Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KITAB JENAZAH
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
MATERI PAI (FIQIH)
DOSEN PENGAMPU:BPK AHMAD SAYUTI M.PD

Disusun oleh:
KELOMPOK III
1. DWI YANTO (2027101010294)
2. RIZAL FAUZI (2027101010374)
3. KHAIRUNNISA NUR ZAHRA (2027101010214)
4. GIYANTI SEFIA RINI (2027101010394)

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AN-NUR LAMPUNG


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
dapat Menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongannya tentunya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik.Penulis mengucap
Kan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya,baik baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga penulis mampu menyelesaikan
pembuatan tugas dari dosen.

Penulis tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna Dan masih banyak terdapat kesalahan atau kekurangan
didalamnya.untuk itu,Penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini,Supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi.Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian,semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. PENGERTIAN JENAZAH.........................................................................2
B. HAL-HAL YANG DILAKUKAN SESUDAH MENINGGAL. ………….2
C. MEMANDIKAN JENAZAH.....…………………………………………..2
D. HAL-HAL YANG HARUS DIPERSIAPKAN SEBELUM MEMANDIKAN
JENAZAH...…………………………………………………………………..3
E. TATA CARA MEMANDIKAN JENAZAH......………………………….4
F. YANG BERHAK MEMANDIKAN JENAZAH ………………………….6
G. MENGKAFANI JENAZAH.......………………………………………….6
H. MEMBAIKKAN PEMAKIAN KAIN KAFAN. ………………………….8

BAB III PENUTUP ………………………………………………………….9


Kesimpulan. .………………………………………………….………………9

DAFTAR PUSTAKA........…………………………………………………10

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-
baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam
sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu,
menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia
mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan
menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Untuk lebih jelasnya 4
persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan dalam penjelasan
berikut ini.

B. Rumusan masalah
1.      Apa pengertian jenazah
2.      Bagaimana tatacara memandikan jenazah
3.      Siapa yang berhak memandikan jenazah
4.      Bagaimana tatacara mengkafani jenazah

C. Tujuan masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian jenazah
2.      Untuk mengetahui tatacara memandikan jenazah
3.      Untuk mengetahui tatacara mengkafani jenazah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian jenazah
Kata jenazah bila ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa arab dan
menjadi turunan dari isim mashdar yang diambil dari fi’il madhi janaza-yajnizu-
janazatan wa jinazatan. Bila huruf jim dibaca fathah (janazatan,kata ini berarti
orang yang telah meninggal dunia. Namun bila huruf jimnya dibaca kasrah, maka
kata ini berarti orang yang mengantuk.
Lebih jauh, jenazah menurut Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S., mengartikan
jenazah sebagai orang yang telah meninggal yang diletakkan dalm usungan dan
hendak dibawa ke kubur untuk dimakamkan.

B. Hal-hal yang harus dilakukan sesudah meninggal


apabila seseorang meninggal, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan:
1. Hendaklah dipejamkan (ditutupkan) matanya, menyebut kebaikan,
mendoakan, meminta ampun atas dosanya.
2. Hendakalh ditutup seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan
kepadanya dan supaya tidak terbuka ‘auratnya.
3. Tidak ada halangan untuk mencium mayat bagi keluarganya atau sahabat-
sahabatnya yang sangat sayang dan berdukacita sebab matinya.
4. Ahli mayat yang mampu hendaklah dengan segera membayar utang si
mayat jika ia berutang, baik dibayar dari harta peninggalannya atau dari
pertolongan keluarga sendiri.

C. Memandikan jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan
dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang
mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama
adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh

2
mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban
memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah hadits Rasulullah saw. Yakninya:
‫ فى ا لذ ي سقط عن ر ا حلته فما ت ا غسلو ه‬:‫عن ا بن عبا س ا ن ا لنبي صلى ا هلل عليه و سلم قا ل‬
)‫بما ء و سد ر (رواه ا لبخرو مسلم‬
“dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah tentang orang yang jatuh dari
kendaraannya lalu mati, “mandikanlah air dan daun bidara.” (H.R Bukhari dan
Muslim)
Syarat bagi orang yang memanddikan jenazah:
a. Muslim, berakal, dan baligh
b. Berniat memandikan jenazah
c. Jujur dan sholeh
d. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan
memandikan sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutup aib si
mayat.
Mayat yang wajib dimandikan:
a. Mayat seorang muslim bukan kafir
b. bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah
meninggaltidak dimandikan
c. ada sebagian tubuh mayat yang dapat dimandikan
d. bukan mayat yang mati syahid (mati dalam peperangan untuk membela
agama Allah)

D. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum memandikan jenazah


Siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan
mandinya, sepert:
1.      tempat memandikan pada ruangan tertutup.
2.      ember, gayung, dan air.
3.      kapas.
4.      kapur barus.

3
5.      daun bidara/ sidr.
6.      kaos tangan dan sarung tangan kain sesuai dengan jumlah petugas yang
memandikan.
7.      Kain penutup mayat 5-6.
8.      Handuk.
9.      Sabun (lebih baik cair), shampoo, cutton buds.
10.  Minyak wangi.
11.  Tempat sampah untuk membuang kotoran
12.  Kafan yang menyesuaikan keadaan dan jenis kelamin jenazah.
Sebelum memandikan jenazah ada baiknya kita memenuhi aturan sebelum
memandikan jenazah yaitu:
a)      Mengikat kepala mayit.
b)      Meletakkan kedua tangan diaatas perut (seperti orang yang melakukan
shalat).
c)      Mengikat dan menyatukan persendian lutut.
d)     Menyatukan kedua ibu jari kaki.
e)      Menghadpkan mayyit kearah kiblat.

E. Tatacara memandikan jenazah


1. Pada mulanya kita sediakan air sebanyak mungkin, air kapur barus, dan
sabun, kain. Kemudian lakukan bacaan niat, ketentuan bacaan niat yaitu:
1)      Jika mayat laki-laki dewasa, lafadz niatnya adalah:
(Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit fardhal kifaayati lillaahita’ala).
2)      Jika mayat perempuan dewasa:
(Nawaitul ghusla lihaadzal mayyitati fardhal kifaayati lillaahita’ala)
3)      Jika mayat kanak-kanak laki-laki:
(Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit tifli fardhal kifaayati lillahita’ala)
4)      Jika mayat kanak-kanak perempuan:(Nawaitul ghusla lihaadzal
mayyit tiflati fardhal kifaayati lillahita’ala)

4
2. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala. Masukkan
jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok giginya
dan bersihkan hidungnya, kemudian siramkan.
3. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh
jenazah.
4. Setelah itu dudukkan mayit dan tekan-tekan perut, agar kotoran dalam
perut keluar. Dan bersihkan dubur mayit dengan niat istinja’ bagi mayit. Bacaan
niat: nawaitul istinjaa-i minal mayyit frdhan ‘alayya lillahita’ala. Dan ketika
membersihkan “auratnya”, hendaklah tangan orang yang memandikan dilapisi
dengan kain, karena menyentuh aurat itu hukumnya haram.
5. Kemudian ambilkan wudhu bagi simayit, dengan bacaan niat: (nawaitul
wudhu-a lihaadzal mayyit lillaahita’ala).
6. Setelah itu hendaklah dimandikan tiga kali dengan air sabun atau dengan air
bidara, dengan memulainya bagian yang kanan. Dan seandainya tiga kali tidak
cukup, misalnya belum bersih maka hendaklah dilebihinya menjadi lima atau
tujuh kali. Rasulullah SAW bersabda:
ّ
‫رايتن‬ ‫ اواكثر من ذلك ان‬: ‫ثالثا ً او خمسًا او سبعا‬: ًّ‫اغسلنهاوترا‬
“mandikanlah jenazah-jenazah itu secara (hitungan) ganjil, tiga, lima, tujuh kali.
Atau boleh lebih jika kau pandang perlu”.
7. Jika telah selesai memandikan mayat, hendaklah tubuhnya dikeringkan dengan
kain atau handuk yang bersih, agar kain kafannya tidak basah, lalu ditaruh, diatas
minyak wangi.
tetapi kalau mayit meninggal ketika sedang ihram, maka harus dimandikan seperti
biasa tanpa dikenai kafur atau lainnya yang berbau harum.

5
F. Yang berhak memandikan jenazah
Kalau mayat itu laki-laki, hendaklah yang meamandikannya laki-laki pula,
tidak boleh perempuan memandikan mayat laki-laki kecuali istri dan muhrimnya.
Sebaliknya jika mayat itu perempuan, hendaklah dimandikan oleh perempuan
pula, tidak boleh laki-laki memandikan perempuan kecuali suami dan muhrimnya.
Jika suami dan muhrim sama-sama ada, suami lebih berhak untuk
memandikan istrinya, begitu juga jika istri dan muhrim sama-sama ada, maka istri
lebih berhak untuk memandikan suaminya.
Bila meninggal seorang perempuan, dan ditempat itu tidak ada perempuan,
suami, atau muhrimnya pun tidak ada, maka mayat itu hendaklah
“ditayammumkan” saja., idak dimandikan oleh laki-laki yang lain. Begitu juga
jika meninggal seorang laki-laki, sedangkan disana tidak ada laki-laki, istri atau
muhrimnya, maka mayat itu hendaklah ditayammumkan saja.
Kalau mayat kanak-kanak laki-laki, maka boleh perempuan
memandikannya, begitu juga kalau mayat kanak-kanak perempuan, boleh pula
laki-laki memandikannya.
Jika ada beberapa orang yang berhak yang memandikan, maka yang lebih
berhak ialah keluarga yang terdekat kepada mayat kalau ia mengetahui akan
kewajiban mandi serta dipercayai. Kalau tidak, berpindahlah hak kepada yang
lebih jauh yang berpengetahuan serta amanah (dipercayai).

G. Mengkafani jenazah
mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan
sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum
mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.
Kafan diambilkan dari harta si mayat sendiri jika ia meninggalkan harta,
kalau ia tidak meninggalkan harta, maka kafannya wajib atas orang yang wajib
memberi belanjananya ketika ia hidup. Kalau yang wajib memberi belanja itu
tidak pula mampu, hendaklah diambilkan dari baitul mal, dan diatur menurut
hukum agama islam. Jika baitul mal tidak ada atau tidak teratur, maka wajib atas

6
orang muslim yang mampu. Demikian pula belanja lain-lain yang bersangkutan
dengan keperluan mayat.
Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:
a)      Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, dan
menutupi seluruh tubuh mayat.
b)      Kain kafan hendaknya berwarna putih.
Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis kain, tiap-tiap
lapis menutupi sekalian badannya. Sebagian ulama berpendapat, satu dari tiga
lapis itu hendaklah izar (kain mandi), dua lapis menutupi sekalian badannya.

Cara mengafani:
a)      Dihamparkan sehelai-sehelai dan ditaburkan diatas tiap-tiap lapis itu harum-
haruman seperti kapur barus dan sebagainya.
b)      Lantas mayat diletakkan diatasnya sesudah diberi kapur barus dan sebagainya.
Kedua tangannya diletakkan diatas dadanya, tangan kanan diatas tangan kiri, atau
kedua tangan itu diluruskan menurut lambungnya (rusuknya).
c)      Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang
mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d)     Selimutkan kain kafan sebelah kanan paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selmbar dengan cara
yang lembut.
e)      Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga
atau lima ikatan.
Untuk kain kafan mayat perempuan terdiri dari 5 lembar kain kafan, yaitu terdiri
dari:
1. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
2. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
3. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
4. Lembar keempat berfungsi sebagai untuk menutup pinggang hingga kaki.
5. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

7
Cara mengafani:
a)      Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian
dengan tertib.
b)      Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain
kafan sejajar, serta taaburi dengan wangi-wangian atau kapur barus.
c)      Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan
kapas.
d)     Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
e)      Pakaikan sarung.
f)       Pakaikan baju kurung.
g)      Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
h)      Pakaikan kerudung.
i)        Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua
ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
j)        Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

H. Membaikkan pemakaian kain kafan


Kafan yang baik maksudnya baik sifatnya dan baik cara memakainya,
serta terbuat dari bahan yang baik. Sifat-sifatnya telah diterangkan, yaitu kain
yang putih, begitu pula cara memakaikannya dengan baik. Adapun baik yang
tersangkut dengan dasar kain ialah, jangan sampai berlebih-lebihan memilih dasar
kain yang mahal-mahal harganya. Sabda rasulullah saw:   
.‫ التغالوافى الكفن فانه يسلب سريعا‬:‫عن على بن ابى طالب قال رسول هللا صلى الهه عليه وسلم‬
‫رواه أبوداود‬
Dari ‘ali bin abi thalib: “Berkata Rasulullah saw: Janganlah kamu
berlebih-lebihan memilih kain yang mahal-mahal untu kafan, karena
sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan seegera.

BAB III

8
PENUTUP

Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu
perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah.
Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi
jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh
mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati
dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga
apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-
baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

DAFTAR PUSTAKA

9
Mas’ud, Ibnu & Abidin, Zainal S. 2000. fiqh mazhab syafi’i, Bandung: Pustaka
Setia
Nawawi, Imam, al-jana’iz, Beirut: Dar al-fikr,tt
Rasyid, sulaiman. 1987. Fiqih islam. Bandung: Sinar Baru

10

Anda mungkin juga menyukai