DI SUSUN OLEH
Kelompok 5
1. Indah Mustika Sari 220107191P
2. Dian Eska Winanti 220107192P
3. Septiani 220107193P
4. Selvia susantri 220107194P
5. Marya Amin HS 220107195P
6. Eni Marlina 220107196P
7. Melda lia 220107197P
8. Kusumawati 220107198P
9. Deva viviana 220107199P
10.Dhea Ananda Refli Eka putri 220107200P
11.Bherta depi giyana 220107201P
12.Tika Puspa novita 220107202P
13.Halimatus sadiyah 220107203P
14.E'ib lerizza 220107204P
15.Rani Novita sari 220107205P
16.Sugiyanti 220107206P
17.Risnawati 220107207P
18.Cut ajeng 220107208P
19.Vera sukmawati 220107209P
20.Yeni novalia 220107210P
21.Endah Utami kusumawardhani 220107211P
22.Rediana Wulansari 220107212P
23.Risa Safitri 220107213P
24.Devi Lismasari 220107214P
25.Araby Ega ryani 220107215P
26.Sulis setiawati 220107216P
27.Rekha putri cikmanuna nursa 220107217P
28.Adel Ranesti 220107218P
29.Anik Erma suryani 220107219P
30.Siti barokah 220107220P
31.Purwati 220107221P;
32.Khullaila 220107222P
33.Nila wati 220107223P
34.Jihan meydiana hilmi 220107224P
35.Haniza larinca 220107225P
36.Mega wati 220107226P
37.Mayasari 220107227P
38.ikhsan Andini 220107228P
39.Nashifatul aminah 220107229P
40.Mutiara Salsabila rumihat 220107230P
41.Melinda 220107231P
42.Anisa wahyu 220107232P
43.Rodian tina 220107233P
44.Anisa Raihan 220107234P
45.Solehah 220107235P
46.Rika Mega Safitri 220107236P
47.220107237P
48.Inge Aulia 220107238P
49.Ade indriyani 220107239P
50.Nabila syafa 220107240P
ii
KATA PENGANTAR
terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak yang terkait secara langsung
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat kepada
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip-Prinsip Memahami (Matan) Hadis Nabi.....................................4
B. Memahami hadits sesuai dengan petunjuk Al-Quran.............................4
C. Menghimpun hadits-hadits yang bertema sama......................................5
D. Metode Tahliliy (Analitis).......................................................................5
E. Metode Ijmaliy (Global)..........................................................................8
F. Metode Muqarin (Komparatif)................................................................9
G. Memahami Hadits Sesuai Dengan Latar Belakang, Situasi, dan Kondisi
Serta Tujuannya.......................................................................................10
H. Mengaplikasikan prinsip-prinsip memahami (matan) hadis Nabi.........12
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aspek penelitian hadits adalah memahami hadits itu
terjadi di tengah masyarakat. Hadits dilihat dari sedi kondisi audiensi, tempat,
lokal. Demikian juga bahasa yang digunakan Nabi, bisa saja mengandung
atau pemahaman terhadap hadits yang terdapat dalam al-kutub al-sittah, yakni
pemahaman hadits yang digunakan oleh para ulama dalam menyusun kitab
hadits.
1
Zainuddin, MZ, Studi Hadits (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 170.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya
Quran?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya
Al-Quran.
2
6. Untuk mengetahui metode memahami hadits dengan metode muqarin.
kontekstual.
3
BAB II
PEMBAHASAN
cara atau jalan. Dalam bahasa inggris, kata ini ditulis method, dan bahasa arab
arti, kandungan, atau pesan hadits, dan disiplin ilmu. Jadi, metode
kebenaran dan keadilannya bersifat pasti.2 Sesuai dengan surat Al-an’am ayat
115
}١١٥{ َو َع ْداًل اَّل ُمبَ ِّد َل لِ َكلِ ٰ َمتِِۦه َوه َُو ٱل َّس ِمي ُع ْٱل َعلِي ُمdص ْدقًا ْ َوتَ َّم
ُ ت َكلِ َم
ِ َت َربِّك
sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah
2
Yusuf Al-Qardhawi, Pengantar Studi Hadis, terj. Agus Suyadi R (Bandung: CV.Pustaka Setia,
2007), 153.
4
kalimat-kalimatnya dan dialah yang maha mendengar lagi maha
mengetahui.”
tentang isi konstitusi tersebut, baik secara teoritis maupun praktis. Tugas
kepada mereka.
dengan apa yang hendak dijelaskan. Penjelasan nabi senantiasa berkisar pada
muqayyad, yang ‘am ditafsirkan dengan yang khas. Dengan demikian, makna
yang dimaksud akan semakin jelas dan satu sama lain tidak dipertentangkan.4
3
Ibid., 153.
4
Ibid.,171.
5
menerangkan makna-makna yang tercakup didalamnya sesuai dengan
terdapat dalam sebuah kitab hadits yang dikenal dari al-kutub al-sittah.
baik yang berasal dari sahabat, para tabi’in, maupun para ulama hadits.
5
Nizar Ali, Memahami Hadits Nabi (Yogyakarta: CESaD YPI Al-Rahmah, 2001), 29.
6
Ibid., 30.
6
1. Pensyarahan yang dilakukan menggunakan pola menjelaskan makna
menyeluruh.
oleh para sahabat, tabi’in, atau para ahli syarah hadits lainnya dari
7
1. Menjadikan petunjuk hadits parsial atau terpecah-pecah, sehingga
berbeda dari syarah yang diberikan pada hadits lain yang sama
redaksinya dengannya.
hadits sesuai dengan urutan dalam kitab hadits yang ada dalam kutub al-
Namun, perlu diingat bahwa ciri metode ijmaliy ini tidak terletak pada
sebagian saja. Yang menjadi tolak ukur adalah pola atau sistematika
8
c. Kelebihan dan kekurangan metode ijmaliy
Kelebihan
Kekurangan
memahami hadits yang memiliki redaksi yang sama atau mirip dalam
kasus yang sama, atau memiliki redaksi yang berbeda dalam kasus yang
hadits.9
b. Ciri-ciri
tersebut
dengan hadits.
9
Nizar Ali, Memahami Hadits, 46.
9
Kelebihan
Kekurangan
baru.10
adalah melihat sebab-sebab khusus atau alasan tertentu yang menjadi latar
10
Ibid., 51-52.
10
belakang suatu hadits, baik yang tersurat maupun tersirat, atau yang dipahami
atas dasar perkiraan semata atau dipahami sesuai dengan makna lahiriah yang
Kata tekstual berasal dari kata teks yang berarti nash, kata-kata
atau sesuatu yang tertulis untuk dasar untuk memberikan pelajaran dan
yang tertulis pada teks, tidak mau menggunakan qiyas, dan tidak mau
11
b. Kontekstual
Kata kontekstual berasal dari kata konteks yang berarti sesuatu
yang ada di depan atau di belakang (kata,kalimat, atau ungkapan) yang
membantu menentukan makna. Selanjutnya, dari kata kontekstual muncul
istilah kaum kontekstualis yang artinya sekelompok orang yang
memahami teks dengan memperhatikan sesuatu yang ada di sekitarnya
karena ada indikasi makna-makna lain selain makna tekstual. Dengan kata
lain, pemahaman makna kontekstual adalah pemahaman makna yang
terkandung di dalam nash (bathin al-nashsh). Sementara itu, kontekstual
di bedakan menjadi dua macam, yaitu
a. Konteks internal, seperti mengandung bahasa kiasan, metafora serta
simbol.
b. Konteks eksternal, seperti kondisi audiensi dari segi kultur,sosial
serta asbab al wurud.
c. Contoh
14
Ibid., 147.
12
Setiap peperangan selalu memerlukan strategi (menipu lawan).
Ketentuan itu berlaku secara universal serta tidak pandang waktu dan
tempat. Kalimat yang digunakan singkat dan padat, tetapi memiliki
makna yang luas karena strategi akan selalu berkembang sesuai dengan
dengan perkembangan zaman.
3. Hadis Kasuistik
حد ثنا عثمان بن الهيثم حدثنا عوف عن الحسن عن أبي بكرة قال لقد نفعني هللا بكلمة
أيام الجمل بعدما كدت أن ألحق بأصحبdسمعتها من رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
الجمل فأقاتل معهم قال لم بلغ رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أن أهل فارس قد ملكوا
عليهم بنت كسرى قال لن يفلح قوم ولوا أمر هم امرأة
13
Rasulullah bahwa penduduk persia mengangkat putri Kisra sebagai
penguasa, beliau bersabda, “tidak akan menang sebuah kaum yang
menyerahkan urusannya kepada seorang perempuan.” (HR.Al-Bukhari)
14
diperkenalkan melaksanakan shalat jamak, kecuali memenuhi syarat
tertentu.
5. Hadis Dengan Bahasa Kiasan
قا ل من كا ن يؤمن با هللا واليوم االdعن أبي هريرة عن النبي صلى هللا عليه وسلم
جاره واستوصوا بالنساء خيرا فإنهن خلقن من ضلع وإن أعوج شيءdخر فال يؤذي
باdفي الضلع أعال ه فإن ذهبت تقيمه كسرته وإن تركته لم يزل أعوج فا ستوصوا
لنساء خيرا
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW beliau bersabda,
“barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak menyakiti
tetangga. Berpesanlah dengan cara yang baik kepada kaum wanita.
Sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk (Adam) dan
sesungguhnya sesuatu yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang
atas. Jika engkau biarkan, ia akan selalu bengkok. Oleh sebab itu,
berwasiatlah kepeda mereka dengan baik. (HR. Al-Bukhari)
Hadis ini dipahami oleh ulama’ salaf secara harfiah. Namun,
dipahami secara metafora oleh ulama kontemporer, bahkan ada yang
menolak kebenarannya. Mereka yang memahami makna metafora
beralasan bahwa hadis tersebut memperingatkankaum laki-laki agar
menghadapi kaum perempuan secara bijaksaana kerena ada karakter
bawaan yang cenderung bengkok seperti tulanngrusuk. Mereka tidak akan
mampu mengubah atau meluruskannya. Kalau mereka tetap berusaha
keras meluruskannya, tulang rusuk tersebut dapat patah.
M. Quraish Shahib mengutip pendapat ulama kontemporer seperti
Al-Thaba’i bahwa QS. Al-Nisa’ (4) 1 menegaskan bahwa istri Adam
diciptakan dari tulang rusuk Adam. Demikian juga Rasyid Ridha dalam
tafsir Al-Manar menyatakan, seandainya tidak ada kisah kejadian Adam
dan Hawa dalam kitab Perjanjian Lama, tidak akan pernah terlintas dalam
benak seorang muslim bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam.
Pemahaman hadis tersebut memang membuka perbedaan antara
ulama terdahulu dan ulama kontemporer karena petunjukanya tidak pasti
(zhanni) dan memang tidak ada dalil yang pasti (qath’i), baik dari Al-
15
Qur’an maupun hadis, yang menyatakan bahwa Hawa diciptakan dari
tulang rusuk Adam. Dengan demikian, hadis adakalanya dipahami dengan
makna tekstual (harfiah) dan adakalanya dipahami dengan makna
kontekstual (metafora).15
15
Ibid., 149-153.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam metode pemahaman hadits, ada berbagai metode yang dapat
karena hadits merupakan salah satu sumber pokok hukum Islam kedua setelah
B. Saran
Penulis menyarankan bagi pembaca untuk mempelajari lebih lanjut
17
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Nizar. Memahami Hadis Nabi. Yogyakarta CESaD YPI Al-Rahmah, 2001.
Khon, Abdul Majid. Takhrij dan Metode Memahami Hadis. Jakarta Amzah,
2014.
18