Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

URGENSI BERMADZHAB
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ahlussunnah Wal Jama’ah
Dosen Pengampu : Ahmad Saefuddin S.Pd.I, M.Pd.I

Di Susun Oleh :
Ahmad Syafi’uddin ( 221310004861 )
Nikmatul Hidayah ( 221310004846 )

PENDIDIKAN GURU AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
taufiq serta hidayah-Nya sehingga makalah dengan judul “Urgensi Bermadzhab”
ini dapat disusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Ahlussunnah Wal Jama’ah. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
 
Jepara, 15 Oktober 2022
 

Pemakalah

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………….…. 1


DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2
1.1 PENDAHULUAN...................................................................................... 3
A. Deskripsi Singkat ................................................................................ 3
B. Relevansi ....................................................................................….… 5
1) Relevansi Antar Pokok Bahasan ……………………………….… 5
2) Relevansi Intern Pokok Bahasan …………………………………. 5
C. Kompetensi .......................................................................................... 5
1) Standar Kompetensi ……………………………………….…….. 5
2) Kompetensi Dasar …………………………………………….… 5
D. Petunjuk Belajar ………………………………………………….…. 6
2.1 PEMBAHASAN........................................................................................ 7
A. Pengertian Bermadzhab .................................................................... 7
B. Sejarah Bermadzhab .......................................................................... 8
C. Urgensi mengikuti Madzhab Empat .................................................. 13
D. Latihan ...............................................................................................
14
3.1 PENUTUP................................................................................................. 15
A. Rangkuman ....................................................................................... 15
B. Tes Formatif ...................................................................................... 15
C. Umpan Balik ……………………………………………………..… 17
D. Tindak Lanjut ……………………………………………….……... 17
E. Kunci Jawaban tes formatif ………………………………………... 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

2
BAB 1
URGENSI BERMADZHAB

1.1 PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Bermazhab menjadi identitas seseorang berpaham Ahlussunnah Wal
Jama’ah. Pentingnya bermazhab menegaskan pentingnya sanad dalam belajar
ilmu-ilmu agama.
Bermazhab merupakan salah satu unsur penting dalam menjalankan agama
Islam. Salah satu indikator ke-ahlussunnah-an seseorang adalah apakah
dirinya bermazhab atau tidak.
Jika tidak bermazhab tentulah ia tidak mengikuti paham Ahlussunnah wal
Jama’ah. Bahkan, salah satu ulama terkemuka asal Suriah, Prof. Dr. Syeikh
Ramadhan al-Buthi menulis buku khusus tentang urgensi bermazhab ini.
Buku itu beliau beri judul:
‫الالمذهبية أخطر بدعة تهدد الشريعة اإلسالمية‬
Tidak bermazhab adalah bid’ah terekstrim yang mengancam eksistensi syariat
Islam.
Di antara ulama Indonesia yang memiliki karya khusus dalam pembahasan
urgensi bermazhab adalah Hadratus Syaikh. KH. M. Hasyim Asy’ari. Karya
beliau yang fokus membahas urgensi bermazhab adalah:
‫رسالة في تأكد األخذ بمذاهب األئمة األربعة‬
Catatan tentang Urgensi Bermazhab kepada Empat Imam.
Risalah ini setidaknya berisi beberapa poin penting sebagai alasan bahwa kita
harus bermazhab, tidak boleh tidak. Diantara poin-poin itu adalah:
1. Memahami syariat yang benar tidaklah mungkin tercapai dengan
meninggalkan pemahaman generasi salaf.

3
Hal ini dengan jelas tergambar bahwa para tabi’in dalam memahami agama
Islam berpegangan pada pemahaman sahabat. Demikian pula para tabi’it
tabi’in, mereka berpegangan kepada pemahaman para tabi’in.
Demikianlah dari generasi ke generasi berikutnya, agama ini dipahami
dengan berpegangan kepada generasi sebelumnya.
Untuk mendapatkan pemahaman yang benar dan utuh dari generasi terdahulu,
dibutuhkan ketersambungan sanad dan ketersediaan referensi yang lengkap
dan terpercaya. Dua hal ini hanya didapati dalam empat mazhab, yaitu
Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah dan Malikiyah. Tidak yang lain.
2. Adanya perintah Rosul kepada kita untuk mengikuti mayoritas umat
muslim (as-sawad al-a’zham).
Fakta sejarah menunjukkan bahwa hanya empat mazhab inilah yang tetap
eksis hingga sekarang. Hal ini menunjukkan bahwa as-sawad al-a’zham
adalah empat mazhab ini. Tidak yang lain.
3. Perubahan zaman dari waktu ke waktu tidaklah sedikit menggerus
keamanahan ahli agama. Begitu pula kelangkaan tokoh yang paripurna,
memenuhi kriteria sebagai seorang mujtahid menjadi alasan kuat untuk
merujuk kepada empat mazhab.
Sebagai penutup dari risalah ini, Hadhrotusy Syaikh mengingatkan kewajiban
bertaklid bagi siapapun yang tidak memiliki kapasitas sebagai mujtahid.
Dan Hadhrotusy Syaikh Hasyim Asy’ari membatasi bolehnya bertaklid
kepada salah satu mazhab tertentu dari empat mazhab yang ada.
Sebagai kesimpulan, Hadratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari menegaskan
bahwa dengan berpegangan kepada empat mazhab inilah maslahah yang
besar akan diraih dan sebaliknya, meninggalkan empat mazhab ini hanya
akan mendatangkan petaka besar.
Berpegang kepada empat mazhab bukanlah lantas menjadikan kita masuk di
era jumud, stagnan, tidak berkembang. Tidak.
Hal tersebut dikarenakan di samping meninggalkan fikih, empat mazhab di
atas juga meninggalkan paham berijtihad manakala dijumpai permasalahan
yang tidak dijumpai status hukumnya dalam kitab-kitab fikih yang sudah ada.

4
Dengan mengikuti paham ijtihad empat mazhab ini segala perubahan zaman
akan bisa terjawab tanpa harus meninggalkan keharusan bermazhab.

A. Relevansi
1) Relevansi Antar Pokok Bahasan
a. Relevansi pokok bahasan ini terletak pada objek pembahasan.
Utamanya berkaitan dengan relevansi bermadzhab di era sekarang
ini, era dimana ilmu pengetahuan dapat berkembang begitu pesat,
media untuk menggali ilmu juga sangat mudah diperoleh. Zaman
telah berkembang, setting sosial dan kondisi sosiokultural juga
telah berkembang, sehingga jauh berbeda dengan setting sosial
dan kondisi pada zaman ulama atau mujtahid yang dulu
melakukan ijtihad.
b. Mata Kuliah ini juga berkaitan erat dengan ijtihad, taqlid, dan
talfiq yang menjadi istilah penting dalam bermadzhab.
2) Relevansi Intern Pokok Bahasan
Jika dihadapkan secara intern kepada pokok bahasan mata kuliah
Ahlussunnah Wal Jama’ah, sub bahasan ini merupakan bagian penting
untuk menyikapi berbagai macam aliran dalam bermadzhab di era
sekarang ini. Sekaligus menyadarkan seberapa pentingnya dalam
bermadzhab.
B. Kompetensi
1) Standar Kompetensi
Mahasiswa mampu menjelaskan Pengertian dan Sejarah bermadzhab,
serta Urgensi mengikuti Madzhab Empat dengan mengacu kepada
jurnal-jurnal akademik di bidang pendidikan.
2) Kompetensi Dasar
a. Melalui presentasi dari Pemakalah, mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian dan sejarah bermadzhab, serta urgensi mengikuti
madzhab empat dengan tepat.

5
b. Melalui diskusi kelompok, mahasiswa dapat menunjukkan contoh
bermadzhab dengan tepat.
c. Dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
menganalisis fenomena di masyarakat, Mahasiswa bisa
mengetahui mayoritas madzhab yang di anut di Indonesia.
d. Setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat mengerjakan tes
formatif dengat tepat.
3) Petunjuk Belajar
Agar memudahkan dalam memahami materi pengertian dan sejarah
bermadzhab, serta urgensi mengikuti madzhab empat maka digunakan
metode pembelajaran sebagai berikut:
a. Small Group Discussion yaitu proses pembelajaran dengan
melakukan diskusi kelompok kecil tujuannya agar mahasiswa
memiliki keterampilan memecahkan masalah terkait materi pokok
dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Belajar mandiri dengan melakukan pencarian referensi yang sesuai
dengan pokok bahasan melalui berbagai sumber, diantaranya
buku, jurnal ilmiah, dan referensi lain yang bisa diakses dengan
internet.
c. Penugasan terstruktur dengan melakukan analisis fenomena
sekitar terkait materi pokok dan mengerjakan tes formatif.

6
1.1 PEMBAHASAN
A. Pengertian Bermadzhab
Berikut ini beberapa kutipan dari pendapat ulama tentang apa itu hakikat
bermazhab:
1) Al-Imam Taj al-Din al-Subki menyatakan:
Bermadzhab adalah Berpegang teguhnya selain mujtahid kepada
madzhab tertentu yang diyakininya lebih kuat atau setara dengan
selainnya.
2) Al-Syaikh Ramadlan al-Buthi menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan bermazhab (al-tamadzhub) adalah:
"Bertaklidnya orang awam atau orang yang belum mencapai peringkat
mampu berijtihad kepada mazhab imam mujtahid, baik ia terikat pada
satu mazhab tertentu atau ia hidup berpindah dari satu mazhab ke
mazhab yang lainnya."
3) Jibril Migha mendefinisikan al-tamadzhub (bermadzhab) adalah:
"Orang alim yang menganut mazhab mujtahid sebagai mazhabnya, ia
ikuti dan ia berpegang teguh kepadanya dalam al-ushul dan al-furu'
(fiqih), bukan kepada selainnya dari beberapa mazhab para mujtahid
lainnya atau menisbatkan diri saja."
Definisi yang cukup komprehensif di atas menjelaskan, bahwa
bermazhab itu hanya absah bagi orang yang mampu mengenali
mazhab imamnya di antara beberapa mazhab lainnya, mampu untuk
ber-istidlal (menalar dan mengupayakan dalil) mazhabnya dan mampu
membelanya. Bermazhab model ini adalah dengan menguasai ilmu-
ilmu dalam mazhab imamnya, baik berupa al-ushul (dalil-dalil dalam
mazhab imamnya) maupun al-furu' (masalah-masalah syar'iyyah
praktis yang eksistensinya tidak diketahui secara pasti dalam

7
agama/fiqih) atau mengikuti hanya karena menisbatkan diri kepada
mazhab tertentu.

B. Sejarah Bermadzhab
1. Periode Pertumbuhan(Abad ke 0-1 H)
1). Madzhab Pada Masa Rasulullah
          Bila diruntut ke belakang, mahzab fiqih itu sudah ada sejak zaman
Rosulullah SAW, Madzhab pada zaman Rosululah adalah sebatas
Ijitihad (pendapat) para sahabat dalam memahami agama, karena pada
zaman itu sumber hukum islam adalah hanya al-Quran dan Hadits,
sehingga ketika para sahabat terjadi perselisihan dan berijtihad masing-
masing, maka mereka langsung melaporkan masalah tersebut kepada
Rosulullah.  
2). Madzhab Pada Masa Shahabat
Madzhab fiqih itu pada sejak zaman sahabat mulai tumbuh seiring
dengan meninggalnya Rosulullah SAW, karena ketika di zaman
Rosulullah para Sahabat menemukan sebuah masalah, mereka
menanyakan langsung pada Rasulullah, akan tetapi setelah wafatnya
Rosulullah, Para sahabat masing-masing memiliki pendapatnya.
Misalnya pendapat Aisyah ra, pendapat Ibn Mas’ud ra, dan pendapat
Ibn Umar. Masing-masing memiliki kaidah tersendiri dalam memahami
nash Al-Qur’an Al-Karim dan sunnah, sehinga terkadang pendapat Ibn
Umar tidak selalu sejalan dengan pendapat Ibn Mas’ud atau Ibn Abbas.
Tapi semua itu tetap tidak bisa disalahkan karena masing-masing sudah
melakukan ijtihad.
Para sahabat melihat Rasulullah Saw mengerjakan suatu tindakan,
sebagian sahabat menafsirkannya sebagai tindakan qurbah (ibadah),
sedangkan sebagian yang lain menyimpulkannya sebagai tindakan
mubah (biasa). Contohnya, para sahabat melihat Nabi SAW melakukan
lari-lari kecil saat thawaf. Oleh karena itu, mayoritas mereka

8
berpendapat hal tersebut adalah sunnah dalam tawaf. Sedangkan Ibnu
Abbas, mengintepretasikan tindakan beliau sebagai kebetulan karena
ada motivasi yang muncul.
Rasulullah SAW mengerjakan ibadah haji dan orang-orang
menyaksikannya. Sebagian sahabat berpendapat bahwa beliau
mengerjakan ibadah haji secara tamattu’, sementara sebagian sahabat
yang lain menganggapnya mengerjakan ibadah haji secara qiran.
Sebagian sahabat lain menyangka beliau mengerjakan ibadah haji
secara ifrad.
3). Madzhab Pada Masa Tabiin
Di masa tabi’in, kita juga mengenal istilah fuqaha al-Madinah yang
tujuh orang yaitu: Said ibn Musayyib, Urwah ibn Zubair, Al-Qasim ibn
Muhammad, Kharijah ibn Zaid, Ibn Hisyam, Sulaiman ibn Yasan dan
Ubaidillah. Termasuk juga Nafi’ maula Abdullah ibn Umar. Di kota
Kufah kita mengenal ada Al-Qamah ibn Mas’ud, Ibrahim An-Nakha’i
guru al-Imam Abu Hanifah. Sedangkan di kota Bashrah ada al-Hasan
Al-Bashri dan Imam Sufyan as Sauri.
Dari kalangan tabiin ada ahli fiqh yang juga cukup terkenal yaitu
Ikrimah Maula Ibn Abbas, Atha’ ibn Abu Rabbah, Thawus ibn Kiisan,
Muhammad ibn Sirin, Al-Aswad ibn Yazid, Masruq ibn al-A’raj,
Alqamah an Nakha’i, Sya’by, Syuraih, Said ibn Jubair, Makhul ad
Dimasyqy, dan Abu Idris al-Khaulani.
Dalam kasus iddah wanita hamil karena berzina, Para ulama di
kalangan Tabiin berbeda pendapat :
a). Imam Sufyan as Sauri dan sebagain tabiin berpendapat bahwa tidak
ada iddah bagi wanita hamil karena berzina. Karena iddah untuk
menjaga nasab, sedangkan Pezina tidak menjaga nasab.
b). Imam Hasan basri, Ibrahim An Nakho’i dan sebagian tabiin lainnya
berpendapat bahwa wanita hamil karena berzina tetap ada iddahnya,
karena iddah itu karena Istibro’ (membersihkan Rahim).
 

9
2. Periode Pembentukan (Abad ke 2-3 H )
a). Mazhab Imam Abu Hanifah
Madzhab hanafi adalah madzhab fiqih tertua yang berkembang
hingga kini. Menurut para sejarawan, madzhab ini tersebar luas berkat
jasa imam Abu Yusuf murid senior Imam Abu Hanifah, yang
memangku jabatan hakim agung pada masa khalifah Harun Ar Rasyid
dan dua khalifah sebelumnya.
Al Hafidz al-Khatib Al Baghdadi berkata”Abu Yusuf adalah murid
Abu Hanifah, faqih terhebat pada masanya, orang pertama yang
menulis kitab-kitab ushul fiqih berdasarkan madzhab Abu Hanifah,
mendiktekan dan menyebarkan sekian banyak masalah fiqih, dan
menyebarkannya di banyak daerah.
 b). Madzhab Imam Malik  
Madzhab Maliki diakui oleh para sejarawan sebagai madzhab fiqih
yang berkembang dan tersebar luas pada masa imam Malik, pendiri
madzhab. Madzhab maliki dapat mendominasi negeri mesir pada masa
imam Malik. Menurut sebagian sejarawan, orang pertama yang
menyebarkan madzhab imam Malik di Mesir adalah Abdurrohman Ibn
Al-Qasim, dan ada pula yang mengatakan Utsman Ibn Al-Hakam Al-
Judzami. Sedangkan tersebar luasnya madzhab maliki di Andalusia
berkat jasa ‘Isa Ibn Dinar Al-Andalusi dan Yahya Al-Laitsi.  
c). Mazhab Imam Syafi
Madzhab Syafi’i adalah madzhab fiqih terbesar yang di ikuti oleh
mayoritas Ahlussunnah Wal Jama’ah. Madzhab ini tersebar pada masa
Imam Syafi’i, dengan banyaknya para ulama yang belajar kepada beliau
dan menyebarkan ilmunya kepada masyarakat. Al-Hafidz Muhammad

10
Ibn Abdurrohman Al-Sakhowi berkata ”sesungguhnya Al-Hafidz
Abdullah Ibn Muhammad Ibn Isya Al-Marwadzi yang menyebarkan
madzhab Al-Syafi’i di Marwa dan Khurasan setelah sebelumnya
disebarkan oleh Amad Ibn Sayyar. Sedangkan Al-Hafidz Abu ‘Awanah
adalah orang pertama yang membawa madzhab syafi’i dan karangan-
karangannya ke Asfarayin.
 d). Mazhab Imam Hambali
Madzhab Hambali adalah madzhab yang paling sedikit
pengikutnya. Sedikitnya pengikut hambali ini disebabkan lahirnya
madzhab ini setelah madzhab-madzhab besar lainnya terutama Hanafi,
Maliki, dan Syafi’I membumi dan tersosialisasi secara luas dikalamgan
masyarakt. Namun demikian, malalui murid-murid imam Ahmad yang
setia menyebarkan madzhabnya, seperti Abu Bakar Al-Marwadzi,
Abdul Malik Al-Maimumi, Ibrahim Ibn Ishak Al-Harbi dan lain-lain,
madzhab Hambali dapat berkembang dan eksis hingga kini.
 e). Mazhab lainnya
           Ada beberapa mazhab lain yang terkenal yang muncul pada abad 2
sampai dengan 3 hijriyah antara lain Madzhab Atho, Madzhab Ibnu
sirin, Madzhab Zhohiriyyah yang di pelopori Imam Daud az zhohiri,
Madzhab As ya’bi, Mazhab Imam an-Nakho’I, akan tetapi madzhab-
madzhab tersebut tidak begitu berkembang seiring berjalannya zaman
dari masa ke masa.
Contoh   :
1. Para ulama berbeda pendapat tentang wanita hamil atau wanita
menyusui apakah wajib puasa atau tidak ? Jika tidak wajib, apakah
mengqodho puasanya atau membayar fidyah.
a). Imam Syafii berpendapat bahwa Wanita Hamil dan Menyusui boleh
tidak berpuasa akan tetapi keduanya wajib membayar qodho dan
membayar fidyah.

11
b). Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa Wanita hamil dan Menyusui
boleh tidak berpuasa, akan tetapi keduanya hanya wajib membayar
qodho saja.
c). Imam Malik berpendapat bahwa Wanita hamil dan menyusui boleh
tdak berpuasa, akan tetapi keduanya hanya membayar fidyah.
d). Imam Ahmad berpendapat bahwa Wanita hamil dan menyusui boleh
tidak berpuasa, akan tetapi wanita hamil wajib mengqodho puasa
sedangkan wanita menyusui wajib membayar Fidyah.
e). Sebagian ulama lain seperti Imam Daud dari kalangan mazhab
zhohiriyyah berpendapat bahwa wanita hamil dan menyusui wajib
berpuasa.
             
Para ulama berbeda pendapat karena tidak ada Nash yang shorih yang
menjelaskan hal tersebut, sehingga mereka mengqiyaskan dengan orang
yang sakit atau orang yang tidak mampu sama sekali berpuasa.
3. Periode Keemasan (Abad ke 3-9 H )
              Pada  periode ini muncul ulama-ulama besar yang menisbatkan diri ke
madzhab tertentu di antaranya : Dari kalangan Syafiiyyah seperti Imam An
Nawawi, Imam al-Muzani, Imam Ibnu hajar al Asqolani, Ibnu hajar al
haistami dan lain-lain. Dari Kalangan Hanafiyyah seperti Imam Abu
Yusuf, Imam As syaibani, Imam al Maruzi dan lain lain. Dari kalangan
Hanabilah seperti Imam Ibnu Qoyyim, Ibnu taimiyyah, Ibnu Rojab dan
lain lain. Dari kalangan Malikiyyah seperti Imam Ibnu Qosim, Imam
Syahnun, Imam Ibnu Rusyd dan lain lain.
            Mengenai perbedaan pendapat di kalangan ulama abad ke 3-9 telah
banyak kitab yang membahasnya, masing masing menguatkan pendapat
Imam mazhabnya, walau tak jarang ada sebagian ulama yang berbeda
dengan imam mazhabnya.
4. Periode Kemunduran ( Abad ke 10 – 13 H )

12
            Pada periode ini, Madzhab mengalami kemunduran karena faktor
penjajahan di dunia islam, dan tidak kuatnya kekuasaan muslim pada saat
itu di bawah kepemimpinan daulah usmaniyyah pada periode akhir.
5. Periode Kebangkitan ( Abad ke 14 – Sekarang )
            Pada periode ini, madzhab mengalami kebangkitan kembali, di mulai
dengan munculnya para ulama dengan kitab-kitabnya yang terkenal seperti
Syekh Wahbah Zuhaili, Syekh Muhammad bin Sholeh al Usaimin, Syekh
Yusuf al Qordhowi, Syekh Ali Jum’ah dan lain lain, ada yang masih
mengikuti dan selaras dengan metodologi para Imam madzhab yang
empat, adapula yang mulai berusaha keluar dari metodologi para ulama
terdahulu karena pertimbangan zaman.

C. Urgensi Mengikuti madzhab empat


Mengikuti salah satu madzhab empat, bukan berarti semata-mata
kebetulan. Namun apabila dicermati secara seksama, baik dari sudut
pandang agama maupun logika, mengikuti salah satu madzhab empat
tersebut akan menghasilkan sekian banyak kemaslahatan, dan tidak
mengikuti salah satu madzhab tersebut akan menghasilkan atau
memunculkan berbagai kerusakan.
Imam Waliyullah ad-Dahlawi memberikan penjelasan, sebenarnya dalam
mengikuti salah satu madzhab empat terdapat kemaslahatan yang sangat

besar, dan berpaling darinya akan menghasilkan mafsadah (kerusakan)


yang besar pula. Dan berikut beberapa alasan mengapa kita harus
mengikuti salah satu madzhab empat:
1. Umat Islam sepakat akan berpegangan kepada generasi sebelumnya.
Umat Islam sepakat akan berpegang kepada generasi salaf dalam
upaya mengetahui syariat. Generasi tabi'in berpegang kepada sahabat,
generasi tabi'it tabi'in berpegangan kepada generasi tabi'in. Demikian
pula dalam setiap generasi, selalu berpegang kepada generasi
sebelumnya. Secara rasional. yang demikian itu dianggap baik, karena
syariat hanya dapat di ketahui melalui naqli (riwayat) atau melalui

13
istimbath (ijtihad). Sedangkan naqli tidak akan terjadi, jika suatu
generasi tidak menerimanya dari generasi sebelumnya secara
langsung. Sedangkan dalam istimbat, diharuskan mengetahui
pandangan-pandangan ulama terdahulu, supaya hasil istimbatnya tidak
keluar dari pendapat mereka yang dapat memunculkan potensi
melanggar ijma' ulama, yang secara hukum hal tersebut dilarang oleh
agama.
2. Mengikuti madzhab sama saja mengikuti sabda Rasulullah SAW
Alasan kedua mengapa kita harus mengikuti salah satu madzhab
adalah karena hal tersebut sesuai perintah Rasulullah bahwa kita
dituntut untuk mengikuti al-sawad al-a'dzam (kelompok mayoritas).
Dari Anas bin Malik ra Beliau berkata : Rasulullah SAW pernah
bersabda : Ikutilah kelompok mayoritas (al-sawad al-a'dzam). Hal ini
berkaitan dengan realita sosial umat Islam, dimana banyak sekali
madzhab-madzhab lain yang sudah punah kecuali empat madzhab ini,
maka mengikutinya (salah satu madzhab empat) itu sama saja kita
mengikuti kelompok mayoritas (al-sawad al-a'dzam), dan keluar
darinya berarti kita sama saja keluar dari golongan mayoritas (al-
sawad al-a'dzam).
3. Larangan berpegangan terhadap ulama-ulama yang belum jelas 
Generasi Salaf adalah generasi yang dikatakan sebagai sebaik-baiknya
generasi, akan tetapi generasi tersebut sudah semakin jauh dari masa
kita. Maka dari itu,  kita tidak diperbolehkan berpegangan kepada
ulama-ulama yang belum jelas latar belakangnya, kita tidak
diperbolehkan berpegang kepada ulama-ulama yang
secara dhahir masih mengikuti hawa nafsunya, kecuali apabila
mereka Menisbatkan perkataan kepada  sebagian ulama Salaf yang
dikenal jujur, agamis dan amanah, baik penisbatan itu secara eksplisit
(tegas/gamblang) maupun secara implisit (samar-samar). Demikian
pula kita tidak diperbolehkan berpegangan pada pendapat orang-orang

14
yang tidak kita ketahui telah memenuhi syarat-syarat melakukan
ijtihad atau tidak. 
D. Latihan
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diminta untuk menganalisis
pentingnya mengikuti madzhab empat dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah itu, mahasiswa diminta untuk bisa menerapkan sistem
bermadzhab di era modern sekarang ini.

1.3 PENUTUP
A. Rangkuman
1. Bermazhab itu sangat penting bagi orang beragama agar
pemahaman dan praktik agamanya benar. Karena bermazhab
merupakan metode untuk mengetahui hukum suatu peristiwa
yang dihadapi dengan merujuknya pada fiqih mazhab tertentu
yang dianut.
2. bermazhab bukanlah penghalang untuk memasuki era baru dari
episode setiap perubahan demi perubahan dunia ini. Justru dengan
bermazhab, kita bisa menjawab segala problematika perubahan
zaman tanpa meninggalkan keharusan mengikuti salafus saleh
dalam menjalankan agama Islam.
3. Sejarah Perkembangan madzhab diantaranya, Periode
Pertumbuhan (Abad ke 0-1 H), periode Pembentukan (Abad ke 2-
3 H ), Periode Keemasan (Abad ke 3-9 H ), Periode Kemunduran
(Abad ke 10–13 H ), dan Periode Kebangkitan ( Abad ke 14–
Sekarang ).
B. Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang tepat dengan memberi tanda (X) pada
pilihan A, B, C, dan D
1) Ulama Suriah yang menulis buku khusus tentang urgensi
bermazhab adalah…
A. Prof. Dr. Syeikh Ramadhan al-Buthi

15
B. KH. M. Hasyim Asy’ari
C. Syekh Muhammad Adnan Al Afyouni
D. Syekh Abdul Latif al Syami
2) Ulama Indonesia yang memiliki karya khusus dalam
pembahasan urgensi bermazhab adalah…
A. KH. Wahab Hasbullah
B. Hadratus Syaikh. KH. M. Hasyim Asy’ari
C. Prof. Dr. Syeikh Ramadhan al-Buthi
D. KH. Ahmad Dahlan
3) Berikut ini yang bukan beberapa poin penting sebagai alasan
bahwa kita harus bermazhab adalah…
A. Memahami syariat yang benar tidaklah mungkin tercapai
dengan meninggalkan pemahaman generasi salaf.
B. Adanya perintah Rosul kepada kita untuk mengikuti
mayoritas umat muslim.
C. Agar terhindar dari Bid’ah
D. Perubahan zaman dari waktu ke waktu tidaklah sedikit
menggerus keamanahan ahli agama.
4) Bermadzhab adalah Berpegang teguhnya selain mujtahid kepada
madzhab tertentu yang diyakininya lebih kuat atau setara dengan
selainnya, pernyataan tersebut adalah pendapat dari…
A. Al-Syaikh Ramadlan al-Buthi
B. Jibril Migha
C. Hanbal asy-Syaibani
D. Al-Imam Taj al-Din al-Subki
5) Periode keemasan dalam bermadzhab terjadi pada abad…
A. Abad ke 3-9 H
B. Abad ke 2-3 H
C. Abad ke 10-13 H
D. Abad ke 9-10 H
6) Yang bukan termasuk imam madzhab empat adalah…

16
A. Imam Syafi’i
B. Imam Ghazali
C. Imam Hanafi
D. Imam Maliki
7) Periode Kemunduran terjadi pada kepemimpinan daulah…
A. Umayyah
B. Abbasiyyah
C. Usmaniyyah
D. Fatimiyyah
8) Beberapa mazhab lain yang terkenal yang muncul pada abad 2
sampai dengan 3 hijriyah antara lain, Kecuali…
A. Madzhab Atho
B. Madzhab Ibnu sirin
C. Madzhab Zhohiriyyah
D. Madzhab Abu Abdillah
9) Madzhab yang paling sedikit pengikutnya adalah madzhab…
A. Hambali
B. Hanafi
C. Maliki
D. Syafi’i
10) Berikut ini yang Bukan beberapa alasan mengapa kita harus
mengikuti salah satu madzhab empat adalah…
A. Umat Islam sepakat akan berpegangan kepada generasi
sebelumnya
B. Mengikuti perkembangan zaman
C. Mengikuti madzhab sama saja mengikuti sabda Rasulullah SAW
D. Larangan berpegangan terhadap ulama-ulama yang belum jelas 

C. Umpan Balik

17
Setelah selesai mengerjakan tes formatif, mahasiswa diminta untuk
menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman sebelahnya agar bisa
di koreksi secara objektif.

D. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang nilainya di bawah ketuntasan minimal,
diminta agar merangkum materi tentang urgensi bermadzhab di era
kontemporer. Materi tersebut bisa diperoleh dari berbagai sumber.

E. Kunci Jawaban Tes Formatif


1) A 6) B
2) B 7) C
3) C 8) D
4) D 9) A
5) A 10) B

F. Daftar Pustaka
https://arrohmah2016.mosque.id/tausiyah/urgensi-bermazhab-di-
era-modern/
https://islam.nu.or.id/syariah/mengapa-kita-harus-bermazhab-
y02OR
https://stisalmanar.ac.id/2020/05/14/madzhab-dan-sejarah-
perkembangannya/
http://majelisribaathulmuhibbiin.blogspot.com/2016/05/
pentingnya-mengikuti-madzhab-empat.html?m=1
https://www.galerikitabkuning.com/2019/02/mengikuti-empat-
madzhab-menurut-hasyim-asyari.html?m=1
https://www.abusyuja.com/2019/11/kenapa-harus-mengikuti-
madzhab-empat.html?m=1

18
https://harakah.id/sejarah-bermadzhab-sejak-kapan-keberagamaan-
umat-muslim-harus-ikut-imam-dan-diacu-kepada-madzhab-
madzhab/

19
20

Anda mungkin juga menyukai