DISUSUN OLEH :
SISTEM INFORMASI
TEKONOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA
JAKARTA
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur tidak lupa kita panjatkan kehadirat Allah Subhahu Wa Ta’ala yang
berkat anugerah dari-Nya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Adab
Bertamu Menurut Islam” ini. Sholawat serta selama kita haturkan kepada junjungan
agung Nabi Besar Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang telah memberikan
pedoman kepada kita jalan yang sebenar-benarnya jalan berupa ajaran agama islam
yang begitu sempurna dan menjadi rahmat bagi alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena mampu menyelesaikan makalah ini tepat waktu
sebagai pemenuh tugas Pendidikan Agama islam yang bertemakan “Adab Bertamu
Menurut Islam”. Selain itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang membantu kami untuk merampungkan makalah ini sampai selesai.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
kepada semua pihak. Dan jangan lupa kritik serta sarannya terhadap makalah ini
dalam rangka perbaikan makalah-makalah yang akan datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................................1
LATAR BELAKANG.................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU…...............................................................2
2.2 ANJURAN MENUNTUT ILMU……………......................................................6
2.3 ADAB MENUNTUT ILMU…………………………........................................12
BAB III
PENUTUP..................................................................................................................19
3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................19
3.2 SARAN.................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat, dari pada
selainnya. Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai peran yang sangat
dapat diperoleh seseorang sebagai buah dari ilmu pengetahuan, bukan hanya
bagaimana kemuliaan manusia, karena ilmu yang ia miliki. Dari sini, dengan jelas
dimiliki, karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah yang
merupakan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah, tanpa didasari ilmu. Minimal,
berusaha agar ibadah yang dilakukan tetap berada dalam aturan-aturan yang telah
ditentukan. Dalam agama, ilmu pengetahuan, adalah kunci menuju keselamatan dan
1
BAB II
PEMBAHASAN
kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Sehubungan dengan itu, Allah
SWT mengajarkan kepada adam dan semua keturunannya. Dengan ilmu pengetahuan
itu, manusia dapat melaksanakan tugasnya dalam kehidupan ini, baik tugas sebagai
khalifah maupun tugas ubudiah . Oleh karena itu, Rasulullah SAW menyuruh,
ٍةgيض
َ رg ْ اس فَا ِءنِّى ا ْم ُر ٌؤ َم ْقبُوضٌ َو ْال ِع ْل ُم َسيُ ْنتَقَصُ َوت
ِ gَا ِن فِى فggََظهَ ُر ْالفِتَنُ َحتَّى يَ ْختَلِفَ ْاثن َ َّتَ َعلَّ ُموا ْالقُرْ آنَ َوعَلَّ ُموْ هُ الن
pengetahuan dan ajarkanlah kepada oraang lain. Tuntutlah ilmu kewarisan dan
ajarkanlah kepada orang lain. Pelajarilah Al-Quran dan ajarkanlah kepada orang lain.
Saya ini akan mati. Ilmu akan berkurang dan cobaan akan semakin banyak, sehingga
terjadi perbedaan pendapat antara dua orang tentang suatu kewajiban, mereka tidak
Al-bahaqi) .
Dalam hadis ini ada tiga perintah belajar, yaitu perintah mempelajari al-‘ilm, al-
2
fara’id, dan Al-Quran. Menurut Ibnu Mas’ud, ilmu yang dimaksudkan di sini adalah
ketentuan islam secara umum maupun ketentuan tentang harta warisan. Mempelajari
Al-Quran mencakup menghafalnya. Setelah dipelajari ajarkan pula kepada orang lain
supaya lebih sempurna. Beliau memerintahkan agar sahabat mempelajari ilmu karena
beliau sendiri adalah manusia seperti manusia pada umumnya. Pada suatu saat,
beliau akan wafat. Dengan adanya orang mempelajari ilmu, ilmu pengetahuan itu
ilmu harus diajarkan kepada orang lain. Rasulullah SAW mengkhawatirkan apabila
beliau telah wafat dan orang-orang tidak peduli dengan ilmu pengetahuan,maka tidak
ada lagi orang yang mengerti agama, sehingga umat akan kebingungan.
Selain perintah menuntut ilmu pengetahuan dalam hadis di atas, masih ada lagi hadis
yang lebih tegas tentang kewajiban menuntut ilmu, yaitu sebagai berikut.
Husain bin Ali meriwayatkan bahwa rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu
wajib bagi setiap orang Islam.” (HR. Al-Baihaqi, Ath-Thabrani, abu Ya’la, Al-
Dalam hadis ini, Rasulullah SAW menegaskan dengan dengan menggunakan kata
faridhah (wajib atau harus). Hal ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan itu
memang benar-benar urgen dalam kehidupan manusia, terutama orang yang beriman.
dengan baik menurut ukuran ajaran Islam. Apabila ada orang yang mengaku beriman
tetapi tidak mau mencari ilmu, maka ia dipandang telah melakukan suatu
3
tentu mendapatkan kemurkaan-Nya dan akhirnya akan masuk ke dalam neraka.
Adapun hadis-hadis lain yang berhubungan dengan keutamaan menuntut ilmu antara
lain.
ِ gَهُ طgَهَّ َل هَّللا ُ لgا َسgg ِه ِع ْل ًمgا يَ ْلتَ ِمسُ فِ ْيggًصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َسلَكَ طَ ِر يق
ا إِ لَىggًر يقg َ ِ ع َْن أَبِي هُ َري َْرةَ قَا َل َرسُو ُل هَّللا
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Barang siapa yang
Menurut Ibnu Hajar, Kata طَ ِر ْيقًاdiungkapkan dalam bentuk nakirah (indefinit), begitu
Kalimat ( َسهَّل هَّللا ُ لَهُ طَ ِر يقًاAllah memudahkan baginya jalan), yaitu Allah memudahkan
baginya jalan di akhirat kelak atau memudahkan baginya jalan di dunia dengan cara
memberi hidayah untuk melakukan perbuatan baik yang dapat mengantarkan menuju
surga. Hal ini mengandung berita gembira bagi orang yang menuntut ilmu, bahwa
ت َّ هُ َم ْن فِيgَتَ ْغفِ ُر لgب ْال ِع ْل ِم َو إِ َّن ْال َعلِ َم لَييَ ْس
ِ َم َواgالس َ ض ُع أَ جْ نِ َحـَهَا ِر
ِ ِا لgَا ًء لِطgض َ َطَ ِريقًا إِ لَى ْال َجنَّ ِة َو إِ َّن ْال َماَل ئِ َكىةَ لَت
ُةgَا َء َو َرثgg َو إِ َّن ْال ُعلَ َمgائِ ِر ْال َكgر َعلَى َسg
ِ gض َحتَّى ال ِحيتَا نُ فِي ْال َما ِء َوفَضْ ُل ْال َعالِ ِم َعلَى ْال َعابِ ِد َكفَضْ ِل ْالقَ َم
ِ َْو َم ْن فِي اأْل َر
ً
ٍ ِ ظّ َوافggggg َذ بِ َحgggggَوا ْال ِع ْل َم فَ َم ْن أَ خgggggُا َو َّر ثgggggا إِنَّ َمgggggارًا َواَل ِدرْ هَ ًمgggggَا َء لَ ْم يُ َو ِّرثُوا ِدينgggggَا ِء إِ َّن اأْل َ ْنبِيgggggَاأْل َ ْنبِي
رggggg
siapa yang menempuh jalan menari ilmu, akan dimudahkan Allah jalan untuknya ke
pencari ilmu. Sesungguhnya, pencari ilmu dimintakan ampunan oleh makhluk yang
4
ada dilangit dan bumi, bahkan ikan yang ada dalam air. Keutamaan alim terhadap
abid adalah bagaikan keutamaan bulan diantara semua bintang. Sesungguhnya ulama
adalah pewaris para nabi. Mereka tidak mewariskan emas dan perak, tetapi ilmu.
Dalam hadis di atas terdapat lima keutamaan orang menuntut ilmu, yaitu :
e) menjadi pewaris nabi. Menurut ilmu yang dimaksud di sini, menurut pengarang
Tuhfah Al-Ahwazi adalah mencari ilmu, baik sedikit maupun banyak dan
Ayat Al-Quran yang berhubungan dengan keutamaan menuntut ilmu antara lain:
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.Al-‘Alaq : 1-5)
ٓ
َ ٰ ۡونِي بِأ َ ۡس َمٓا ِء ٰهَٓؤُٓاَل ِء إِن ُكنتُمgُُِٔضهُمۡ َعلَى ۡٱل َم ٰلَئِ َك ِة فَقَا َل أَ ۢنٔب
ْ ُالggَ ق٣١ َص ِدقِين
ۡب ٰ َحنَكَ اَلg وا ُس َ َو َعلَّ َم َءا َد َم ٱأۡل َ ۡس َمٓا َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر
َ gَا َد ُم أَ ۢنبِ ۡئهُم بِأ َ ۡس َمٓائِ ِهمۡۖ فَلَ َّمٓا أَ ۢنبَأَهُم بِأ َ ۡس َمٓائِ ِهمۡ قgََٔ قَا َل ٰيَٓٔـ٣٢ ك أَنتَ ۡٱل َعلِي ُم ۡٱل َح ِكي ُم
ل لَّ ُكمۡ إِنِّ ٓيggُال أَلَمۡ أَقg َ َِّع ۡل َم لَنَٓا إِاَّل َما َعلَّمۡ تَن َۖٓا إِن
٣٣ َونgggggggggggggggا ُكنتُمۡ ت َۡكتُ ُمggggggggggggggg ُدونَ َو َمgggggggggggggggا تُ ۡبgggggggggggggggض َوأَ ۡعلَ ُم َم ٰ َم ٰ َو ِ أۡلgggggggggggggggٱلس
ِ ت َوٱ َ ۡر َّ بَ أَ ۡعلَ ُم غ َۡي
5
31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!,
32. Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”, 33. Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah
kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan
mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?( QS. Al-
Baqarah: 31-33)
9. (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (Q.S Az-zumar
:9)
َ ب ْال ِع ْل ِم فَ ِر ي
ِّْضةٌ َعلَى ُكل َ َطل ْ ُصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ا
َ طلُبُوْ ا ْال ِع ْل َم َولَوْ بِالصِّي ِن فَإ ِ َّن َ ِ ك قَا َل َرسُو ُل هَّللا ِ ع َْن أَ ن
ٍ َِس ب ِْن َمال
Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah SAW bersabda :”Carilah ilmu walaupun
dinegeri Cina. Sesungguhnya mencari ilmu itu wajib atas setiap muslim.
6
Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya bagi pencari ilmu karena rida dengan
ب ْال ِع ْل ِم يَ ْستَ ْغفِ ُر لَهُ ُكلُّ َشي ٍْئ َحتَّى ْال ِح ْيتَانُ فِى ْالبَحْ ِر َ طَلَبُل ِع ْل ِم فَ ِري: وفى روا يت
َ ضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم َو إِ َّن طَا ِل
pencari ilmu dimohonkan kepadanya oleh segala sesuatu sehingga ikan dalam
perselisihkan kualitasnya oleh para ulama tetapi terkenal dikalangan para pelajar,
santri dan mahasiswa dimana saja berada. Dalam ilmu hadis disebut masyhur non-
الصِّين
ِ ْ ُا
ِطلُبُوْ ا ْال ِع ْل َم َولَوْ ب
Mencari ilmu suatu keajaiban sekalipun dimana saja dan dalam keadaan
bagaimanapun pula, tidak ada alasan seseorang meninggalkan ilmu atau tidak
mencarinya. Makna walaw dalam bahasa Arab menunjuk batas maksimal apapun
yang terjadi (li al-ghayah). para ulama memberi penjelasan makna walaupun dinegeri
menuntutnya sebagaimana hadis lanjutannya. Oleh karena itu, Jabir bin Abdillah
7
Madinah ke Mesir hanya untuk mendapatkan satu hadis dari seseorang disana
2. Faydh al-Qadir memberikan arti yang sama, yakni walaupun tercapainya ilmu
harus mengadakan perjalanan yang sangat jauh seperti perjalanan ke China dan
sangat menderita. Orang yang tidak sabar penderitaan dalam mencari ilmu
kehidupannya buta dalam kebodohan dan orang yang sabar atasnya akan meraih
3. Abdullah bin Baz dalam Majmu’ Fatawanya; anjuran mencari ilmu walaupun di
tempat yang sangat jauh bukan berarti Chinanya. Hadis menyebutkan walau di
negeri China, karena China negeri yang jauh dari Arab. Ini jika benar khabar
shahih.
siapa saja atau darimana saja sekalipun bukan negeri muslim. Di China pada saat
tidak Majusi. Bahkan Syekh Yusuf al-Qardhawi menunjuk makna hadis belajar
ilmu pengetahuan sekalipun di Barat atau negara maju tingkat ilmu pengetahuan
ilmu sekalipun di negeri China adalah sekalipun jauh dari tempat tinggal, sekalipun
menderita dan sulit, sekalipun datang dari non-Muslim atau sekalipun dinegara
minoritas muslim yang sudah maju. Sebagian pendapat China sudah mengalami
kemajuan pada waktu itu seperti membuat kertas dan lain-lain. Dr. Luthfi Fathullah
memberi komentar bahwa matan hadis ini banyak dipertanyakan dan diragukan
mengetahuinya adalah sangat besar. Pertama, dari sudut sejarah, baginda adalah
8
pedangang antar bangsa, beliau waktu usia muda pernah dua kali minimal pergi ke
Syam sebagai kota perdagangan. Di kota itu sudah ada kebudayaan Romawi dan
tentu saja sudah berinteraksi dengan budaya lain. Jadi, tidak mustahil dalam
perjalanan itu baginda mendengar tentang peradaban negeri Cina yang sudah tinggi .
Kedua, apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, tidaklah berhenti pada
pengetahuan beliau saja, tetapi ada unsur wahyu Allah yang berperan. Jika
kemungkinan ini diambil, dan hal ini sangatlah mungkin, maka unsur kejanggalan
matan. Hadis ini tidak akan muncul lagi. Banyak hikmah yang dapat dipetik dari kata
negeri China disini. Pertama, negeri atau kekaisaran yang populer dikalangan awam
pada saat itu adalah Romawi dan Kisra. Jarak kekuasaan kedua kekaisaran ini
tidaklah terlalu jauh dari dunia islam. Bahkan Rasulullah sendiri pernah menuliskan
surat untuk mereka dan kerajaan dan kekaisaran lain. Walhasil, Nabi ingin
memberitakan kepada umat islam bahwa ada negeri lain yang juga sudah memiliki
َ ل ِع ْل ِم فَ ِرgggggggggggggggggggggggggggggggُطَلَب
لِ ٍمgggggggggggggggggggggggggggggggلِّ ُم ْسgggggggggggggggggggggggggggggggةٌ َعلَى ُكgggggggggggggggggggggggggggggggيض
Hukum mencari ilmu wajib bagi seluruh kaum Muslimin baik laki-laki dan
perempuan, makna wajib disini adakalanya wajib’ ain dan adakalanya wajib kifayah.
yakni Muslim, berakal, balig, laki-laki, dan perempuan. Dari sekian banyak buku
hadis penulis tidak menjumpai kata muslimatiin setelah kata Muslim diatas. Hukum
mencari ilmu fardhu bagi setiap orang islam baik laki-laki maupun perempuan.
Hukum mencari ilmu wajib sebagaimana hadis diatas. Masa mencari ilmu seumur
9
hidup (long life of education) sebagaimana kata Ki Hajar Dewantara, bahwa
menuntut ilmu sejak lahir sampai mati. Sebagian ulama salaf berkata:
Sedang diantara manfaat menuntut ilmu untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat. Imam Syafi’i berkata sebagaimana yang dikutip oleh al-Nawawi dalam
ال ِع ْل ِمggggggggggggggg
ْ ِ ِه بgggggggggggggggْ َرةَ فَ َعلَيggggggggggggggg َو َم ْن أَ َرا َداآْل ِخ,ال ِع ْل ِمggggggggggggggg
ْ ِ ِه بgggggggggggggggْ َّد ْنيَا فَ َعلَيgggggggggggggggَم ْن أَ َرا َد ْال
“Barang siapa yang menghendaki dunia hendaknya dengan ilmu dan barang siapa
Maksud ilmu di sini secara umum baik ilmu Syara’ maupun ilmu pengetahuan.
Keduanya penting untuk mencari kemaslahatan dunia dan akhirat. Sedang maksud
ilmu yang wajib dituntut sebagaimana hadis diatas adalah ilmu syara’ dan
ketika ditanya tentang makna hadis di atas menjawab; maknanya tidak seperti yang
mereka duga, tetapi apa yang terjadi pada seseorang dari urusan agamanya akan
menjelaskan bahwa maksud ilmu disini adalah ilmu yang tidak ada jalan lain kecuali
mengetahui kenabian Muhammad SAW dan mengetahui cara shalat, semua ini
hukumnya fardu’ain.
Al-Gazali dalam al-Manhaj menjelaskan bahwa mencari ilmu ada tiga ilmu sebagai
berikut :
10
1. Ilmu tauhid, ilmu mengetahui pokok-pokok agama seperti mengetahui sifat-sifat
Tuhan Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Hidup, Maha Menghendak, dan
Maha Mendengar. Tuhan memiliki segala sifat kesempurnaan dan suci dari segala
sifat alam. Ilmu juga mengetahui bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan
2. Ilmu sirr, ilmu hati dan pergerakannya, yakni mengetahui kewajiban hati serta
keabsahan amal.
3. Ilmu Syari’ah, segala ilmu yang wajib diketahui untuk melaksanakan syari’ah dan
al-Gazali dalam kitabnya Ihya Ulum al-din dan al-Manawiy dalam al-Taysir bi
Syarh al-Jami al-Shaghir membagi hukum mencari ilmu adakalanya wajib, haram,
wajib’ain seperti ilmu wudhu’, puasa, dan lain-lain yang menyangkut amal wajib.
Seseorang yang berharta wajib mengetahui ilmu zakat, seorang yang melakukan
transaksi jual beli wajib mengetahui hukum muamalah, seorang beristri wajib
sekarang baik menyangkut akidah, ibadah, dan akhlak atau diartikan ilmu tingkah
laku. Sedang wajib kifayah, jika sudah ada sebagian di antara umat islam yang
melakukannya, maka yang lain gugur dosanya seperti ilmu falak atau ilmu astronomi
untuk mengetahui rukyat al-hilal melihat bulan sebagai penetapan awal bulan dan
lain-lain, ilmu saintek atau pendukung tegaknya pelaksanaan agama atau untuk
kemajuan umat islam dan lain-lain. Menurut al-Zarnujiy termasuk wajib kifayah
11
adalah ilmu mustaqbal, yakni belajar ilmu yang tidak segera dikerjakan seperti orang
miskin belajar tentang zakat dan haji atau mempelajari ilmu sekalipun syara’ tetapi
tidak untuk diamalkan segera. Penyebutan istilah ilmu itu tersebut ahli didik beragam
Ibnu Khaldun menyebut ilmu aqliyah dan naqliyah, al-Gazali menyebut ilmu syariat
dan aqliyah, al-Attas menyebutkan ilmu fardu’ain dan ilmu fardu kifayah, sedangkan
ilmu wahyu dan ilmu muktasab (ilmu yang diperoleh hasil research).
Demikian urgensi ilmu yang amat tinggi bagi keselamatan jiwa manusia dan alam
jagad raya. Dengan ilmu alam tenang dan jika lenyap ilmu, maka lenyap pula alam.
Karena ilmu inilah pencari dan pengajarnya dimuliakan Allah dan dimuliakan
Ta’dib secara Etimologi merupakan bentuk masdar kata kerja addaba yang
Kata ta’dib pada umumnya lebih banyak digunakan pada pendidikan yang bersifat
keterapilan lahir yakni latihan dan keterampilan. Ia berasal dari kata adab, yang
berarti etika, sopan santun, dan budi pekerti lebih tepat diartikan mengajarkan adab
12
atau diartikan memberi pelajaran atau hukuman .
Ayat Al-Quran yang berhubungan dengan adab menuntut ilmu antara lain:
ٞ
١١ يرggggggggggggggg ٖ ۚ وا ۡٱل ِع ۡل َم َد َر ٰ َجggggggggggggggg
ِونَ خَ بgggggggggggggggُا ت َۡع َملgggggggggggggggت َوٱهَّلل ُ بِ َم ْ ُوا ِمن ُكمۡ َوٱلَّ ِذينَ أُوتggggggggggggggg
ْ َُءا َمن
untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
Menurut Ibn Qayyim, kata adab berasal dari kata ma’dubah. Kata ma’dubah
‘menjamu atau menghidangkan makanan. Kata adab dalam tradisi Arab kuno
yang terdapat dalam perkataan Tharafah bin Abdul Bakri al-Wa’illi, “Pada musim
makan, dan engkau tidak akan melihat para penjamu dari kalangan kami memilih-
sebagai sebuah simbol nilai agung yang ada dalam islam. Hal ini bisa kita lihat dalam
hadist berikut ini, yang menjelaskan kata adab sebagai hidangan yang ada di
dalamnya syarat dengan nilai. “sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah
dimuka bumi, oleh karena itu Belajarlah kalian pada sumber peradaban-nya.”
13
Kata ta’dib atau al-adab ini dipopulerkan oleh Imam al-Bukhari dalam adab al-
sami’ serta Ibn Jama’ah dalam kitabnya Tadzkirah al- sami’ wa al-Mutakallim fii
Sementara itu, kata adab juga sering dipakai dalam hadits untuk menunjuk
kata pendidikan. Hal itu sebagaimana sabda Nabi saw. Berikut ini, “Tuhan telah
akan menyukai diberikan alat mendidik, dan sesungguhnya pendidikan dari Allah itu
Menurut al-attas, istilah ta’dib adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk
bertujuan untuk melahirkan manusia yang beradab. Sementara istilah tarbiyah terlalu
luas karena pendidikan, dalam istilah ini mencakup pendidikan untuk hewan.
Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa istila Ta’dib merupakan masdar kata kerja addaba
yang berarti pendidikan. Kemudian, dari kata addaba ini diturunkan juga kata
adabun. Menurut al-attas, adabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat
bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hirarkis sesuai dengan berbagai
tingkat dan derajat tingkatan mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam
hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah,
pengenalan serta pengakuan akan hak keadaan sesuatu dan kedudukan seseorang,
dalam rencana susunan berperingkat martabat dan derajat, yang merupakan suatu
hakikat yang berlaku dalam tabiat semesta. Pengenalan adalah ilmu; pengakuan
adalah amal. Maka, pengenalan tanpa pengakuan, seperti ilmu tanpa amal; dan
14
pengakuan tanpa pengenalan seperti amal tanpa ilmu. Keduanya sia-sia karena yang
ditanamkan ke dalam manusia, tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu
di dalam tatanan wujud, sehingga hal ini membimbing kearah pengenalan dan
semua aspek dalam pendidikan baik unsure tarbiyah maupun taklim. Lebih lanjut ia
menegaskan bahwa istilah ta’dib sudah dikenal sejak zaman jahiliah dan dikuatkan
Alasan yang lebih mendasar yang melatar belakangi al-Attas memilih istilah ta’dib
adalah, adab berkaitan erat dengan ilmu, sebab ilmu tidak dapat diajarkan atau
ditularkan kepada anak didik, kecuali jika orang tersebut memiliki ilmu pengetahuan
dalam berbagai bidang. adab yang tepat terhadap ilmu pengetahuan dalam berbagai
bidang.
Kemudian, konsep pendidikan Islam yang hanya terbatas pada makna tarbiyah dan
taklim itu telah dirasuki pandangan hidup barat yang berlandaskan nilai-nilai
kabur dan semakin jauh dari nilai-nilai hikmah Ilahiah. Kekaburan makna adab
15
kebodohan adalah melakukan cara yang salah untuk mencapai hasil tujuan tertentu,
dan kegilian adalah perjuangan yang berdasarkan tujuan dan maksud yang salah.
Istilah adab juga merupakan salah satu istilah yang identik dengan pendidikan
akhlak, bahkan Ibn Qayyim berpendapat bahwa adab adalah inti dari akhlak, karena
didalamnya mencakup semua kebaikan. Lebih dari itu, konsep adab ini, pada
belum bias disebut berakhlak, karena bisa jadi orang berkarakter “toleransi” ia
mengikuti paham pluralism sehingga memukul rata semua agama tanpa batasan
tersebut, yakni nilai kemanusiaan (makhluk) dan nilai uluhiyah (khaliq) adalah hal
yang wajib, dan tidak boleh dipisah-pisahkan. Sehingga orang berakhlak, secara
1. Adab Penuntut Ilmu terhadap Dirinya Sendiri (Adab al-Muta’allim fii Nafsihi)
a. Menyucikan hati dari segala sifat-sifat tercela, agar mudah menyerap ilmu.
b. Meluruskan niat dalam mencari ilmu, yakni ikhlas hanya karena ingin
ilmu.
16
d. Memiliki sifat qana’ah dalam kehidupannya, dengan menerima apa adanya
dalam urusan makan dan pakaian, serta sabar dalam kondisi kekurangan.
e. Membuat jadwal kegiatan harian secara teratur, sehingga alokasi waktu yang
g. Bersifat wara’, yaitu menjaga diri dari segala sifatnya syubhat dan syahwat
hawa nafsu.
memiliki antusias dan cita-cita tinggi dalam ilmu, dan meninggalkan pergaulan
dengan orang yang buruk akhlaknya, karena hal itu berdampak buruk terhadap
perkembangan ilmunya.
a. Memilih guru yang berkualitas, baik dari segi keilmuan dan akhlaknya.
b. Menaati perintah dan nasihat guru, sebagaimana taatnya pasien terhadap dokter
sepesialis.
mengagungkan para guru mereka. Sebagai contohnya adalah apa yang pernah
dilakukan oleh Imam Syafi’i terhadap gurunya (Imam Malik), dimana beliau
17
kertas, karena mengagungkan gurunya, dan agar tidak mengganggu konsentrasi
gurunya, seraya berdo’a, “yea Allah, tutupilah aib guruku dan jangan engkau
dan setelah wafatnya, seperti mendoakan kebaikan bagi sang guru dan
menghormati keluarganya.
e. Sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak yang buruk dari gurunya. Jika hal
seperti ini terjadi pada dirinya, hendaknya ia bersikap lapang dada dan
f. Menunjukan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada gurunya yang telah
g. Meminta izin terlebih dahulu kepada guru, jika ingin mengunjunginya atau
duduk di majelisnya.
duduk sopan tersebut, dengan cara duduk bersila dengan penuh tawadhu’,
tenang, diam, sedapat mungkin mengambil posisi terdekat dengan guru, penuh
18
k. Penuntut ilmu tidak boleh terburu-buru menjawab atas pertanyaan, baik dari
guru atau dari peserta, sampai ada isyarat dari guru untuk menjawabnya.
m. Ketika bersama dengan guru dalam perjalanan, hendaknya murid berlaku sopan
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
kehidupan ini, baik tugas sebagai khalifah maupun tugas ubudiah. Oleh
19
ِ دًا يَ ْفgggggggggggَان أَ َح
ُل بَ ْينَهُ َماgggggggggggص ِ دggggggggggg ٍة الَ يَ ِجgggggggggggيض
َ رggggggggggg
ِ َا ِن فِى فgggggggggggَفَ ْاثنgggggggggggِيَ ْختَل
ilmu kewarisan dan ajarkanlah kepada orang lain. Pelajarilah Al-Quran dan
ajarkanlah kepada orang lain. Saya ini akan mati. Ilmu akan berkurang dan
dua orang tentang suatu kewajiban, mereka tidak menemukan seorang pun
Mencari ilmu suatu keajaiban sekalipun dimana saja dan dalam keadaan
3. Adab menuntut ilmu ada dua macam yaitu adab menuntut ilmu terhadap
3.2. Saran
Hendaknya sedrotsng berniat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho
dengan ilmu, selain itu tidak dibenarkan zuhud dan taqwa yang disertai dengan
kebodohan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21