Anda di halaman 1dari 24

ISLAM SEBAGAI WAY OF LIFE

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : Firdaus,S.PD.I,M.Pd

Disusun oleh kelompok 5:

1. Anggita Febriana (1911020220)


2. Annisa Dyah Kurnia (1911020192)
3. Ajeng Renita Mulyani (1911020238)
4. Khadija Kusumawati (1911020207)
5. Neni Nur Hayati (1911020231)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Islam Sebagai Way
of Life”. Hal-hal yang mendorong pembuatan makalah ini adalah ingin memacu
diri prestasi dalam bidang makalah. Sedangkan, hal yang mengahmbat adalah
terbatasnya watu dalam pengerjaan ini. Harapan kami kiranya makalah ini adalah
bermanfaat serta dapat meningkatkan mutu dan daya saing Pendidikan Agama
Islam.

Kami sangat menyadari bahwa makalh ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

Purwokerto, 1 Oktober 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan masalah.................................................................................. 2
C. Tujuan penulisan ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian, Tujuan, Dan Fungsi Islam ................................................... 3
B. Sumber Ajaran Islam ............................................................................ 10
C. Ruang Lingkup Ajaran Islam ............................................................... 12
D. Karakteristik Ajaran Islam.................................................................... 15
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................... 19
B. Saran ..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam merupakan “way of life” yang menjamin kebahagiaan hidup
pemeluknya di dunia dan akhirat kelak.1 Syaratnya, segala aturan yang ada di
dalamnya harus dijalankan. Adapun dasar agama Islam, adalah Al- Qur'an. Al-
Qur'an yang telah diwahyukan kepada Rosul-Nya berguna untuk diajarkan
kepada manusia. Ia adalah rahmat, hidayah dan petunjuk bagi manusia. Allah
SWT menurunkan Al-Qur'an sebagai kitab petunjuk, tetapi
Akan lebih tepat dinyatakan bahwa ia adalah petunjuk bagi kehidupan
umat manusia, petunjuk yang menuntun manusia ke arah jalan yang lurus,
yaitu dalam konteks perjuangan menyeluruh antara yang baik dan yang buruk.2
Sesuai dengan kodrat manusia di dunia ia berada dalam banyak jalan. Dan jika tidak
hati-hati, maka ia akan terjerumus dalam kesesatan terkecuali orang-orang yang
mendapat pertolongan. Manusia sejak keberadaannya adalah berbeda dengan
makhluk lain. Manusia mempunyai banyak tabiat dibanding
makhluk lain yang hanya memiliki satu tujuan saja.3
Selain itu manusia juga dihadapkan pada pengalaman-pengalaman hidup
yang diharapkan dapat menjadi bahan renungan dan kemudian memilih mana yang
baik. Walaupun manusia sudah diberi akal fikiran, namun dalam menggunakannya
dilarang secara berlebihan karena bukan sebagai ukuran segala sesuatu.
Maka tepat sekali sikap al Ghazali yang berjuang dengan gigih menaklukan
fikiran melalui jalan penghayatan batin. Ini berarti, akal fikiran harus tunduk
kepada hati (al qalbu) yang didasari atau dilandasi oleh iman yang kuat dan
memang iman adalah soal hati Oleh karena itu manusia harus dapat menentukan
jalan yang benar (shirat al mustaqim) di antara jalan-jalan yang ada. Dalam
hal ini manusia harus berjuang dan sungguh-sungguh, baik melalui fisik maupun
mental

4
B. Rumusan Masalah
Dari judul makalah yang kami buat akan timbul masalah dan
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa pengertian, tujuan, dan fungsi islam?
2. Bagaimana sumber ajaran islam?
3. Bagaimana ruang lingkup yang di ajarkan dalam agama islam?
4. Bagaimana karakteristik agama islam?
C. Tujuan penulisan
Dari rumusan masalah yang sudah tertulis di atas, maka dapat kita
tuliskan tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Agar penulis dan pembaca mengetahui pengertian tujuan dan fungsi
islam.
2. Agar penulis dan pembaca mengetahui apa saja sumber ajaran islam.
3. Agar penulis dan pembaca mengetahui ruang lingkup ajaran islam.
4. Agar penulis dan pembaca mengetahui karakteristik agama islam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Islam

1. Pengertian Islam

Ditinjau dari segi bahasanya, yang dikaitkan dengan asal katanya (etimologis),
Islam memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut:

a. Islam berasal dari kata ‘salm’


As-Salmu berarti damai atau kedamaian. Firman Allah SWT dalam Al-
Quran:

“Dan jika meReka condong kepada perdamaian (lis salm), maka condonglah
kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfal:61).

Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Ini
merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan
agama yang mengajarkan umatnya untuk cinta damai atau senantiasa
memperjuangkan perdamaian, bukan peperangan atau konflik dan kekacauan.

"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat
aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat
aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan
itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya
dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil.”
(QS. 49 : 9).

Sebagai salah satu bukti Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi
perdamaian adalah Allah SWT melalui Al-Quran baru mengizinkan atau
memperbolehkan kaum Muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para
musuh-musuhnya.

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena


sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar
Maha Kuasa menolong mereka itu.” (QS. Al-Hajj : 39).

6
b. Islam Berasal dari kata ‘aslama’
Aslama artinya berserah diri atau pasrah, yakni berserah diri kepada aturan
Allah SWT.

Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang
secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.

Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah
perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya.

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya (aslama wajhahu) kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS. An-Nisa : 125)

Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan


seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya.

“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah


untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162)

Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik
yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada
Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya.

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan
suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS.
Ali’Imran : 83)

c. Islam Berasal dari kata istaslama–mustaslimun


Istaslama–mustaslimun artinya penyerahan total kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT dalam Al-Quran:

“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” (QS As-Saffat: 26)

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Seorang Muslim
atau pemeluk agama Islam diperintahkan untuk secara total menyerahkan seluruh
jiwa dan raga serta harta atau apa pun yang dimiliki hanya kepada Allah SWT.

7
d. Berasal dari kata ‘saliim’
Salim artinya bersih dan suci.
"Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih"
(QS. Asy-Syu’ara: 89).
"(Ingatlah) ketika ia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci."
(QS. As-Saffat: 84)

Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang
mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa
yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di
akhirat.
e. Islam Berasal dari ‘salam’
Salam berarti selamat dan sejahtera.
"Berkata Ibrahim: 'Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta
ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku'." (QS.
Maryam : 47).
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat
manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan
kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.

Definisi tersebut memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari
oleh ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara poin-poinnya adalah:

1. Islam sebagai Wahyu Ilahi


Wahyu ialah perintah atau kata-kata Allah ;’///yang disampaikan kepada para rasul-
Nya. Nabi Muhammad sebagai salah seorang rasul (pesuruh) Allah Ta'ala juga
menerima wahyu yang disampaikan melalui perantaraan malaikat Jibril.

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).” (QS. An-Najm: 3-4).

8
Wahyu Allah kini terhimpun semuanya dalam Mushaf Al-Quran, kitab suci Umat
Islam, sebagai sumber utama ajaran agama Islam.

2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW)

“Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada
kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-
anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan
mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya
kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri.” (QS. Ali’Imran : 84)

3. Islam sebagai Pedoman Hidup.

“Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini" (QS. Al-Jasiyah : 20).

Islam adalah jalan hidup (way of life). Al-Quran sebagai sumber utama ajaran Islam
menjadi bacaan wajib sekaligus panduan dalam menjalani kehidupan.

4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah


SAW

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-
hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari
hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian
dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang
yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum)

9
siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
(QS. Al-Ma’idah : 49-50)

5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus.

Allah SWT berfirman (QS. Al-An’am : 153).


“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah
dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertakwa.”

Dalam QS Al-Fatihah, umat Islam membaca doa "Tunjukkanlah kami ke jalan yang
lurus":

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menjelaskan, ada empat perkataan ulama tentang
makna jalan lurus (shiratal mustaqim):

Kitab Allah (Al-Quran). Ini merupakan pendapat yang diriwayatkan oleh sahabat
‘Ali dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Agama Islam. Ini merupakan pendapat Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, Al Hasan, dan
Abul ‘Aliyah rahimahumullah.
Jalan petunjuk menuju agama Allah. Ini merupakan pendapat Abu Shalih dari
sahabat Ibnu ‘Abbas dan juga pendapat Mujahid rahimahumullah.
Jalan (menuju) surga. Pendapat ini juga dinukil dari Ibnu ‘Abbas r.a.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah mejelaskan : “Shiratal
mustaqim adalah jalan yang jelas dan gamblang yang bisa mengantarkan menuju
Allah dan surga-Nya, yaitu dengan mengenal kebenaran serta mengamalkannya”
(Taisirul Kariimir Rahman).

10
6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat

Islam adalah agama yang membawa pemeluknya kepada kebahagiaan di dunia dan
di akhirat. Dengan amal kebaikan (amal shalih) yang dikerjakannya, sesuai dengan
syariat Islam, kaum Muslim akan menjalani kehidupan yang baik, tentram, dan di
akhirat nanti pun demikian.
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (QS. An-Nahl:
97).

2. Tujuan Islam
Tujuan islam adalah untuk mewujudkan kemaslahatan dan
menghindarkan kerusakan danbahaya dari seorang hamba baik dulu,
sekarang dan zaman yang akan datang. Sehingga akantercapailah
kebahagiaan yang hakiki dimanapunberada, membentuk masyarakat yang
ideal, yang menitikberatkan pembentukan moral dan kerohanian sebuah
masyarakat dan tidak lupa turut membangunkan nilai
ketamadunan,seterusnya membina msayarakat yang kukuh dan berwibawa
di mata dunia.

3. Fungsi Islam
a. Sebagai Pembimbing Dalam Hidup
Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang
mencakup segala unsure pengalaman pendidikan dan keyakinan yang
didapatnya sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk
suatu kepribadian yang harmonis, di mana segala unsur pokoknya terdiri
dari pengalaman yang menentramkan jiwa maka dalam menghadapi
dorongan baik yang bersifat biologis ataupun rohani dan sosial akan mampu
menghadapi dengan tenang.

11
b. Penolong Dalam Kesukaran
Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya) akan
menghadapi cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan
cenderung menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua
orang.
Beda halnya dengan orang yang beragama dan teguh imannya, orang yang
seperti ini akan menerima setiap cobaan dengan lapang dada. Dengan
keyakinan bahwa setiap cobaan yang menimpa dirinya merupakan ujian dari
tuhan (Allah) yang harus dihadapi dengan kesabaran karena Allah
memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuannya.
c. Penentram Batin
Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran tuhan tak peduli orang
itu kaya apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang kaya
takut akan kehilangan harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri oleh
orang lain, orang yang miskin apalagi, selalu merasa kurang bahkan
cenderung tidak mensyukuri hidup
d. Pengendali Moral
Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap
ajaran agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat
diperhatikan dan di junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam
Islam sangatlah tinggi, dalam Islam diajarkan untuk menghormati orang
lain, akan tetapi sama sekali tidak diperintah untuk meminta dihormati.
Islam mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu indah.
Dalam Al-Qur’an ada ayat yang berbunyi: “dan jangan kau ucapkan kepada
kedua (orang tuamu) uf!!” Tidak ada ayat yang memerintahkan kepada
manusia (orang tua) untuk minta dihormati kepada anak.
Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan moral, mulai
dari berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan manusia dengan manusia lain
(hablum minannas/hubungan sosial). Termasuk di dalamnya harus jujur, jika
seorang berkata bohong maka dia akan disiksa oleh api neraka. Ini hanya contoh
kecil peraturan Islam yang berkaitan dengan moral.

12
B. Sumber Ajaran Islam
Ajaran Islam adalah pengembangan agama islam. Agama islam bersumber dari
al-qur’an yang memuat wahyu allah dan al-hadist yang memuat sunnah rasulullah.
Komponen utama agama islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan
rakyu atau akal pikir manusia yang memenuhi syarat untuk mengembangkannya.
Yang dikembangkan adalah ajaran agama yang terdapat dalam al-qur’an dan al-
hadis.
Menurut kamus umum bahasa indonesia (1986) sumber adalah asal sesuatu.
Sumber ajaran islam adalah asal ajaran islam (termasuk sumber agama islam di
dalamnya). Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh
setiap muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam surat an-Nisa (4) ayat 59 yang
artinya “Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) ulil amri diantara
kamu ...” Menurut al-qur’an surat an-Nisa ayat 59 itu setiap mukmin (orang-orang
yang beriman) wajib mengikuti kehendak Allah, kehendak Rasul dan kehendak
‘penguasa’ ulil amri (kalangan) mereka sendiri.

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam hidup
dan kehidupannya. Al-Qur’an dan as-Sunnah adalah dua sumber utama ajaran
Islam, yang mana keduanya merupakan wahyu Allah SWT, sehingga di antara
keduanya sama sekali tidak terdapat pertentangan di dalamnya. Setiap orang Islam
harus mencintai dan berpegang teguh pada keduanya, dengan demikian dia akan
selamat, baik di dunia maupun di akhirat. Seperti sabda Rasul SAW. sebagai
berikut:
“Aku tinggalkan dua pusaka pada kalian, jika kalian berpegang pada keduanya,
niscaya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah SWT (al-Qur’an) dan sunnah Rasul-
Nya.”

13
2. As-Sunnah
Sudah kita ketahui bahwa hadits mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam ajaran Islam. Ia menepati posisi kedua setelah al-Qur’an. Al-Qur’an
sebagai sumber ajaran pertama memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum (global),
yang perlu dijelaskan lebih lanjut dan terperinci. Di sinilah, hadits menduduki dan
menepati fungsinya sebagai sumber ajaran kedua. Di kalangan ulama, al-Qur’an
disebut wahyu matl’u, yaitu wahyu yang dibacakan oleh Allah SWT dengan lafadz
dan maknanya dengan menggunakan Bahasa Arab kepada Rasul-Nya, dan Hadis di
sebut wahyu gairu matl’u atau wahyu yang tidak langsung dibacakan Allah SWT
kepada Rasul-Nya. Hadits adalah perincian ketentuan agar al-Qur’an itu dapat
dioperasionalkan, lebih-lebih pada ketentuan hukum yang bersifat amali dan
perinciannya tidak tercantum dalam al-Qur’an, baik yang menyangkut masalah
ibadah maupun muamalah. Misalnya, pelaksanaan sholat hanya diperintahkan
secara global. Oleh karena itu, tata cara dan upacara sholat secara terperinci hanya
dapat diketahui melalui hadits. Disamping itu, hadits merupakan penegasan al-
Qur’an. Artinya, hadits berfungsi menegaskan ketentuan-ketentuan yang sudah
diterangkan dalam al-Qur’an. Ketentuan hukum-hukum yang tercantum dalam al-
Qur’an tidak selamanya hanya diterangkan dalam al-Qur’an tanpa ada penegasan
dari hadits. Artinya, hadits menentukan hukum secara mandiri yang tidak
diisyaratkan oleh al-Qur’an.

3. Ijtihad
Al-Qur’an dan al-Sunnah sebagaimana disebutkan sebelumnya merupakan
sumber utama (primer) ajaran Islam. Adapun pemikiran (ijtihad) merupakan
sumber sekunder yang dapat digunakan ketika dalil yang dibutuhkan untuk
menetapkan suatu hukum tidak terdapat di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah tersebut,
yaitu ketetapan hukum yang bersifat dinamis dan berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman, seperti masalah sosial, ekonomi, politik, budaya dan ilmu
pengetahuan.
hakikat dari ijtihad sebagai berikut:

14
1. Ijtihad adalah pengerahan daya nalar secara maksimal
2. Usaha ijtihad dilakukan oleh orang yang telah mencapai derajat tertentu di bidang
keilmuan disebut faqih
3. Produk atau usaha yang diperoleh dari ijtihad itu adalah dugaan kuat tentang
hukum syara’ yang bersifat amaliah.
4. Usaha ijtihad ditempuh dengan cara-cara istinbath.
Setiap muslim pada dasarnya diharuskan untuk berijtihad pada semua
hukum syari’ah, asalkan ia mempunyai kriteria dan syarat sebagai seorang
mujtahid. Para ulama membagi hukum melakukan ijtihad dengan tiga bagian, yaitu:
a. Wajib’ain, yaitu bagi mereka yang dimintai fatwa hukum mengenai suatu
peristiwa yang terjadi, dan ia khawatir peristiwa itu lenyap tanpa ada kepastian
hukumnya, atau ia sendiri mengalami suatu peristiwa dan ia ingin mengetahui
hukumnya.
b. Wajib kifayah, yaitu bagi orang yang diminta fatwa hukum mengenai suatu
peristiwa yang tidak dikhawatirkan lenyap peristiwa itu, sedang selain dia masih
terdapat mujtahid-mujtahid lainya. Maka, apabila ke semua mujtahid itu tidak ada
yang melakukan ijtihad, maka mereka berdosa semua.
c. Sunnah, yaitu apabila melakukan ijtihad mengenai masalah-masalah yang belum
atau tidak terjadi.

C. Ruang Lingkup Ajaran Islam

Secara garis besar ruang lingkup agama islam menyangkut tiga hal
pokok yaitu :

1. Aspek keyakinan yang disebut aqidah, yaitu aspek keimanan terhadap Allah
dan semua yang difirmankan-Nya untuk diyakini
2. Aspek norma atau hukum yang disebut syariah yaitu aturan-aturan Allah
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan
dengan alam semesta
3. Aspek perilaku yang disebut akhlak yaituu sikap sikap atau perilaku yang
nampak dari pelaksanaan aqidah dan syariah

15
Keterkaitan antara Aqidah, Syariah, dan Akhlak

Aqidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen elemen dasar


keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementa
syariah sebagai sistem nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama.
Sedangkan akhlak sebagai sistem etika menggambarkan arah dan tujuan yang
hendak dicapai agama.

Ketiga aspek tersebut tidaklah berdiri sendiri sendiri, tetapi menyatu


membentuk kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim. Hal ini diungkapakan
secara tegas dalam firman Allah :

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam


keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah : 208)

Antara aqidah, syariah, dan akhlak masing-masing saling berkaitan. Aqidah


atau iman merupakan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk
melaksanakan syariah. Apabila syariah telah dilaksanakan berdasarkan aqidah akan
lahir akhlak. Oleh karena itu iman tidak hanya ada di dalam hati, tetapi ditampilkan
dalam bentuk perbuatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aqidah
merupakan landasan bagi tegak berdirinya syariah dan akhlak adalah perilaku nyata
pelaksanaan syariah.

1. Hubungan manusia dengan penciptanya (Allah SWT)

Firman Allah:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku” (QS. Az Zariyat: 56)

Firman Allah:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595],

16
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)

2. Hubungan manusia dengan manusia

Agama Islam memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan,


kemasyarakatan, kenegaraan, perekonomian dan lain-lain. Konsep dasar tersebut
memberikan gamabaran tentang ajaran yang berkenaan dengan: hubungan manusia
dengan manusia atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan. Seluruh konsep
kemasyaraktan yang ada bertumpu pada satu nilai, yaitu saling menolong antara
sesama manusia.

“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,


dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah
kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.

(QS. Al Maidah: 2)

Manusia diciptakan Allah terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka


hidup berkelompok berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Mereka saling
membutuhkan dan saling mengisi sehingga manusia juga disebut makhluk sosial,
manusia selalu berhubungan satu sama lain. Demikian pula keragaman daerah asal.

Tidak pada tempatnya andai kata diantara mereka saling membanggakan


diri. Sebab kelebihan suatu kaum bukan terletak pada kekuatannya, kedudukan
sosialnya, warna kulit, kecantikan/ketempanan atau jenis kelamin. Tapi Allah
menilai manusia dari takwanya.

3. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya/lingkungannya

Seluruh benda-benda yang diciptakan oleh Allah yang ada di alam ini
mengandung manfaat bagi manusia. Alam raya ini berwujud tidak terjadi begitu
saja, akan tetapi diciptak oleh Allah dengan sengaja dan dengan hak.

17
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah telah menciptakan
langit dan bumi dengan hak?” (QS. Ibrahim; 19)

Manusia dikaruniai akal (sebagai salah satu kelebihannya), ia juga sebagai


khalifah di muka bumi, namun demikian manusia tetap harus terikat dan tunduk
pada hukum Allah. Alam diciptakan oleh Allah dan diperuntukkan bagi
kepentingan manusia.

D. Karakteristik Ajaran Islam


1. Rabbaniyah
Karakter agama Islam yang pertama ialah Rabbaniyah, yang memiliki
arti bahwa Islam merupakan agama yang bersumber dari Allah Swt, bukan
dari manusia, sedangkan Nabi Muhammad Saw tidak membuat agama ini
melainkan hanya menyampaikannya. Allah SWT berfirman QS. 32: 1-3
yang artinya:

“Alif Laam Miim. Turunnya Al Qur’an yang tidak ada keraguan padanya,
(adalah) dari Tuhan semesta alam. Tetapi mengapa mereka (orang kafir)
mengatakan: “Dia Muhammad mengada-adakannya”. Sebenarnya Al
Qur’an itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu
memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang
yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka
mendapat petunjuk.”

2. Insaniyyah
Karakteristik Islam yang ke-2 adalah insaniyyah, artinya bahwa
Islam memang Allah jadikan pedoman hidup bagi manusia yang sesuai
dengan sifat dan unsur kemanusiaan. Islam bukan agama yang disyariatkan
untuk malaikat atau jin, sehingga manusia tidak kuasa atau tidak mampu
untuk melaksanakannya. Oleh karenanya, Islam sangat menjaga aspek-

18
aspek ‘kefitrahan manusia’, dengan berbagai kelebihan dan kekurangan
yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Sehingga dari sini, Islam tidak
hanya agama yang seolah dikhususkan untuk para tokoh agamanya saja
(baca: ulama). Namun dalam Islam semua pemeluknya dapat
melaksanakan Islam secara maksimal dan sempurna.

3. Syumuliyah
Artinya bahwa Islam merupakan agama yang universal yang
mencakup segala aspek kehidupan manusia. Kelengkapan ajaran Islam itu
nampak dari konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan mulai dari
urusan pribadi, keluarga, masyarakat sampai pada persoalan-persoalan
berbangsa dan bernegara. Kesyumuliyahan tidak hanya dari segi ajarannya
yang rasional dan mudah diamalkan tapi juga keharusan menegakkan ajaran
Islam dengan metodologi yang Islmai. Karena itu, di dalam Islam kita dapati
konsep tentang dakwah, jihad dan sebagainya. Dengan demikian, segala
persoalan ada petunjuknya dalam Islam. Allah berfirman dalam Q.S An-
Nahl : 89 yang artinya :
”Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-
orang yang berserah diri.”

4. Al-Wasathiyah/al-Tawazun (pertengahan/moderat)
Wasatiyyah memiliki arti bahwa Islam merupakan agama yang
bersifat moderat. Agama yang mengajarkan pada pemeluknya agar tidak
condong pada kehidupan materi saja akan tetapi dapat memperhatikan
keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat, spiritual dan material.
Ini bersesuaian dengan maksud firman Allah s.w.t di dalam surah
Al-Baqarah 185 yang artinya :
“Allah menghendaki untuk kamu kemudahan dan tidak
menginginkan kesukaran…“

19
Begitu juga dengan maksud sabda Rasulullah s.a.w dari Anas bin
Malik r.a berkata bahawa Rasulullah s.a.w bersabda : “Permudahkanlah,
janganlah memberat-beratkan, tenangkanlah janganlah meliarkan ….. “

5. Al-Waqi’iyyah (kontekstual)
Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqi’iyyah
(realistis), ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang dapat
diamalkan oleh manusia atau dengan kata lain dapat direalisir dalam
kehidupan sehari-hari. Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun
mereka berbeda latar belakang, kaya, miskin, pria, wanita, dewasa,
remaja, anak-anak, berpendidikan tinggi, berpendidikan rendah,
bangsawan, rakyat biasa, berbeda suku, adat istiadat dan sebagainya.
Disamping itu, Islam sendiri tidak bertentangan dengan realitas
perkembangan zaman bahkan Islam menjadi satu-satunya agama yang
mampu menghadapi dan mengatasi dampak negatif dari kemajuan zaman.
Ini berarti, Islam agama yang tidak takut dengan kemajuan zaman.

6. Al-Wudhuh (terang/jelas)
Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adalah konsepnya
yang jelas (Al Wudhuh). Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak
bingung dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam, bahkan
pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat dijawab dengan jelas,
apalagi kalau pertanyaan tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran
Isla itu sendiri.
Dalam masalah aqidah, konsep Islam begitu jelas sehingga
dengan aqidah yang mantap, seorang muslim menjadi terikat pada
ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Konsep syari’ah atau
hukumnya juga jelas sehingga umat Islam dapat melaksanakan
peribadatan dengan baik dan mampu membedakan antara yang haq
dengan yang bathil, begitulah seterusnya dalam ajaran Islam yang serba
jelas, apalagi pelaksanaannya dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

20
7. Al-Jamu Baina Ats-Tsabat wa Al-Marunah
Ajaran islam yang permanen dan fleksibel.Permanen maksudnya tidak
bisa diganggu gugat.Misalnya shalat 5 waktu yang harus dikerjakan,tapi
dalam melaksanakannya ada ketentuan yangbisa fleksibel, bila seorang
muslim sakit dia bisasholat dengan duduk. Namun dalampelaksanaannya
bukan berarti kebenaran islamtidak mutlak, tapi yang fleksibel
adalahpelaksanaannya.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui Rasul-Nya
khususnya Nabi Muhammad yaitu yang berisi ajaran bagaimana manusia
berhubungan dengan tuhan,sesama dan dengan alam berlaku sepanjang zaman,
bersumberkan Al-Quran dan As-Sunnah serta Ijtihad yang memiliki fungsi dan tujuan
sebagai pembimbing dalam hidup, penolong dalam kesukaran, penentram batin,
pengendali moral dengan mencakup ruang lingkup ajaran islam yaitu aqidah, syariah
dan akhlakserta memiliki berbagai karakteristik ajaran islam.

B. Saran

22
23
DAFTAR PUSTAKA

24

Anda mungkin juga menyukai