Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN

“Muamalah”

DOSEN PENGAMPU

Aminuddin, S.Pd., M.Si

Disusun Oleh

KELOMPOK V

Dini Inayah Zandra 2019310219


Asriana 2019310233
Yuyun Febrianti 2019310210
Aldi Alfiansyah Putra 2019310217

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BULUKUMBA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadihat Allah SWT., atas karunia dan hidayah-

Nya sehingga kita masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah

AIK ini dengan tepat waktu. Kami berharap dengan makalah ini, kita semua dapat

memperoleh ilmu tentang Muamalah serta dapat mempraktikannya dalam kehidupan sehari-

hari kita. Makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak.

Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, terutama kepada:

a. Pak Aminuddin, S.Pd., M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah AIK

b. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberi masukan untuk makalah ini.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca. Kami

sadar dalam penulisan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari segi isi

maupun segi bahasa. Oleh karena itu, kami sangat berharap adanya saran dan kritik yang

bersifat membangun dari para pembaca, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di

masa yang akan datang.

Bulukumba, 16 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ...............................................................................................1

B. RUMUSAN

MASALAH ............................................................................................1

C.

TUJUAN .....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. HAKIKAT

MUAMALAH.........................................................................................3

B. PANDANGAN ISLAM TENTANG KEHIDUPAN

DUNIA...................................4

C. MAKNA SPIRITUAL TENTANG KEJAYAAN

HIDUP......................................7

D. RUANG LINGKUP

MUAMALAH..........................................................................9

E. PRINSIP-PRINSIP

BERMUAMALAH.................................................................12

F. AKHLAK

BERMUAMALAH.................................................................................13

BAB III PENUTUP

A.

KESIMPULAN ........................................................................................................15

iii
B.

SARAN ......................................................................................................................16

DAFTAR
PUSTAKA .............................................................................................................17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah cara hidup, dan cara hidup yang ditampilkan adalah cara hidup
yang lengkap dan sempurna. Semua tata cara kehidupan, rencana dan berbagai
sifatnya disandarkan kepada Al-Quran dan as-Sunnah, sementara segala permasalahan
yang tidak disebut secara jelas atau masih diperselisihkan akan ditentukan secara ijma'
oleh paraulama yang muktabar dan qiyas. Ulama telah memperincikan lima bidang
utama dalam menetapkan kaedah hukum yaitu: ibadat, jinayat (yang juga dikenal
sebagai uqubat), Munakahat dan Muamalah. Dan setiap satu bidang itu mempunyai
fiqih tersendiri.
Pelaksanaan yang berdasarkan atas kaidah Fiqh dan syariat inilah yang akan
menghasilkan natijah yang benar seperti mengelak penindasan dan penipuan, di
samping membentuk jati diri menjadi manusia yang jujur, amanah, adil, tulus,
membantu fakir miskin dan dari sinilah keindahan Islam dapat kita rasakan bersama.
Dalam hidup bermasyarakat, manusia selalu berhubungan satu sama lain, disadari
atau tidak, untuk mencukupkan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Pergaulan hidup
tempat setiap orang melakukan perbuatan dalam hubungannyadengan orang-orang
lain disebut muamalat

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan sebelumnya, maka penulis
merumuskan beberapa permasalahan untuk di kaji lebih rinci. Adapun permasalahan
yang akan di bahas dalam makalah ini meliputi:
1. Jelaskan hakikat muamalah?
2. Bagaimana pandangan Islam tentang kehidupan dunia?
3. Jelaskan makna spiritual tentang kejayaan hidup?
4. Apa saja ruang lingkup muamalah?
5. Apa saja yang menjadi prinsip dalam bermuamalah?
6. Jelaskan akhlak dalam bermuamalah?

1
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini sejalan dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya. Yaitu:
1. Untuk mengetahui hakikat muamalah
2. Untuk mengetahui pandangan Islam tentang kehidupan dunia
3. Untuk mengetahui makna spiritual tentang kejayaan hidup
4. Untuk mengetahui ruang lingkup muamalah
5. Untuk mengetahui prinsip dalam bermuamalah
6. Untuk mengetahui akhlak dalam bermuamalah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Muamalah
Mu’amalah secara etimologi sama dan semakna dengan al-mufa’alah, yaitu
saling berbuat. Kata ini, menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang dengan seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan
masing-masing. Atau muamalah secara etimologi itu artinya saling bertindak, atau
saling mengamalkan.
Secara terminologi, muamalah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
pengertian mu’amalah dalam arti luas dan dalam arti sempit. Pengertian
mu’amalah dalam arti luas yaitu aturan-aturan (hukum-hukum) Allah untuk
mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan dunia dalam pergaulan sosial.
Pengertian mu’amalah dalam arti sempit yaitu semua akad yang memperbolehkan
manusia saling menukar manfaatnya dengan cara-cara dan aturan-aturan yang
telah ditentukan Allah dan manusia wajib mentaati-Nya.
Dalam buku Enslikopedia Islam Jilid 3 halaman 245 dijelaskan bahwa
mu’amalah merupakan bagian dari hukum islam yang mengatur hubungan antara
seseorang dan orang lain, baik seseorang itu pribadi tertentu maupun berbentuk
badan hukum, seperti perseoran, firma, yayasan, dan negara. contoh hukum islam
yang termasuk mu’amalah, seperti jual-beli, hukum perdata, hukum pidana,
hukum nikah (munakaha), khiyar, syirkah (kerja sama), bank, riba, dan rente,
asuransi, ‘ariyah (pinjaman), hiwalah (pemindahan utang), al-rahn
(gadai/peminjaman dengan jaminan),al-ijarah (sewa-menyewa dan upah).
Jadi, mu’amalah adalah semua hukum syariat yang bersangkutan dengan
urusan dunia, dengan memandang kepada aktivitas hidup seseorang seperti jual-
beli, tukar-menukar, pinjam-meminjam dan sebagainya. Muamalah juga
merupakan tatacara atau peraturan dalam perhubungan manusia sesama manusia
untuk memenuhi keperluan masing-masing yang berlandaskan syariat Allah s.w.t
yang melibatkan bidang ekonomi dan sosial Islam.

3
B. Pandangan Islam tentang Kehidupan Dunia
Allah SWT menciptakan dunia beserta isinya dan terlepas dari itu semua,
Allah menciptakan dunia untuk tujuan tertentu. Kehidupan dunia seringkali
membuat manusia terlena dan tidak mengingat bahwa kehidupan tersebut tidaklah
abadi. Dalam kehidupan dunia, manusia melewati fase-fase tertentu dan dalam
setiap fase kehidupan tersebut manusia mengalami berbagai macam hal. Manusia
sendiri tidak bisa mengatur apakah dirinya akan lahir di dunia dan dimana ia akan
dilahirkan, semuanya sudah diatur oleh Allah SWT. Suka ataupun tidak, setiap
yang terlahir di dunia harus menjalani kehidupan dan berusaha untuk bertahan
hidup dengan segala kemampuannya.
1. Hakikat Dunia Dalam Islam
Dunia menurut islam hakikatnya hanyalah permainan dan sifatnya
fana atau tidak abadi. Dunia adalah tempat dimana manusia hidup dan
beraktifitas serta menjalankan segala urusannya terutama untuk beribadah
kepada Allah SWT. Dunia diciptakan oleh Allah beserta isinya untuk
mendukung kehidupan manusia dan memenuhi segala kebutuhannya,
meskipun demikian keindahan dunia dan segala yang ada di dalamnya
justru membuat manusia lupa atas tujuan penciptaannya dan melupakan
Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Al Hadid ayat 20 bahwa
dunia ini sebenarnya hanya permainan belaka, sebagaimana yang
disebutkan berikut ini.

Artinya: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini


hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan
kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat

4
(nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-
Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu. (Qs Al Hadid ; 20)”
2. Tipu Daya Dunia
Sungguh dunia ini penuh dengan tipu daya dan muslihat dan
membuat manusia terlena dibuatnya. Bahkan Rasulullah SAW juga
merasa khawatir apabila umatnya terpedaya oleh dunia dan melupakan
kehidupan akhirat sebagai tujuan hidupnya, sebagaimana disebutkan
dalam sebuah hadits yang memiliki arti “Sesungguhnya di antara yang
aku khawatirkan pada diri kalian setelah peninggalanku ialah
dibukakannya bunga dunia dan pernak-perniknya untuk kalian.”
3. Keutamaan Akhirat Dibandingkan Dunia
Saat ini manusia berlomba-lomba mengejar dunia dan berusaha
untuk mencari kesenangan dunia dengan berbagai cara termasuk dengan
cara-cara yang diharamkan. Banyak manusia yang terperdaya dunia dan
tidak menganggap bahwa dunia sebenarnya hanya tempat singgah saja
dan akhirat adalah sesuatu yang seharusnya dikejar. Dibandingkan
dengan dunia, akhirat adalah tempat yang kekal dan abadi jadi sudah
selayaknya manusia lebih mendahulukan kepentingan akhirat
dibandingkan dengan kepentingan duniawi. Allah SWT berfirman:

‫اجلَةَ َعج َّْلنَا لَهُ فِيهَا َما نَ َشا ُء لِ َمن نُّ ِري ُد ثُ َّم‬ ِ ‫ان ي ُِري ُد ْال َع‬َ ‫َّمن َك‬
‫َج َع ْلنَا لَهُ َجهَنَّ َم يَصْ اَل هَا َم ْذ ُمو ًما َّم ْدحُورًا* َو َم ْن أَ َرا َد‬
‫ان َس ْعيُهُم‬ َ ‫ك َك‬ َ ِ‫اآْل ِخ َرةَ َو َس َع ٰى لَهَا َس ْعيَهَا َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن فَأُو ٰلَئ‬
‫َّم ْش ُكورًا‬
Artinya: “Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang
(duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami
kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya
neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan
terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan
berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah
mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi
dengan baik.” (QS Al-Isra’: 18-19).

5
4. Balasan Bagi Mereka Yang Mementingkan Dunia
Seringkali manusia tidak sadar bahwa ia lebih mengutamakan dunia
dibandingkat akhirat dan manusia tersebut akhirnya melalaikan
kewajiban kepada Allah SWT sebagaimana orang-orang kafir. Orang-
orang kafir di dunia gemar berfoya-foya dan bersenang-senang dengan
harta yang mereka miliki dan terkadang mereka juga menertawakan
mereka yang berbuat amal shaleh dan bersabar atas segala ujian yang
diberikan Allah SWT. Allah sendiri menjamin bahwa orang-orang
mukmin yang bersabar di dunia untuk kehidupan di akhirat, mereka akan
mendapat balasannya di akhirat kelak demikian juga para kaum kafir.
Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT dalam ayat berikut:

‫ون * َوإِ َذا‬ َ ‫ين آ َمنُوا يَضْ َح ُك‬ َ ‫ين أَجْ َر ُموا َكانُوا ِم َن الَّ ِذ‬ …َ ‫إِ َّن الَّ ِذ‬
َ ‫ون * َوإِ َذا… انقَلَبُوا إِلَ ٰى أَ ْهلِ ِه ُم انقَلَبُوا فَ ِك ِه‬
‫ين‬ َ ‫َمرُّ وا بِ ِه ْم يَتَ َغا َم ُز‬
…‫ون * َو َما أُرْ ِسلُوا‬ َ ُّ‫ضال‬ َ َ‫* َوإِ َذا… َرأَ ْوهُ ْم قَالُوا إِ َّن ٰهَؤُاَل ِء ل‬
َ ‫ار يَضْ َح ُك‬
‫ون‬ ِ َّ‫ين آ َمنُوا ِم َن ْال ُكف‬ َ ‫ين * فَ ْاليَ ْو َم الَّ ِذ‬ َ ‫َعلَ ْي ِه ْم َحافِ ِظ‬
‫ب ْال ُكفَّا ُر َما َكانُوا‬ َ ‫ُون * هَلْ ثُ ِّو‬ َ ‫* َعلَى اأْل َ َرائِ ِك يَنظُر‬
َ ُ‫يَ ْف َعل‬
‫ون‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka
yang menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-
orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-
ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali
kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka
melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: “Sesungguhnya
mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat”, padahal orang-orang
yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin.
Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-
orang kafir, mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang.
Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa
yang dahulu mereka kerjakan.” (QS Al-Muthaffifin: 29-36)
5. Berlomba-lomba Dalam kebaikan

6
Sesungguhnya Allah SWT menciptakan dunia beserta isinya untuk
manusia dan dengan tujuan agar manusia beribadah kepada Allah SWT.
Oleh sebab itu selama hidup di dunia selayaknya manusia berlomba-
lomba dalam kebaikan dan selalu menjalankan kewajiban dan menjauhi
larangannya sebagai bentuk rasa iman dan taqwa kepada Allah. Allah
SWT berfirman:

‫ض ال َّس َما ِء‬ ِ ْ‫ضهَا َك َعر‬ ُ ْ‫َسابِقُوا إِلَ ٰى َم ْغفِ َر ٍة ِم ْن َربِّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة َعر‬
ِ ‫ك فَضْ ُل هَّللا‬َ ِ‫ين آ َمنُوا بِاهَّلل ِ َو ُر ُسلِ ِه ۚ ٰ َذل‬ ْ ‫ض أُ ِع َّد‬
َ ‫ت لِلَّ ِذ‬ ِ ْ‫َواأْل َر‬
‫ي ُْؤتِي ِه َم ْن يَ َشا ُء ۚ َوهَّللا ُ ُذو ْالفَضْ ِل ْال َع ِظ ِيم‬

Artinya: “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan)


ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi,
yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS Al
Hadid 21)

C. Makna Spiritual tentang Kejayaan Hidup


Manusia memang memiliki ruh dalam arti nyawa. Namun pada faktanya,
dalam diri manusia tidak ada dua unsur pembentuk yang menarik manusia kepada
dua kecenderungan yang berbeda, yakni unsur jasad menarik kearah pemenuhan
kepentingan duniawi dan unsur jiwa/roh yang menarik kepada pemenuhan
kepentingan ukhrowi (moral dan ritual). Kenyataannya, semua perbuatan manusia
dipengaruhi oleh dorongan kebutuhan-kebutuhan fisik (al-hajatul ‘udlwiyah) dan
naluriah (al-ghoro’iz). Kebutuhan fisik contohnya adalah kebutuhan untuk makan,
minum, buang hajat dan tidur; sedangkan kebutuhan naluri contohnya adalah
naluri untuk melestarikan jenis manusia (ghorizatun nau’), naluri untuk
mempertahankan diri (ghorizatul baqo’), dan kebutuhan untuk mensucikan dan
mengagungkan dzat yang lebih agung dan sempurna (ghorizatut tadayyun).
Menurut Islam, kebutuhan-kebutuhan fisik dan naluriah tersebut merupakan
sesuatu yang alami dan netral, tidak bisa dengan sendirinya dikatakan bahwa
kebutuhan yang satu lebih tinggi derajatnya dari kebutuhan yang lain. Justru cara

7
manusia dalam mengatur dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan itulah yang dapat
diberi predikat terpuji atau tercela. Dalam pandangan Islam, jika kebutuhan-
kebutuhan tersebut dipenuhi dengan perbuatan yang dijalankan sesuai petunjuk
Islam, maka ia akan menjadi perbuatan yang terpuji. Sebaliknya, jika kebutuhan-
kebutuhan tersebut dipenuhi dengan perbuatan yang melanggar tuntunan Islam
maka ia menjadi perbuatan yang tercela.
Lantas apa yang mengarahkan manusia kepada aktivitas pemenuhan
kebutuhan yang diridhoi oleh Allah? Dorongan itu sebenarnya berasal dari
kesadaran yang ia miliki akan hubungannya dengan Allah Ta’ala (al idrok
lishillatihi billah). Kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi inilah yang membuat
manusia taat kepadaNya. Kesadaran yang kadang menguat dan kadang pula
melemah inilah sebenarnya yang mereka sebut dengan ruh.
Eksistensi ruh dalam diri seorang muslim menuntutnya untuk selalu
mengendalikan seluruh perbuatan yang ia lakukan dengan hukum-hukum syara’.
Maka selama ruh itu ada dalam benaknya, seorang muslim kemanapun dia pergi
akan selalu berjalan di atas hukum syara’. Kehadiran ruh tersebut mendorong
seorang muslim untuk melaksanakan sholat, haji, puasa dan aktivitas ritual lain
sesuai dengan hukum syara’. Hadirnya ruh juga mendorong manusia untuk
melaksanakan bisnis, jual-beli, hutang-piutang, bekerja, bergaul, berumah-tangga,
sampai menata pemerintahan menggunakan hukum syara’.
Atas dasar itu, ruh tidak hanya hadir di tempat-tempat sujud, tidak hanya
hadir di sekitar Ka’bah, tidak hanya hadir di masjid-masjid, namun ia juga hadir di
pasar-pasar, di kantor-kantor, bahkan di kamar kecil sekali pun. Aktivitas spiritual
umat islam tidak hanya dimanifestasikan dalam sholat, puasa, haji dan dzikir,
namun spiritualitas dan kedekatan dengan Allah juga teraktualisasikan dalam
bisnis, pekerjaan, pergaulan, hukum, politik-pemerintahan bahkan juga terwujud
dalam hubungan suami-istri. Umat islam sepenuhnya hidup dalam dimensi
spiritual sekaligus menjalani kehidupan yang serba material. Inilah falsafah
kehidupan dalam islam, yakni penyatuan antara materi dengan ruh. Yang
demikian itu terjadi tatkala semua aktivitas manusia dijalankan dengan hukum-
hukum syara’ atas dasar kesadaran akan hubungan mereka dengan Allah.
Inilah spiritualitas dalam islam. Ia adalah spiritualitas yang membumi,
menyatu dengan dinamika kehidupan manusia dalam kesehariannya. Kerohanian
dalam islam bukanlah dimensi yang berseberangan dengan kehidupan dunia.

8
Bahkan, ruh yang kenyataannya adalah kesadaran akan hubungan seorang muslim
dengan Allah ini harus dibawa ke mana pun seorang muslim itu pergi, dalam
kondisi apapun, dan dalam menjalani aktivitas serta urusan apa pun. Inilah makna
sejati dari dzikrullah (mengingat Allah), yakni sadar bahwa ia selalu diawasi oleh
Allah dalam segenap gerak-geriknya sehingga mendorong seorang muslim untuk
selalu hidup dengan syariat Islam tanpa lepas sedikit pun. Demikianlah cara
orang-orang yang beriman untuk mentransendensikan seluruh aktivitas mereka di
dunia dan “melayani” Allah dalam setiap urusan yang mereka kerjakan.

D. Ruang Lingkup Muamalah


Pada ruang lingkup fiqih muamalah meliputi seluruh kegiatan muamalah
manusia berdasarkan hukum-hukum Islam, baik berupa perintah maupun
larangan-larangannya yang terkait dengan hubungan manusia dengan manusia
lainnya. Muamalah dibagi menjadi dua jenis, yaitu muamalah adabiyah dan
madiyah.
1. Muamalah Adabiyah
Penjelasan muamalah adabiyah adalah muamalah yang berkaitan
dengan bagaimana cara tukar menukar benda ditinjau dari segi subjeknya,
yaitu manusia. Muamalah adabiyah mengatur tentang batasan-batasan
yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh manusia terhadap
benda yang berkaitan dengan adab dan akhlak, seperti kejujuran,
kesopanan, menghargai sesama, saling meridhoi, dengki, dendam,
penipuan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas manusia
dalam hidup bermasyarakat dalam mengelola suatu benda Pada
muamalah adabiyah memberikan panduan yang syara’ bagi perilaku
manusia untuk melakukan tindakan hukum terhadap sebuah benda.
Semua perilaku manusia harus memenuhi prasyarat etis normatif
sehingga perilaku tersebut dianggap layak untuk dilakukan.

2. Muamalah Madiyah
Sedangkan muamalah madiyah adalah muamalah yang berkaitan
dengan objek muamalah atau bendanya. Muamalah madiyah menetapkan
aturan secara syara’ terkait dengan objek bendanya. Apakah suatu benda

9
halal, haram, dan syubhat untuk dimiliki, diupayakan dan
diperjualbelikan, apakah suatu benda bisa menyebabkan kemaslahatan
atau kemudharatan bagi manusia, dan beberapa segi lainnya. Dengan kata
lain, muamalah madiyah bertujuan untuk memberikan panduan kepada
manusia bahwa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang bersifat
kebendaan dan bersifat sementara bukan sekedar memperoleh
keuntungan semata, tetapi juga bertujuan untuk memperoleh ridha Allah
SWT, dengan cara melakukan muamalah sesuai dengan aturan main yang
sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan secara syara’.
Ruang lingkup muamalah yang bersifat madiyah antara lain adalah
jual-beli (bai’), gadai (rahn), jaminan dan tanggungan (kafalah dan
dhaman), pemindahan hutang (hiwalah), pailit (taflis), perseroan atau
perkongsian (syirkah), perseroan harta dan tenaga (mudharabah), sewa
menyewa tanah (mukhabarah), upah (ujral al-amah), gugatan (asy
syuf’ah), sayembara (al ji’alah), batas bertindak (al hajru), pembagian
kekayaan bersama (al qisamah), pemberian (al hibbah), pembebasan (al
ibra’), damai (ash shulhu), serta masalah-masalah seperti bunga bank,
kredit, asuransi dan masalah-masalah baru lainnya.
Perlu diketahui bahwa ruang lingkup muamalah juga mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia seperti bidang ekonomi, sosial, politik,
dan sebagainya.
Menurut Abdul Wahhab Khallaf, berdasarkan tujuannya, muamalah
dalam Islam memiliki ruang lingkup yang meliputi:
a. Hukum Keluarga (Ahkam Al Ahwal Al-Syakhiyyah)
Merupakan hukum yang berkaitan dengan urusan keluarga
dan pembentukannya yang bertujuan untuk membangun dan
memelihara keluarga sebagai bagian terkecil. Meliputi hukum
tentang hak maupun kewajiban suami, istri, dan anak serta
hubungan keluarga satu dengan lainnya
b. Hukum Perdata (Al Ahkam Al Maliyah)
Merupakan hukum yang mengatur hubungan individu-
individu dalam bermuamalah serta bentuk-bentuk hubungannya,
seperti jual beli, sewa-menyewa, hutang piutang, perjanjian,
perserikatan dan lain sebagainya. Jadi hukum perdata berkaitan

10
dengan kekayaan dan hak-hak atas pemeliharaannya sehingga
tercipta hubungan yang harmonis di dalam masyarakat.
c. Hukum Pidana (Al-Ahkam Al-Jinaiyyah)
Merupakan hukum yang berkaitan dengan segala bentuk
kejahatan, pelanggaran hukum dan ketentuan sanksi-sanksi
hukumnya. Tujuannya adalah untuk menjaga ketentraman dan
keamanan hidup umat manusia termasuk harta kekayaannya,
kehormatannya, dan membatasi hubungan antara pelaku tindak
pidana kejahatan dengan masyarakat maupun korban.
d. Hukum Acara (Al-Ahkam Al-Murafa’at)
Definisi hukum acara adalah hukum yang berkaitan dengan
sumpah, persaksian, tata cara mempertahankan hak dan
memutuskan siapa yang terbukti bersalah, sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku. Pada hukum ini bertujuan untuk
mengatur dan merealisasikan keadilan di dalam kehidupan
masyarakat.
e. Hukum Perundang-Undangan (Al-Ahkam Al-Dusturiyyah)
Merupakan hukum yang berkaitan dengan perundang-
undangan yang berlaku untuk membatasi hubungan hakim
dengan terhukum serta menetapkan hak-hak perorangan dan
kelompok.
f. Hukum Kenegaraan (Al-Ahkam Al-Duwaliyyah)
Merupakan hukum yang berkaitan dengan hubungan antara
penguasa (pemerintah) dengan rakyatnya, hubungan antar
kelompok masyarakat dalam suatu negara maupun antar negara.
Hukum ini bertujuan untuk mengatur mengatur hubungan di
antara umat Islam dengan yang lainnya yang ada dalam suatu
Negara, hubungan pemerintah dan rakyatnya serta hubungan
yang terjadi antar negara pada masa damai dan masa perang.
g. Hukum Keuangan dan Ekonomi (Al-Ahkam Al-Iqtishadiyyah
Wa Al-Maliyyah)
Merupakan hukum yang berkaitan dengan hak-hak dari
fakir miskin di dalam harta orang kaya, mengatur sumber
keuangan negara, pendistribusian serta permasalahan

11
pembelanjaan negara dalam rangka untuk kepentingan
kesejahteraan rakyatnya.

E. Prinsip-Prinsip Bermuamalah
Hakikat diturunkannya syari’at Islam adalah mendatangkan kemaslahatan
dan menghindarkan kerusakan, yang tercermin dalam bentuk perintah dan
larangan dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Setiap bentuk perintah yang mesti
dikerjakan, pasti di situ juga mengandung kemaslahatan bagi manusia.
Sebaliknya, setiap bentuk larangan yang mesti ditinggalkan, pasti juga
mengandung kemudharatan bagi manusia. Walaupun seringkali hikmah dari
perintah dan larangan tersebut terungkap jauh setelah dalilnya diturunkan.
Demikian pula dengan ketentuan dalam muamalah, adalah jelas untuk
kemaslahatan manusia secara umum. Ketentuan-ketentuan muamalah secara
syari’at Islam yang tidak akan mengabaikan aspek penting dalam kesinambungan
hidup manusia. Secara garis besar, terdapat dua prinsip dalam muamalah yakni
prinsip umum dan prinsip khusus.
1. Prinsip Umum
Dalam prinsip umum muamalah terdapat empat hal yang utama, yaitu:
a. Hukum asal dalam muamalah pada dasarnya adalah mubah kecuali
ada dalil yang mengharamkannya.
b. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan
kemaslahatan/manfaat dan menghindarkan mudharat dalam
masyarakat.
c. Pelaksanaan Muamalah didasarkan dengan tujuan memelihara nilai
keseimbangan (tawazun) berbagai segi kehidupan, yang antara lain
meliputi keseimbangan antara pembangunan material dan spiritual,
pemanfaatan serta pelestarian sumber daya.
d. Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan dan
menghindari unsur-unsur kezaliman.
2. Prinsip Khusus
Sementara itu prinsip khusus muamalah dibagi menjadi dua, yaitu
yang diperintahkan dan yang dilarang. Adapun yang diperintahkan dalam
muamalah terdapat tiga prinsip, yaitu:

12
a. Objek transaksi harus yang halal, artinya dilarang melakukan
aktivitas ekonomi atau bisnis terkait yang haram.
b. Adanya keridhaan semua pihak terkait muamalah tersebut, tanpa
ada paksaan.
c. Pengelolaan dana / aset yang amanah dan jujur.
Sedangkan yang dilarang dalam muamalah antara lain:
a. Riba, merupakan setiap tambahan / manfaat yang berasal dari
kelebihan nilai pokok pinjaman yang diberikan peminjam. Riba
juga sebagai suatu kegiatan yang menimbulkan eksploitasi dan
ketidakadilan yang secara ekonomi menimbulkan dampak sangat
merugikan masyarakat
b. Gharar, adalah mengandung ketidakjelasan, spekulasi, taruhan,
bahaya, cenderung pada kerusa kan.
c. Tadlis (penipuan), misalnya penipuan dalam transaksi jual beli
dengan menyembunyikan atas adanya kecacatan barang yang
diperjualbelikan.
d. Berakad dengan orang-orang yang tidak cakap dalam hokum,
seperti orang gila, anak kecil, terpaksa, dan lain sebagainya.

F. Akhlak Bermuamalah
Macam-macam akhlak bermu’amalah adalah Shiddiq, Istiqamah, Fathanah,
Amanah, dan Tablig.
1. Shiddiq artinya mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan,
keyakinan perbuatan atas dasar nilai-nilai yang benar berdasarkan ajaran
Islam. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengaja antara
ucapan dengan perbuatan. Karena itu Allah memerintahkan orang-orang
yang beriman untuk senantiasa memiliki sifat shiddiq dan menciptakan
lingkungan yang shiddiq.
Dalam dunia kerja dan usaha, kejujuran ditampilkan dalam bentuk
kesungguhan dan ketepatan. Baik ketepatan waktu, janji, pelayanan,
pelaporan, mengakui kelemahan dan kerugian (tidak ditutup-tutupi) untuk
kemudian diperbaiki secara terus-menerus, serta menjauhkan diri dari
berbuat bohong dan menipu (baik pada diri, teman sejawat, perusahaan
maupun mitra kerja)

13
2. Istiqamah mempunyai arti konsisten dalam iman dan nilai-nilai yang
baik, meskipun menghadapi berbagai godaan dan tantangan. Istiqamah
dalam kebaikan ditampilkan dalam keteguhan dan kesabaran serta
keuletan sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal. Istiqamah
merupakan hasil dari suatu proses yang dilakukan secara terus-menerus.
Misalnya interaksi yang kuat dengan Allah dalam bentuk shalat, zikir,
membaca Al-Qur’an, dan lain-lain.
Proses itu menumbuh-kembangkan suatu sistem yang
memungkinkan, kebaikan, kejujuran, dan keterbukaan teraplikasikan
dengan baik. Sebaliknya, keburukan dan ketidak jujuran akan terduksi
dan ternafikan secara nyata. Orang dan lembaga yang istiqamah dalam
kebaikan akan mendapatkan ketenangan dan sekaligus mendapatkan
solusi dan jalan keluar dari segala persoalan yang ada.
3. Fathanah mempunyai arti mengerti, memahami, dan menghayati secara
mendalam segala yang menjadi tugas dan kewajibannya. Sifat ini akan
menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan melakukan berbagai macam
inovasi yang bermanfaat. Kreatif dan inovatif hanya mungkin dimiliki
manakala seorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu
pengetahuan, peraturan, dan informasi, baik yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun perusahaan secara umum.
4. Amanah, mempunyai arti bertanggung jawab dalam melaksanakan setiap
tugas dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran,
pelayanan yang optimal, dan ihsan (berbuat yang terbaik) dalam segala
hal. Sifat amanah harus dimiliki setiap mukmin, apalagi yang mempunyai
pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat.
5. Tabligh berarti mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain
untuk melaksaakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan
kita sehari-hari. Tabligh yang disampaikan dengan hikmah, sabar,
argumentatif, dan persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan
yang semakin solid dan kuat.

BAB III

PENUTUP

14
A. Kesimpulan
Mu’amalah secara etimologi sama dan semakna dengan al-mufa’alah, yaitu
saling berbuat. Kata ini, menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang dengan seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan
masing-masing. Atau muamalah secara etimologi itu artinya saling bertindak, atau
saling mengamalkan.
Pandangan islam tentang kehidupan dunia dapat dijelaskan ke dalam 5 tahap
yaitu diawali degan mengetahui apa hakikat dunia dalam islam, tipu daya dunia,
betapa utamanya kepentingan akhirat daripada dunia, balasan bagi mereka yang hanya
mementingkan dunia, serta berlomba-lomba dalam kebaikan.
Makna spiritual tentang kejayaan dalam hidup dimulai dari bagaimana cara
manusia memenuhi kebutuhan fisik dan naluriah tersebut, apabila ia memenuhinya
dengan cara yang sesuai dengan petunjuk islam maka ia akan menjadi perbuatan yang
terpuji, begitupun sebaliknya. Dorongan untuk selalu memenuhi kebutuhan dengan
cara yang diridhoi oleh Allah adalah sebuah bentuk kesadaran yang ada hubungannya
dengan Allah, sebuah kesadaran yang kadang menguat dan melemah. Dengan
kesadaran itulah yang menuntun manusia agar selalu bisa mengendalikan seluruh
perbuatannya. Kesadaran tersebut bukan hanya hadir di tempat-tempat suci, akan
tetap selalu ada dan hidup bersama dengan kita. Itulah yangdihubungkan dengan
makna spiritual dalam kehidupan, bagaimana kita selalu menghadirkan Allah di
dalam kehidupan kita.
Pada ruang lingkup fiqih muamalah meliputi seluruh kegiatan muamalah
manusia berdasarkan hukum-hukum Islam, baik berupa perintah maupun larangan-
larangannya yang terkait dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya.
Muamalah dibagi menjadi dua jenis, yaitu muamalah adabiyah dan madiyah.
Ketentuan-ketentuan muamalah secara syari’at Islam yang tidak akan mengabaikan
aspek penting dalam kesinambungan hidup manusia. Secara garis besar, terdapat dua
prinsip dalam muamalah yakni prinsip umum dan prinsip khusus. Macam-macam
akhlak bermu’amalah adalah Shiddiq, Istiqamah, Fathanah, Amanah, dan Tablig.

B. Saran

15
Dalam pengumpulan materi pembahasan diatas tentunya kami banyak
mengalami kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu hendaknya pembaca
memberikan tanggapan dan tambahan terhadap makalah kami. Sebelum dan
sesudahnya kami haturkan banyak terimakasih.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. MAKALAH MUAMALAH.


http://kasmankadir05.blogspot.com/2017/11/makalah-muamalah.html, diakses pada
tanggal 16 Januari 2021

Subair. 2020. MUAMALAH. https://subair3.wordpress.com/2020/05/07/12-


muamalah/#:~:text=Muamalah%20dalam%20Islam%20merupakan
%20aturan,haram%20dan%20mana%20yang%20halal., diakses pada tanggal 16
Januari

17

Anda mungkin juga menyukai