TAJHIZUL JANAZAH
Disusun Oleh :
Kelompok : 6 (Enam)
Kelas : Kimia 1C
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu dan insyaAllah tanpa
kekurangan suatu apapun. Tidak lupa kami haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan kita, Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir untuk kita
pada hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul “Tajhizul Janazah” ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Praktikum Qiro’ah dan Ibadah. Dalam makalah ini diuraikan materi tentang
tata cara pengurusan jenazah.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Besar harapan kami agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan
saran. Semoga makalah ini bisa memberi manfaat untuk berbagai pihak. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Jenazah
B. Hal-hal yang Harus Dilakukan Sesudah Meninggal
C. Memandikan Jenazah
D. Mengafani Jenazah
E. Menyalati Jenazah
F. Menguburkan Jenazah
G. Hikmah yang Dapat Diambil dari Tata Cara Pengurusan Jenazah
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian
yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah
SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang
muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah
SWT orang yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya
yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya
fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4
perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah
meninggal tersebut. Untuk lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba
menguraikan dalam penjelasan berikut ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian jenazah?
2. Bagaimana tata cara memandikan jenazah?
3. Bagaimana tata cara mengafani jenazah?
4. Bagaimana tata cara menyalatkan jenazah?
5. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian jenazah
2. Untuk mengetahui tata cara memandikan jenazah
3. Untuk mengetahui tata cara mengafani jenazah
4. Untuk mengetahui tata cara menyalatkan jenazah
5. Untuk mengetahui tata cara menguburkan jenazah
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jenazah
Kata jenazah bila ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa arab dan menjadi
turunan dari isim mashdar yang diambil dari fi’il madhi janaza-yajnizu-janazatan wa
jinazatan. Bila huruf jim dibaca fathah (janazatan,kata ini berarti orang yang telah meninggal
dunia. Namun bila huruf jimnya dibaca kasrah, maka kata ini berarti orang yang mengantuk.
Lebih jauh, jenazah menurut Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S., mengartikan
jenazah sebagai orang yang telah meninggal yang diletakkan dalm usungan dan hendak
dibawa ke kubur untuk dimakamkan.
Kewajiban muslim terhadap jenazah sesame muslimada empat, yaitu memandikan,
mengafani, menyalatkan, dan menguburkan. Jumhur ulama srpakat bahwa memandikan,
mengafani, menyalatkan, dan menguburkan merupakan fardhu kifayah. Maksudnya, apabila
telah ada sekelompok muslim yang melaksanakan dan ternyata sudah cukup, maka orang lain
yang tidak ikut melaksanakan sudah bebas dari kewajiban.
C. Memandikan Jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan
dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati
syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu
kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika
telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun
dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah hadits
Rasulullah saw. Yakninya:
فى ا لذ ي سقط عن ر ا حلته فما ت ا غسلو ه بما ء و سد ر:عن ا بن عبا س ا ن ا لنبي صلى ا هلل عليه و سلم قا ل
)(رواه ا لبخرو مسلم
“Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah tentang orang yang jatuh dari
kendaraannya lalu mati, “mandikanlah air dan daun bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim)
4
Syarat bagi orang yang memandikan jenazah :
Siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti:
1. Tempat memandikan pada ruangan tertutup.
2. Ember, gayung, dan air.
3. Kapas.
4. Kapur barus.
5. Daun bidara/ sidr.
6. Kaos tangan dan sarung tangan kain sesuai dengan jumlah petugas yang memandikan.
7. Kain penutup mayat 5-6.
8. Handuk.
9. Sabun (lebih baik cair), shampoo, cutton buds.
10. Minyak wangi.
11. Tempat sampah untuk membuang kotoran
12. Kafan yang menyesuaikan keadaan dan jenis kelamin jenazah.
Sebelum memandikan jenazah ada baiknya kita memenuhi aturan sebelum memandikan
jenazah yaitu:
a) Mengikat kepala mayit.
b) Meletakkan kedua tangan diaatas perut (seperti orang yang melakukan shalat).
c) Mengikat dan menyatukan persendian lutut.
d) Menyatukan kedua ibu jari kaki.
e) Menghadpkan mayyit kearah kiblat.
1. Pada mulanya kita sediakan air sebanyak mungkin, air kapur barus, dan sabun, kain.
Kemudian lakukan bacaan niat, ketentuan bacaan niat yaitu:
5
Nawaitul ghusla lihaadzal mayyitati fardhal kifaayati lillaahita’ala.
Jika mayat kanak-kanak laki-laki:
Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit tifli fardhal kifaayati lillahita’ala
Jika mayat kanak-kanak perempuan:
Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit tiflati fardhal kifaayati lillahita’ala
2, Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala. Masukkan jari tangan
yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok giginya dan bersihkan
hidungnya, kemudian siramkan.
3. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah.
4. Setelah itu dudukkan mayit dan tekan-tekan perut, agar kotoran dalam perut keluar. Dan
bersihkan dubur mayit dengan niat istinja’ bagi mayit. Bacaan niat: nawaitul istinjaa-i minal
mayyit frdhan ‘alayya lillahita’ala. Dan ketika membersihkan “auratnya”, hendaklah tangan
orang yang memandikan dilapisi dengan kain, karena menyentuh aurat itu hukumnya haram.
5. Kemudian ambilkan wudhu bagi simayit, dengan bacaan niat: (nawaitul wudhu-a
lihaadzal mayyit lillaahita’ala).
6. Setelah itu hendaklah dimandikan tiga kali dengan air sabun atau dengan air bidara, dengan
memulainya bagian yang kanan. Dan seandainya tiga kali tidak cukup, misalnya belum bersih
maka hendaklah dilebihinya menjadi lima atau tujuh kali. Rasulullah SAW bersabda:
ّ
رايتن اواكثر من ذلك ان: ثالثا ً او خمسًا او سبعا: ًّاغسلنهاوترا
“Mandikanlah jenazah-jenazah itu secara (hitungan) ganjil, tiga, lima, tujuh kali. Atau boleh
lebih jika kau pandang perlu”.
7. Jika telah selesai memandikan mayat, hendaklah tubuhnya dikeringkan dengan kain atau
handuk yang bersih, agar kain kafannya tidak basah, lalu ditaruh, diatas minyak wangi.
tetapi kalau mayit meninggal ketika sedang ihram, maka harus dimandikan seperti biasa
tanpa dikenai kafur atau lainnya yang berbau harum.
Kalau mayat itu laki-laki, hendaklah yang meamandikannya laki-laki pula, tidak boleh
perempuan memandikan mayat laki-laki kecuali istri dan muhrimnya. Sebaliknya jika mayat
itu perempuan, hendaklah dimandikan oleh perempuan pula, tidak boleh laki-laki
memandikan perempuan kecuali suami dan muhrimnya.
Jika suami dan muhrim sama-sama ada, suami lebih berhak untuk memandikan
istrinya, begitu juga jika istri dan muhrim sama-sama ada, maka istri lebih berhak untuk
memandikan suaminya.
Bila meninggal seorang perempuan, dan ditempat itu tidak ada perempuan, suami,
atau muhrimnya pun tidak ada, maka mayat itu hendaklah “ditayammumkan” saja., idak
dimandikan oleh laki-laki yang lain. Begitu juga jika meninggal seorang laki-laki, sedangkan
disana tidak ada laki-laki, istri atau muhrimnya, maka mayat itu hendaklah ditayammumkan
saja.
6
Kalau mayat kanak-kanak laki-laki, maka boleh perempuan memandikannya, begitu
juga kalau mayat kanak-kanak perempuan, boleh pula laki-laki memandikannya.
Jika ada beberapa orang yang berhak yang memandikan, maka yang lebih berhak
ialah keluarga yang terdekat kepada mayat kalau ia mengetahui akan kewajiban mandi serta
dipercayai. Kalau tidak, berpindahlah hak kepada yang lebih jauh yang berpengetahuan serta
amanah (dipercayai).
D. Mengafani Jenazah
Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu
yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah
muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.
Kafan diambilkan dari harta si mayat sendiri jika ia meninggalkan harta, kalau ia
tidak meninggalkan harta, maka kafannya wajib atas orang yang wajib memberi belanjananya
ketika ia hidup. Kalau yang wajib memberi belanja itu tidak pula mampu, hendaklah
diambilkan dari baitul mal, dan diatur menurut hukum agama islam. Jika baitul mal tidak ada
atau tidak teratur, maka wajib atas orang muslim yang mampu. Demikian pula belanja lain-
lain yang bersangkutan dengan keperluan mayat.
7
Tatacara mengafani jenazah laki-laki:
1. Bentangkan tiga lembar kain kafan yang telah dipotong sesuai ukuran jenazah lalu
susun dengan meletakkan kain yang paling lebar di bagian paling bawah.
2. Berikan wewangian seperti sunnah Nabi sebanyak tiga kali ke kain kafan.
3. Siapkan 3-5 utas tali, kemudian letakkan tepat di bawah kain yang paling bawah.
4. Persiapkan kafan yang sudah diberi wewangian untuk diletakkan di bagian anggota
tertentu.
5. Angkat jenazah secara hati-hati lalu baringkan di atas kain kafan.Tutup bagian
anggota badan tertentu lalu selimutkan kain kafan selembar demi selembar. Lalu ikat
dengan tali-tali yang telah disiapkan di bawahnya.
E. Menyalatkan Jenazah
Jenazah yang dishalatkan ialah jenazah muslim yang meninggal bukan karena
perang membela agama atau perang melawan orang kafir. Menurut Rasulullah SAW, jenazah
orang yang membela agama atau orang yang meninggal karena berperang membela agama
islam atau perang melawan orang kafir itu langsung di kubur.
Hukum menyalatkan jenazah orang kafir atau musyrik adalah haram. Allah Awt.
Berfirman dalam surah at- Taubah Ayat 84 :
َص ِّل َعلَ ٰى أَ َح ٍد ِم ْنهُ ْم َماتَ أَبَدًا َواَل تَقُ ْم َعلَ ٰى قَب ِْر ِه ۖ ِإنَّهُ ْم َكفَرُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َو َماتُوا َوهُ ْم فَا ِسقُون
َ َُواَل ت
8
1. Niat
Untuk jenazah laki-laki:
“Usholli 'alaa haadzal mayyiti arba'a takbirootin fardhol kifaayati makmuuman
lillahi ta'aalaa.”
Artinya: “Saya niat shalat atas mayit laki-laki ini empat kali takbir fardhu kifayah
karena menjadi makmum/imam karena Allah Ta’ala.”
Untuk jenazah perempuan:
“Usholli 'alaa haadzihil mayyitati arba'a takbiratatin fardhol kifayaatai ma'muuman
lillahi ta'aala.”
Artinya: “Saya niat shalat atas mayit perempuan ini empat kali takbir fardhu kifayah
karena menjadi makmum/imam karena Allah Ta’ala.”
“Allahumma sholli 'alaa muhammad wa 'ala aali muhammad. Kamaa sholaita 'ala
ibroohim wa 'ala aali ibroohim. Wa baarik 'ala muhammad wa 'ala aali muhammad.
Kamaa baarokta 'ala ibroohim wa 'ala aali ibroohim. Fil 'aalamiina Innaka
hamiidum majiid.”
Artinya: "Ya Allah, ampunilah din, belas kasihanilah dia, hapuskanlah dan ampunilah
dosa-dosanya, muliakan tempatnya (ialah surga) dan luaskanlah kuburannya.
Basuhkanlah kesalahan-kesalahannya sampai bersih sebagaimana bersihnya kain
putih dari kotoran. Gantikanlah rumah lebih baik daripada rumahnya yang dulu,
keluarganya lebih baik daripada keluarganya yang dulit; dan masukkanlah ia ke dalam
surge dan jauhkanlah ia dari siksa kubur dan siksa api neraka."
Dalam takbir ke-empat ini apabila jenazahnya belum baligh seperti balita dan anak-
anak maka diganti doa sebagai berikut.
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala yang didahulukan,
simpanan bagi kedua orang tuanya dan pemberi syafaat yang dikabulkan doanya. Ya
Allah, dengan musibah ini, beratkanlah timbangan perbuatan mereka dan berilah
pahala yang agung. Anak ini kumpulkan dengan orang-orang yang shalih dan
jadikanlah dia dipelihara oleh Nabi Ibrahim. Peliharalah dia dengan rahmat-Mu dari
siksaan Neraka Jahim. Berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia),
berilah keluarga (di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia). Ya Allah,
ampunilah pendahulu-pendahulu kami, anak-anak kami, dan orang-orang yang
mendahului kami dalam keimanan."
F. Mengubur Jenazah
Mengubur jenazah adalah memasukan jenazah keliang lahat yang telah disediakan.
Jenazah yang sudah selesai perawatan disunahkan untuk segera dikuburkan. Hal-hal yang
perlu dihindari ketika mengiringi jenazah adalah zikir dengan mengeraskan suara sewaktu
membawa jenazah, membawa jenazah dengan diiringi apa, dan duduk sebelum jenazah
diletakkan didalam kubur. Disunahkan setelah pemakaman adalah mendoakan jenazah.
10
Hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati
dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga
apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-
baiknya menurut aturan Allah SWT dan Rasul-Nya.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
Mas’ud, Ibnu & Abidin, Zainal S. 2000. Fiqh Mazhab Syafi’i. Bandung: Pustaka Setia.
Nawawi, Imam. Al-Jana’iz. Beirut: Dar al-fikr. Tt.
Rasyid, sulaiman. 1987. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru
Darsono dan Ibrahim. 2008. Penerapan Fikih. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Rachma, Hameda. (2020, 08 Oktober). Tata Cara Sholat Jenazah beserta Bacaan Niat
dan Doanya. Diakses pada 5 Desember 2020, dari https://www.brilio.net/creator/tata-cara-
sholat-jenazah-beserta-bacaan-niat-dan-doanya-bef419.html
13