Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….1
C. Tujuan Masalah……………………………………………………….1
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Jenazah…………………………………………………… 2
B. Memandikan Jenazah………………………………………………… 3
C. Mengkafani Jenazah………………………………………………….. 6
D. Menshalatkan Jenazah……………………………………………….. 7
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………...14
B. Saran ……………………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………17
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A .Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jenazah
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab ( )ذح جنyang berarti tubuh mayat dan
kata ذ جنyang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh
mayat yang tertutup
Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin,
khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.
Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal yang
harus dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :
1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.
2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.
3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu
supaya mulutnya tidak menganga/terbuka.
4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan badannya
diselubungi dengan kain.
5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan handai
tolannya.
6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.
7. Segerakanlah fardu kifayahnya.
2
B. Memandikan Jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan
dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati
syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah
fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat
itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban
seluruh mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini
terdapat dalam sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:
Artinya : “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda tentang orang
yang jatuh dari kendaraannya lalu mati, “mandikanlah ia dengan air dan
daun bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang
perlu diperhatikan yaitu :
1. Orang Yang Utama Memandikan Jenazah
1) Untuk mayat laki-laki
Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang
yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan
istrinya.
3
2) Untuk mayat perempuan
4
4. Tatacara Memandikan Jenazah
2) Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak
kelihatan.
5) Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan
perutnya perlahan-lahan.
7) Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah,
gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan.
8) Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah
9) Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur
dengan wangi-wangian.
10) Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota
tubuhnya.
11) Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya itulah
yang wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.
12) Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya,
wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan tidak
5
perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja.
13) Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan
menyulur kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan
handuk dan dikepang.
14) Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak
membasahi kain kafannya.Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-
wangian yang tidak mengandung alkohol.
C. Mengkafani Jenazah
Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu
yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah
muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Dalam sebuah hadist
diriwayatkan sebagai berikut :
“Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT,
maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada yang
meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin
Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali
selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika
kakinya tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh kami untuk
menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.”(H.R Bukhari)
1) Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan
menutupi seluruh tubuh mayat.
2) Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3) Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi
mayat perempuan 5 lapis.
4) Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah,
kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5) Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
6
b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas
kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung
lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi
selembar dengan cara yang lembut.
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan
tiga atau lima ikatan.
f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka
tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup
dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan
kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja
yang ada.
D. Menshalatkan Jenazah
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah,
yaitu :
1) Jenazah diletakkan di arah kiblat( di depan imam apabila berjama’ah atau di depan
orang yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya sebelah
kanan dan kaki sebelah kiri imam.
2) Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah, sedangkan
7
apabila jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan pinggang
jenazah.
3) Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut,
kemudian berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.
1) Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli bid’ah.
5) Keluarga terdekat.
2) Takbir 4 kali
a. Takbir pertama dimulai dengan mengangkat tangan dan membaca Al-
Fatihah.
b. Takbir kedua dan membaca shalawat
ا لهم صل على محمد و على ا ل محمد كما صليت على ا بر ا هيم و على ا ل ا
براهيم] و با رك على محمد و على ا ل محمد كما با ر كت على ا بر ا هيم و على ا
ل ا بر هيم
.فى ا لعا لمين ا نك حميد مجيد
)ا للحم ا غفر له (ها) و ا ر حمه (ها) و عا فه(ها) و ا عف عنه (ها) و ا كر م نز له (ها
ووسع مد خله (ها) و ا غسله (ها) بما ء و ثلج و بر د و نقه (ها) من ا لخطا يا كم
ينقى ا لثو ب من ا لد نس و ا بد له (ها) دا را خيرا من دا ر ه (ها) و ا هال خيرا من
ر لنا ا ب عذا و لقبر ا ب عذا من )ها( ه عنذ ا و لجنة ا )ها( ادخله و )ها( هله.
Artinya : “Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia dan
sentosakanlah dia, muliakan tempatnya, lapangkanlah kuburnya,
sucikanlah dia dengan air embun dan es, sucikanlah dia dari
kesalahannya, sebagaimana sucinya kain putih dari kotoran.
Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada
rumahnya, dan gantikan keluarganya dengan keluarga yang
lebih baik, masukkan ia kedalam syurga, dan jauhkan ia dari
siksa kubur dan siksa neraka.”
)ا للحم ال تحر منا ا جر ه (ها) وال فت تنا بعد ه (ها) و ا غفر لنا و له (ها
Artinya : “Ya Allah janganlah Engkau tahan untuk kami pahalanya dan
9
janganlah engkau tinggalkan fitnah untuk kami setelah
kepergiannya”
E. Menguburkan Jenazah
Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di
atas pundak dari keempat sudut usungan.
“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita
(non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam
“Ahkamul Janaaiz” hal. 145)
1
0
Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar
kubur pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya Syaq adalah liang
yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya (membentuk huruf U
memanjang).
Langkah-Langkah :
Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.
1
1
Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke
liang lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara
perlahan. Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.
Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya,
sebab tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap
1
2
wajahnya, kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram
sebagaimana yang telah dijelaskan.
Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala
dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau
papan kayu/bambu dari atasnya (agak samping).
Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.
1
3
Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak
dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah
bentuk makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).
Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki
air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam
masalah ini terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul
Ghalil” II/206). Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah
dikenali.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun 4
perkara yang menjadi kewajiban itu ialah :
1) Memandikan
2) Mengkafani
3) Menshalatkan
4) Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain :
4) Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
5) Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya
menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.
15
B. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri
untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan
ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya
dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan datang.
16
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Lain :
Jurnal Salafiyun
https://fadhlihsan.wordpress.com/2011/08/01/tata-cara-pengurusan-jenazah-disertai-
gambar/ (diakses pada tanggal 19 Maret 2018 Pukul 02:00 )
17