3. Fungsi Ibadah
Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam  Islam:8
a. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan 
melalui “muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan  selalu merasa
diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan  segala perilakunya
dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu  seseorang muslim tidak akan
melupakan kewajibannya untuk beribadah,  bertaubat, serta menyandarkan segala

8
Nurcholis Madjid, Islam: Doktrin dan Peradaban..,. Hal. 17-18

6
kebutuhannya pada pertolongan  Allah SWT. Demikianlah ikrar seorang muslim
seperti tertera dalam Al- Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5 :
    
Artinya: “Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami 
meminta pertolongan.”
Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan terhadap 
manusia, harta benda dan hawa nafsu.
b. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah  anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan Kewajiban untuk menerima dan  memberi
nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika  berbicara tentang fungsi
ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap  kehidupan pribadi dan masyarakat.
Contohnya: Ketika Al Qur'an berbicara tentang sholat, ia menjelaskan fungsinya:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari  (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat  Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang  lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari  (perbuatan- perbuatan)
keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat  Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang  lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu 
membersihkan dan mensucikan mereka dan Mendoalah untuk mereka. 
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan  Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” Dan masih banyak ibadah-ibadah lain yang
tujuannya tidak hanya baik bagi diri  pelakunya tetapi juga membawa dapak sosial
yang baik bagi  masyarakatnya. Karena itu Allah tidak akan menerima semua bentuk 

7
ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa kebaikan bagi dirinya dan orang  lain.
Dalam hal ini Nabi SAW bersabda :
“Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji  dan
munkar, maka dia hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR.  Thabrani)
c. Melatih diri untuk berdisiplin
Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk 
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengajn jelas dalam pelaksanaan  sholat,
mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan  aturan-aturan
lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita  menganiaya sesama
muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak mau
membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk  harta dan tidak menyalurkannya
kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma'ruf nahi munkar”, maka
ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah SWT.9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan tentang pengertian dan kedudukan ibadah diatas,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan:
1. Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah (jamak: ‘ibadat ) yang berarti
pengabdian, penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan.ibadah ialah

9
Nurcholis Madjid, Islam: Doktrin dan Peradaban..,. Hal. 19

8
pengungkapan rasa kekurangan, kehinaan dan kerendahan diri dalam bentuk
pengagungan, penyucian dan syukur atas segala nikmat.
2. Hakikat ibadah yaitu agar manusia di muka bumi ini untuk beribadah kepada-
Nya. Allah menetapkan perintah ibadah sebenarnya merupakan suatu
kemampuan yang besar kepada makhluknya, karena apabila direnungkan,
hakikat perintah beribadah itu berupa peringatan agar kita menunaikan
kewajiban terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya.
3. Tujuan ibadah adalah Memuji Allah dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya
yang mutlak, Menyucikan Allah dari segala cela dan kekurangan, bersyukur
kepada Allah, Menyerahkan diri secara tulus kepada Allah dan menaati-Nya
secara mutlak, Dialah satu satunya yang Maha sempurna.
4. Sedangkan fungsi ibadah adalah:
a. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
b. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
c. Melatih diri untuk berdisiplin
B. Saran
Uraian pada beberapa bab diatas sebagaimana telah memberikan sedikit
pemahaman dan pengetahuan kepada kita semua meskipun tiada kesempurnaan,
karena memang penulisan ini tidak terlepas dari kekurangan. Akhirnya upaya dan
kegiatan yang tak mengenal lelah untuk lebih mengkaji tentang perbaikan penulisan
makalah Ibadah, Mudah- mudahan Allah swt melimpahkan daya dan kekuatan
kepada kita. Amiin..
DAFTAR PUSTAKA

Indi Aunullah, Ensiklopedi Fikih untuk Remaja Jilid 1, Yogyakarta: Insan Madani,
2008
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, Jakarta: Prenada Media, 2003
Nurcholis Madjid, Islam: Doktrin dan Peradaban Jakarta: Yayasan Wakaf
Paramadina, 1992

9
Sidik Tono, dkk, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 1998
Murtadha Muthahhari, Energi Ibadah, Jakarta: Serambi, 2007

10

Anda mungkin juga menyukai