Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Ibadah Maliyah
Dosen pengampuh : Fadil Burhan Lai, S.Pd.,M.Pd.

DISUSUN :

Oleh kelompok 4 :

Sri Arfiati (732022201058)

Rahmahdhani J.n (732022201049)

TEKNIK SIPIL

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ENREKANG

2020 - 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
karunianya kepada kami sehingga mampu untuk menyelesaikan makalah kami yang berjudul
”Ibadah Maliah“. Sholawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang dari zaman jahiliyah sampai
zaman modern demi menegakan dan menyampaikan petunjuk Allah SWT kepada kita semua
yang merupakan sebuah petunjuk yang sempurna dan merupakan satu satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.
Selanjutanya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karna kami sangat menyadari
bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan. Kami ucapkan
terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta
membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga selesai Demikianlah yang
dapat kami sampaikan, kami berharap supaya makalah yang telah kami buat ini mampu
memberikan manfaat kepadaa setiap pembaca.

Enrekang, 21 April 2021


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1.Latar Belakang.............................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah .......................................................................................4
1.3.Tujuan...........................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
2.1 Pengertian Ibadah Maliyah...........................................................................5
2.2 Macam-macam Ibadah Maliyah ..................................................................6
2.3 Urgensi Ibadah Maliyah...............................................................................11
2.4 Hikmah Menjalankan Ibadah Maliyah .....................................................12
2.5 Makna Spiritual Ibadah Maliyah Bagi Kehidupan Sosial..........................12
BAB III....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Harta bukan tujuan, melainkan sarana beribadah kepada Allah SWT.
Harta yangmembawa kebaikan dan keberkahan, selain dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup,juga wajib dizakati dan diinfakkan di jalan Allah SWT.Banyak harta

idealnya mendorong seseorang untuk lebih banyak beribadah kepada-Nya. Harta yang
dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang bermanfaat dan akan
membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang bersangkutan.Ibadah harta (ibadah
maliyah) merupakan investasi amal yang tidak akan berhenti pahalanya, walaupun

yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang dikenal dengan AmalJariyah. Jenis-jenis
ibadah harta antara lain zakat, sedekah, dan udhiyyah (kurban). Ada juga akikah (tanda
syukur menyambut anak yang baru dilahirkan).Ibadah harta yang bisa dilakukan kapan saja
dan di mana saja dengan jumlah berapasaja adalah infak-sedekah. Allah SWT
menjanjikan pelipatgandaan bagi mereka yang berinfak sedekah di jalan Allah
menolong sesama, menyantuni fakir-miskin dan yatim piatu,mendanai dakwah atau syiar
Islam dan sebagainya
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Urgensi Dalam Ibadah Maliyah ?
2. Bagaimana Hikmah Menjalankan Ibadah Maliyah?
3. Bagaiman Makna Spritual Ibadah Maliyah Bagi Kehidupan Sosial.

1.3 Tujuan
1. Agar pembaca mengetahuin maksud dari Urgensi dalam Ibadah Maliyah.
2. Agar pembaca mengetahi hikmah dari Ibadah Maliyah.
3. Agar pembaca mengetahui makna dari Ibadah Maliyah.
BAB 11
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ibadah Maliyah


Ibadah harta (ibadah maliyah) merupakan investasi amal yang tidak akan
berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang dikerjakan
dengan Amal jariyah. Harta yang dititpkan kepada manusia harus dijadikan sebagai bekal
kepada Allah Swt. banyak harta harus mendorong seseorang untuk lebih banyak beribadah
kepada – nya. Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang
bermanfaat dan akan membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang
bersangkutan.
Dan kewajiban syukur atas nikmat harus dibuktikan dengan cara menggunakan
harta tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allah Swt. pelaksanaan tugas ibadah kepada
Allah tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah harta. Ibadah maliyah atau ibadah
dengan harta termasuk bagian penting dalam syariat Islam. Dalam rukun Islam pun
nampak bahwa rukun yang lima itu dari Ruknul Qalbi, Ruknul Badani dan Ruknul Mali.

2.2 Macam -macam Ibadah Harta (Maliyah)


a. Zakat
Zakat menurut lughot artinya suci dan subur. Sedangkan menurut istilah
syara’, mengeluarkan dari sebagian harta benda atas perintah Allah, sebagai shadaqah wajib
kepada mereka yang telah ditentukan oleh hukum Islam. Secara harfiah, zakat berarti
“tumbuh, berkembang, menyucikan, atau membersihkan.” sedangkan secara terminologi
syariah, zakat merujuk pada aktivitas memberikan sebagai kekayaan dalam jumlah dan
perhitungan tertentu untuk orang-orang tertentu sebagaimana ditentukan.
Macam- macam zakat , zakat terbagi atas 2 tipe yakni:
Zakat fitrah, yakni zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada bulan
Ramadhan. Besar zakat setara dengan 2,5 kg makanan pokok yang ada didaerah
bersangkutan.

Zakat mal, (zakat harta), zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam jangka satu tahun
sekali yang sudah memenuhi nishab mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan,
hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi). Masing-
masing tipe memiliki perhitungan sendiri-sendiri.
Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu:
1. Emas , perak dan mata uang
Zakat emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya berdasarkan firman Allah “Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak (tidak dikeluarkan zakatnya) dan tidak
membelanjakannya di jalan Allah, Maka beritkanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) ‘azab yang pedih.” (Q.S At-Taubah :34)

2. Nishab harta perniagaan


Barang (harta) perniagaan wajib dikeluarkan zakatnya menigngat firman Allah: “Hai
orang-orang yang beriman, nafkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-
baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya. Padahal kamu sendiri tidak
mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.” (Q.S Al-Baqarah :
267).

3. Zakat binatang ternak


Dasar wajib mengeluarkan zakat binatang ternak ialah:
Diberitahukan oleh Bukhari dan Muslim dari Abi Dzar, bahwasannya Nabi Saw. Bersabda
sebagai berikut :
“ Seorang laki-laki yang mempunyai unta, sapi, atau kambing yang tidak mengeluarkan
zakatnya maka binatang-binatang itu nanti pada hari kiamat akan datang dengan keadaan
yang lebih besar dan gemuk dan lebih besar dari pada didunia, lalu hewan-hewan itu men
ginjak-nginjak pemilik dengan kaki-kakinya, setiap selesai mengerjakan yang demimkian,
binatang-binatang itu kembali mengulangi pekerjaan itu sebagaimana semula dan demikianlah
terus-menerus sehingga sampai selesai Allah menhgukum para manusia. “(HR. Bukhari).
Binatang ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah unta, lembu dan kerbau, kambing dan
biri-biri.

4. Zakat hasil bumi


Hasil bumi yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu dapat dijadikan makanan pokok
seperti : padi, jagung, gandum, dan sebagainya. Sedangkan buah-buahan yang wajib yang
wajib dikeluarkan zakatnya iala: gandum, syar’zabib dan kurma. Buah-buahan yang wajib
dikeluarkan zakatnya sebagaiman sabda Rasulullah Saw, sebagai berikut:
“ tidak ada sedekah (zakat) pada biji dan kurma kecuali apabila mencapai lima wasaq
(700kg). HR.Muslim.

5. Zakat barang tambang dan barang temuan


hasil tambang yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah emas dan perak yang diperoleh
dari hasil pertambangan. Rikaz ialah harta benda oran-orang purbakala yang berharga yang
ditemukan oleh orang-orang zaman sekarang, wajib dikeluarkan zakatnya. Barang rikaz itu
umumnya berupa emas dan perak atau benda logam lainnya yang berharga.
6. Zakat fitrah
Zakat fitrah dilihat dari komposisi kalimat yang membentuknya terdiri dari kata
“zakat” dan “fitrah”. zakat secara umum sebagaimana dirumuskan oleh banyak ulama, bahwa
dia merupakan hak tertentu diwajibkan oleh Allah terhadap harta diperuntukkan muslim
menurut ukuran-ukuran tertentu (nishab dan khaul) yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan
para mustahiq lainnya sebagai tanda syukur atas nikmat Allsh swt.
Denga ayat Al-Qur’an tersebut dapat dijelaskan bahwa orang berhak menerima zakat
itu ialah sebagai berikut:
1) Fakir yaitu orang tidak mempunyai harta ataun usaha yang dapat menjamin 50%
kebutuhan hidupnya sehari-hari.
2) Miskin yaitu orang yang mempunyai harta dan usaha dapat menghasilkan lebih dari 50%
untiuk kebutuhan hidupnya tetapi tidak mencukupi.
3) ‘amil yaitu orang yang dapat dipercayakan untuk mengumpulkan dan membagi-
bagikannya kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan hukum Islam.
4) Muallaf yaitu orang yang baru masuk islam dan belum kuat imannya dan jiwanya perlu
dibina agar bertambah kuat imannya supaya dapat meneruskan imannya.
5) Hamba sahaya yaitu yang mempunyai perjanjian akan dimerdekakan oleh tuannya
dengan jalan menembus dirinya.
6) Gharimin yaitu orang yang berhutang untuk kepentingan yang bukan maksiat dan ia tidak
sanggup untuk melunasinya.
7) Sabilillah yaitu orang yang berjuang dengan suka rela untuk menegakkan agama Allah
swt.
8) Musafir yaitu orang yang kekurangan perbekalan dalam perjalanan dengan maksud baik,
seperti menuntut ilmu, menyebarkan agama dan sebagainnya.

Yang tidak berhak menerima zakat :


a) Orang kaya. Rasulullah saw. Bersabda, “ tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi
orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga.” (HR.Bukhari).
b) Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.
c) Keturunan Rasulullah. “rasulullah saw. Bersabda “sesungguhnya tidak halal bagi kami
(ahlul bait) mengambil sedekah (zakat).” (HR.Muslim).
d) Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.
e) Orang kafir.

b. Fidyah
Fidyah adalah menempatkan sesuatu pada tempat lain sebagai gtebusan
(pengganti)nya, baik berupa makanan atau lainnya. Fidyah juga berarti kewajiban manusia
mengeluarkan harta untuk menutupi ibadah yang ditinggalkannya. Fidyah shaum wajib
dilakukan oleh seseorang yang tak sanggup karena kepayahan dalam melakukan shaum
fardhu khususnya di bulan suci Ramadhan, sebagai salah satu bentuk rukhsah (dispensasi)
yang diberikan Allah kepada mereka. Karena Allah swt. Tidak membebani hamba-hambanya
melainkan sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, Allah swt, tidak pernah menjadikan
syariat yang diturunkan-nya menyulitkan hamba-hamba-nya. Landasan normatif yang
dititahkan Allah swt. Mengenai hal ini adalah:
Firmannya dala qur’an dan wajib bagi orang-orang yang berat melakukan shaum (jika mereka
tidak shaum) memberi fidyah, yaitu dengan memberi makan satu orang miskin. (QS. Al-
Baqarah 2:184).
Hukum fidyah, sebagaimana firman Allah Swt. Diatas adalah wajib, apabila:
1. Tidak mampu melakukan shaum, seperti karena lanjut usia.
2. Orang sakit permanen yang kesembuhannya sangat sulit.
3. Perempuan hamil atau perempuan yang sedang menyusui (yang bersangkutan boleh
memilih antara qadha shaum atau fidyah ).
4. Jumlah fidyah adalah sejumlah makanan yang dikonsumsi yang bersangkut pada bulan
ramadahan. Setiap hari tidak puasa diganti dengan fidyah makan sehari untuk seorang
miskin.

c. Udhiyyah
Udhiyah adalah menyembelih binatang tertentu pada Hari Raya Qurban (Idul
Adha) atau Hari Tasyriq (11,12, dan 13 Dzulhijjah) dengan niat taqarub atau qurban
(mendekati diri) kepada Allah Swt. Udhiyyah (qurban) sebenarnya sudah menjadin syari’at
para Nabi dan Rasul Allah. Setiap nabi melakukan ibadah qurban. Putra nabi Adam as (Qabil
dan Habil) pernah melakukan ibadah qurban. Dan yang diabadikan secara khusus adalah
qurban yang menjadi syari’at Allah Swt. Yang dibawa Nabi Ibrahim a.s. kemudian syari’at itu
dilestarikan menjadi syari’at Nabi Muhammad Saw. Atas legitimasi dan perintah Allah swt.
Yang diabadikan-nya dalam Al-Qur’an. Q.S Al-kautsar, 108:2.

Syarat-syarat berqurban/udhiyyah :
1) Waktu pelaksanaan qurban/udhiyyah
Pada Hari raya Adha/Qurban (10 Dzulhijjah) setelah shalat sunnat Idul Adha dan
Hari Tasyriq (11,12 dan 13 Dzulhijjah).
2) Binatang qurban ialah unta, sapi atau kerbau, kambing, biri-biri atau domba.
Binatang-binatang tersebut hendaknya :
 Tidak cacat (cacat mata, sakit, pincang, kurus dan tak berdaya,
rusak/pecah sebelah tanduknya atau telinganya).
 Bulu binatang (kambing) lebih disukai yang berwarna putih mulus atau bulu
mulutnya, bulu kakinya dan bulu di sekitar matanya berwarna hitam.
 Sudah berumur satu tahun. Bila kesulitan mendapatkan binatang berumur
satu tahun boleh kambing jadza’ah (berumur sekitar 9-11 bulan, tetapi gemuk,
sehat tanpa cacat).
 Dilakukan sendiri setelah usai melaksanakan shalat sunat Idul Adha.
 Satu ekor kambing berlaku untuk satu orang atau satu keluarga.
 Satu ekor unta atau sapi atau kerbau berlaku bagi 7 orang.
d. Aqiqah
Aqiqah adalah binatang (kambing atau domba) yang disembelih dalam rangka
menyambut anak yang baru dilahirkan. Aqiqah dilaksanakan pada saat bayi berumur 7
hari, sekaligus dicukur habis rambutnya (digunduli kepalanya) dan disyi’arkan
namanya. Apabila pada hari ke 7 tidak bisa dilaksanakan aqiqah, boleh diundurkan
sampai hari ke 14 atau hari ke 21. Pelaksanaan aqiqah setelah waktu tersebut menjadi
ihtilaf para ulama. Ada yang berpendapat, bahwa aqiqah tetap dianjurkan, akan tetapi
ada pendapat lain yang menyatakan tidak usah dilaksanakan, lebih baik berkurban saja
pada tanggal 10 Dzulhijjah atau pada hari-hari tasyriq (11, 12 dan 13 dzulhijjah).
Pembagian daging aqiqah boleh dibagikan daging mentahnya dan boleh dimasak
terlebih dahulu di rumah yang melakukan aqiqah kemudian dimakan bersama
keluarga, tetangga dan handai taulan.
e. AlHadyu

AlHadyu adalah melakukan penyembelihan binatang ternak (domba) sebagai


pengganti pekerjaan wajib haji yang ditinggalkan, atau sebagai denda karena melanggar hal-
hal yang terlarang mengerjakannya dalam prosesi ibadah umrah atau haji atau bagi mereka
yang memiliki kemampuan melakukannya, atau bagi mereka yang melakukan pelanggaran-
pelanggaran terhadap larangan-larangan tertentu dalam ibadah haji. Alhadyu juga bisa
mencakup segala bentuk penyembelihan binatang yang dilakukan di Tanah Haram, baik
sebagai pemenuhan dam, maupun karena hal-hal lainnya seperti nadzar atau qurban. Bagi
mereka yang melakukan Haji Tamattu (mendahulukan umrah sebelum haji) atau haji Qiran
(melaksanakan haji dan umrah secara bersama-sama) wajib melakukan alhadyu. Kalau tidak
melakukan alhadyu, maka wajib berpuasa 10 hari, yang pelaksanaan puasanya 3 hari di tanah
Suci dan 7 hari di luar tanah suci.

f. Dam

Dam adalah menyembelih binatang tertentu sebagai sangsi terhadap pelanggaran atau
karena  meninggalkan sesuatu yang diperintahkan dalam rangka pelaksanaan ibadah haji dan
umrah atau karena mendahulukan umrah daripada haji (haji tamattu) atau karena melakukan
haji dan umrah secara bersamaan (haji qiran). Dam juga diidentikkan dengan alhadyu,
sekalipun tidak selalu sama. Dalam suatu hal alhadyu bisa lebih umum daripada dam dan
dalam hal lain dam bisa lebih umum daripada alhadyu. Dam dilakukan bukan untuk membuat
sesuatu yang rusak (batal) menjadi sah atau yang kurang menjadi lengkap. Dam dilakukan
sebagai salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT sekaligus juga sebagai salah satu
bentuk penghapusan atau kifarat atas pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah dan atau umrah

2.3Urgensi Ibadah Maliyah

Ibadah Maliyah sangat penting dilihat dari berbagai seni, antara lain :

1. Membersihkan harta dan kotor

Artinya :
“Ambillah zakat dari sebahagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan’
dan mensucikan’ mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kami itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah lagi Allah Maha Mendengar, lagi maha
mengetahui. “ (Q.S At – Taubah 103).

Karena dasarnya harta yang kita miliki adalah sebagannya adalah hak fakir miskin.
Untuk itu, kita harus membersihkan harta itu dari kotoran.

2. Merupakan sarana bagi hamba untuk Taqarrub kepada Allah Swt.


3. Merupakan sarana penghapus dosa.
4. Harta yang tidak dikeluarkan zakatnya disebut harta yang kotor.
5. Tidak mengeluarkan dianggap sebagai merampas hak orang lain dan
mendapat dosa besar.

Tercantum dalam Q.S Al – baqarah: 40 dan 43 dalam Q.S Maeyam : 30 – 31.


6. Dengan ibadah maliyah berarti telah menjalankan salah satu rukun islam

Yaitu, rukun islam mengenai zakat. Dimana yang mengantar seorang hamba
kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.

Dalam Al-Qur'anil karim, zakat dan shalat banyak sekali dijadikan dalam satu
ayat. Jadi artinya digandengkan. Ini menunjukkan bahwa urgensi zakat sama dengan
urgensi shalat. Abu Bakar Shiddiq yang biasanya kebijakan-kebijakannya selalu
lunak, pada saat ada kasus sejumlah umat Islam yang rajin shalat tetapi tidak mau
membayar zakat, kontan beliau melakukan sebuah sikap yang sangat keras dengan
sumpah, "Demi Allah. Saksikan oleh kalian, demi Allah, saya akan berperang dengan
orang-orang yang sudah rajin shalat, tetapi tidak mau membayar zakat." Mungkin
karena kebijakan ini dan sikap Abu Bakar yang begitu tegas, mereka segera
membayarzakat.
Perintah itu ditujukan kepada para penguasa Muslim untuk turut campur,
supaya memerintahkan kepada umat Islam yang wajib zakat mengeluarkan zakat.
Allah SWT. berfirman dalam sebuah hadits qudsi. "Anfiq, unfiq." (Infakkan hartamu!
Keluarkanzakatmu!Allahyangakanmenggantinya.)
Barangsiapa yang membuka keran rezeki untuk kepentingan agama dan kemanusiaan.
Allah akan membuka keran rezeki yang lebih besar, kontan di dunia sekarang. Nabi
SAW. menyatakan, tidak akan berkurang harta karena sedekah dan zakat, dijamin
tidak akan ada orang menjadi sengsara gara-gara infak dan zakat, tidak akan ada orang
menjadi menderita gara-gara infak dan zakat. Barangsiapa yang memberikan infak
atau zakat atau sedekah kepada orang yang memerlukannya, berarti dia lelah
menghutangkan sesuatu kepada Allah. Allah yang bertanggung jawab untuk
membayarnya.

2.4 Hikmah Ibadah Maliyah


1. Pembersih Harta
Bagi si kaya, sesuai dengan fungsinya, sebagai pembersih harta, selain juga pembersih hati
tuthohhiruhum watuzaqqiihim bihaa. Jadi dengan berzakat, harta itu menjadi bersih dari
hak-hak orang lain yang dititipkan oleh Allah kepada orang kaya.

2. Pembersih Hati
Membersihkan hati dari penyakit tamak, rakus, kikir, dan serta penyakit-penyakit hati
lainnya. Jadi zakat memiliki satu kekuatan transformatif dalam menyuburkan sifat-
sifat kebaikan dalam hati muzakki.
3. Membantu Kaum Dhuafa
Memberian zakat atau infaq dan lainnya kepada fakir miskin bisa menjaga hidup atau
kesenjangan dan menghindari ketidak adilan sosial.
4. Menumbuhkan Akhlak Mulia
Dengan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus,
menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus mengembangkan harta yang dimiliki.
Selain itu, zakat juga bisa dijadikan sebagai neraca, guna menimbang kekuatan iman
seorang mukmin serta tingkat kecintaannya yang tulus kepada Rabbul ‘izzati. Sebagai
tabiatnya, jiwa manusia senantiasa dihiasi oleh rasa cinta kepada harta,
5. Berfungsi Sebagai Sosial Ekonomi
Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada orang miskin
sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang kaya.
6. Mewujudkan Tatanan Masyarakat yang Sejahtera
Dikatakan sejahtera dimana hubungan seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun,
damai, dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi aman, nyaman, tentram
lahir dan batin. Serta mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam
masyarakat akibat kesenjangan, kecemburuan dan ketidakadilan sosial.
7. Dapat Menyucikan Diri dari Dosa
Memurnikan jiwa (tazkiyatun nafs), menumbuhkan akhlak mulia, murah hati, peka
terhadap rasa kemanusiaan, dan mengikis sifat bakhil atau kikir serta serakah. Dengan
begitu, suasana ketenangan batin karena terbebas dari tuntutan Allah SWT dan
kewajiban kemasyarakatan, akan selalu melingkupi hati.
8. Menunjang Perwujudan Sistem Kemasyarakatan Islam
Yang berdiri atas prinsip-prinsip: umatan wahidah (umat yang bersatu), musâwah
(umat yang memiliki persamaan derajat dan kewajiban), ukhuwah Islamiyah
(Persaudaraan Islami) dan takaful ijtima’i (sama – sama bertanggung jawab).

2.5 Makna Spritual Ibadah Maliah Bagi Kehidupan Sosial

Harta yang dititipkan Allah kepada manusia harus dijadikan sebagai bekal beribadah
kepada Allah SWT. Banyak harta, harus mendorong seseorang untuk lebih banyak beribadah
kepada-Nya.

Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang bermanfaat
dan akan membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang bersangkutan. Kewajiban
syukur atas nikmat harta harus dibuktikan dengan cara menggunakan harta tersebut sebagai
sarana ibadah kepada Allah SWT.

Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah
fisik saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk ibadah harta. Investasi amal yang tidak
akan berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia adalah harta
yang disumbangkan untuk amal jariah. Ibadah m aliah atau ibadah dengan harta termasuk
bagian penting dalam syari’at Islam.

Ibadah maliyah, seperti zakat, dan lai-lain termasuk ibadah ijtima’i, yaitu ibadah yang
dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan sosial kemasyarakatan. Ibadah maliyah
memiliki fungsi sosial, dengan memberikan zakat atau infaq dan lainnya kepada fakir miskin
bisa menjaga keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidak adilan sosial.
Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada yang tidak memiliki
harta sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang kaya, karena kalau telah
terjadi keterpaduan diantara keduanya, akan mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa
terjadi dalam masyarakat akibat kesenjangan dan ketidakadilan sosial.

Zakat merupakan salah satu sendi di antara sendi-sendi Islam lainnya. Ia (zakat) merupakan
ibadah fardiyah yang berimplikasi luas dalam kehidupan sosial (jama’iyah), ekonomi
(iqtishadiyah), politik (siyasiyat), budaya (tsaqafah), pendidikan (tarbiyah) dan aspek
kehidupan lainnya.

Zakat merefleksikan nilai spiritual dan nilai charity (kedermawanan) atau filantropi dalam
Islam. Sejumlah ayat bertebaran dalam berbagai surat dalam al Qur’an dan hadits Nabi
ditemukan anjuran tentang pentingnya filantropi terhadap sesama manusia, di antara QS.
30:39; QS. 9: 103; QS. 18:18. dalam al Qur’an surat at Taubah [9]: 103,

Q.S Ar – Rum:39;

Q.S At – Taubah :103

Al – Kahfi :18;
dalam al Qur’an surat at Taubah [9]: 103, misalnya secara tegas dikatakan bahwa:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui “.

Ayat tersebut mengandung spirit filantropi dalam Islam. Dua nilai penting yang terkandung
dalam spirit ayat filantropi di atas adalah bahwa zakat dan selalu mengandung dimensi ganda.
Dimensi kesalehan individual tercermin dalam tazkiyat an nufus dalam zakat(penyucian dan
pembersihan diri dan harta) pada satu sisi, dan refleksi kesalehan sosial pada sisi lain seperti
empati dan solidaritas pada sisi yang lain.

Zakat sebagai media tazkiyat an nufus dalam konteks di atas diungkapkan dalam dua istilah
yaitu membersihkan dan menyucikan. Membersihkan dalam konteks ayat tersebut
mengandung makna bahwa zakat itu membersihkan muzakki (orang yang mengeluarkan
zakat) dari sifat kikir dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda. Sungguhpun cinta
terhadap harta merupakan tabiat manusia yang bersifat inborn sebagaimana digambarkan
dalam

QS. Ali Imran [3]:14.

Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah
tempat kembali yang baik (surga).

Sedangkan istilah menyucikan dalam ayat di atas mengandung makna bahwa zakat memiliki
satu kekuatan transformatif dalam menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati muzakki dan
harta benda yang mereka kembangkan menjadi suci lantaran terbayar-bayarnya hak-hak
orang lain yang melekat di dalamnya.

Nilai filantropi zakat lainnya adalah kepedulian dan keadilan sosial kepada sesama manusia,
terutama kepada mereka (asnaf) yang menjadi sasaran (target group) filantropi dalam Islam,
yaitu orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan.

Filantropisme zakat dalam dinamika dan perkembangannya secara historis memainkan peran
ganda, sebagai instrumen pelaksanaan kewajiban ritual yang berorientasi pada kepentingan-
kepentingan individual yang bersifat vertikal (hablun min Allah) dalam rangkatazkiyat an
nufus sebagaimana dikatakan di atas pada satu sisi, juga sebagai instrumen ekonomi
transformatif, yaitu dalam memberdayakan ekonomi dan pemecahan permasalahan
kemiskinan umat pada satu sisi yang lain.
BAB III
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa apa yang merupakan perintah Allah selalu
membawakan berkah dan hikmah. Manusia tidak akan pernah lepas dari harta, karena harta
merupakan kebutuhan bagi manusia. Dengan harta manusia bisa memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang sifatnya primer, sekunder atau tertier. Selain untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidup, dengan harta manusia bisa beribadah kepada Allah. Harta menjadi alat bagi
seseorang untuk mengabdikan dirinya kepada Allah. Ibadah (harta) maliyah memberikan
pengaruh baik bagi pemberi dan penerimanya. Harta yang lebih dari keperluan yang pokok
bila tidak di belanjakan pada jalan-jalan kebaikan, maka kosonglah ia dari hikmah dan
terlepaslah ia dari maksud dijadikannya sebagai barang yang memberi manfaat. Maka Allah
yang Maha Hakim melimpahkan harta, juga menyuruh ntuk dikeluarkan sebagiannya untuk
kepentingan orang-orang yang membutuhkannya, yaitu dengan cara mengeluarkan zakat.

Anda mungkin juga menyukai