Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKHLAK SOSIAL

Disusun Oleh

Nama kelompok : Parida

Rahmawati

Rati Arwana

Sella Kurniawati

Siti Nurhalisya

Dosen Pembimbing : Mukhbitin, S.Sos.I

PROGRAM STUDI IBADAH

STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Perhatian Islam terhadap masalah kesejahteraan sosial dapat dicermati pula dari dua
alasan. Pertama, ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah sosial jauh labih banyak
dibandingkan ayat yang berkenaan dengan masalah keimanan dan ibadah pribadi, yaitu 100:1. 
Jika ada seratus ayat sosial, maka hanya ada satu ayat keimanan dan ibadah. Kedua, ibadah
khusus seperti puasa, dapat diganti dengan amal sosial, tetapi sebaliknya, ibadah sosial tidak
dapat digamti dengan ibadah khusus.
            Berkaitan dengan upaya mewujudkan kesejahteraan sosial dalam kehidupan
kemasyarakatan, Islam bukan saja memiliki perangkat etik, tetapi juga dilengkapi dengan
sejumlah instrumen. Adapun instrumen itu antara lain ialah zakat, infak, dan shadaqah. Khusus
mengenai zakat, intrumen ini mendapat tempat khusus dalam al-Qur’an. Ia disebut secara
sendirian sebanyak 10 kali, dan disebut bersama-sama shalat sebanyak 82 kali, sehingga secara
keseluruhan zakat disebut sebanyak 112 kali. Ini menandakan bahwa Islam sangat
memperhatikan kesejahteraan sosial dalam kehidupan kemasyarakatan. Hal ini tergambar dari
antusiasme ajaran Islam yang mempunyai keberpihakan kepada kelompok lemah (mustadh‘afîn)
lewat program zakat. Program zakat merupakan program yang bermuatan ritual dan sosial.
Sebagai program ritual, zakat adalah implementasi dari rasa syukur individu atas karunia
(kekayaan) yang diberikan oleh Allah. Sedangkan sebagai program sosial, zakat berfungsi
sebagai program aksi pemerataan distribusi dalam rangka mengurangi jumlah kemiskinan.
            Kesadaran akan nilai membawa pengaruh kepada umat Islam bahwa mereka lebih peka
terhadap pelanggaran ninai dan norma daripada ketimpangan sosial. Misalnya, apabila ada
pelanggaran norma moral, secara antusias meraka memperhatikan dan membicarakannya, namun
apabila ada berita tentang kelaparan, bencana alam, dan sebagainya, perhatian mereka kurang.
Masalah ketimpangan sosial, dianggapnya suatu yang biasa, dan telah menjadi suratan takdir
Tuhan.
            Melihat permasalahan tersebut, maka perlu dirumuskan paradigma baru, yang lebih
memberi perhatian kepada aspek sosial ekonomi masyarkat sebagai prasyarat tercapainya
kesejahteraan sosial daripada aspek moral.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

hidayah-Nya makalah yang bejudul “AKHLAK SOSIAL” ini dapat terselesaikan tepat pada

waktu yang telah di tentukan. Kami sangat berterimakasih kepada Dosen mata kuliah Ibadah,

yaitu Bapak Mukhbitin, S.Sos.I yang telah mempercayakan kami untuk menyusun makalah ini,

kami berterimakasih pula kepada teman-teman dalam kelompok yang telah memberikan waktu,

dan ide-ide sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Dan tidak lupa, kami

berterimakasih kepada orangtua, yang selalu memberikan dukungan dan doa, di dalam setiap

aktivitas sehari-hari termasuk dalam menjalankan pendidikan.

Kami sangat ingin, makalah ini tersusun dengan baik bahkan sempurna, tetapi kami

sangat tau bahwa tidak ada sesuatu di dunia ini yang sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat

mengharapkan kritik dan saran dari Dosen mata kuliah Ibadah, yaitu Bapak Mukhbitin, S.Sos.I

agar makalah ini dapat jauh lebih baik nantinya.

Palembang, 5 Juni 2018

Penyusun
1.2 Rumusan Masalah

A. Bagaimana masyarakat dambaan islam?

B. Bagaimana toleransi inter dan antar umat beragama dalam islam?

C. Bagaimana prinsip-prinsip islam dalam mewujudklan kesejahteraan sosial?

D. Bagaimana pandangan islam terhadap beberapa persoalan sosial; kemiskinan, kebodohan,

dan pengangguran?

1.3 Tujuan

A. Mendeskripsikan masyarakat dambaan islam.

B. Mengetahui toleransi inter dan antar umat beragama dalam islam.

C. Mengetahui prinsip-prinsip islam dalam mewujudklan kesejahteraan sosial.

D. Mengetahui pandangan islam terhadap beberapa persoalan sosial; kemiskinan, kebodohan,

dan pengangguran
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masarakat Dambaan Islam


Masyarakat mempunyai peranan yang sangat besar untuk pembentukan karakter
individu-individu didalam masyarakat tersebut. Setiap individu akan terpola dalam
masyarakat dan terpengaruh oleh apa yang ada di dalamnya, baik berupa pemikiran maupun
tingkah lakunya. Apabila masyarakat berpola jahiliyah maka tiap tiap individu yang ada
didalamnya akan berperilaku dan berpikiran jahiliyah pula. Apabila masyarakat
mencerminkan nilai islami maka tiap tiap individu yang ada didalamnya berperilaku dan
berpikiran islami pula.
Manusia adalah mahluk sosial, yang harus hidup bersama manusia yang lain. Sudah
barang tentu tiap individu yang satu akan mempengaruhi individu yang lain. Sebagaimana
yang kita fahami bahwa hubungan individu satu dengan yang lain dalam bermasyarakat
harus mencerminkan nilai-nilai islami, islam sebagai idiologi dalam pembentukan tatanan
masyarakat. Disini perlu adanya konsep yang jelas terkait dengan pembentukan masyarakat
yang islami tersebut.
Ibnu Qoyyim al-Jauzy mengatakan bahwa pembentukan masyarakat islami bertujuan
membangun hubungan yang kuat antara individu sebuah masyarakat dengan menerapkan
sebuah ikatan yang terbangun diatas kecintaan sebagai realisasi sabda Rasulullah yang
berbunyi ”Tidaklah sempurna iman salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai
saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari)
Akhlak Islam Dalam Masyarakat sebagaimana masyarakat Islam itu memiliki
keistimewaan di bidang aqidah, ibadah dan pemikiran, maka ia juga memiliki keistimewaan
dalam masalah akhlaq.Akhlaq merupakan bagian penting dari eksistensi masyarakat Islam.
Mereka adalah masyarakat yang mengenal persamaan keadilan, kebajikan dan kasih sayang,
kejujuran dan kepercayaan, sabar dan kesetiaan, rasa malu dan kesetiaan, 'izzah dan
ketawadhu'an, kedermawanan dan keberanian, perjuangan dan pengorbanan, kebersihan dan
keindahan, kesederhanaan dan keseimbangan, pemaaf dan penyantun, serta saling
menasihati dan bekerjasama (ta'awun). Mereka beramar ma'ruf dan nahi munkar, melakukan
segala bentuk kebaikan dan kemuliaan, keutamaan akhlaq, semua dengan niat ikhlas karena
Allah, bertaubat dan bertawakal kepada-Nya, takut menghadapi ancaman-Nya dan
mengharap rahmat-Nya. Memuliakan syiar-syiarNya, senang untuk memperoleh ridhaNya,
menghindari murka-Nya, dan lain-lain dari nilai-nilai Rabbaniyah yang telah banyak
dilupakan oleh manusia. Ketika kita berbicara tentang akhlaq, maka bukanlah akhlaq itu
hanya menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia saja, akan tetapi ia mencakup
hubungan manusia dengan penciptannya juga. Dalam menjalin hubungan antara individu
satu dengan individu yang lain perlu adanya perilaku yang membuat hubungan tersebut
menjadi harmonis. Hubungan yang mampu menjadikan individu yang ada didalam
masyarakat merasa tenteram, tidak ada yang membuat resah. Akhlak islami mempunyai
peranan yang penting dalam menciptakan hubungan tersebut. Akhlak islami bisa kita lihat
dari tiap-tiap individu dengan melihat perilaku kesehariannya. Perilaku yang merupakan
spontan tanpa ada rekayasa atau dengan dibuat-buat.
Kita banyak mendapatkan teori tentang akhlak islam, baik pelajaran agama disekolah,
pengajian dimasjid, dan masih banyak lagi. Tapi ketika ilmu yang kita dapatkan tadi tanpa ada
realisasi maka akhlak islami tersebut tidak akan muncul dalam diri kita. Akhlak islami banyak
didapatkan ketika kita berinteraksi dengan masyarakat. Dekat dengan orang sholeh, agar kita bisa
belajar akhlak islam yang mulia. Sebagai perumpamaan, apabila kita dekat dengan penjual
minyak wangi maka kita akan tertular bau wangi. Begitu juga kita ketika dekat dengan kebaikan
maka akan tertular juga dengan hal yang baik.

2.2 Toleransi Inter dan antarumat Beragama dalam Islam


Terdapat delapan akhlak sosial islami ketentuan hukum dan impelementasinya:
1)      Akhlak Saling Menyayangi
Banyak Peristiwa pada akhir-akhir ini yang menunjukkan semakin hilangnya
akhlak saling menyayangi di antara anggota masyarakat. Perkelahian antar kampung di beberapa
propinsi, perampokkan dan pembunuhan, pembalakan hutan dan penyiksaan hewan, bahkan ada
penyiksaan terhadap anak-anak dan sesama umat islam .
Setiap orang yang beriman harus saling menyayangi, tidak hanya sesama teman, tetapi
kasih sayang kepada hal-hal yang bersifat umum, seperti sesama manusia, terhadap manusia
yang berbeda keyakinan, terhadap keluarga dan bahkan terhadap alam.Berikut ini adalah
tauladan kasih sayang yang di sampaikan Rasul.
a.      Kasih sayang Terhadap sesama muslim
Setiap muslim atau umat manusia di harapkan saling menyayangi. Sesama umat
harus saling berbagi dan menerima dengan niat ikhlas, sehingga dapat mencapai kebahagiaan
bersama.Janaganlah kita acuh terhadap sesama muslim, sehingamuslim lain menderita baik
secara lahir maupun batin.
b.      Kasih sayang terhadap orang musrik
Toleransi terhadap umat beragama, pada saat ini masih merupakan hal penting
dalam kehidupan bersosial di Indonesia, karena di Negara kita banyak perbedaan baik dalam
keyakinan , ekonomi, social, maupun budaya
c.       Kasih sayang tehadap anak-anak
Anak-anak adalah amanah bagi orang tua dan masyarakat pada
umumnya.Terhadap anak-anak tersebut, haruslah kita berikan kasih sayang yang cukup dan
bekal ilmu supaya dapat berkembang secara maksimal.Tugas orangtua untuk membimbing dan
memeberikan pengawasan yang cukup terhadap anak.
d.      Kasih sayang terhadap alam
Banyak contoh kecil, bahwa kita sekarang kurang menyayangi alam. Membuang
sampah sembarangan yang berakibat polusi dan banjir .Menebang pohon sembarangan yang
berakibat banjir.

2)      Beramal Sholeh


Beramalsholeh dapat di artikan berbuat baik/ kebajikkan, memeberi sumbangan
atau bantuan kepada orang miskin.Amal sholeh juga dapat berati melakukan sesuatu yang baik
seprtimemeberinasehat, bekerja untuk kepentingan masyarakat, dan mengajarkan suatu
ilmu.Beramalsholeh merupakan wujud akhlak social dalam rangka mewujudkan
kepeduliansosial, sehingga seseorang berbuat baik terhadap orang lain. Hal demikian sangnat di
perlukan, karena kalau kita memebutuhkan bantuan orang lain, maka kita harus membantu juga
orang lain.
Pada saat ini masih banyak umat islam di Indonesia yang miskin, masih banyak
pengemis di jalan-jalan, dan banyaknya bencana seperti di Aceh, Jogyakarta, Dan sulawesi
selatan memebuat ribuan anak yatim dan piatu. Orang-orang demikian ini, memebutuhkan
bantuan dari oaring yang mamapu, yaitu oaring yagmemepunyai pendapatan atas kebutuhan
yang normal. Kemiskinan memang harus  diatasi , sebab apabila tidak akan mempunyai dampak
social yang tidak baik seperti banyaknya penganguran, perampokkan dan pencurian dan bentuk
kriminilitaslainya, karena mereka memebutuhkan dalam rangka mempertahankan hidup. Dan
seringkali tekanan hidup ini dapat memebuat seseorang lupa ajaran agama bahkan Tuhanya.
Tekait dengan anjuran agar kita beramal bagi orang yang tidak mampu, Allah berfirman:
َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ ْنفِقُوا ِم َّما َر َز ْقنَا ُك ْم ِم ْن قَ ْب ِل أَ ْن يَأْتِ َي يَوْ ٌم اَل بَ ْي ٌع فِي ِه َواَل ُخلَّةٌ َواَل َشفَا َعةٌ َو ْال َكافِرُونَ هُ ُم الظَّالِ ُمون‬
“ Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlahdijalan Allah sebagian rejeki yang telah kami
berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada
lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa’at. Dan Orang-orang kafir itulah orang-
orang yang zalim (QS Al-Baqarah 254)
3)      Saling Menghormati
Saling menghormati adalah sikap social yang mendasar dan luas. Sikap social ini
lebih banyak tampil dalam wujud yang kelihatan, dan umumnya bersifat langsung, dalam setiap
perjumpaan kita satu sama lain. Karena masing-masing hanya mengutamakan kepentingannya
sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain.
Wujud-wujud dari tindakan saling menghormati dapat berupa tindakkan spontan
dalam kehidupan sehari-hari, dalam setiap pertemuan dan kebersamaan kita dengan orang lain.
Sikap-sikap hormat diharapkan muncul dari dalam diri sebagai style of life, pembawaan yang
sudah terpatri dalam diri kita dan menjadi citra diri kita, karena merupakan sikap dasar kita yaitu
bersikap rendah hati agar kita selalu saling menghormati dimanapun kita berada, Sebagai contoh:
setiap hari, setiap saat kita berharapan dengan orang, dengan bebagi latar belakang yang berbeda.
Secara fisik kita bias berdekatan satu sama lain seperti di bus, mikrolet, di lift, di rumah makan
dan sebagainya.

4)      Berlaku Adil


Keadilan dapat di artikan sebagai sikap berpihak pada yang benar, tidak memihak
salah satunya, dan tidak berat sebelah. Dengan kata lain yang dimaksud adil di sini ialah
memberi hak kepada yang berhak tanpa membeda-bedakan antara orang-orang yang berhak itu,
dan melakukan tindakan kepada orang yang salah sesuai dengan kejahatannya dan kelalaiannya,
tanpa mempersukarnya atau bersikap pilih kasih kepadanya
Mengapa kita harus adil? Karena dalm kehidupan social, kita suatu saat
akandimintai untuk mendamaikan dua belah pihak yang berselisih, seperti perselisihan dalam
keluarga, masyarakat bahkan dalam bernegara. Oleh sebab itu, dalm upaya menjadi pendamai,
kita harus berbuat adil. Banyak sekali Ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kita berbuat adil
diantaranyaadalah :
َ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َسا ِن َوإِيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬
“ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memeberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan, Dia
memberi pengajaran kepada much agar kamu mendapat pelajaran” ( QS An-Nahl:90)
َ‫َوإِ ْن َح َك ْمتَ فَاحْ ُك ْم بَ ْينَهُ ْم بِ ْالقِ ْس ِط إِ َّن هَّللا َ ي ُِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِطين‬
“Dan Jika Kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlaha perkara itu di antra mereka
dengan adil. Sesungguhnya Allah menyukai orangng-orang yang adil” (QS Al-Maidah:42)

5)      Menjaga Persaudaraan


Menjaga persaudaraan dapat di artikan membuat hubungan persahabatan atau
pertemanan menjadi sangat karib seperti layaknya saudara ( adik dan kakak yang seayah dan
seibu. Dalam kehidupan bermasyarakat,kita hanya berhubungan dengan saudara, tetapi juga
tetangga, teman di kampus, teman di kantor, dan orang lain dalm banyak tempat  dan
kesempatan. Dan pada dasarnya persaudaraan tersebut dapat dibagi menjadi 3 yaitu persaudaraan
karena keturunan, karena kepentingan dunia dan karena se-akidah.
Persaudaraan baik karena keturunan, kepentingan dunia maupun akidah harus terus
terpupukdan di kembangkan, sehinga terjalin rasa senasib dan sepenaggungan. Dalam realitas
social masyarakat, kita menyadari bahwa banyak ragam manusia yang ada seperti satus social,
pendidikan, tingkat ekonomi dan profesi, oleh sebab itu untuk meningkatkan persaudaraan harus
ada kebutuhan untuk saling menguatkan , sehinggan satu sama lain menjadi kekuatan yang
kokoh.

6)      Berani  Membela Kebenaran


Berani membela kebenaran berarti keteguhan dalam menghadapi bahaya atau
sesuatu yang membahayakan dalam rangka menegakkan kebenaran berdasarkn ketentuan Allah
SWT,berani membela kebenaran juga dapat diartikan mersa takut pada beberapa hal yang
memang harus ditakuti yaitu hal-hal yang jahat dan jelek seperti kejahatan,criminal dan
kejelekan seperti aib,dan kemiskinan.
Mengapa kita umat Islam harus berani membela kebenaran?Banyak kejadian
dalam kehidupan sosial yang mulai jauh dari sikap berani membela kebenaran. Sebagai contoh
terhadap tindakan kejahatan seperti perampokan, pembunuhan, pencurian, korupsi dan lain-lain,
semakin sedikit orang yang membela.Orang seperti cuek dan takut untuk membela korban, dan
kebanyakan hanya melihat hanya takut, atau membiarakan urusan menjadi tanggung jawab
kepolisian. Sedangkan kejelekan pada saat ini juga sudah menjadi kebanggan seperti kaya karena
korupsi, dan membuka aib orang lain.

7)      Tolong Menolong


Tolong menolong dapat di artikan saling membantu, meminta bantuan. Tolong
menolong merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia,  karena pada dasarnya
manusia tidak dapat hidup sendirian. Sejak manusia lajir sudah membutuhka bantuan orang lain,
begitu pula saat dewasa dan bekerja, bahkan saat mati manusia memebutuhkan orang lain karena
manusia tidak dapat menguburnya dirinya sendiri.
Kehidupan sosial dan bermasyarakat akan dapat mandiri dan kuat apabila ada kerja sama
dan tolong menolong di antara anggota masyarakat khusus umat islam. Dalam agama islam,
kerja sama dan tolong menolong dalam rangka berbuat  kebaikan demi kemajuan, dan
kesejahteraan masyarakat sangat dianjurkan oleh Allah, sebagaimana firman-Nya:
ِ ‫اونُوا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق َوى َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اإْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن َواتَّقُوا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ ‫َوتَ َع‬
“Saling tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikkan dan taqwa, dan jangan kamu
tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (QS Al-Maidah:2)
َ‫الص•اَل ةَ َوي ُْؤتُ••ونَ ال َّز َك••اةَ َوي ُِطي ُع••ون‬
َّ ِ ‫ْض يَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َويُقِي ُمون‬ ٍ ‫ضهُ ْم أَوْ لِيَا ُء بَع‬ ُ ‫َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َو ْال ُم ْؤ ِمن‬
ُ ‫َات بَ ْع‬
ُ
)71 : ‫َزي ٌز َح ِكي ٌم(التوبة‬ ِ ‫هَّللا َ َو َرسُولَهُ أولَئِكَ َسيَرْ َح ُمهُ ُم هَّللا ُ إِ َّن هَّللا َ ع‬
“ dan orang –orang yang beriman. Lelaki dan perempuan, sebagian mereka(adalah) menjadi
penolong bagi sebagian lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari yang
mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan
Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana”. (Al-Taubah(9): 71)
Dalam rangka bekerja sama dalam sholat, dapat mewujudkan dalam kegiatan
sholatberjamaah sehingga memperkuat rasa persatuan, silahturahmi dan memperbanyak pahala.
Selain itu tolong-menolong dalam sholat dapat dilakukan dalam rangakamemakmuran masjid
dengan memperbanyak kegiatan di masjid atau membangun masjid.Kegiatan membayar Zakat
pada dasarnya juga termasuk kegiatan tolong menolong yaitu orang yang mampu dalam harta
memberikan bantuan untuk orang yang membutuhkan bantuan seperti anak yatim, fakir miskin
atau termasuk 8 kelompok yang berhak mendapatkan zakat.

8)      Musyawarah
Musyawarah dapat di artiakan rapat atau berunding untuk memperoleh keputusan
atau petunjuk yang terbaik.Manusia dan umat Islam dari awal penciptanya sudah beraneka
ragam. Di Indonesia  misalnya, manusia Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, keyakinan
dan tempat tinggal. Di dalam agama Islam Sendiri, Tidak dapat di pungkiri juga terdapat
berbagai kelompok seperti NU, Muhammadiah, Persis dan lain-lain.Sedangkan dalam
masyarakat juga terdapat perbedaan dalam status sosial, pendidikan, kekayaan, dan lain-
lain.Dalam hal banyaknya perbedaan ini, maka bagaimana mereka dapat menyatukan pendapat
untuk mencari keputusan yang terbaik?Makajawabanya adalah melalui musyawarah.
Islam menjadikan musyawarah sebagai suatu cara atau aturan dalam rangka
meneliti dan memeriksa pendapat agar diperoleh keputusan atau petunjuk yang terbaik. Islam
juga menjamin kebebasan berpendapat bagi tiap orang selama pendapat itu tidak bertentangan
denga kaidah dan ibadah.
Bagaimana kita umat islam memulai untuk melaksanakan akhlak musyawarah?
Pertama, kita harus mulai berani mengemukakan pendapat yang benar dan menjadi pendengar
yang baik bagi pendapat yang di kemukakan oleh orang lain. Kedua, kita harus mulai berani
berdiskusi dan adu argumentasi tentang sesuatu yang dimusyawarahkan dengan berbekal ilmu
pengetahuan yang cukup memadai.Ketiga, kita harus mulai berani menerima keputusan bersama
dan secara konsekuen mentaati keputusan yang telah dibuat.
2.3 Prinsip-prinsip Islam dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial
Prinsip Kesejahteraan Sosial Islam menurut Al-Ghazali, yaitu:
Dalam bukunya Ihyaulumuddin Al-Ghazali mengemukakan dalam masyarakat Islam ada 5
aspek yang sangat berpengaruh kepada tercapainya kesejahteraan sosial yaitu; tujuan utama
syariat Islam adalah Agama (din), Jiwa (nafs), Akal(aql), Keturunan (nasl), Harta (maal).(lihat
Al-Musthofa fi al-ilmiushul, Abu Hamid Imam Al-Ghazali Jus I). Menurut Al-Ghazali konsep
kesejahteraan dalam isalm bukanlah secara eklusif bersifat materialistis ataupun spiritual.Dalam
hal ini, melalui serangkaian penelitiannya terhadap berbagai ajaran Islam yang terdapat di dalam
Al-Qur’an dan hadits. Imam al Ghazali menyimpulkan bahwa utilitas sosial dalam Islam dapat
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a.       Dharuriah, terdiri dari seluruh aktivitas dan hal-hal yang bersifat esensial untuk memelihara
kelima prinsip tersebut di atas.
b.      Hajah, terdiri dari seluruh aktivitas dan hal-hal yang tidak vital bagi pemeliharaan kelima
prinsip di atas, tetapi dibutuhkan untuk meringankan dan menghilangkan rintangan dan
kesukaran hidup.
c.       Tahsimiahatau Tazyinat. Secara khusus, kategori ini meliputi persoalan-persoalan yang tidak
menghilangkan dan mengurangi kesulitan, tetapi melengkapi, menerangai, dan menghiasi hidup.
Harta itu memang indah, melezatkan dan menggembirakan sehingga banyak orang ingin
memburunya, meskipun hanya sampai batas yang dihalalkan saja, akan tetapi menurut Al
Ghazali, masyarakat saat ini terbiasa mencintai harta sehingga sulit untuk berpisah
dengannya.Letak harta dalam kehidupan manusia sangatlah berperan penting (dominan) dan
tingkat kesejahteraan merupakan titik pencapaian seorang manusia. Maka pandangan maslahah
dalam harta menurut Al-Ghazali yang sarat dengan semangat kemanusiaan universal serta etika
bisnis Islami sangat penting untuk di resapi dan diteladani.
2.4 Pandangan Islam terhadap Beberapa Persoalan Sosial; kemiskinan, kebodohan, dan
pengangguran
Ada beberapa masalah sosial yang dipandang oleh Islam sebagai gangguan terwujudnya
kesejahteraan sosial, atau paling tidak mempersulit realisasi kesejahteraan :
1)      Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal
untuk hidup layak.. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai
standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis
kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah
sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan
setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari
perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.
Kita pun tahu dampak dari adanya kemiskinan ini, seperti kriminalitas, kekerasan dalam
rumah tangga, perampokan, patologi, dan lain sebagainya, di mana semua itu semakin hari
semakin meningkat saja intensitasnya di sekitar kita. Tak mudah seperti membalikkan telapak
tangan untuk mengatasi kemiskinan. Diperlukan semua segi, di antaranya ekonomi, kesehatan,
pendidikan, kebudayaan, teknologi, dan tentu saja, ketenagakerjaan. Selain itu ada segi lain yang
tak boleh kita lupakan juga dalam mengatasi masalah ini, yaitu agama. Islam memberikan pesan-
pesannya melalui dua pedoman, yaitu Alquran dan Hadits. Melalui keduanya kita dapat
mengetahui bagaimana agama (Islam) memandang kemiskinan. 

ِ ُ‫إِنَّ هَّللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَ ْو ٍم َحتَّى يُ َغيِّ ُروا َما بِأ َ ْنف‬
‫س ِه ْم‬
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..(QS. Al-Ra’d,13:11)
ِ ‫سائِ ِل َوا ْل َم ْح ُر‬
‫وم‬ ٌّ ‫َوفِي أَ ْم َوالِ ِه ْم َح‬
َّ ‫ق لِل‬
Artinya: Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan orang
miskin yang tidak meminta, (QS. Az-Zariyat, 51:19)
2)      Kebodohan (al-Jahilia)
Jika Al-Qur’an menyatakan, bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
berilmu, melebihi yang lainnya, berarti kebodohanlah yang menjadi salah satu penyebab
kemerosotan dan keterbelakangan martabat manusia. Oleh karena itu Islam memandang
penanggulangan kebodohan itu sebagai ibadah, sebaliknya membiarkan kebodohan dipandang
sebagai tindak kemungkaran. Ada sebuah hadis yang menegaskan masalah ini, yakni tentang
komunitas muslim yang disebut “Asy ‘ariyin, suatu kelompok terpelajar yang membiarka
lingkungannya tetap dalam kebodohan.

ْ َ‫ك ِم ْن قَ ْب ُل َو َما ظَلَ ْمنَاهُ ْم َولَ ِك ْن َكانُوا أَ ْنفُ َسهُ ْم ي‬


َ‫ظلِ ُمون‬ َ َ‫َو َعلَى الَّ ِذينَ هَادُوا َح َّر ْمنَا َما ق‬
َ ‫صصْ نَا َعلَ ْي‬
Artinya:
Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami harapkan apa yang telah Kami ceritakan
dahulu kepadamu; dan Kami tiada menganiaya mereka, akan tetap merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri. (QS. An-Nahl 16: 118)

3)      Penggangguran
Islam telah memperingatkan agar umatnya jangan sampai ada yang menganggur dan
terpeleset kejurang kemiskinan, karena ditakutkan dengan kemiskinan tersebut seseorang akan
berbuat apa saja termasuk yang merugikan orang lain demi terpenuhinya kebutuhan pribadinya,
ada sebuah hadist yang mengatakan “ kemiskinan akan mendekatkan kepada kekufuran. Namun
kenyataannya, tingkat pengangguran di negara – negara yang mayoritas berpenduduk muslim
relatif tinggi. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang buruknya pengangguran, baik bagi
individu, masyarakat ataupun negara, akan meningkatkan motivasi untuk bekerja lebih serius.
Walaupun Allah telah berjanji akan menaggung rizqi kita semua, namun hal itu bukan berarti
tanpa ada persyaratan yang perlu untuk dipenuhi. Syarat yang paling utama adalah kita harus
berusaha untuk mencari rizqi yang dijanjikan itu, karena Allah SWT telah menciptakan “sistem”
yaitu siapa yang bekerja maka dialah yang akan mendapatkan rizqi dan barang siapa yang
berpangku tangan maka dia akan kehilangan rizqi.Artinya, ada suatu proses yang harus dilalui
untuk mendapatkan rizqi tersebut.
Islam mendorong umatnya untuk berproduksi dan menekuni aktivitas ekonomi dalm
segala bentuk seperti: pertanian, pengembalaan, berburu,industri , perdagangan dan lain-lain.
Islam tidak semata-mata hanya memerintahkan untuk bekerja tetapi harus bekerja dengan lebih
baik (insan), penuh ketekunan dan profesional. Ihsan dalam bekerja bukanlah suatu perkara yang
sepele tetapi merupakan suatu kewajiban agama yang harus dipatuhi oleh setiap muslim. “
Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang melakukan pekerjaan yang dilakukan secara itqan
(profesional)” (HR.Baihaqi).
Menurut Qardhawi (2005:6-18) pengangguran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a). Pengangguran jabariyah (terpaksa)
suatu pengangguran diamana seseorang tidak mempunyai hak sedikitpun memilih status
ini dan terpaksa menerimanya. Pengangguran seperti ini umunya terjadi karena seseorang tidak
mempunyai keterampilan sedikitpun, yang sebenarnya bisa dipelajari sejak kecil sebagai modal
untuk masa depannnya atau seseorang telah mempunyai suatu keterampilan tetapi keterampilan
ini tidak berguna sedikitpun karena adanya perubahan lingkungan dan perkembangan zaman.

b). Pengangguran khiyariyah


Seseorang yang memilih untuk menganggur padahal dia pada dasarnya adalah orang
yang mampu untuk bekerja, namun pada kenyataanya dia memilih untuk berpangku tangan dan
bermalas-malasan hingga menjadi beban bagi orang lain. Dia memilih hancur dengan potensi
yang dimilki dibandingkan menggunakannya untuk bekerja . Dia tidak pernah mengusahakan
suatu pekerjaan dan mempunyai pribadi yang lemah hingga menjadi “ sampah masyarakat”.
Adanya pembagian kedua kelompok ini mempunyai kaitan erat dengan solusi yang
ditawarkan islam untuk mengatasi suatu pengangguran. Kelompok pengangguran jabariyah perlu
mendapatkan perhatian dari pemeintah agar mereka dapat bekerja. Sebaliknya, Islam tidak
mengalokasikan dana dan bantuan untuk pengangguran khiyariyah karena pada prinsipnya
mereka memang tidak memerlukan bantuan karena pada dasarnya mereka mampu untuk bekerja
hanya saja mereka malas untuk memanfaatkan potensinya dan lebih memilih menjadi beban bagi
orang lain.
BAB III
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Manusia sejak lahir telah membutuhkan orang lain.Oleh sebab itu, manusia perlu
bersosialisasi dengan orang lain dalam hidup bermasyarakat. Dalam pandangan Islam, sebuah
masyarakat adalah kumpulan individu yang berinteraksi secara terus menerus, yang memiliki
satu pemikiran, satu perasaan dan di bawah aturan yang sama. Sehingga diantara mereka akan
terjalin hubungan yang harmonis. Dalam hal ini, terdapat delapan akhlak sosial islami yang
diperlukan untuk hidup bermasyarakat, yaitu: (1) akhlak saling menyayangi,(2) beramal Sholeh,
(3)saling menghormati, (4)berlaku adil, (5)  menjaga persaudaraan, (6)berani membela
kebenaran, (7)tolong menolong, (8)musyawarah.
DAFTAR PUSTAKA

Badawi, A. Zaki, Mu’jam Mushthalahâtu al-‘Ulûm al-Ijtimâ’iyyah, (Beirut, Maktabah Lubnan: 1986),
New Impression.
Khalaf, Abdul Wahab, ‘Ilm Ushûl al-Fiqh, (Jakarta, Al-Majlis al-A’la al-Indonîsî li al-Da’wah al-
Islâmiyyah: 1972), cet. IX.
Dwiajisapto. 2013. Pandangan Islam tentang Pengangguran, Online,

Anda mungkin juga menyukai