Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KHITTAH MUHAMMADIYAH BERBANGSA DAN BERNEGARA

DOSEN PEMBIMBING :
Lailul Basri, SHI., LLM.
DISUSUN OLEH :
Ersa Fitriyah Marga NIM. 181040700026
Muhammad Tsamrotul Fuadi NIM. 181040700017
Aisyah Rosydana NIM. 181040700007

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
TAHUN
2018/2019
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME). Di mana tuhan YME
telah memberikan rahmat dan kerunia-Nya. Sehingga kami dari kelompok kami dapat
menyusun sebuah makalah dan menyelesaikannya dengan baik.
Sehingga akhirnya tersusunlah sebuah makalah Khittah Muhammadiyah Berbangsa Dan
Bernegara ini. Makalah ini telah kami susun dengan sistematis dan sebaik mungkin. Hal ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah AIK 3.
Dengan selesainya makalah ini, maka kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih.
Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah Khittah Muhammadiyah Berbangsa Dan Bernegara ini. Khususnya
kepada :
1. Kepada pak Lailul Basri, SHI., LLM. Selaku dosen pengampu mata kuliah AIK 3.
2. Teman – teman kelompok 6 yang telah bekerja sama untuk menyelesaikan makalah
ini.
3. Orang tua kami yang telah mendoakan kelancaran kuliah kami.
4. Semua pihak yang telah memberikan semangat dan dorongan dalam pembuatan
makalah ini.
Demikian ini makalah Khittah Muhammadiyah Berbangsa Dan Bernegara yang telah
kami buat. Kami mohon kritik dan saran apabila terdapat kekeliruan atau kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Juga bermanfaat bagi kami selaku penyusun.

Sidoarjo, 12 Desember 2019

Penyusun
Daftar Isi

Table of Contents
Kata Pengantar..........................................................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan................................................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN........................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Khittah Muhammadiyah.......................................................................................................3
2.2 Khittah Perjuangan Muhammadiyah......................................................................................................4
2.3 Sejarah Perumusan Khittah Muhammadiyah Berbangsa Dan Bernegara.............................................7
2.4 Strategi Dan Lapangan Perjuangan Muhammadiyah Dalam Berbangsa Dan Bernegara......................7
BAB III. PENUTUP...............................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................................10
Daftar Pustaka........................................................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari periode ke periode kepemimpinan dalam Muhammadiyah telah dilahirkan
beberapa kittah. Kittah tersebut disusun mengikuti perkembangan persyarikatan dari masa ke
masa isi suatu kittah sesuai dasar dan tujuan Muhammadiyah, serta menunjukkan situasi
masa dalam satu periode. Begitu pula pada sasaran yang akan di capai dalam satu periode
tergambar dalam satu kittah. Umumnya suatu kittah bersifat pembinaan kepemimpinan dan
bimbingan untuk berjuang bagi para anggota Muhammadiyah.
Haedar Nashir dalam Memahami Ideologi Muhammadiyah (2016) menyatakan bahwa
konsep ideologi adalah “sistem keyakinan, cita-cita, dan perjuangan Muhammadiyah sebagai
gerakan Islam dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.” Tidak hanya
terkait dengan seperangkat paham, pemikiran atau pandangan hidup, namun juga mencakup
tentang teori dan strategi perjuangan untuk mewujudkan paham tersebut dalam kehidupan.
Strategi perjuangan inilah yang dikenal dengan Khittah Perjuangan Muhammadiyah.
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da'wah amar ma'ruf nahi
munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan
bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq,
dan mu'amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan
dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut
Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan
lil-'alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.
Muhammadiyah berpandangan bahwa berkiprah dalam kehidupan bangsa dan negara
merupakan salah satu perwujudan dari misi dan fungsi melaksanakan da'wah amar ma'ruf
nahi munkar sebagaimana telah menjadi panggilan sejarahnya sejak zaman pergerakan
hingga masa awal dan setelah kemerdekaan Indonesia. Peran dalam kehidupan bangsa dan
negara tersebut diwujudkan dalam langkah-langkah strategis dan taktis sesuai kepribadian,
keyakinan dan cita-cita hidup, serta khittah perjuangannya sebagai acuan gerakan sebagai
wujud komitmen dan tanggungjawab dalam mewujudkan "Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun
Ghafur".
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini :
1. Menjelaskan pengertian dari kittah muhammadiyah
2. Menjelaskan bagaimana kittah muhammadiyah berbangsa dan bernegara
3. Menjelaskan bagaimana strategi dan lapangan perjuangan muhammadiyah berbangsa
dan bernegara

1.3 Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan dari makalah ini, anata lain :
1. Untuk mengetahui pengertian dari khittah muhammadiyah
2. Untuk memahami garis perjuangan khittah muhammadiyah dalam berbangsa dan
bernegara
3. Untuk mengetahui strategi dan lapangan perjuangan muhammadiyah dalam berbangsa
dan bernegara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Khittah Muhammadiyah

Secara bahasa khittah berasal dari bahasa Arab yaitu “Khiththatun” yang berarti
langkah, atau garis. Khittah Muhammadiyah secara bahasa berarti garis-garis besar atau
langkah-langkah Persyarikatan Muhammadiyah. Sedangkan secara istilah berarti pedoman,
arahan, kebijakan atau langkah-langkah persyarikatan untuk mewujudkan keyakinan dan cita-
cita hidup serta perjuangannya.

Berdasarkan pengertian di atas maka Khittah Muhammadiyah merupakan :

1. Rumusan yang berisi arah, kebijakan dan langkah-langkah persyarikatan


Muhammadiyah dalam bentuk garis besar,

2. Pedoman untuk tercapainya tujuan Muhammadiyah

Khittah juga merupakan garis-garis haluan perjuangan Muhammadiyah dan mengandung


konsepsi (pemikiran) perjuangan yang merupakan tuntunan, pedoman, dan arah perjuangan
serta mempunyai arti penting karena menjadi landasan berpikir dan menjalankan amal usaha
bagi semua pimpinan serta anggota muhammadiyah.

Substansi khitthah perjuangan Muhammadiyah dapat dikatakan sebagai teori perjuangan


persyarikatan, yakni sebagai kerangka berfikir untuk memahami dan memecahkan persoalan
yang dihadapi Muhammadiyah sesuai dengan gerakannya dalam konteks situasi dan kondisi
yang dihadapi
2.2 Khittah Perjuangan Muhammadiyah
A. LANGKAH MUHAMMADIYAH (LANGKAH DUA BELAS MUHAMMADIYAH)
1938-1940
1) Memperdalam Masukknya Islam
Hendaklah iman itu ditablighkan, disiarkan dengan selebar-lebarnya, yakni diberi
riwayatnya dan diberi dalil buktinya, deipengaruhkan dan digembirakan. Sampai
iman itu mendarah daging, masuk di tulang sumsum dan mendalam di hati
sanubari kita, sekutu-sekutu muhammadiyah seumumnya.
2) Memperluas Faham Agama
Hendaklah faham agama yang sesungguhnya itu dibentangkan dengan arti yang
seluas-luasnya, boleh diujikan dan diperbandingkan, sehingga kita sekutu-sekutu
Muhammadiyah mengerti perluasan agama islam, itulah yang paling benar, ringan
dan berguna, maka, mendahulukanlah pekerjaan keagamaan itu.
3) Memperbuahkan Budi Pekerti
Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang akhlaq yang terpuji dan akhlaq yang
tercela serta diperbahasakannya tentang memakainya akhlaq yang mahmudah dan
menjauhkannya akhlaq yang mazmumah itu, sehingga menjadi amalan kita, ya
seorang sekutu Muhammadiyah, kita berbudi pekerti yang baik lagi berjasa.
4) Menuntun Amalan Intiqad (Self Correctie)
Hendalklah senantiasa melakukan perbaikan diri kita sendiri (self correctie),
segala usaha dan pekerjaan kita, kecuali diperbesarkan supaya diperbaikilah juga.
Buah penyelidikan perbaikan itu dimusyawarahkan di tempat yang tentu, dengan
dasar mendatangkan maslahat dan menjauhkan madlarat, sedang yang kedua ini
didahulukan dari yang pertama.
5) Menguatkan Persatuan
Hendaklah menjadikan tujuan kita juga, akan menguatkan persatuan organisasi
dan mengokohkan pergaulan persaudaraan kita serta mempersamakan hak-hak
dan memerdekakan lahirnya pikiran-pikiran kita.
6) Menegakkan Keadilan
Hendaklah keadilan itu dijalankan semestinya, walaupun akan mengenai badan
sendiri, dan ketetapan yang sudah seadil-adilnya itu dibela dan dipertahankan di
mana juga.
7) Melakukan Kebijaksanaan
Dalam gerak kita tidaklah melupakan hikmah, hikmah hendaklah disendikan
kepada Kitabullah dan Sunnaturrasulillah. Kebijaksanaan yang menyalahi ke-dua
pegangan kita itu, mestilah kita buang, karena itu bukan kebijaksanaan yang
sesungguhnya. dalam pada itu, dengan tidak mengurangi segala gerakan
kemuhammadiyahan, maka pada tahun 1838-1940 H, muhammadiyah
mengemukakan pekerjaan akan :
8) Menguatkan Majelis Tanwir
Sebab majelis ini nyata-nyata berpengaruh besar dalam kalangan kita
Muhammadiyah dan sudah menjadi tangan kanan yang bertenaga disisi
Hoofdbestuur (PP) Muhammadiyah, maka sewajibnyalah kita perteguhkan dengan
diatur yang sebaik-bauknya.
9) Mengadakan Konperensi Bagian
Untuk mengadakan garis yang tentuu dalam langkah-langkah bagian kita, maka
hendaklah kita berikhtiar mengadakan Konperensi bagian, umpama : Konperensi
Bagian: penyiaran Agama seluruh Indonesia dan lain-lain sebagainya.
10) Mempermusyawarahkan Putusan
Agar dapat keringanan dan yang tentu dalam langkah-langkah bagian kita, maka
hendaklah setiap ada keputusan yang mengenai kepala majelis (Bagian),
dimusyawarahkanlah dengan yang bersangkutan itu lebih dulu, sehingga dapatlah
mentanfidzkan dengan cara menghasilkannya dengan segera.
11) Mengawaskan Gerakan Jalan
Pemandangan kita hendaklah kita tajamkan akan mengawasi gerak kita yang ada
di dalam muhammadiyah, yang sudah lalu, yang masih langsung dan yang
bertambah (yang akan datang/berkembang).
12) Mempersambungkan Gerakan Luar
Kita berdaya-upaya akan memperhubungkan diri kepada iuran (ekstern), lain-lain
persyarikatan dan pergerakan di indonesia, dengan Silaturahim, tolong-menolong
dalam segala kebaikan, yang tidak mengubah asasnya maisng-masing. Terutama
perhubungan kepada persyarikatan dan pemimpin islam.
B. KHITTAH PALEMBANG 1956-1959
1) Menjiwai pribadi anggota dan pimpinan Muhammadiyah dengan memperdalam
dan mempertebal tauhid, menyempurnakan ibadah dengan khusyu’ dan tawadlu’,
mempertinggi akhlak, memperluas ilmu pengetahuan, dan menggerakkan
Muham-madiyah dengan penuh keyakinan dan rasa tanggung jawab.
2) Melaksanakan uswatun hasanah.
3) Mengutuhkan organisasi dan merapikan administrasi.
4) Memperbanyak dan mempertinggi mutu anak.
5) Mempertinggi mutu anggota dan membentuk kader.
6) Memperoleh ukhuwah sesama muslim dengan mengadakan badan ishlah untuk
mengantisipasi bila terjadi keretakan dan perselisihan.
7) Menuntun penghidupan anggota.
C. KHITTAH PONOROGO 1969
Kelahiran Parmusi merupakan buah dari Khittah Ponorogo (1969). Dalam rumusan
Khittah tahun 1969 ini disebutkan bahwadakwah Islam amar ma'ruf nahi
munkardilakukan melalui dua saluran: politik kenegaraan dan kemasyarakatan.
Muhammadiyah sendiri memposisikan diri sebagai gerakan Islam amar ma'ruf nahi
munkardalam bidang kemasyarakatan. Sayangnya, partai parmusi ini gagal sehingga
khittah ponorogo kemudian "dinasakh" meminjam istilah Haedar nashir lewat khittah
ujung pandang.
D. KHITTAH UJUNG PANDANG 1971
1) Muhammadiyah adalah Gerakan Da’wah Islam yang beramal dalam segala
bidang kehidupan manusia dan masyarakat.
2) Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak
memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.
3) Untuk lebih memantapkan muhammadiyah sebagai gerakan da’wah islam setelah
pemilu tahun 1971, muhammadiyah melakukan amar ma’ruf nahi munkar secara
konstruktif dan positif terhadap partai muslimin Indonesia.
4) Untuk lebih meningkatkan partisipasi muhammadiyah dalam pelaksanaan
pembangunan nasional.
E. KHITTAH SURABAYA 1978 (PENYEMPURNAAN DARI KHITTAH
PONOROGO 1969)
1) Muhammadiyah adalah Gerakan Da’wah Islam yang beramal dalam segala bidang
kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris
dengan dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu partai politik atau organisasi
apapun.
2) etiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki
atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam
Persyarikatan Muhammadiyah.
F. KHITTAH DENPASAR 2002
Dalam Posisi yang demikian maka sebagaimana khittah Denpasar, muhammadiyah
dengan tetap berada dalam kerangka gerakan dakwah dan tajdid yang menjadi fokus
dan orientasi utama gerakannya dapat mengembangkan fungsi kelompok kepentingan
atau sebagai gerakan social civil-society dalam memainkan peran berbangsa dan
bernegara.

2.3 Sejarah Perumusan Khittah Muhammadiyah Berbangsa Dan Bernegara


Khittah perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (khittah Denpasar
Tahun 2002) dirumuskan pada era kepemimpinan Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’I Ma’arif pada
tahun 2002. Program dasarnya yaitu :
Warga atau anggota Muhammadiyah yang aktif dalam kegiatan politik hendaklah bersungguh
– sungguh dalam melaksanakan tugas dan mengedepankan empat hal :
a. Rasa tanggung jawab (amanah)
b. Berkhlak mulia(akhlaq al karimah)
c. Menjadi teladan/contoh yang baik (Uswatun hasanah)
d. Perdamaian (ishlah)
Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan mana pun
berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan bertujuan
untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik, maju,
demokratis dan berkeadaban.

2.4 Strategi Dan Lapangan Perjuangan Muhammadiyah Dalam Berbangsa Dan


Bernegara.
Bahwa peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan melalui dua
strategi dan lapangan perjuangan. Pertama, melalui kegiatan-kegiatan politik yang
berorientasi pada perjuangan kekuasaan/kenegaraan (real politics, politik praktis)
sebagaimana dilakukan oleh partai-partai politik atau kekuatan-kekuatan politik formal di
tingkat kelembagaan negara. Kedua, melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang bersifat
pembinaan atau pemberdayaan masyarakat maupun kegiatan-kegiatan politik tidak langsung
(high politics) yang bersifat mempengaruhi kebijakan negara dengan perjuangan moral
(moral force) untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di tingkat masyarakat dan negara
sebagaimana dilakukan oleh kelompok-kelompok kepentingan (interest groups).
Muhammadiyah secara khusus mengambil peran dalam lapangan kemasyarakatan
dengan pandangan bahwa aspek kemasyarakatan yang mengarah kepada pemberdayaan
masyarakat tidak kalah penting dan strategis daripada aspek perjuangan politik kekuasaan.
Perjuangan di lapangan kemasyarakatan diarahkan untuk terbentuknya masyarakat utama
atau masyarakat madani (civil society) sebagai pilar utama terbentuknya negara yang
berkedaulatan rakyat. Peran kemasyarakatan tersebut dilakukan oleh organisasi-organisasi
kemasyarakatan seperti halnya Muhammadiyah. Sedangkan perjuangan untuk meraih
kekuasaaan (power struggle) ditujukan untuk membentuk pemerintahan dalam mewujudkan
tujuan negara, yang peranannya secara formal dan langsung dilakukan oleh partai politik dan
institusiinstitusi politik negara melalui sistem politik yang berlaku. Kedua peranan tersebut
dapat dijalankan secara objektif dan saling terkait melalui bekerjanya sistem politik yang
sehat oleh seluruh kekuatan nasional menuju terwujudnya tujuan negara.
Muhammadiyah sebagai organisasi sosial-keagamaan (organisasi kemasyarakatan)
yang mengemban misi da'wah amar ma'ruf nahi munkar senantiasa bersikap aktif dan
konstruktif dalam usaha-usaha pembangunan dan reformasi nasional sesuai dengan khittah
(garis) perjuangannya serta tidak akan tinggal diam dalam menghadapi kondisi-kondisi kritis
yang dialami oleh bangsa dan negara. Karena itu, Muhammadiyah senantiasa terpanggil
untuk berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berdasarkan pada khittah
perjuangan sebagai berikut: Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan
bangsa dan negara merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan keduniawian
(al-umur addunyawiyat) yang harus selalu dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai
luhur agama dan moral yang utama. Karena itu diperlukan sikap dan moral yang positif dari
seluruh warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan politik untuk tegaknya kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun kehidupan
berbangsa dan bernegara, baik melalui perjuangan politik maupun melalui pengembangan
masyarakat, pada dasarnya merupakan wahana yang mutlak diperlukan untuk membangun
kehidupan di mana nilai-nilai Ilahiah melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan
tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, perdamaian, ketertiban, kebersamaan, dan
keadaban untuk terwujudnya "Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur".
Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
melalui usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya
masyarakat madani (civil society) yang kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sedangkan hal-hal yang berkaitan
dengan kebijakan-kebijakan kenegaraan sebagai proses dan hasil dari fungsi politik
pemerintahan akan ditempuh melalui pendekatan-pendekatan secara tepat dan bijaksana
sesuai prinsip-prinsip perjuangan kelompok kepentingan yang efektif dalam kehidupan
negara yang demokratis.
Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang bersifat praktis
atau berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan
lembaga-lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya sistem
politik yang demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara.
Dalam hal ini perjuangan politik yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan politik hendaknya
benar-benar mengedepankan kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai utama sebagaimana
yang menjadi semangat dasar dan tujuan didirikannya negara Republik Indonesia yang
diproklamasikan tahun 1945. Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya
sebagai wujud dari dakwah amar ma'ruf nahi munkar dengan jalan mempengaruhi proses dan
kebijakan negara agar tetap berjalan sesuai dengan konstitusi dan cita-cita luhur bangsa.
Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat bangsa dan berfungsi sebagai wahana
pendidikan politik yang sehat menuju kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban.
Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan
kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun. Muhammadiyah senantiasa
mengembangkan sikap positif dalam memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi
kritik sesuai dengan prinsip amar ma'ruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik
kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban.
Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota Persyarikatan untuk
menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masingmasing.
Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggungjawab sebagai warga negara yang
dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan
Muhammadiyah, demi kemaslahatan bangsa dan negara.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Istilah khittah berasal dari akar kata khaththa, yang bermakna : menulis dan
merencanakan. Khittah juga berarti garis atau jalan. Jadi, khittah adalah garis besar atau jalan
perjuangan. Dalam konteks Muhammadiyah, khittah merupakan seperangkat rumusan, teori,
metode, sistem, startegi, dan taktik perjuangan Muhammadiyah.
Muhammadiyah memilih strategi perjuangan dakwah non-politik praktis.
Muhammadiyah menekankan pada pembinaan masyarakat. Khittah dimaksudkan agar
Muhammadiyah tetap istiqomah dalam mengemban fungsi dakwah dan tajdidnya sebagai
gerakan Islam yang berkiprah dalam lapangan kemasyarakatan. Garis perjuangan di wilayah
kultural ini digariskan dengan Khittah Palembang yang lahir pada Muktamar 1956, Khittah
Ponorogo 1969, Khittah Ujung Pandang 1971, Khittah Surabaya 1978, dan Khittah Denpasar
2002.
Strategi perjuangan ini termasuk dalam ranah ijtihad serta menjadi bagian dari urusan
muamalah duniawiyah. Dakwah kemasyarakatan non-politik praktis merupakan perjuangan
yang mulia, penting, dan strategis, bagi kepentingan agama dan bangsa. Muhammadiyah
dapat memerankan perjuangan kebangsaan melalui banyak saluran, dalam menjalankan
fungsi-fungsi strategisnya sebagai organisasi kemasyarakatan. Penyatuan antara partai politik
dan organisasi dakwah justru menimbulkan banyak mudharat.
peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan melalui dua strategi
dan lapangan perjuangan. Pertama, melalui kegiatan politik yang berorientasi pada
perjuangan kekuasaan/kenegaraan (real politics, politik praktis). Kedua, melalui kegiatan
kemasyarakatan yang bersifat pembinaan atau pemberdayaan masyarakat maupun kegiatan
politik tidak langsung (high politics) yang bersifat mempengaruhi kebijakan negara dengan
perjuangan moral (moral force) untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di tingkat
masyarakat dan negara sebagaimana dilakukan oleh kelompok kepentingan (interest groups).
Khittah Denpasar 2002 memberikan kebebasan kepada warga persyarikatan untuk
menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai dengan hati nurani masing-
masing. “Penggunaan hak pilih tersebut harus sesuai dengan tangguang jawab sebagai warga
negara yag dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan
Muhammadiayah, demi kemaslahatan bangsa dan negara.”
Daftar Pustaka

Anonim. 10 December, 2019. “KHITTAH MUHAMMADIYAH”.


(http://www.suaramuhammadiyah.id/2019/12/10/khittah-muhammadiyah/) Online, Diakses
pada tanggal 12 Desember 2019. pukul 15.41 WIB.

Anonim. 2012. “Khittah Perjuangan Dalam Berbangsa Dan Bernegara”.


(http://pdpt.unimus.ac.id/2012/wp-content/uploads/2012/06/Khitah-Perjuangan-dalam-
Kehidupan-Berbangsa-dan-Bernegara.pdf ) Online, Diakses pada tanggal 12 Desember 2019.
Pukul 15.52 WIB.

Zaenal Arifin. 15 Agustus 2011. “Kumpulan Kittah Perjuangan Muhammadiyah”


(https://guruilmu.wordpress.com/2011/08/15/kumpulan-khittah-perjuangan-muhammadiyah).
Online. Diakses pada tanggal 12 Desember 2019. Pukul 15.58 WIB.

Anda mungkin juga menyukai