AKHLAK SOSIAL
Disusun Oleh
Rahmawati
Rati Arwana
Sella Kurniawati
Siti Nurhalisya
Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya makalah yang bejudul “AKHLAK SOSIAL” ini dapat terselesaikan tepat pada
waktu yang telah di tentukan. Kami sangat berterimakasih kepada Dosen mata kuliah Ibadah,
yaitu Bapak Mukhbitin, S.Sos.I yang telah mempercayakan kami untuk menyusun makalah ini,
kami berterimakasih pula kepada teman-teman dalam kelompok yang telah memberikan waktu,
dan ide-ide sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Dan tidak lupa, kami
berterimakasih kepada orangtua, yang selalu memberikan dukungan dan doa, di dalam setiap
Kami sangat ingin, makalah ini tersusun dengan baik bahkan sempurna, tetapi kami
sangat tau bahwa tidak ada sesuatu di dunia ini yang sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari Dosen mata kuliah Ibadah, yaitu Bapak Mukhbitin, S.Sos.I
Penyusun
1.2 Rumusan Masalah
dan pengangguran?
1.3 Tujuan
dan pengangguran
BAB II
PEMBAHASAN
8) Musyawarah
Musyawarah dapat di artiakan rapat atau berunding untuk memperoleh keputusan
atau petunjuk yang terbaik.Manusia dan umat Islam dari awal penciptanya sudah beraneka
ragam. Di Indonesia misalnya, manusia Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, keyakinan
dan tempat tinggal. Di dalam agama Islam Sendiri, Tidak dapat di pungkiri juga terdapat
berbagai kelompok seperti NU, Muhammadiah, Persis dan lain-lain.Sedangkan dalam
masyarakat juga terdapat perbedaan dalam status sosial, pendidikan, kekayaan, dan lain-
lain.Dalam hal banyaknya perbedaan ini, maka bagaimana mereka dapat menyatukan pendapat
untuk mencari keputusan yang terbaik?Makajawabanya adalah melalui musyawarah.
Islam menjadikan musyawarah sebagai suatu cara atau aturan dalam rangka
meneliti dan memeriksa pendapat agar diperoleh keputusan atau petunjuk yang terbaik. Islam
juga menjamin kebebasan berpendapat bagi tiap orang selama pendapat itu tidak bertentangan
denga kaidah dan ibadah.
Bagaimana kita umat islam memulai untuk melaksanakan akhlak musyawarah?
Pertama, kita harus mulai berani mengemukakan pendapat yang benar dan menjadi pendengar
yang baik bagi pendapat yang di kemukakan oleh orang lain. Kedua, kita harus mulai berani
berdiskusi dan adu argumentasi tentang sesuatu yang dimusyawarahkan dengan berbekal ilmu
pengetahuan yang cukup memadai.Ketiga, kita harus mulai berani menerima keputusan bersama
dan secara konsekuen mentaati keputusan yang telah dibuat.
2.3 Prinsip-prinsip Islam dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial
Prinsip Kesejahteraan Sosial Islam menurut Al-Ghazali, yaitu:
Dalam bukunya Ihyaulumuddin Al-Ghazali mengemukakan dalam masyarakat Islam ada 5
aspek yang sangat berpengaruh kepada tercapainya kesejahteraan sosial yaitu; tujuan utama
syariat Islam adalah Agama (din), Jiwa (nafs), Akal(aql), Keturunan (nasl), Harta (maal).(lihat
Al-Musthofa fi al-ilmiushul, Abu Hamid Imam Al-Ghazali Jus I). Menurut Al-Ghazali konsep
kesejahteraan dalam isalm bukanlah secara eklusif bersifat materialistis ataupun spiritual.Dalam
hal ini, melalui serangkaian penelitiannya terhadap berbagai ajaran Islam yang terdapat di dalam
Al-Qur’an dan hadits. Imam al Ghazali menyimpulkan bahwa utilitas sosial dalam Islam dapat
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a. Dharuriah, terdiri dari seluruh aktivitas dan hal-hal yang bersifat esensial untuk memelihara
kelima prinsip tersebut di atas.
b. Hajah, terdiri dari seluruh aktivitas dan hal-hal yang tidak vital bagi pemeliharaan kelima
prinsip di atas, tetapi dibutuhkan untuk meringankan dan menghilangkan rintangan dan
kesukaran hidup.
c. Tahsimiahatau Tazyinat. Secara khusus, kategori ini meliputi persoalan-persoalan yang tidak
menghilangkan dan mengurangi kesulitan, tetapi melengkapi, menerangai, dan menghiasi hidup.
Harta itu memang indah, melezatkan dan menggembirakan sehingga banyak orang ingin
memburunya, meskipun hanya sampai batas yang dihalalkan saja, akan tetapi menurut Al
Ghazali, masyarakat saat ini terbiasa mencintai harta sehingga sulit untuk berpisah
dengannya.Letak harta dalam kehidupan manusia sangatlah berperan penting (dominan) dan
tingkat kesejahteraan merupakan titik pencapaian seorang manusia. Maka pandangan maslahah
dalam harta menurut Al-Ghazali yang sarat dengan semangat kemanusiaan universal serta etika
bisnis Islami sangat penting untuk di resapi dan diteladani.
2.4 Pandangan Islam terhadap Beberapa Persoalan Sosial; kemiskinan, kebodohan, dan
pengangguran
Ada beberapa masalah sosial yang dipandang oleh Islam sebagai gangguan terwujudnya
kesejahteraan sosial, atau paling tidak mempersulit realisasi kesejahteraan :
1) Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal
untuk hidup layak.. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai
standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis
kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah
sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan
setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari
perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.
Kita pun tahu dampak dari adanya kemiskinan ini, seperti kriminalitas, kekerasan dalam
rumah tangga, perampokan, patologi, dan lain sebagainya, di mana semua itu semakin hari
semakin meningkat saja intensitasnya di sekitar kita. Tak mudah seperti membalikkan telapak
tangan untuk mengatasi kemiskinan. Diperlukan semua segi, di antaranya ekonomi, kesehatan,
pendidikan, kebudayaan, teknologi, dan tentu saja, ketenagakerjaan. Selain itu ada segi lain yang
tak boleh kita lupakan juga dalam mengatasi masalah ini, yaitu agama. Islam memberikan pesan-
pesannya melalui dua pedoman, yaitu Alquran dan Hadits. Melalui keduanya kita dapat
mengetahui bagaimana agama (Islam) memandang kemiskinan.
ِ ُإِنَّ هَّللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَ ْو ٍم َحتَّى يُ َغيِّ ُروا َما بِأ َ ْنف
س ِه ْم
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..(QS. Al-Ra’d,13:11)
ِ سائِ ِل َوا ْل َم ْح ُر
وم ٌّ َوفِي أَ ْم َوالِ ِه ْم َح
َّ ق لِل
Artinya: Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan orang
miskin yang tidak meminta, (QS. Az-Zariyat, 51:19)
2) Kebodohan (al-Jahilia)
Jika Al-Qur’an menyatakan, bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
berilmu, melebihi yang lainnya, berarti kebodohanlah yang menjadi salah satu penyebab
kemerosotan dan keterbelakangan martabat manusia. Oleh karena itu Islam memandang
penanggulangan kebodohan itu sebagai ibadah, sebaliknya membiarkan kebodohan dipandang
sebagai tindak kemungkaran. Ada sebuah hadis yang menegaskan masalah ini, yakni tentang
komunitas muslim yang disebut “Asy ‘ariyin, suatu kelompok terpelajar yang membiarka
lingkungannya tetap dalam kebodohan.
3) Penggangguran
Islam telah memperingatkan agar umatnya jangan sampai ada yang menganggur dan
terpeleset kejurang kemiskinan, karena ditakutkan dengan kemiskinan tersebut seseorang akan
berbuat apa saja termasuk yang merugikan orang lain demi terpenuhinya kebutuhan pribadinya,
ada sebuah hadist yang mengatakan “ kemiskinan akan mendekatkan kepada kekufuran. Namun
kenyataannya, tingkat pengangguran di negara – negara yang mayoritas berpenduduk muslim
relatif tinggi. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang buruknya pengangguran, baik bagi
individu, masyarakat ataupun negara, akan meningkatkan motivasi untuk bekerja lebih serius.
Walaupun Allah telah berjanji akan menaggung rizqi kita semua, namun hal itu bukan berarti
tanpa ada persyaratan yang perlu untuk dipenuhi. Syarat yang paling utama adalah kita harus
berusaha untuk mencari rizqi yang dijanjikan itu, karena Allah SWT telah menciptakan “sistem”
yaitu siapa yang bekerja maka dialah yang akan mendapatkan rizqi dan barang siapa yang
berpangku tangan maka dia akan kehilangan rizqi.Artinya, ada suatu proses yang harus dilalui
untuk mendapatkan rizqi tersebut.
Islam mendorong umatnya untuk berproduksi dan menekuni aktivitas ekonomi dalm
segala bentuk seperti: pertanian, pengembalaan, berburu,industri , perdagangan dan lain-lain.
Islam tidak semata-mata hanya memerintahkan untuk bekerja tetapi harus bekerja dengan lebih
baik (insan), penuh ketekunan dan profesional. Ihsan dalam bekerja bukanlah suatu perkara yang
sepele tetapi merupakan suatu kewajiban agama yang harus dipatuhi oleh setiap muslim. “
Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang melakukan pekerjaan yang dilakukan secara itqan
(profesional)” (HR.Baihaqi).
Menurut Qardhawi (2005:6-18) pengangguran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a). Pengangguran jabariyah (terpaksa)
suatu pengangguran diamana seseorang tidak mempunyai hak sedikitpun memilih status
ini dan terpaksa menerimanya. Pengangguran seperti ini umunya terjadi karena seseorang tidak
mempunyai keterampilan sedikitpun, yang sebenarnya bisa dipelajari sejak kecil sebagai modal
untuk masa depannnya atau seseorang telah mempunyai suatu keterampilan tetapi keterampilan
ini tidak berguna sedikitpun karena adanya perubahan lingkungan dan perkembangan zaman.
5.1 Kesimpulan
Manusia sejak lahir telah membutuhkan orang lain.Oleh sebab itu, manusia perlu
bersosialisasi dengan orang lain dalam hidup bermasyarakat. Dalam pandangan Islam, sebuah
masyarakat adalah kumpulan individu yang berinteraksi secara terus menerus, yang memiliki
satu pemikiran, satu perasaan dan di bawah aturan yang sama. Sehingga diantara mereka akan
terjalin hubungan yang harmonis. Dalam hal ini, terdapat delapan akhlak sosial islami yang
diperlukan untuk hidup bermasyarakat, yaitu: (1) akhlak saling menyayangi,(2) beramal Sholeh,
(3)saling menghormati, (4)berlaku adil, (5) menjaga persaudaraan, (6)berani membela
kebenaran, (7)tolong menolong, (8)musyawarah.
DAFTAR PUSTAKA
Badawi, A. Zaki, Mu’jam Mushthalahâtu al-‘Ulûm al-Ijtimâ’iyyah, (Beirut, Maktabah Lubnan: 1986),
New Impression.
Khalaf, Abdul Wahab, ‘Ilm Ushûl al-Fiqh, (Jakarta, Al-Majlis al-A’la al-Indonîsî li al-Da’wah al-
Islâmiyyah: 1972), cet. IX.
Dwiajisapto. 2013. Pandangan Islam tentang Pengangguran, Online,