PMT 6C
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan............................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Akhlak dan Adab....................................... 6
B. Ayat dan Hadits Tarbawi................................................................ 8
C. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak dan Adab............................... 11
D. Metode Pendidikan Akhlak dan Adab............................................ 13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S Al-Imran: 110).
Tapi juga makhluk di bumi, yaitu manusia baik muslim dan non
muslim juka akan melihat indahnya Islam. Tidakkah kita belajar dari kisah
yang disampaikan oleh Imm Malik rahimahullah tentang pandangan para
rahib nasrani ketika melihat para sahabat Nabi SAW saat menaklukan Syam,
mereka berkata:
“Demi Allah, mereka sungguh lebih baik dari Hawariyyin (pengikut
setia Nabi Isa AS), sebagaimana yang disampaikan ada kami.”
2
Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan
tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-
penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka
ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S Al-Fath: 29).
Kebaikan Islam itu pasti bukan nisbi, maka ketika secara jujur
makhluk di bumi melihat akhlak dan adab buruk maka saatnya kita
bercermin, adakah yang salah dalam pengamalan kita selama ini? Jangan
sampai kita merasa pengikut Rasulullah padahal Rasulullah berlepas diri dari
adab dan akhlak kita, menganggap keridhoan yang di langit, padahal itu
istidraj, na’udzubillahi min dzlika.
Islam menganjurkan untuk mempelajari adab dan akhlak sebelum
mempelajari ilmu. Baik adab kepada Allah, Rasul-Nya, Sahabat Rasul-Nya,
Kitab-Nya, orangtua, dan adab dan akhlak kepada sesama:
“Mereka dulu tidak mengeluarkan anak-anak mereka untuk mnecari
ilmu hingga mereka belajar adab dan dididik ibadah hingga 20 tahun.”
(Sufyan bin Sa’id Ats-Tsauri: Hilyatul-Aulia Abu Nuaim 6/361)
Pendidikan yang terbaik adalah pendidikan yang mengajarkan anak
adab dan akhlak terlebih dahulu, sebelum mereka fokus mempelajari ilmu
agama dan umum, betapa banyak orang yang berilmu namun menjadi ulama
su’u, dan betapa banyak orang yang mengajarkan al-qur’an namun pertama
kali dimasukkan ke neraka, dan betapa banyak orang yang baik bacaannya,
banyak hafalannya, namun tdak sampai bacaan itu ke dada-dada mereka
hanya sampai tenggorokannya saja. Bukankah hadits tentang khawarij
menunjukkan pada kita orang-orang yang amal bacaannya melebihi para
sahabat namun mereka adalah anjing-anjing neraka?
Rasulullah SAW bersabda: “Akan muncul di akhir masa ini nanti
sekelompok orang yang umurnya masih muda-muda dan lemah akalnya. Apa
yang mereka ucapkan adalah perkataan manusia terbaik. Mereka suka
(dalam riwayat lain pandai) membaca al-Qur’an akan tetapi bacaan mereka
3
tidak sampai melewati pangkal tenggorokan mereka. Mereka melesat dari
agama seperti halnya anak panah yang melesat dari sasaran bidiknya... (H.R
Bukhari)
Rasulullah SAW bersabda: “Akan muncul suatu sekte/firqoh/kaum
dari umatku yang pandai mmebaca al-Qur’an. Diman, bacaan kalian tidak
ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat
kalian daripada sholat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan
puasa kalian. Mereka membaca al-Qur’an dan mereka menyangka bahwa al-
Qur’an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata al-Qur’an itu
adalah (bencana) atas mereka. Sholat mereka tidak sampai melewati batas
tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagai anak panah meluncur dari
busurnya” (H.R Muslim).
Maka tidakkah kita khawatir dan takut diri dan anak kita sebagai
pemuda yang disebutkan dalam hadits tersebut padanya karena kita
mendahulukan banyakmya dan baiknya bacaan anak-anak kita dibandingkan
pendidikan iman dan adab Islam? Naudzubillahi min dzalika.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
4
2. Untuk mengetahui ayat dan hadits tarbawi tentang pendidikan akhlak dan
adab.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan akhlak dan adab.
4. Untuk mengetahui metode pendidikan akhlak dan adab.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,
Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2009), hlm. 14.
2
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2010), hlm. 11.
3
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ibid., hlm. 17.
4
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perpektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007),
hlm. 21-23.
6
diatas. Kata akhlaq dan khuluq keduanya dapat dijumpai dalam QS. Al-
Qalam:4.5
5
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2003), hlm. 174.
6
Ibn Maskawaih, Tahzib al-Akhlak wa Tahrir al-A’raq, (Beirutr: Darul Kitab
Ma’lumiyat, 1975), cet. 1, hm. 25.
7
wahyu yang suci yaitu al-Qur’an al-Karim yang diturunkan khusus untuk
mendidik baginda dan seluruh umat manusia.
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang
didasarkan atas aturan agama, terutama Agama Islam. Norma tentang adab ini
digunakan dalam pergaulan antarmanusia, antartetangga, dan antarkaum.
Sebutan orang beradab sesungguhnya berarti bahwa orang itu mengetahui
aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan dalam agama Islam.7
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
akhlak dan adab adalah pendidikan mengenai etika dan moral yang
dianjurkan didalam ajaran Islam yang tercantum di dalam al-qur’an dan
Sunnah, dengan mengikuti contoh dari teladan Nabi Muhammad SAW.
8
Tentunya perintah berbuat baik memiliki posisi dan urgensi
yang sangat tinggi dalam perspektif Al-Quran. Semoga hal ini juga
menyiratkan bahwa pendidikan karakter yang bertujuan untuk
mengajarkan dan membiasakan perilaku sebagai cerminan sikap-
sikap mulia yang dapat dinarasikan dalam bahasa Al-Quran untuk
berbuat baik, memiliki urgensi dan posisi yang tinggi.
9
2. Hadits Tarbawi Tentang Pendidikan Akhlak dan Adab
Ada banyak hadis yang membahas akhlak yang mulia. Hal ini
seakan mengisyaratkan bahwa akhlak yang mulia adalah hal utama yang
harus dimiliki setiap muslim, siapapun dia. Bahkan dalam salah satu
hadis, Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa pembentukan akhlak
yang mulia merupakan salah satu maksud dan tujuan diutusnya beliau
oleh Allah SWT ke tengah-tengah umat manusia. Rasulullah SAW
bersabda:
10
َ ع ِن ْالقَ ْعقَاعِ ب ِْن َح ِكيم
ع ْن َ س ِعيد َحدَّثَنِي ا ْب ُن
َ َع ْج ََلن َ اّلل ْب ُن يَ ِزيدَ َحدَّثَنَا َ َحدَّثَنَا
ِ َّ ُ ع ْبد
سلَّ َم أ َ ْك َم ُل
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُاّلل ِ َّ قَا َل َرسُو ُل,ع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ قَا َل
َ اّلل َ صا ِلح َ أ َ ِبي
َ ْال ُمؤْ ِمنِينَ ِإي َمانًا أ َ ْح
سنُ ُه ْم ُخلُقًا
11
kepada Tuhan sebagai Khaliq.8 Akhlak dan adab kepada Allah adalah
beribadah kepada Allah SWT, cinta kepada-Nya, cinta karena-Nya, tidak
menyekutukan-Nya, bersyukur hanya kepada-Nya dan lain sebagainya.
Menurut Hamzah Ya’cob beribadah kepada Allah SWT dibagi atas dua
macam:
a. Ibadah umum, adalah segala sesutau yang dicintai oleh Allah dan
diridhoi-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan dengan kata
terang-terangan atau tersembunyi. Seperti: berbakti kepada ibu
bapak, berbuat baik kepada tetangga, teman terutama berbuat dan
hormat kepada guru.
b. Ibadah khusus, seperti: sholat, zakat, puasa, haji.
8
Abuddin Nata, Akhlak Tasawwuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 147.
12
fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya
interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam,
kekhalifahan mengandung arti pengayoman pemeliharaan, serta
bimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Ini
berarti manusia dituntut untuk menghormati proses-proses yang sedang
berjalan dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian
dan menghantarkan manusi bertanggung jawab, sehingga ia tidak
melakukan perusakan bahkan dengan kata lain, setiap perusakan terhadap
lingkungan harus dinilai sebgaai perusakan pada diri manusia sendiri.9
Tujuan dan manfaat pendidikan akhlak dan adab pada intinya adalah
membentuk manusia yang memiliki budi pekerti baik melalui pemahaman
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam pelaksanaan pendidikan akhlak
dibutuhkan adanya metode yang tepat, guna menghantarkan tercapainya
tujuan pendidikan akhlak dan adab yang dicita-citakan.
Metode pendidikan akhlak dan adab yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Metode Keteladanan (Uswah al-Hasanah)
Ahmad tafsir menyebutkan bahwa secara psikologis ternayta manusia
memang memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya, ini adalah sifat
pembawaan, taqlid (meniru) adalah salah satu sifat pembawaan manusia.
Metode ini cocok jika dugunakan para peserta didik terutama pada anak-
anak dan juga remaja, sehingga ia dapat meniru perilaku dan tingkah laku
yang ditiru (pendidik). Oleh karena itu, pendidik sebagai orang yang
diimitasikan harus dapat menjadi uswah hasanah (teladan baik) bagi
peserta didiknya. Karena anak dan remaja mudah meniru perilaku orang
lain tanpa memilih mana perbuatan yang baik dan buruk.
Disamping guru memerintah atau memberi pengetahuajn yang
bersifat teoritis belaka, namun ia hrus mampu memjadi panutan bagi
9
Abuddin Nata, Ibid., hlm. 152.
13
peserta didiknya, sehingga peserta didik dapat mengikutinya tanpa
merasakan adanya unsur paksaan.
2. Metode Pembiasaan
pembiasaan memberikan manfaat bagi peserta didik karena
pembiasaan berperan sebagi efek latihan yang terus-menerus, peserta
didik akan terus terbiasa berperilaku dengan nilai-nilai akhlak dan adab.
Membiasakan suatu amal atau perbuatan menjadi perhatian para guru
zaman zekarang. Sejak kecil anak-anak dibentuk menuju pola tertentu
dengan mempraktikan amal perbuata yang mendukung tujuan
pendidikan. Dalam pendidikan, metode ini dapat dilakukan dengan vara
pendidik membiasakan peserta didik untuk hidup bersih, rukun, tolong
menolong, berkata sopan, jujur, menghormati orang lain dan lain-lain.
Sehingga dengan digunakannya metode pembiasaan dalam pembentukan
akhlak dan adab dengan berbagai macam akhlak dan adab yang telah
diajarkan akan terpatri dalam diri peserta didik serta menjadi bagian yang
tak terpisahkan.
3. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara penyajian atau penyampaian
informasi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh pendidik
terhadap peserta didik. Metode ini banyak sekali dipakai karena metode
ini mudah dilaksanakan. Nabi Muhammad dalam memberikan pelajaran
terhadap umatnya banyak mempergunakan metode ceramah, disamping
metode yang lain. Metode ceramah dapat membentuk akhlak dan adab
mulia dan membina rohani.
14
hukuman dimaksudkan untuk memberi efek jera kepada peserta didik
agar tidak mengulangi kesalahannya lagi dan menjauhi kejahatan atau
dosa.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan ketika memberikan hukuman
kepada anak:
a. Jangan menghukum anak ketika marah.
b. Jangan sampai menyakiti perasaan dan harga diri anak atau orang
yang dihukum.
c. Jangan sampai merendahkan derajat dan martabat, misalnya dengan
mencaci dan menghina.
d. Jangan meyakiti secara fisik.
e. Bertujuan merubah perilaku yang kurang baik atau tidak baik.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media. 2010.
Ali Anwar Yusuf. Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum. Bandung:
CV. Pustaka Setia. 2003.
Ibn Maskawaih. Tahzib al-Akhlak wa Tahrir al-A’r. cet. 1. Beirutr: Darul Kitab
Ma’lumiyat. 1975.
17