Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah SOSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.
Disusun Oleh:
Amin Rosyadi
M. Badrus Salafi
Dani Agung Prastiyoh
Ilham Amirulloh
Beni Gunawan
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah kami.
Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Teori Dasar
Psiologi. Makalah ini mengambil judul “STRUKTUR SOSIAL SEKOLAH” yang di
dalamnya menjelaskan tentang struktur social dan kedudukan seorang guru di
suatu lembaga sekolah. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen
yakni bapak Fathurrahman, M. Ag, yang telah membimbing dan memberikan
arahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Dan taklupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
kami dalam membuat makalah ini, baik berupa bantuan moril maupun materi.
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini kami sadar akan segala
kekurangan dan keterbatasanya. Untuk itu kami mengharap masukan, kritik dan
saran yang membangun dan konsruktif agar penyusunan makalah ini lebih
sempurna dimasa yang akan datang.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Struktur Sosial ......................................................................
B. Posisi Guru dalam Struktur Sosial Sekolah.............................................
C. Hubungan Struktur Sosial dengan Kurikulum........................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur sosial sekolah merupakan salah satu pokok bahasan yang sangan
penting untuk dikaji dalam mata kuliah sosiologi pendidikan. Dalam hal ini
kami hanya mengambil sebagian kecil dari beberapa sub pokok bahasan yang
lain dan kami anggap sub pokok itulah yang dianggap sangat penting untuk
dikaji lebih dalam lagi sehingga dengan adanya pembahasan ini, makalah ini
mampu menjawab problematika yang kerap terjadi di kalangan lingkungan
sekolah kita dari zaman dulu hingga sekarang ini.
Di dalam sekolah masih banyak permasalahan yang bahkan sampai
sekarang belum dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Dari masalah
itulah kami mencoba untuk memberikan solusi singkat lewat pembahasan yang
sangat singkat ini dan masih banyak kelemahan di dalam pembahasannya.
Untuk itu semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian struktur sosial sekolah?
2. Bagaimana posisi guru dalam struktur sosial sekolah?
3. Apa hubungan struktur sosial dengan kurikulum?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian struktur sosial sekolah.
2. Mengetahui bagaimana posisi guru dalam struktur sosial sekolah.
3. Mengetahui apa saja hubungan struktur sosial dengan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Budiyono. Sosiologi, (Surabaya: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009),
hal. 3.
Sebagai pengelola pendidikan berarti kepala sekolah bertanggung
jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan
cara melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Di
samping itu kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber
daya manusia yang ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas
pendidikan. Oleh karena itu sebagai pengelola, kepala sekolah memiliki
tugas untuk mengembangkan kinerja para personal (terutama para guru) ke
arah profesionalisme yang di harapkan.3
Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan
sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan
pendidikan pada umumnya di realisasikan.
Menurut Yusak Burhanudin, 2005 yang dikutip oleh Sobry Sutikno,
dalam menjalankan fungsinya sebagai manager, kepala sekolah harus
mampu menguasai tugas-tugasnya dan melaksanakan tugasnya dengan
baik. Untuk itu ia harus kreatif dan mampu memiliki ide-ide dan inisiatif
yang menunjang perkembangan sekolah. Ide kreatifnya dapat digunakan
untuk membuat perencanaan, menyusun organisasi sekolah, memberikan
pengarahan, dan mengatur pembagian kerja, mengelola kepegawaian yang
ada di lingkungan sekolah agar keseluruhan proses administrasi berjalan
dengan lancar.4
Maka hal ini, kepala sekolah tidak hanya mengatur para guru saja,
melainkan juga ketatausahaan sekolah, siswa, hubungan sekolah dengan
masyarakat dan orangtua siswa. Tercapai tidaknya tujuan sekolah
sepenuhnya bergantung pada kebijaksanaan yang di terapkan kepala
sekolah terhadap seluruh personal sekolah.
b. Guru
Peranan guru disini adalah berkewajiban untuk mendidik siswanya dan
berhak untuk mengharuskannya belajar dan belajar, dan bila perlu
3
Moch. Idochi Anwar. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2004), hal. 86.
4
Sobry Sutikno. Manajemen Pendidikan, (Lombok: Holistica, 2014), hal. 141.
memberikannya hukuman ketika siswa melanggar norma. Kedudukan guru
lebih rendah dari pada kepala sekolah dan guru juga mempunyai
kedudukan sebagai mana seorang pegawai oleh karena itu ia harus
menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal yang
berkenaan dengan urusan sekolah, baik segala urusan yang ditetapkan oleh
atasan pemerintah ataupun yayasan, kemudian apabila melakukan suatu
pelanggaran maka sang guru tersebut dapat diberi tindakan yang setimpal,
bahkan di pecat yang bisa berupa pencabutan sumber pendapatannya.
Kedudukan guru tidak sama antara guru SD, SMP, dan SMA. Guru
yang mengajarkan bidang studi tertentu di anggap lebih tinggi dari pada
yang lain. Pada umumnya bidang studi akademis seperti: matematika,
fisika, kimia menduduki tempat yang lebih terhormat dari pada yang
memegang bidang studi agama, PKK, atau pendidikan jasmani yang tidak
termasuk mata ujian dalam tes masuk Perguruan Tinggi.
Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa kerja, bakat usia
dan pengalamannya dalam pengajaran. Guru lama mengharapkan rasa
hormat dari guru-guru baru atau yang lebih muda. Akan tetapi kedudukan
guru-guru dan kepala sekolah lebih rendah dari pada petugas inspeksi yang
mana telah mendapat mandat untuk mengawasi jalannya kegiatan
sekolah.5
c. Murid
Sekolah bagi murid-murid dapat dijadikan sebagai sistem persahabatan
antar sesama teman dan adanya suatu interaksi hubungan sosial di
lingkungan tersebut. Struktur sosial murid lebih bersifat tidak formal
sedangkan pada orang dewasa seperti guru dan lain sebagainya itu lebih
bersifat formal karena adanya pengaruh kedudukan yang berkaitan dengan
jabatan yang telah ditentukan dan di rumuskan oleh suatu bagian sistem
sosial dalam sekolah tersebut. Sedangkan anak dalam kedudukannya
sebagai murid harus mematuhi guru dengan hak untuk menerima
pelajaran.
5
Ary H. Gunawan. Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta. 2000), hal. 38.
Kedudukan murid hanya dikenal dalam lingkungan sekolah saja.
Kebanyakan kedudukan murid bersifat tidak formal dan hanya di ketahui
dalam kalangan sekolah saja, akan tetapi ada juga kedudukan murid yang
bersifat lebih formal seperti kedudukan ketua OSIS yang telah mempunyai
bentuk resmi menurut ketentuan yang ada dalam sekolah itu.
Di suatu sekolah kita dapat menemukan macam-macam kedudukan
murid dan hubungan antar-murid antara lain:
1. Kedudukan dan hubungan berdasarkan usia dan tingkat kelas.
2. Kelompok persahabatan di sekolah.
3. Kelompok elite.
4. Kelompok siswa yang ikut organisasi formal, seperti OSIS dan
Pramuka.6
6
Margaret M. Poloma. Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hal. 23.
ada perbedaan kecil, misal mayoritas sepak bola hanya di ikuti para murid
pria, sedangkan keterampilan menjahit lebih sesuai dengan murid wanita.
Lalu di manakah kedudukan kurikulum? “Kurikulum memiliki kedudukan
yang sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala
bentuk aktifitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan”. Jadi
kurikulum hanya mengarahkan saja dan tidak pernah membedakan antara satu
sama lain baik itu murid pria maupun murid wanita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Struktur sosial sekolah yaitu tatanan sosial dalam ruang lingkup sekolah
yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara sesama warga
sekolah mengenai status dan perannya yang di dalamnya terdiri dari kepala
sekolah, guru, pegawai, pesuruh, dan murid.
Kepala sekolah tidak hanya mengatur para guru saja, melainkan juga
ketata usahaan sekolah, siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat dan
orang tua siswa. Tercapai tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung
pada kebijaksanaan yang di terapkan kepala sekolah terhadap seluruh personal
sekolah.
Peranan guru disini adalah berkewajiban untuk mendidik siswanya dan
berhak untuk mengharuskannya belajar dan belajar, dan bila perlu
memberikannya hukuman ketika siswa melanggar norma. Kedudukan murid
hanya di kenal dalam lingkungan sekolah saja. Kebanyakan kedudukan murid
bersifat tidak formal dan hanya di ketahui dalam kalangan sekolah saja, akan
tetapi ada juga kedudukan murid yang bersifat lebih formal seperti kedudukan
ketua OSIS yang telah mempunyai bentuk resmi menurut ketentuan yang ada
dalam sekolah itu.
Hubungan yang terjadi didalam struktur sosial sekolah meliputi hubungan
antara guru dengan murid, guru dengan guru, maupun murid dengan murid.
Kemudian Kurikulum hanya mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan
demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan dan tidak pernah membedakan
antara satu sama lain baik itu murid pria maupun murid wanita.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch. Idochi. 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Budiyono. 2009. Sosiologi. Surabaya: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Fattah, Nanang. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
H. Gunawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
M. Poloma, Margaret. 1994. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sutikno, Sobry. 2014. Manajemen Pendidikan. Lombok: Holistica.