Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TAFSIR HADITS TARBAWI

“PENDIDIKAN AKHLAK DAN ADAB”

Dosen pengampu: Rafani, M.Pd

Oleh Kelompok 11:

1. Ricky Afrianto (11615102854)


2. Yuliana Efendi (11715201598)
3. Zulia Nisa (11715200336)

PMT 6C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat


limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Tafsir Hadits Tarbawi ini dengan judul “Pendidikan Akhlak dan
Adab”. Sholawat serta salam tak lupa pula penulis hadiahkan kepangkuan
junjungan alam nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada


dosen pengampu pada mata kuliah Tafsir Hadits Tarbawi ini yaitu Bapak
Rafani, M.Pd, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan,
penjelasan, serta petunjuk kepada penulis dalam menyusun dan menulis tugas
makalah ini, dan juga kepada teman-teman seperjuangan serta pihak-pihak yang
telah mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini, masih terdapat kekurangan,


oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulisan harapkan dari
para pembaca sekalian. Semoga keberadaan makalah ini memberikan manfaat
bagi kita semua.

Pekanbaru, 04 Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan............................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Akhlak dan Adab....................................... 6
B. Ayat dan Hadits Tarbawi................................................................ 8
C. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak dan Adab............................... 11
D. Metode Pendidikan Akhlak dan Adab............................................ 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................... 16
B. Kritik dan Saran.............................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak didengar akhir-akhir ini berita mengenai sikap anak yang


tidak baik kepada gurunya bahkan ada anak yang membunuh gurunya,
menantang duek kepala sekolah, dan berbagai keburukan lain tentang sikap
seorang murid kepada guru yang mengajarkan kepada mereka ilmu, belum
perilaku buruk anak di rumah dan lingkungan sekitarnya yang sudak jamak
kita dengar.
Bandingkan dengan bagaimana dengan para sahabat dulu menuntut
ilmu kepada Rasulullah, dan adab dan akhlak mereka dalam kehidupan
sehari-hari, salah satunya sebagaimana dikisahkan oleh Abu Sa’id Al Khudri:
“Suatu ketika rasulullah berdiri diatas mimbar dan bersabda:
‘Sesungguhnya perkara yang paling takutkan menimpa kepada kalian adalah
kenikmanatan yang Allah bukakan kepada kalian dari perbendaharaan
bumi’, kemudian beliau menyebutkan perhiasan dunia satu persatu. Lalu
salah seorang sahabat berdiri dan berkata: ‘Wahai Rasulullah apakah
kebaikan bisa mendatangkan kejelekan?’. Maka Rasulullah diam, dan kami
berkata: ‘Beliau sedang diberikan wahyu’. Dan semua manusia diam sampai
seakan-akan diatas kepala mereka ada seekor burung”. (H.R Bukhori)
Apa yang dimaksud dengan seakan-akan di atas kepala mereka ada
seekor burung? Seorang ulama bernama Ibnul Ambari berkata:
“....bahwasanya mereka diam tidak bergerak dan senantasa
menundukkan pandangan. Karena burung tidak hinggap kecuali di tempat
yang diam...”. (Al-Jami’ Li Akhlaqir Rowi Wa Adabis Sami’:1/192/-193)
Demikian adab dan akhlak seorang penuntut ilmu, yang dengannya
akan nampak kebaikan Islam di masyarakat sebagai agama yang kaffah dan
sempurna. Yang tidak hanya akan diakui oleh Dzat ayang di langit:

1
         

           

   

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S Al-Imran: 110).
Tapi juga makhluk di bumi, yaitu manusia baik muslim dan non
muslim juka akan melihat indahnya Islam. Tidakkah kita belajar dari kisah
yang disampaikan oleh Imm Malik rahimahullah tentang pandangan para
rahib nasrani ketika melihat para sahabat Nabi SAW saat menaklukan Syam,
mereka berkata:
“Demi Allah, mereka sungguh lebih baik dari Hawariyyin (pengikut
setia Nabi Isa AS), sebagaimana yang disampaikan ada kami.”

           

           

        

Artinya: “Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat


mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya

2
Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan
tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-
penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka
ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S Al-Fath: 29).
Kebaikan Islam itu pasti bukan nisbi, maka ketika secara jujur
makhluk di bumi melihat akhlak dan adab buruk maka saatnya kita
bercermin, adakah yang salah dalam pengamalan kita selama ini? Jangan
sampai kita merasa pengikut Rasulullah padahal Rasulullah berlepas diri dari
adab dan akhlak kita, menganggap keridhoan yang di langit, padahal itu
istidraj, na’udzubillahi min dzlika.
Islam menganjurkan untuk mempelajari adab dan akhlak sebelum
mempelajari ilmu. Baik adab kepada Allah, Rasul-Nya, Sahabat Rasul-Nya,
Kitab-Nya, orangtua, dan adab dan akhlak kepada sesama:
“Mereka dulu tidak mengeluarkan anak-anak mereka untuk mnecari
ilmu hingga mereka belajar adab dan dididik ibadah hingga 20 tahun.”
(Sufyan bin Sa’id Ats-Tsauri: Hilyatul-Aulia Abu Nuaim 6/361)
Pendidikan yang terbaik adalah pendidikan yang mengajarkan anak
adab dan akhlak terlebih dahulu, sebelum mereka fokus mempelajari ilmu
agama dan umum, betapa banyak orang yang berilmu namun menjadi ulama
su’u, dan betapa banyak orang yang mengajarkan al-qur’an namun pertama
kali dimasukkan ke neraka, dan betapa banyak orang yang baik bacaannya,
banyak hafalannya, namun tdak sampai bacaan itu ke dada-dada mereka
hanya sampai tenggorokannya saja. Bukankah hadits tentang khawarij
menunjukkan pada kita orang-orang yang amal bacaannya melebihi para
sahabat namun mereka adalah anjing-anjing neraka?
Rasulullah SAW bersabda: “Akan muncul di akhir masa ini nanti
sekelompok orang yang umurnya masih muda-muda dan lemah akalnya. Apa
yang mereka ucapkan adalah perkataan manusia terbaik. Mereka suka
(dalam riwayat lain pandai) membaca al-Qur’an akan tetapi bacaan mereka

3
tidak sampai melewati pangkal tenggorokan mereka. Mereka melesat dari
agama seperti halnya anak panah yang melesat dari sasaran bidiknya... (H.R
Bukhari)
Rasulullah SAW bersabda: “Akan muncul suatu sekte/firqoh/kaum
dari umatku yang pandai mmebaca al-Qur’an. Diman, bacaan kalian tidak
ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat
kalian daripada sholat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan
puasa kalian. Mereka membaca al-Qur’an dan mereka menyangka bahwa al-
Qur’an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata al-Qur’an itu
adalah (bencana) atas mereka. Sholat mereka tidak sampai melewati batas
tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagai anak panah meluncur dari
busurnya” (H.R Muslim).
Maka tidakkah kita khawatir dan takut diri dan anak kita sebagai
pemuda yang disebutkan dalam hadits tersebut padanya karena kita
mendahulukan banyakmya dan baiknya bacaan anak-anak kita dibandingkan
pendidikan iman dan adab Islam? Naudzubillahi min dzalika.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai


berikut:
1. Apa pengertian pendidikan akhlak dan adab?
2. Apa ayat dan hadits tarbawi tentang pendidikan akhlak dan adab?
3. Apa saja ruang lingkup pendidikan akhlak dan adab?
4. Apa saja metode pendidikan akhlak dan adab?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan


makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan akhlak dan adab.

4
2. Untuk mengetahui ayat dan hadits tarbawi tentang pendidikan akhlak dan
adab.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan akhlak dan adab.
4. Untuk mengetahui metode pendidikan akhlak dan adab.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Akhlak dan Adab

Pendidikan dalam bahasa Arab biasa disebut dengan istilah tarbiyah


yang berasal dari kata rabba.1 Dalam mu’jam bahasa Arab, kata al-tarbiyah
memiliki tiga akar kebahasaan yaitu rabba, yarubbu, tarbiyah yang memiliki
makna memperbaiki, menguasai urusan, memelihara dan merawat,
memperindah, memberi makna, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur, dan
menjaga kelestarian maupun eksistensinya.2
Menurut Musthafa al-Maraghi yang membagi aktivitas al-tarbiyah
dengan dua macam: (a) Tarbiyah khalqiyah, yaitu pendidikan yang terkait
denga pertumbuhan jasmani manusia, agar dapat dijadikan sebagai sarana
dalam mengembangkan rohaninya. (b) Tarbiyah diniyyah tahdzibiyyah, yaitu
pendidikan yang terkait dengan pembinaan dan pengembangan akhlak dan
agama manusia, untuk kelestarian rohaninya.3
Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan,
kebodohan dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas pendidikan baik
formal maupun informal meliputi segala ha yang memperluas pengetahuan
manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup.4
Akhlak dari sudut kebahasaan berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tabi’at (kelakuan atau watak dasar), kebiasaan atau kelaziman dan
peradaban yang baik. Kata akhlaq merupakan jamak dari khilqun atau
khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan

1
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,
Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2009), hlm. 14.
2
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2010), hlm. 11.
3
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ibid., hlm. 17.
4
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perpektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007),
hlm. 21-23.

6
diatas. Kata akhlaq dan khuluq keduanya dapat dijumpai dalam QS. Al-
Qalam:4.5

    

Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang


agung.” (QS. Al-Qalam:4).
Menurut Abdul Karim Zaidan, akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat
yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang
dapat menilai perbuatannya bai atau buruk, untuk kemudian memilih
melakukan atau meninggalkannya.
Dari beberapa pengertian akhlak diatas dapat disimpulkan bahwa
akhlaq atau khuluq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga
dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan
pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan
dari luar.6 Jadi pada hakekatnya akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang
telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dapat dirumuskan bahwa
akhlak adalah ilmu yang mengajarkan manusia berbuat baik dan mencegah
perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia dan makhluk
sekelilingnya.
Adapun istilah adab berasal dari bahasa Arab, yaitu addaba-
yu’addibu-ta’di, yang telah diterjemahkan sebagai pendidikan. Adab adalah
suatu metode yang mengarahkan dan membimbing proses pendidikan Islam
pada disiplin yang benar. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW secara jelas
menggunakan istilah adab untuk menerangkan tentang didikan Allah SWT,
yang merupakan sebaik-baik didikan yang telah diterima oleh Nabi
Muhammad SAW. Sesungguhnya Rasulullah SAW telah dididik melalui

5
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2003), hlm. 174.
6
Ibn Maskawaih, Tahzib al-Akhlak wa Tahrir al-A’raq, (Beirutr: Darul Kitab
Ma’lumiyat, 1975), cet. 1, hm. 25.

7
wahyu yang suci yaitu al-Qur’an al-Karim yang diturunkan khusus untuk
mendidik baginda dan seluruh umat manusia.
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang
didasarkan atas aturan agama, terutama Agama Islam. Norma tentang adab ini
digunakan dalam pergaulan antarmanusia, antartetangga, dan antarkaum.
Sebutan orang beradab sesungguhnya berarti bahwa orang itu mengetahui
aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan dalam agama Islam.7
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
akhlak dan adab adalah pendidikan mengenai etika dan moral yang
dianjurkan didalam ajaran Islam yang tercantum di dalam al-qur’an dan
Sunnah, dengan mengikuti contoh dari teladan Nabi Muhammad SAW.

B. Ayat dan Hadits Tarbawi Tentang Pendidikan Akhlak dan Adab


1. Ayat Tarbawi Tentang Pendidikan Akhlak dan Adab
a. Q.S. Al-Baqarah ayat 195

              

 

Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah,


dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-Baqarah: 195).

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat di atas dijelaskan dalam bahasan


nafkah. Selain itu, ayat di atas juga berisi larangan untuk
menjatuhkan diri dalam at-tahlukah atau adzab Allah. Kemudian
topik tersebut disusul dengan perintah berbuat baik. Dan perintah
berbuat baik ini, dalam Tafsir Ibn Katsir dikatakan sebagai maqamat
ketaatan yang paling tinggi (‫) أعلى مقامات الطاعة‬.
7
Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Bekasi: Delta Pamungkas, 2004), hlm. 63.

8
Tentunya perintah berbuat baik memiliki posisi dan urgensi
yang sangat tinggi dalam perspektif Al-Quran. Semoga hal ini juga
menyiratkan bahwa pendidikan karakter yang bertujuan untuk
mengajarkan dan membiasakan perilaku sebagai cerminan sikap-
sikap mulia yang dapat dinarasikan dalam bahasa Al-Quran untuk
berbuat baik, memiliki urgensi dan posisi yang tinggi.

b. Q.S. Luqman Ayat 14

         

       

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat


baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya
dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S.
Luqman: 14).

Allah memerintahkan kepada manusia agar mereka


menghormati dan memuliakan kedua oang tuanya. Sebab dengan
memulai jalan orang tua itulah manusia dilahirkan ke muka bumi.
Dalam Islam diajarkan bahwa hidup di dunia adalah untuk beribadah
kepada Allah, untuk berterima kasih, dan untuk jadi khalifah.
Semuanya tidak dapat dilaksanakan jika kita tidak lahir ke dunia.
Sebab itu hormatilah ibu bapak yang tersebab dia kita telah
dimunculkan oleh Allah ke dunia.

9
2. Hadits Tarbawi Tentang Pendidikan Akhlak dan Adab

Ada banyak hadis yang membahas akhlak yang mulia. Hal ini
seakan mengisyaratkan bahwa akhlak yang mulia adalah hal utama yang
harus dimiliki setiap muslim, siapapun dia. Bahkan dalam salah satu
hadis, Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa pembentukan akhlak
yang mulia merupakan salah satu maksud dan tujuan diutusnya beliau
oleh Allah SWT ke tengah-tengah umat manusia. Rasulullah SAW
bersabda:

‫ إِنَّ َما‬: ‫سلَّ َم‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ ‫صلَى هللا‬
َ ِ‫ قَا َل َرسُ ْو ُل هللا‬: ‫ع ْنه ُ قَا َل‬
َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ َر‬َ
)‫ق (رواه أحمد و الحاكم و البيهقي‬ ِ ‫بُ ِعثْتُ ِِلُت َِم َم َمك‬
ِ ‫َار َم اِل َ ْخ ََل‬

Artinya, “Dari Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah


Saw, bersabda: “bahwasanya aku telah diutus oleh Allah SWT untuk
menyempurnakan keluhuran akhlaq (budi pekerti).” (HR. Ahmad)

Rasulullah SAW, di utus ke muka bumi ini salah satu misinya


adalah untuk menyempurnakan akhlak atau budi pekerti umat manusia,
dengan suri tauladan yang baik, bukan dengan sekedar anjuran ataupun
perintah saja. Nabi Muhammad Saw memiliki dan mencontohkan akhlak
yang sangat terpuji yang di kagumi oleh kawan maupun lawan dalam Al-
Qur’an surat Al-Qaalam:4 di gambarkan bagaiman akhlaq Rasulullah
Saw “sesungguhnya engkau (Muhammad) berbudi pekerti yang luhur.
Ibnu Al-Mubarak rahimahullah meriwayatkan ketika
mendefinisikan tentang akhlak yang baik ia berkata, “Yaitu bermanis
muka, melakukan kebaikan, dan menahan diri dari perbuatan buruk.
Akhlak menempati kedudukan yang luhur dalam Islam, bahkan di antara
misi utama agama ini adalah menyempurnakan akhlak yang mulia,
sebagaimana sabda Nabi SAW :

10
َ ‫ع ِن ْالقَ ْعقَاعِ ب ِْن َح ِكيم‬
‫ع ْن‬ َ ‫س ِعيد َحدَّثَنِي ا ْب ُن‬
َ َ‫ع ْج ََلن‬ َ ‫اّلل ْب ُن يَ ِزيدَ َحدَّثَنَا‬ َ ‫َحدَّثَنَا‬
ِ َّ ُ ‫ع ْبد‬
‫سلَّ َم أ َ ْك َم ُل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫اّلل‬ ِ َّ ‫ قَا َل َرسُو ُل‬,‫ع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ قَا َل‬
َ ‫اّلل‬ َ ‫صا ِلح‬ َ ‫أ َ ِبي‬
َ ‫ْال ُمؤْ ِمنِينَ ِإي َمانًا أ َ ْح‬
‫سنُ ُه ْم ُخلُقًا‬

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yazid,


dia berkata; telah menceritakan kepada kami Sa’id, dia berkata; telah
menceritakan kepadaku Ibnu ‘Ajlan dari Al Qa’qa’ bin Hakim dari Abu
Shalih dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang paling baik akhlaqnya.” (Ahmad – 10397).

Dari penjelasan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa


seseorang yang mempunyai keimanan paling sempurna adalah apabila
orang tersebut memiliki akhlak yang baik, karena dari akhlak yang baik
akan menimbulkan hati yang bersih untuk beribadah dan menambah
keimanan seseorang kepada Tuhannya. Bahkan akhlak yang baik menjadi
penyebab terbanyak masuknya seorang hamba ke dalam surga, karena
dengan begitu seorang hamba akan selalu melaksanakan perintah Allah
SWT dan menjauhi larangan-Nya. Akhlak terpuji (baik) mempunyai arti
yang sangat luas dan banyak sekali contohnya, karena akhlak baik tidak
hanya satu di dunia ini maka dari itu kami akan menjelaskan sebagian
contoh hadis tentang akhlak baik.

C. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak dan Adab


Dalam hal ini ruang lingkup pendidikan akhlak dan adab tidak
berbeda dengan ruang lingkup ajaran islam yang berkaitan dengan pola
hubungannya dengan Tuhan, sesama makhluk dan juga alam semesta.
Sebagaimana dipaparkan ruang lingkupnya sebagai berikut:
1. Akhlak dan Adab Kepada Allah SWT
Yang dimaksud dengan akhlak dan adab kepada Allah adalah sikap
atau perbuatan yang seharusnya dilakukan manusia sebagai makhluk

11
kepada Tuhan sebagai Khaliq.8 Akhlak dan adab kepada Allah adalah
beribadah kepada Allah SWT, cinta kepada-Nya, cinta karena-Nya, tidak
menyekutukan-Nya, bersyukur hanya kepada-Nya dan lain sebagainya.
Menurut Hamzah Ya’cob beribadah kepada Allah SWT dibagi atas dua
macam:
a. Ibadah umum, adalah segala sesutau yang dicintai oleh Allah dan
diridhoi-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan dengan kata
terang-terangan atau tersembunyi. Seperti: berbakti kepada ibu
bapak, berbuat baik kepada tetangga, teman terutama berbuat dan
hormat kepada guru.
b. Ibadah khusus, seperti: sholat, zakat, puasa, haji.

2. Akhlak dan Adab Kepada Sesama Manusia


Menurut Hamzah Ya’cob, akhlak dan adab kepada sesama manusia
adalah sikap atau perbuatan manusia yang satu terhadap yang lain.
Akhlak dan adab kepada sesama manusia antara lain: akhlak dan adab
kepada orang tua, akhlak dan adab kepada saudara, akhlak dan adab
kepada tetangga, akhlak dan adab kepada sesama muslim, akhlak dan
adab kepada kaum lemah, akhlak dan adab kepada guru-guru. Contoh
bentuk akhlak dan adab kepada sesama manusia adalah: tidak masuk ke
dalam rumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan
salam, dan ucapan yang dikeluarkan kepada orang lain adalah ucapan
yang baik, tidak mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak
berprasangka buruk kepada orang lain, dan lain sebagainya.

3. Akhlak dan Adab Kepada Lingkungan


Yang dimaksud dengan akhlak dan adab kepada lingkungan disini
adalah segala sesuatu yang disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-
tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak
dan adab yang diajarkan al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari

8
Abuddin Nata, Akhlak Tasawwuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 147.

12
fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya
interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam,
kekhalifahan mengandung arti pengayoman pemeliharaan, serta
bimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Ini
berarti manusia dituntut untuk menghormati proses-proses yang sedang
berjalan dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian
dan menghantarkan manusi bertanggung jawab, sehingga ia tidak
melakukan perusakan bahkan dengan kata lain, setiap perusakan terhadap
lingkungan harus dinilai sebgaai perusakan pada diri manusia sendiri.9

D. Metode Pendidikan Akhlak dan Adab

Tujuan dan manfaat pendidikan akhlak dan adab pada intinya adalah
membentuk manusia yang memiliki budi pekerti baik melalui pemahaman
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam pelaksanaan pendidikan akhlak
dibutuhkan adanya metode yang tepat, guna menghantarkan tercapainya
tujuan pendidikan akhlak dan adab yang dicita-citakan.
Metode pendidikan akhlak dan adab yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Metode Keteladanan (Uswah al-Hasanah)
Ahmad tafsir menyebutkan bahwa secara psikologis ternayta manusia
memang memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya, ini adalah sifat
pembawaan, taqlid (meniru) adalah salah satu sifat pembawaan manusia.
Metode ini cocok jika dugunakan para peserta didik terutama pada anak-
anak dan juga remaja, sehingga ia dapat meniru perilaku dan tingkah laku
yang ditiru (pendidik). Oleh karena itu, pendidik sebagai orang yang
diimitasikan harus dapat menjadi uswah hasanah (teladan baik) bagi
peserta didiknya. Karena anak dan remaja mudah meniru perilaku orang
lain tanpa memilih mana perbuatan yang baik dan buruk.
Disamping guru memerintah atau memberi pengetahuajn yang
bersifat teoritis belaka, namun ia hrus mampu memjadi panutan bagi
9
Abuddin Nata, Ibid., hlm. 152.

13
peserta didiknya, sehingga peserta didik dapat mengikutinya tanpa
merasakan adanya unsur paksaan.

2. Metode Pembiasaan
pembiasaan memberikan manfaat bagi peserta didik karena
pembiasaan berperan sebagi efek latihan yang terus-menerus, peserta
didik akan terus terbiasa berperilaku dengan nilai-nilai akhlak dan adab.
Membiasakan suatu amal atau perbuatan menjadi perhatian para guru
zaman zekarang. Sejak kecil anak-anak dibentuk menuju pola tertentu
dengan mempraktikan amal perbuata yang mendukung tujuan
pendidikan. Dalam pendidikan, metode ini dapat dilakukan dengan vara
pendidik membiasakan peserta didik untuk hidup bersih, rukun, tolong
menolong, berkata sopan, jujur, menghormati orang lain dan lain-lain.
Sehingga dengan digunakannya metode pembiasaan dalam pembentukan
akhlak dan adab dengan berbagai macam akhlak dan adab yang telah
diajarkan akan terpatri dalam diri peserta didik serta menjadi bagian yang
tak terpisahkan.

3. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara penyajian atau penyampaian
informasi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh pendidik
terhadap peserta didik. Metode ini banyak sekali dipakai karena metode
ini mudah dilaksanakan. Nabi Muhammad dalam memberikan pelajaran
terhadap umatnya banyak mempergunakan metode ceramah, disamping
metode yang lain. Metode ceramah dapat membentuk akhlak dan adab
mulia dan membina rohani.

4. Metode Pemberian Hadiah dan Hukuman


Metode pemberian hadiah ini tujuannya adalah memberikan apresiasi
kepada peserta didik karena telah melakukan tugas denga baik, dari
apresiasi tersebut diharapkan peserta didik dapat mempertahankan dan
melakukan lagi serta harapan umtuk melakukan kebaikan. Sedangkan

14
hukuman dimaksudkan untuk memberi efek jera kepada peserta didik
agar tidak mengulangi kesalahannya lagi dan menjauhi kejahatan atau
dosa.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan ketika memberikan hukuman
kepada anak:
a. Jangan menghukum anak ketika marah.
b. Jangan sampai menyakiti perasaan dan harga diri anak atau orang
yang dihukum.
c. Jangan sampai merendahkan derajat dan martabat, misalnya dengan
mencaci dan menghina.
d. Jangan meyakiti secara fisik.
e. Bertujuan merubah perilaku yang kurang baik atau tidak baik.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan akhlak dan adab adalah pendidikan mengenai etika dan


moral yang dianjurkan didalam ajaran Islam yang tercantum di dalam al-
qur’an dan Sunnah, dengan mengikuti contoh dari teladan Nabi Muhammad
SAW. Adapun pendidikan akhlak dan adab dijelaskan dalam al-Qur’an yaitu:
1) Q.S Al-Baqarah ayat 195; 2) Q.S Luqman ayat 14.

Ruang lingkup pendidikan akhlak dan adab antara lain:


1. Pendidikan akhlak dan adab kepada Allah SWT.
2. Pendidikan akhlak dan adab kepada sesama manusia.
3. Pendidikan akhlak dan adab kepada lingkungan.

Adapun metode pendidikan akhlak dan adab antara lain:


1. Metode keteladanan.
2. Metode pembiasaan.
3. Metode ceramah.
4. Metode pemberian hadiah dan hukuman.

B. Kritik dan Saran

Demikianlah makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin,


tentunya masih banyak yang harus dikoreksi dalam sistem penulisan, serta
penggunaan bahasa yang belum sempurna, sehingga diharapkan para
pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang dapat membangun demi
perbaikan makalah ini.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu para pembaca


dalam meningkatkan pengetahuannya dan dapat memperbaiki dan
memelihara akhlak dan adabnya dalam kehidupan sehari-hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media. 2010.

Abuddin Nata. Akhlak Tasawwuf. Jakarta: Rajawali Pers. 2009.

Ali Anwar Yusuf. Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum. Bandung:
CV. Pustaka Setia. 2003.

Ensiklopedi Nasional Indonesia. Bekasi: Delta Pamungkas. 2004.

Ibn Maskawaih. Tahzib al-Akhlak wa Tahrir al-A’r. cet. 1. Beirutr: Darul Kitab
Ma’lumiyat. 1975.

Moh. Roqib. Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di


Sekolah, Keluarga dan Masyarakat. Yogyakarta: Lkis Yogyakarta. 2009.

Yatimin Abdullah. Studi Akhlak dalam Perpektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah.


2007.

17

Anda mungkin juga menyukai