PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Islam sebagai agama mempunyai dua dimensi yaitu keyakinan atau akidah dan
perpanjangan dan implentasi dari akidah tersebut. Islam adalah agama samawi yang
tentang tauhid itulah keimanan seorang muslim mulai tumbuh. Konsep tauhid dalam
Islam merupakan salah satu pokok ajaran yang tidak dapat diganggu gugat dan sangat
seseorang tidak kuat, maka akan goyah pula pilar-pilar keislamannya secara
menyeluruh.
1.3 TUJUAN
hari
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP AQIDAH
Aqidah secara etimologi atau bahasa, aqidah berasal dari kata ‘aqada yang berarti
jama’) yang berarti keyakinan, sesuatu yang dapat dipercaya dalam hati atau dalam
ikatan yang kokoh.Aqidah Secara Terminologis atau istilah, aqidah adalah beberapa
ketentraman jiwa dan menjadi keyakinan yang tidak tercampur dengan keraguan-
keraguan.
Dalam pengertian agama pengertian akidah adalah kandungan rukun iman, yaitu:
Jadi akidah juga bisa diartikan dengan keimanan yang mantap tanpa disertai
keraguan di dalam hati seseorang.
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti
ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Akidah yang benar
merupakan landasan tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan. Hal ini
2
صالِ ًحا َوال يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه أَ َحدًا
َ َع َمال
َ أَ ْش َر ْك
َ ُت لَيَحْ بَطَ َّن َع َمل
ك َولَتَ ُكونَ َّن
Ayat-ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa amalan tidak akan diterima apabila
tercampuri dengan kesyirikan. Oleh sebab itulah para Rasul sangat memperhatikan
perbaikan akidah sebagai prioritas pertama dakwah mereka. Inilah dakwah pertama
yang diserukan oleh para Rasul kepada kaum mereka; menyembah kepada Allah saja
kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan dakwah dan
pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah saw
menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup
panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut,
3
kaum muslimin yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan
yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka
sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan
syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang
lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa
penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.
keimanan. Ini disebabkan Iman merupakan unsur utama kepada akidah. Iman ialah
perkataan Arab yang berarti percaya yang merangkumi ikrar (pengakuan) dengan
Walaupun iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh orang lain
selain dari dirinya sendiri dan Allah SWT, namun dapat diketahui oleh orang melalui
kejahatan dan maksiat. Sebaliknya, iman yang mantap di dada merupakan pendorong
ke arah kerja-kerja yang sesuai dan secucuk dengan kehendak dan tuntutan iman itu
sendiri.
Penyimpangan dari akidah yang benar adalah sumber petaka dan bencana.
Seseorang yang tidak mempunyai akidah yang benar maka sangat rawan termakan
mereka telah berputus asa maka mereka pun mengakhiri hidupnya dengan cara yang
4
sangat mengenaskan yaitu dengan bunuh diri. Sebagaimana pernah kita dengar ada
Begitu pula sebuah masyarakat yang tidak dibangun di atas fondasi akidah yang
benar akan sangat rawan terbius berbagai kotoran pemikiran materialisme (segala-
galanya diukur dengan materi), sehingga apabila mereka diajak untuk menghadiri
pengajian-pengajian yang membahas ilmu agama mereka pun malas karena menurut
mereka hal itu tidak bisa menghasilkan keuntungan materi. Jadilah mereka budak-
budak dunia, shalat pun mereka tinggalkan, masjid-masjid pun sepi seolah-olah
kampung di mana masjid itu berada bukan kampungnya umat Islam. Alangkah
Oleh karena peranannya yang sangat penting ini maka kita juga harus mengetahui
sebab-sebab penyimpangan dari akidah yang benar. Di antara penyebab itu adalah:
Bodoh terhadap prinsip-prinsip akidah yang benar. Hal ini bisa terjadi karena sikap
tidak mau mempelajarinya, tidak mau mengajarkannya, atau karena begitu sedikitnya
yang tidak memahami akidah yang benar dan tidak mengerti perkara-perkara yang
bertentangan dengannya, sehingga yang benar dianggap batil dan yang batil pun
dianggap benar. Hal ini sebagaimana pernah disinggung oleh Umar bin Khaththab
radhiyallahu ‘anhu, “Jalinan agama Islam itu akan terurai satu persatu, apabila di
kalangan umat Islam tumbuh sebuah generasi yang tidak mengerti hakikat jahiliyah.”
meskipun hal itu termasuk kebatilan, dan meninggalkan semua ajaran yang
bertentangan dengan ajaran nenek moyang walaupun hal itu termasuk kebenaran.
5
Keadaan ini seperti keadaan orang-orang kafir yang dikisahkan Allah di dalam ayat-
Nya, “Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah wahyu yang diturunkan
Tuhan kepada kalian!’ Mereka justru mengatakan, ‘Tidak, tetapi kami tetap akan
mengikuti apa yang kami dapatkan dari nenek-nenek moyang kami’ (Allah katakan)
Apakah mereka akan tetap mengikutinya meskipun nenek moyang mereka itu tidak
memiliki pemahaman sedikit pun dan juga tidak mendapatkan hidayah?” (QS. Al
Baqarah: 170)
Taklid buta (mengikuti tanpa landasan dalil). Hal ini terjadi dengan mengambil
dalil dan kebenarannya. Inilah kenyataan yang menimpa sekian banyak kelompok-
kelompok sempalan seperti kaum Jahmiyah, Mu’tazilah dan lain sebagainya. Mereka
mengikuti saja perkataan tokoh-tokoh sebelum mereka padahal mereka itu sesat.
Maka mereka juga ikut-ikutan menjadi tersesat, jauh dari pemahaman akidah yang
benar.
hingga ada di antara mereka yang meyakini bahwa tokoh yang dikaguminya bisa
mengetahui perkara gaib, padahal ilmu gaib hanya Allah yang mengetahuinya. Ada
juga di antara mereka yang berkeyakinan bahwa wali yang sudah mati bisa
mendatangkan manfaat, melancarkan rezeki dan bisa juga menolak bala dan
berbagai hajat mereka. Mereka beralasan hal itu mereka lakukan karena mereka
merasa sebagai orang-orang yang banyak dosanya, sehingga tidak pantas menghadap
Allah sendirian. Karena itulah mereka menjadikan wali-wali yang telah mati itu
6
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Allah melaknat kaum
Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kubur-kubur Nabi mereka sebagai
tempat ibadah.” (HR. Bukhari). Beliau memperingatkan umat agar tidak melakukan
sebagaimana apa yang mereka lakukan Kalau kubur nabi-nabi saja tidak boleh lalu
Lalai dari merenungkan ayat-ayat Allah, baik ayat kauniyah maupun qur’aniyah.
kemajuan itu diukur dengan sejauh mana kita bisa meniru gaya hidup mereka.
kekuasaan dan keluasan ilmu Allah yang telah menciptakan mereka dan
memudahkan berbagai perkara untuk mencapai kemajuan fisik semacam itu. Ini
kumiliki.” (QS. Al Qashash: 78). Padahal apa yang bisa dicapai oleh manusia itu
Allah Ta’ala. Allah berfirman yang artinya, “Allah lah yang menciptakan kamu dan
Padahal peranan orang tua sebagai pembina putra-putrinya sangatlah besar. Hal ini
sebagaimana telah digariskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Setiap bayi
dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya
Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari). Kita dapatkan anak-anak telah besar
di bawah asuhan sebuah mesin yang disebut televisi. Mereka tiru busana artis idola,
7
padahal busana sebagian mereka itu ketat, tipis dan menonjolkan aurat yang
harusnya ditutupi. Setelah itu mereka pun lalai dari membaca Al Qur’an,
mereka emban. Sebagian besar siaran dan acara yang mereka tampilkan tidak
menjadi sarana perusak dan penghancur generasi umat Islam. Acara dan rubrik yang
mereka suguhkan sedikit sekali menyuguhkan bimbingan akhlak mulia dan ajaran
untuk menanamkan akidah yang benar. Hal itu muncul dalam bentuk siaran, bacaan
maupun tayangan yang merusak. Sehingga hal ini menghasilkan tumbuhnya generasi
penerus yang sangat asing dari ajaran Islam dan justru menjadi antek kebudayaan
musuh-musuh Islam. Mereka berpikir dengan cara pikir aneh, mereka agungkan
akalnya yang cupet, dan mereka jadikan dalil-dalil Al Qur’an dan Hadits menuruti
kemauan berpikir mereka. Mereka mengaku Islam akan tetapi menghancurkan Islam
dari dalam. (disadur dengan penambahan dari At Tauhid li Shaffil Awwal Al ‘Aali,
hal. 12-13).
Tauhid (Arab :)توحيد, adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan keesaan
mengesakan. Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang
berarti esa. Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah.
8
Kalimat Tauhid ialah kalimat La Illaha Illallah yang berarti tidak ada Tuhan
melainkan Allah.
Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam, sehingga
oleh karenanya Islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu agama yang mengesakan
muslimin, tauhid itu telah berkembang menjadi nama salah satu cabang ilmu Islam,
yaitu ilmu Tauhid yakni ilmu yang mempelajari dan membahas masalah-masalah
Esa-an Allah.
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah keyakinan tentang keesaan Allah taala di dalam perbuatan-
Tauhid Asma dan Sifat adalah keyakinan tentang keesaan Allah subhanahu wa
ta’ala dalam nama dan sifat-Nya yang terdapat dalam Al Quran dan Al Hadits
3. Tauhid Mulkhiyah
4. Tauhid Uluhiyah
9
Tauhid Uluhiyah (tingkatan tertinggi) adalah mengesakan Allah dalam tujuan
perbuatan-perbuatan hamba yang dilakukan dalam rangka taqorub dan ibadah seperti
Maksudnya adalah pengesaan Allah bahwasannya hanya Allah satu- satunya haq
untuk disembah.
Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung
dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya
amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Pada dasarnya
manusia telah mengenal Allah meski secara global, maka para Rasul utusan Allah
diutus bukan untuk memperkenalkan tentang Allah semata. Namun hakikat dakwah
para Rasul adalah untuk menuntut mereka agar beribadah hanya kepada-Nya. Dengan
demikian materi dakwah para rasul adalah Tauhid Uluhiyah. Oleh karena itu istilah
tauhid tatkala disebutkan secara bebas (tanpa diberi keterangan lain) maka ia lebih
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah mentauhidkan Allah dalam segala
macam bentuk ibadah sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallahu
‘anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan
penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah saja.
10
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya
dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah
Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian.” (Al
Anbiya: 16-17).
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al-Mu’minun:
115)
Selain itu, tauhid juga adalah tujuan diutusnya beberapa rasul ke muka bumi,
dalam hal ini Allah berfirman, “Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah Thaghut itu’.” (An-Nahl: 36).
Makna dari ayat ini adalah bahwa para Rasul mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi terakhir
Nabi kita Muhammad shollallahu alaihi wa sallam diutus oleh Allah untuk mengajak
kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak memepersekutukanNya
dengan sesuatu apapun. Maka pertanyaan bagi kita sekarang adalah “Sudahkah kita
memenuhi seruan Rasul kita Muhammad shollallahu alaihi wa sallam untuk beribadah
hanya kepada Allah semata? ataukah kita bersikap acuh tak acuh terhadap seruan
Rasulullah ini?”
Selain itu tauhid merupakan perintah Allah yang paling utama dan pertama, Allah
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman
sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa: 36). Dalam ayat ini
Allah menyebutkan hal-hal yang Dia perintahkan. Dan hal pertama yang Dia perintahkan
daripada berbuat baik kepada orang tua serta manusia-manusia pada umumnya. Maka
sangatlah aneh jika seseorang bersikap sangat baik terhadap sesama manusia, namun dia
11
banyak menyepelekan hak-hak Tuhannya terutama hak beribadah hanya kepada Allah
semata.
Tauhid merupakan kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan Allah kepada
setiap hamba-Nya. Namun, sangat disayangkan kebanyakan kaum muslimin pada zaman
sekarang ini tidak mengerti hakekat dan kedudukan tauhid. Padahal tauhid inilah yang
merupakan dasar agama kita yang mulia ini. Oleh karena itu sangatlah urgen bagi kita
kaum muslimin untuk mengerti hakekat dan kedudukan tauhid. Hakekat tauhid adalah
mengesakan Allah. Bentuk pengesaan ini terbagi menjadi tiga, berikut penjelasannya.
hanya dapat dilakukan oleh Allah, seperti mencipta dan mengatur seluruh alam semesta
beserta isinya, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat dan lainnya
yang merupakan kekhususan bagi Allah. Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh
manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari
hal ini, seperti kaum atheis, pada kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya
hanya karena kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka
mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan
mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini
sebagaimana firman Allah “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah
mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?
sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).“ (Ath-Thur: 35-36)
12
Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan
diperangi Rasulullah mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman
Allah,
“Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy
yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka apakah
kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan
atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari
-Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah:
‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89).
Maksudnya adalah kita mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita
lakukan. Seperti shalat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut
dan berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari
kesemua ibadah itu hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan inti
dakwah para Rasul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy.
Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah mengenai perkataan mereka itu “Mengapa
ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat ini kaum
musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan
untuk Allah semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh
Allah dan Rasul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya
Maksudnya adalah kita beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah yang
diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Dan kita juga meyakini bahwa
13
hanya Allah-lah yang pantas untuk memiliki nama-nama terindah yang disebutkan di Al-
Qur’an dan Hadits tersebut (yang dikenal dengan Asmaul Husna). Sebagaimana firman-
Nya “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,
Seseorang baru dapat dikatakan seorang muslim yang tulen jika telah mengesakan
Allah dan tidak berbuat syirik dalam ketiga hal tersebut di atas. Barangsiapa yang
menyekutukan Allah (berbuat syirik) dalam salah satu saja dari ketiga hal tersebut, maka
2.2.3.1.Pengertian Iman
dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu serta memberi
pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari- hari. Jadi iman itu
bukanlah semata-mata ucapan lidah, buakn sekedar perbuatan, dan bukan pula hanya
Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih
umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba
tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu mewujudka
keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku
keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku keIslaman
14
menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap
Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan
tanpa dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri
hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan,
ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman
terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan dan salah satu indikasi
yang terlihat oleh manusia. Karena itu Alloh menyebut Iman dan amal soleh secara
Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang
jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka
sebagian dari rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang
Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama
keImanan akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Akan tetapi ada
sebagaian ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang bahwa ia merupakan
aqidah yang tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya memiliki
15
dua kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan lain diantara
keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak bertambah dan tidak berkurang.
Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria
Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari
Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang berIman, yang jika telah
tertanam dalam hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara otomatis
tercermin dalam prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria keImanan terhadap
16
Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali didapati
kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini dari
hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa kita
mulai dengan memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah karena taat
Ketika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh
pemiliknya suatu manisnya Iman, sebagaImana hadits Nabi Muhammad saw. yang
artinya:
“Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan
manisnya Iman: Menjadikan Alloh dan RosulNya lebih dicintainya melebihi dari
selain keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya melainkan karena Alloh,
1.Pengetahuan Manusia
memahami dahulu apa yang dia ucapkan, begitu juga dengan syahadatain. Seseorang
memahami isi dari dua kalimat yang dia nyatakan itu, serta bersedia menerima
tidak mungkin dapat mengamalkannya. Contohnya yaitu dalam kalimat Laa ilaaha
17
illallah. Kita harus pahami bahwa kalimat ini mencakup dua dimensi, yaitu penafikan
(Laa ilaaha = tiada ilah) dan penetapan (illallah = selain Allah). Artinya, kita harus
sembahan selain Allah. Dan dimensi penetapan dalam kalimat ini adalah penetapan
bahwa hak Uluhiyah (ketuhanan / yang disembahLawan dari pengetahuan ini adalah
salah satu kunci mendapatkan rahmat dari Allah dan mendapatkan kebaikan.
2.Keyakinan
Keyakinan di sini berarti mengetahui dengan sempurna makna dari syahadat tanpa
mesti meyakini ucapannya dengan makna yang sebenarnya, tanpa ragu sedikitpun.
Dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda, "Aku bersaksi bahwa tidak ada
tuhan selain Allah. Tidak ada seorang hamba yang bertemu dengan Allah dengan dua
kalimat ini dan tidak ragu tentang kedua-duanya, kecuali masuk surga." (HR.
Muslim)
3.Keikhlashan
Ikhlas berarti bersihnya hati dari segala sesuatu yang bertentangan dengan makna
syahadat. Dengan demikian, ucapan syahadat mesti diiringi dengan niat yang
ikhlash, lillahi ta'ala. Ucapan yang bercampur dengan riya' atau kecenderungan
tertentu tidak akan diterima Allah SWTSyahadat sendiri merupakan bagian dari
ibadah, oleh karena itu harus dilakukan dengan ikhlash. Dan ikhlash, merupakan
18
lawan dari kemusyrikan. Setiap perbuatan yang mengandung kemusyrikan, maka
akan menghapus amal perbuatan itu sendiri. Dan orang yang melakukannya
menderita kerugian, karena pekerjaannya sia-sia tidak bermakna. Dan tidak ikhlash
Allah SWT berfirman: "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada
hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Az
Zumar : 39).
4.Kejujuran
harus saling sesuai dan sejalan, yaitu antara lahir dan batinnya, antara ilmu dan
amalnya, antara apa yang ada di dalam hatinya dengan apa yang dikerjakan oleh
raganya. Oleh karena itulah pernyataan syahadat harus dinyatakan dengan lisan,
diyakini dalam hati, lalu diaktualisasikan dalam amal perbuatan. Rasulullah SAW
bersabda Lawan dari sikap ini adalah kebohongan yang melahirkan kemunafikan,
yaitu menampakan sesuatu yang sebenarnya tak ada dalam hatinya. Atau bahwa ia
menyimpan kekufuran dalam batinnya, tetapi menampakkan iman dalam lisan dan
raganya
5.Kecintaan
Kecintaan dalam hal ini yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dan juga mencintai
orang-orang yang beriman. Cinta juga berarti rasa suka yang dapat melapangkan
dada. Ia merupakan ruh dari ibadah, sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang
paling utama. Dengan rasa cinta ini, segala perintah dan larangan akan terasa ringan,
19
tuntutan dari syahadatain akan terasa ringan. Seseorang yang beriman, akan
melimpahkan cintanya terlebih dahulu kepada Allah SWT, Rasul-Nya, dan jihad,
sebelum mencintai yang lainnya Allah dan marah karena Allah." (HR. Thabrani dari
6.Penerimaan
terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Dan hal ini harus
membuahkan ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT, dengan jalan meyakini bahwa
tak ada yang dapat menunjuki dan menyelamatkannya kecuali ajaran yang datang
dari syariat Islam Lawan dari penerimaan di atas adalah penolakan atau
SAW dengan hatinya, sehingga ia tidak ridho dan tidak menerima ajaran-ajaran
tersebut.
7.Ketundukan
Ketundukan yaitu tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya
yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. Lawan dari ketundukan adalah
pengingkaran, yaitu tidak mau melakukan apa yang diperintahkan Allah atau
adalah orang-orang yang tunduk dan taat kepada Allah. Setiap muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat syahadat di atas, maka akan timbul di dalam dirinya sikap
rela dan ridho untuk diatur oleh Allah SWT, Rasulullah, dan Islam, dalam kehidupan
20
mereka sehari-hari, dan dalam setiap keadaanalimat Syahadat dalam Kehidupan
Sehari-hari
2. Orang yang bersaksi ُاَل إِلَهَ إِاَّل هللا , maka dia wajib meyakini bahwa tidak ada yang
untuk dank arena Allâh Azza wa Jalla , baik itu perkataan hati dan lisan, serta
konsekuensinya.
8. Dalam kalimat syahadat mengandung pernyataan berlepas diri dari agama orang
musyrik.
21
9. Berlepas diri dari agama Yahudi dan Nasrani, karena orang Yahudi mengingkari
menjadikannya sebagai tuhan. Dan juga, Yahudi dan Nasrani keduanya kafir
Muhammad Rasûlullâh
c. (3) agama nasrani, keduanya dengan bersaksi bahwa ‘Isa adalah hamba
11. Wajib berlepas diri dari seluruh golongan kafir dan kaum musyrikin yang
12. Keutamaan tauhid, yaitu dengan tauhid yang dimiliki seseorang, Allâh Azza wa
14. Hadits ini sebagai bantahan terhadap kelompok sesat Murji`ah yang mengatakan
15. Wajib bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba
Allâh dan utusan-Nya dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Nabi dan
16. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba yang tidak boleh disembah
22
17. Setiap Muslim dan Muslimah wajib taat kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
18. Kaum Muslimin wajib beribadah kepada Allâh menurut syari’at yang dibawa oleh
19. Kaum Muslimin tidak boleh mengadakan sesuatu yang baru dalam agama yang
20. Orang yang mengucapkan syahadat Muhammad Rasûlullâh maka dia wajib
22. Tidak boleh berbuat syirik dan bid’ah karena Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam melarang.
nabi dan orang shalih. Kita tidak boleh mengingkari keutamaan mereka, namun
25. Nabi ‘Isa Alaihissallambukan tuhan dan bukan pula anak tuhan.
26. Orang Yahudi dan Nasrani setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
diutus, maka mereka wajib masuk ke dalam agam Islam. Jika tidak, maka mereka
27. Nabi ‘Isa Alaihissallamdiciptakan oleh Allâh Azza wa Jalla tanpa ayah, Beliau
23
28. Nabi ‘Isa Alaihissallamdiciptakan dari ruh-ruh yang Allâh ciptakan.
29. Setiap Muslim wajib meyakini bahwa surga dan neraka itu adalah benar.
30. Setiap Muslim wajib meyakini tentang adanya hari Kiamat, hari dibangkitkan
31. Surga dan neraka sudah diciptakan dan sudah ada sekarang.
32. Setiap Muslim dan Muslimah wajib mentauhidkan Allâh dan menjauhkan syirik
33. Setiap Muslim dan Muslimah wajib menjauhkan perbuatan dosa dan maksiat,
34. Wajib bertaubat kepada Allâh atas semua dosa dan maksiat.
35. Orang yang bertauhid kepada Allâh dengan yakin, jujur, dan ikhlas akan
36.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
pengesaan Allah bahwasannya hanya Allah satu- satunya haq untuk disembah.
larangan dan menjalankan perintah Allah SWT, tidak boleh berbuat syirik, meyakini
Allah SWT sebagai Tuhan satu-satunya dan Nabi Muhammad saw sebagai utusann-
Nya, dll.
3.2 Saran
akidah,tauhid dan iman dalam kehidupan sehari hari agar perbuatan kita tidak melenceng
dari semestinya, sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah rosullullah.Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami
mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
25
Daftar Pustaka
http://yunusmakalah.blogspot.com/2010/05/akidah-dan-tauhid.html
http://ceritakuaja.wordpress.com/2013/05/25/makalah-hakikat-iman-islam-dan-ihsan/
http://iskud.wordpress.com/2010/12/06/hakikat-dan-kedudukan-tauhid/
http://ade-budayaminang.blogspot.com/2011/11/iman-dan-kufur.html
https://muslim.or.id/459-tauhid-akidah-dalam-kehidupan-insan.html
26
27