Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MATAN KEYAKINAN DAN CITA-CITA HIDUP


MUHAMMADIYAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kemuhammadiyahan III
Dosen : Drs. Syamsurizal Yazid, M.A.

Disusun :
Kelompok III
1. Benita Zerlindha 2015-182
2. Rawinda Novi Amy 2015-189
3. Rosi Dwi Indriani 2015-205
4. Yaomil Fitriyah 2015-222

PROGRAM STUDI – AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
OKTOBER 2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarkatuh


Syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan segala bentuk kenikmatannya kepada kita semua sehingga
makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan.
shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman adinul islam.
Penulisan makalah ini merupakan bentuk kewajiban dan penyempurnaan nilai
terhadap kami selaku mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang dan
pengembangan nilai-nilai keagamaan melalui mata kuliah AIK III.
Ucapan terima kasih kepada dosen AIK III kami yang telah memberikan banyak
arahan dan bimbingan kepada kamimenjadi mahasiswa yang berahlak berlandaskan
aturan Islam.
Penyusunan makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarkatuh

Malang, 14 Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ......................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Cita-cita Muhammadiyah ..................................................................... 2
B. Islam dalam keyakinan Muhammadiyah ............................................. 4
C. Arah usaha Muhammadiyah dalam bidang Aqidah, Ibadah, Akhlak
dan Muamalah Duniawiyah .................................................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................................. 13
B. Saran .................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap yang hidup pasti memiliki sebuah cita-cita, bahkan kita hidup ini harus
memiliki sebuah cita-cita, dengan cita-cita kita hidup, dengan cita-cita pula kita
berambisi. Tetapi cita-cita tanpa sebuah keyakinan adalah sebuah mimpi belaka.
Cita-cita diiringi dengan keyakinan akan memberikan kita semangat dalam mengejar
cita-cita kita itu.
Matan “Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah” diputuskan oleh
Tanwir Muhammadiyah tahun 1969 di Ponorogo dalam rangka melaksanakan
amanat Muktamar Muhammadiyah ke 37 tahun 1968 di Yogyakarta. Kemudian oleh
pimpinan pusat Muhammadiyah Matan ini diubah dan disempurnakan, khususnya
pada segi peristilahannya berdasarkan amanat dan kuasa Tanwir Muhammadiyah
tahun 1970.
Maka dari itu makalah kami kali ini akan mengangkat topik Matan Kehidupan
Cita-cita Hidup Muhammadiyah, agar kita bisa mengerti bagaimana cita-cita hidup
Muhammadiyah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cita-cita Muhammadiyah ?
2. Bagaimana Islam dalam keyakinan Muhammdiyah ?
3. Bagaimana arah usaha Muhammdiyah dalam bidang aqidah, ibadah, akhlak dan
muamalah duniawiyah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana cita-cita Muhammadiyah.
2. Untuk mengetahui terkait Islam dalam keyakinan Muhammadiyah.
3. Untuk mengetahui dan paham mengenai arah usaha Muhammadiyah dalam
bidang aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah duniawiyah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cita – cita Hidup Muhammadiyah


Menurut Muchlas Abror, Matan Keyakinan dan Cita Cita Hidup
Muhammadiyah, yang kemudikan disingkat menjadi MKCH pada mulanya
merupakan putusan dari sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1969 di Ponorogo
Jawa Timur dalam rangka melaksanakan amanat Muktamar Muhammadiyah ke-37
di tahun 1968 di Yogyakarta kemudian di rumuskan kembali dan disempurnakan
pada tahum 1970 dalam sidang Tanwir Muhammadiyah di Yogyakarta. MKCH
hasil siding Tanwir Muhammadiyah tahun 1969 di Ponorogo, Jawa Timur terdiri
dari 9 ayat, yang kemudian dirumuskan kembali dan disempurnakan pada tahun
1970 dalam sidang Tanwir Muhammaddiyah di Yogjakarta menjadi 5 ayat.
Muhammadiyah sebagai PERSYARIKATAN memiliki 5 teks cita-cita yang
merupakan sebuah impian yang diiringi dengan sebuah keyakinan.
TEKS (MATAN)Muhammadiyah tersebut yaitu:
1. Mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. artinya: Para sekutu
Muhammadiyah harus bersih dari penyakit TBC/ Bid’ah, khurofat, Tahayul
dll
2. Menjadikan Islam adalah agama rahmatan lil alamin artinya: Islam adalah
agama untuk semua yang ada di dunia ini, di pelajari oleh siapa saja, dan
diamalkan untuk siapa saja adalah menjadi cita-cita Muhammadiyah.
3. Dalam amalan Muhammadiyah berdasarkan Al-Qur’an, Hadits
4. Melaksanakan ajaran-ajaran Islam meliputi segala bidang, baik Akhlak,
Aqidah, Ibadah, Muamalah
5. BALDATUN THOYIBATUN WARABBUN GHOFUR
Menjadikan Indonesia negara adil makmur penuh dengan ampunan Allah swt

Isi Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah :

1. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi


Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah,
bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur
yang diridhai Allah SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi manusia
sebagai hamba dan khalifahAllahdimukabumi.
2. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang
diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa
dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai
hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan
menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
a. Al-Qur’an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW;

2
b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur’an yang
diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran
sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang
meliputi bidang-bidang:
a. Aqidah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih
dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khufarat, tanpa mengabaikan
prinsip toleransimenurutajaranIslam.
b. Akhlak
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan
berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Sunnah rasul, tidak
bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia
c. Ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh
Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
d. Muamalah Duniawiyah
1) Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih
dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, tanpa mengabaikan
prinsip toleransi menurut Islam
2) Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlaq mulia dengan
berpedoman ajaran-ajaran Al-Quran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi
kepada nilai-nilai ciptaan manusia
3) Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh
Rasulullah saw, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia
4) Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya muamalat duniawiyat
(pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan
ajaran Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai
ibadah keppada Allah Swt.

5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah


mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber
kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang
berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha
bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi
AllahSWT:
“BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN GHOFUR”

3
B. Islam dalam Keyakinan Muhammdiyah

Dalam pandangan Muhammadiyah bahwa ”Agama adalah apa yang


disyariatkan Allah dengan perantara para Nabi-nabi-Nya, berupa perintah-
perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia
di dunia dan akhirat”. Adapun Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
S.A.W. ialah ”apa yang diturunkan Allah di dalam Qurân dan yang tersebut
dalam Sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan,
serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat. Agama
adalah apa yang disyari‘atkan Allah dengan perantaraan Nabi-nabi-Nya, berupa
perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan
manusia di Dunia dan Akhirat. (Kitab Masalah Lima, Al-Masâil Al-Khams
tentang al-Dîn). Hal yang menarik dari paham agama menurut Muhammadiyah
tersebut selain sumber ajarannya yang otentik (aseli) karena berasal dari Allah
dan dibawa oleh para Nabi-nya, juga menyangkut aspek ajarannya. Bahwa
ajaran Islam selain mengandung perintah-perintah (al-awâmir) dan larangan-
larangan (al-nawâhi), juga mengandung petunjuk-petunjuk (al-irsyâdat).
Dalam pandangan Muhammadiyah, bahwa Islam adalah agama untuk
penyerahan diri semata-mata karena Allah, agama semua Nabi, agama yang
sesuai dengan fitrah manusia, agama yang menjadi petunjuk bagi manusia,
agama yang mengatur hubungan dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan
sesama, dan agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Islam satu-satunya
agama yang diridhai Allah dan agama yang sempurna. Dengan beragama Islam
maka setiap muslim memiliki dasar/landasan hidup tauhid kepada Allah,
fungsi/peran dalam kehidupan berupa ibadah, menjalankan kekhalifahan, dan
bertujuan untuk meraih ridha serta karunia Allah SWT. Islam yang mulia dan
utama itu akan menjadi kenyataan dalam kehidupan di dunia apabila benar-benar
diimani, dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh seluruh pemeluknya (orang
Islam, umat Islam) secara total atau kaffah dan penuh ketundukan atau
penyerahan diri. Dengan pengamalan Islam yang sepenuh hati dan sungguh-
sungguh itu, maka terbentuk manusia muslimin yang memiliki sifat-sifat utama:
kepribadian muslim, kepribadian mukmin, kepribadian muhsin dalam arti
berakhlak mulia, dan kepribadian muttaqin (Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah/PHIWM, bab Pandangan Islam Tentang Kehidupan).

Pandangan Islam tentang kehidupan menunjukkan keluasan mengenai


aktualisasi ajaran Islam, sekaligus kesadaran dan tuntutan untuk membumikan
ajaran Islam tersebut dalam dunia kehidupan umat manusia untuk menciptakan
rahmatan lil-‘alamin. Dalam konteks inilah Muhammadiyah memandang dunia
bukan saja sebagai ajang untuk membumikan ajaran Islam, sekaligus memberi
ruang untuk berijtihad dalam rangka mengurus urusan dunia berdasarkan pesan
ajaran Islam. Dalam kaitan inilah maka Muhammadiyah pun memiliki

4
pandangan yang mendasar mengenai konsep dunia (ma hiya al-dunyâ). Menurut
Muhammaiyah, bahwa ”Yang dimaksud dengan ”urusan dunia” dalam Sabda
Rasulullah saw.:

”Kamu lebih mengerti urusan duniamu” (HR. Muslim) ialah segala perkara
yang tidak menjadi tugas diutusnya para Nabi; yaitu perkara-perkara/pekerjaan-
pekerjaan/urusan-urusan yang diserahkan sepenuhnya kepada kebijaksanaan
manusia (Kitab Masalah Lima, Al-Masâil Al-Khams tentang al-Dunýâ).

Dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah


(MKCHM) dikatakan bahwa Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam
berdasarkan (a) Al-Quran: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad S.A.W.; (b) Sunnah Rasul: penjelasan dan pelaksanaan ajaran-
ajaran Al-Quran yang diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W.; dengan
menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam (MKCH butir ke-3).
Pandangan tersebut menunjukkan dua dimensi yang terkait dengan sumber dan
sekaligus cara memahami ajaran Islam dalam Muhammadiyah. Bahwa kembali
pada sumber ajaran Islam yang murni, yakni Al-Quran dan Sunnah yang
shakhih, disertai dengan penggunaan akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran
Islam. Di sini Muhammadiyah menggunakan dalil naqli sekaligus aqli sesuai
dengan prinsip-prinsip manhaj Tarjih. Karena itu Muhammadiyah tidak anti akal
pikiran, bahkan menempatkannya secara proporsional
Muhammadiyah berpandangan bahwa Al-Quran dan Sunnah Rasul
sebagai penjelasannya adalah pokok dasar hukum/ajaran Islam yang
mengandung ajaran yang benar, sedangkan akal-pikiran atau al-Ra’yu adalah
alat untuk: a. mengungkap dan mengetahui kebenaran yang terkandung dalam
Al-Quran dan Sunnah Rasul; b. mengetahui maksud-maksud yang tercakup
dalam pengertian Al-Quran dan Sunah Rasul. Bahwa pintu ijtihad senantiasa
terbuka. Bahwa dalam beragama hendaklah berdasarkan pengertian yang benar,
dengan ijtihad atau ‘ittiba’. Bahwa dalam menetapkan tuntunan yang
berhubungan dengan masalah agama, baik bagi kehidupan perseorangan ataupun
bagi kehidupan gerakan, adalah dengan dasar-dasar seperti tersebut di atas,
dilakukan dalam musyawarah oleh para ahlinya, dengan cara yang sudah lazim
disebut ”Tarjih”, ialah membanding-banding pendapat dalam musyawarah dan
kemudian mengambil mana yang mempunyai alasan yang lebih kuat.

Bahwa dasar muthlaq untuk berhukum dalam agama Islam adalah Al-
Quran dan Al-Hadits. Bahwa di mana perlu dalam menghadapi soal-soal yang
telah terjadi dan sangat dihajatkan untuk diamalkannya, mengenai hal-hal yang
tak bersangkutan dengan ‘ibadah mahdhah padahal untuk alasan atasnya tiada
terdapat nash sharih dalam Al-Quran dan Sunnah shahihah, maka

5
dipergunakanlah alasan dengan jalan ijtihad dan istimbath dari nash yang ada
melalui persamaan ‘illat, sebagaimana telah dilakukan oleh ‘ulama salaf dan
Khalaf (Kitab Masalah Lima, Al-Masail Al-Khams tentang Qiyas).

Dengan dasar dan cara memahami agama yang seperti itu, Muhammadiyah
berpendirian bahwa ajaran Islam merupakan ”kesatuan ajaran” yang tidak boleh
dipisah-pisahkan dan meliputi ‘aqidah, akhlak, ‘ibadah, dan mu’amalat.; yang
semuanya bertumpu dan untuk mencerminkan kepercayaan ”Tauhid” dalam
hidup dan kehidupan manusia, dalam wujud dan bentuk hidup dan kehidupan
yang semata-mata beribadah kepada Allah dalam arti luas dan penuh (Pimpinan
Pusat Muhammadiyah, Himpunan Keputusan2 PP Muhammadiyah., hal. 8-10.).
Mengenai paham agama Islam juga cukup mendasar juga dapat dirujuk
pada tafsir Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah yang tercantum
dalam ”Tafsir Anggaran Dasar Muhammadiyah” hasil Majelis Tanwir tahun
1951. Dalam menafsirkan kalimat ”radlitu bi Allah rabba wa bil al-Islami dina
wa bi Muhammad shalla Allah ‘alaihi wassalam nabiyya wa rasula”, ditafsirkan
ke dalam lima pokok ”penegasan”. Kelima pokok pernyataan penegasan
menganai Muqaddimah tersebut ialah (1) Tauhid, (2) Hidup Bermasyarakat, (3)
Hidup Beragama, (4) Hidup Berorganisasi (Bersyarikat), dan (5) Negara Indah
Tuhan Mengampuni. Substansi inilah yang digali dari matan dan rumusan
lengkap ”Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah” yang digagas Ki
Bagus Hadikusuma tahun 1946, yang terdiri atas enam pernyataan fundamental
mengenai Muhammadiyah, yang dikenal pula sebagai ideologi Muhammadiyah,
yakni: (1) Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah;
(2)Hidup manusia bermasyarakat; (3) Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam
dengan keyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya landasan kepribadian dan
ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat; (4) Menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai
ibadah kepada Allah dan ihsan kepada kemanusiaan; (5) ‘Ittiba kepada langkah
perjuangan Nabi Muhammad s.a.w.; (6) Melancarkan amal-usaha dan
perjuangan dengan ketertiban organisasi.

Pandangan atau paham agama yang demikian mendasar dan luas tersebut
menunjukkan pemikiran yang komprehensif dan berorientasi tajdid dari
Muhammadiyah di masa lalu, yang menjadi basis bagi gerakan Muhammadiyah
untuk kurun berikutnya. Pemikiran tajdid tersebut baik yang berdimensi
pemurnian maupun pembaruan, sehingga keduanya merupakan pilar penting
dalam pandangan dan pengamalan ajaran Islam di lingkungan Muhammadiyah.
Dengan pemurnian Muhammadiyah merujuk dan menampilkan Islam yang
sesuai dengan pesan autentik Wahyu Allah dan Sunnah Nabi yang sahih
(maqbulah), sehingga beragama jelas sumber ajarannya dan tidak terkontaminasi
dengan pandangan dan praktik yang bersifat bid’ah atau tambahan-tambahan

6
manusia. Sebaliknya, dengan tajdid yang bersifat pembaruan, maka aspek ajaran
Islam yang murni itu sekaligus memiliki fungsi dalam kehidupan sehingga Islam
menjadi agama kehidupan. Lebih jauh lagi, dengan tajdid yang bersifat
pembaruan, maka Islam sebagai ajaran sekaligus dapat menjawab tantangan-
tantangan baru dalam setiap babakan kehidupan, sehingga agama ini benar-benar
menjadi rahmatan lil-’alamin:

”tidaklah Kami mengutusmu Muhammad, kecuali sebagai rahmat untuk semesta


alam” (QS. Al-Anbiya: 107). Muhammadiyah menampilkan Islam sebagai
agama Langit yang membumi untuk semesta kehidupan.

C. Arah Usaha Muhammdiyah dalam Bidang Aqidah, Ibadah, Akhlak dan


Muamalah Duniawiyah

1. Aqidah
Matan keyakinan cita-cita Muhammadiyah terbagi atas beberapa aspek
penting salah satunya yaitu aqidah. Keimanan (aqidah) seseorang muslim akan
menentukan arah dan tujuan hidupnya, keimanan menjadi landasan bagi segala
aspek kehidupan seorang muslim, dimana seluruh aktivitasnya akan senantiasa
terikat dari nilai-nilai Islam yang diimaninya. Seorang yang telah beriman
dituntut untuk berinteraksi secara totalitas /utuh (kaffah) dengan islam.
Sebagaimana firman Allah dalam surah al-baqarah ayat 208.

Artinya :Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam


secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan
karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” [Al-Baqarah :
208]
Dari ayat di atas ada dua hal yang dituntut dari orang beriman. Pertama agar
orang-orang mukmin masuk ke dalam Islam secara keseluruhan/utuh (kaffah)
yaitu denganmenyerahkan sepenuhnya secara utuh kepada Allah SWT urusan
hidup dan kehidupannya, konsepsi dan pemikirannya semata-mata karena
Allah. Kedua, agar mereka tidak menerima dan mengikuti langkah-langkah
syitan dan thoghut-dajjal.
Menetapkan makna penghambaan kepada Allah SWT dalam diri manusia,
manghadapkan aktivitas hati, anggota badan, dan seluruh kehidupan kepada
Allah semata sebagaimana firman Allah :

7
Artinya :
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidup dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS.al-An’am(6):162.
Menjadikan Allah sebagai stu-satunya tujuan hidup tidak bisa silepaskan
dengan pengangkatan kerasulan Muhammad SAW sebagai teladan, panutan,
qudwah dalam kehidupan, apakah dalam hal ber-islam, beraqidah, berakhlak,
bermu’amalah, beribadah, berekonomi, berpolitik, berperang, berjihad, dan
sebagainya. Tanpa adanya tuntutan dari Rasulullah, ibadah sebagai tugas pokok
hidup manusia mustahil dapat dilaksanakan dengan benar.

Perubahan islami yang menyeluruh dan kepahaman ilmu ‘aqidah yang


benar, maka lahir seorang muslim totalitas (kaffah) terhadap Islam karena Islam
adalah merupakan sebuah sistem yang menyeluruh dan mencakup seluruh aspek
kehidupan. Ia meliputi rohani, aqidah, maupun mentalitasnya, akal dalam hal
wawasan pengetahuan, kemampuan ilmunya, jasmaniahnya dalam akhlakq dan
aktivitasnya, sehingga Islam itu menurut Hasan al-Banna adalah sebagai berikut
“Islam adalah sebuah system menyeluruh yang menyentuh seluruh segi
kehidupan, ia adalah negara dan tanah air, pemerintahan dan ummat, akhlaq dan
kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan
peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan
dakwah, pasukan dan pemikiran, aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak
kurang dan tidak lebih.
Perubahan islami yang menyeluruh dalam kehidupan seorang muslim
merupakan suatu proses yang memerlukan waktu. Hal ini sangat ditentukan
oleh kemauan, kesungguhan, dan tingkat pemahaman dan ilmu individu yang
bersangkutan, serta faktor eksternal yang mempengaruhi, agar perubahan Islami
yang menyeluruh dari kekuatan syahadatain terwujud dan terealisasi dalam
kehidupan. Sungguh suatu kenyataan yang menyedihkan jika ternyata
kadermujahid dakwah islam sangatlah dangkal pengetahuannya dalam ilmu
syar’i tidak menguasai nash-nash al-Qur’hadits, maka akibatnya terjadi
penyimpangan aqidah. Oleh karena itu Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya
aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan
khufarat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip toleransi menurut ajaran Islam.
Seperti memberantas kepercayaan pada zimat huruf Al-Qur’an.

2. Akhlak

Mengingat pentingnya akhlaq dalam kaitannya dengan keimanan


seseorang, maka Muhammadiyah sebagai gerakan Islam juga dengan tegas
menempatkan akhlaq sebagai salah satu sendi dasar sikap keberagamaannya.
Dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah dijelaskan
“Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlaq mulia dengan

8
berpedoman kepada ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi
pada nilai-nilai ciptaan manusia.”

Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Imam Ghazali). Nilai dan perilaku
baik dan burruk seperti sabar, syukur, tawakal, birrul walidaini, syaja’ah dan
sebagainya (Al-Akhlaqul Mahmudah) dan sombong, takabur, dengki, riya’,
‘uququl walidain dan sebagainya (Al-Akhlaqul Madzmuham).

Mengenai Muhammadiyah menjadikan akhlaq sebagai salah satu garis


perjuangannya, hal ini selain secara tegas dinyatakan dalam nash, juga tidak
dapat dipisahkan dari akar historis yang melatarbelakangi kelahirannya.
Kebodohan, perpecahan di antara sesama orang Islam, melemahnya jiwa santun
terhadap dhu’afa’, pernghormatan yang berlebi-lebihan terhadap orang yang
dianggap suci dan lain-lain, adalah bentuk realisasi tidak tegaknya ajaran
akhlaqul karimah.

Untuk menghidupkan akhlaq yang islami, maka Muhammadiyah berusaha


memperbaiki dasar-dasar ajaran yang sudah lama menjadi keyakinan umat
Islam, yaitu dengan menyampaikan ajaran yang benar-benar berdasar pada
ajaran Alquran dan Sunnah Maqbulah, membersihkan jiwa dari kesyirikan,
sehingga kepatuhan dan ketundukan hanya semata-mata kepada Allah. Usaha
tersebut ditempuh melalui pendidikan, sehingga sifat bodoh dan inferoritas
berangsur-angsur habis kemudian membina ukhuwah antar sesame muslim yang
disemangati oleh Surat Ali Imron ayat 103.

Artinya : “Dan perpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah menjadi
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya.” (Ali Imran : 103).

Adapun sifat-sifat akhlak Islam dapat digambarkan sebagai berikut:

9
1. Akhlaq Rabbani : Sumber akhlaq Islam itu wahyu Allah yang termaktub dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah, bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat. Akhlaq Islamlah moral yang tidak bersifat kondisional dan situasional,
tetapi akhlaq yang memiliki nilai-nilai yang mutlak. Akhlaq rabbanilah yang
mampu menghindari nilai moralitas dalam hidup manusia

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu darijalan-Nya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. al-An’aam: 153)

2. Akhlak Manusiawi. Akhlaq dalam Islam sejalan dan memenuhi fitrah manusia.
Jiwa manusia yang merindukan kebaikan, dan akan terpenuhi dengan mengikuti
ajaran akhlaq dalam Islam. Akhlaq Islam benar-benar memelihara eksistensi
manusia sebagai makhluk terhormat sesuai dengan fitrahnya.
3. Akhlak Universal. Sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan menyangkut
segala aspek kehidupan manusia baik yang berdimensi vertikal, maupun
horizontal.

Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan
mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak
menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan
itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.

Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu
membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan

10
berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah
memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang
menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.
Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan
sesunguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia
(yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman.(Q.S. Al-An’nam : 151-
152).

4. Akhlak Keseimbangan. Akhlaq Islam dapat memenuhi kebutuhan sewaktu hidup


di dunia maupun di akhirat, memenuhi tuntutan kebutuhan manusia duniawi
maupun ukhrawi secara seimbang, begitu juga memenuhi kebutuhan pribadi dan
kewajiban terhadap masyarakat, seimbang pula. (H.R. Buhkori).
5. Akhlaq Realistik. Akhlaq Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia
walaupun manusia dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan
dibanding dengan makhluk lain, namun manusia memiliki kelemahan-
kelemahan itu yaitu sangat mungkin melakukan kesalahan-kesalahan. Oleh
karena itu Allah memberikan kesempatan untuk bertaubat. Bahkan dalam
keadaan terpaksa. Islam membolehkan manusia melakukan yang dalam keadaan
biasa tidak dibenarkan.

3. Muamalah Duniawiyah
Mua’malah : Aspek kemasyarakatan yang mengatur pegaulan hidup manusia
diatas bumi ini, baik tentang harta benda, perjanjian-perjanjian, ketatanegaraan,
hubungan antar negara dan lain sebagainya.
Di dalam prinsip-prinsip Majlis Tarjih poin 14 disebutkan “Dalam hal-hal
termasuk Al-Umurud Dunyawiyah yang tidak termasuk tugas para nabi,
menggunakan akal sangat diperlukan, demi untuk tercapainya kemaslahatan
umat.”
Adapun prinsip-prinsip mu’amalah dunyawiyah yang terpenting antara lain:
a. Menganut prinsip mubah.
b. Harus dilakukan dengan saling rela artinya tidak ada yang dipaksa.
c. Harus saling menguntungkan. Artinya mu’amalah dilakukan untuk menarik
mamfaat dan menolak kemudharatan.
d. Harus sesuai dengan prinsip keadilan.

Contoh usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam bidang ini adalah
melakukan penyaluran dan pembagian zakat fitrah dan maal kepada fakir
miskin, pendirian panti jompo, pasti miskin, panti asuhan, pendirian balai
kesehatan, rumah sakit Umum, dll.

4. Ibadah

11
Pembaharuan dalam bidang keagamaan ialah penemuan kembali ajaran
atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu, lingkungan situasi
dan kondisi, mungkin menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas tampak
dan tertutup oleh kebiasaan dan pemikiran tambahan lain.
Di atas telah disebutkan bahwa yang dimaksud pembaharuan dalam bidang
keagamaan adalah memurnikan kembali dan mengembalikan kepada
keasliannya. Oleh karena itu dalam pelaksanaan agama baik menyangkut aqidah
(keimanan) ataupun ritual (ibadah) haruslah sesuai dengan aslinya, yaitu
sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam Al-Quran dan dituntunkan oleh
Nabi Muhammad SAW, lewat sunah-sunahnya.
Dalam masalah aqidah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah
Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khufarat
tanpa mengabaikan prinsip-prinsip toleransi menurut ajaran Islam, sedang dalam
ibadah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah tersebut sebagaimana
yang dituntunkan Rasulullah SAW tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
Dengan kembali kepada ajaran dasar ini yang populernya disebut pada Al-
Qur’an dan Hadits, Muhammadiyah berusaha menghilangkan segala macam
tambahan yang datang kemudian dalam agama. Memang di Indonesia keadaan
ini terasa sekali, bahwa keadaan keagamaan yang nampak adalah serapan dari
berbagai unsur kebudayaan yang ada.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai usaha Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya: “menegakkan
dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil
dan makmur yang diridlai Allah SWT. Maka alam melaksanakan usaha tersebut,
Muhammadiyah berjalan diatas prinsip gerakannya, seperti yang dimaksud di
dalam Matan Keyakinan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Salah satunya
adalahMuhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang
meliputi bidang-bidang seperti Aqidah, Akhlak,Ibadah,MuamalahDuniawiyah.

B. Saran
Demikian makalah ini di buat untuk membantu dalam proses belajar
mengajar, jika ada kesalahan maka kami sebagai pembuat makalah ini bersedia
menerima kritik dan saran dari pembaca.
semoga makalah ini dapat di gunakan sebagai mestinya, dan mendatangkan
manfaat kepada pembaca amin.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://guruilmu.wordpress.com/2011/08/15/matan-keyakinan-dan-cita-cita-hidup-
muhammadiyah/

http://pa-ponpes-muhammadiyah-madiun.blogspot.co.id/2013/01/matan-keyakinan-
dan-cita-cita-hidup.html

http://muhammadiyahstudies.blogspot.co.id/2010/01/memahami-islam-dalam-
muhammadiyah_6941.html
http://blog.umy.ac.id/feriferari/2012/01/11/paham-muhammadiyah/
http://tarjih.muhammadiyah.or.id/content-3-sdet-sejarah.html
Widagdo Bambang, 2015. AIK -Kemuhammadiyahan 3, Malang: UMM Press.

14

Anda mungkin juga menyukai