Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGURUSAN JENAZAH

DISUSUN OLEH:
DEYA NELA TESYA
KELAS : XI MIPA 4

SMA NEGERI 1 PLUMBON


Jl. Yudistira 30 Ds. Karangasem Kec.
Plumbon Kab. Cirebon kode pos 45155
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Pengurusan Jenazah” Mata pelajaran “PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI”. Tak lupa shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang, dari alam jahiliyah
menuju ke alam yang penuh berkah ini.
Semoga makalah ini bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi
bahan tuntunan kearah yang lebih baik lagi. Saya selaku penulis tentunya berharap isi
makalah ini tidak meninggalkan celah berupa kekurangan atau kesalahan, namun
kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, saya mengharapkan agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembacanya. Amin ya Robbal alamin
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Plumbon, 23 Juli 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Is ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2
2.1. Pengertian Jenazah ................................................................................. 2
2.2. Pengurusan Jenazah ................................................................................. 2
2.3. Memandikan Jenazah ............................................................................. 3
2.4. Mengkafani Jenazah ............................................................................... 5
1. Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah ..................... 5
2. Tata cara mengkafani jenazah ........................................................... 6
2.5. Menshalatkan Jenazah ............................................................................. 7
2.6. Menguburkan Jenazah ............................................................................. 9
2.7. Ta’ziyah (melayat) .................................................................................. 11
2.8. Ziarah kubur ………................................................................................. 12

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 14


3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14
3.2 Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya dan tidak seorang pun mampu
menghindarinya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan
pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah
meninggal dunia.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan
menguburkan orang yang telah meninggal tersebut.
Tapi di zaman kemajuan seperti ini, masyarakat cenderung individualistis dan
kurang pengetahuannya akan agama. Khususnya tentang tata cara mengurus jenazah.
Maka dari itu penulis akan mencoba membuat makalah untuk membagi ilmu tentang
bagaimana cara mengurus jenazah menurut syari’at islam. untuk lebih jelasnya
pemakalah akan mencoba menguraikan dalam penjelasan berikut ini.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari jenazah?
2. Bagaimana tata cara memandikan jenazah?
3. Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?
4. Bagaimana tata cara menshalatkan jenazah?
5. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?
6. Apa yang dimaksud dengan ta’ziyyah?
7. Apa yang dimaksud ziarah kubur?

1.3. Tujuan Masalah


2. Untuk mengetahui apa pengertian jenazah.
3. Untuk mengetahui bagaimana tata cara memandikan jenazah.
4. Untuk mengetahui bagaimana tata cara mengkafani jenazah.
5. Untuk mengetahui bagaimana tata cara menshalatkan jenazah.
6. Untuk mengetahui bagaimana tata cara menguburkan jenazah.
7. Untuk mengetahui bagaimana caranya berta’ziyah.
8. Untuk mengetahui bagaimana caranya ziarah kubur .

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Jenazah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata jenazah adalah mayat.
Dalam bahasa Arab terdapat dua kata yang sering digunakan, ada jenazah (‫ا َزة‬FF‫)جن‬
َ
dan jinazah (‫) ِجنا َزة‬. Menurut Ibnu Mandhur, kebanyakan para ulama berpendapat bahwa
janazah bermakna al-mayyit  ala al-sarir (orang yang mati yang berada di atas dipan atau
ranjang)

2.2. Pengurusan jenazah.

Untuk menyelenggarakan penguburan jenazah sifatnya fardhu kifayah sehingga


dapat dilakukan sebagian dari kaum muslimin (tidak wajib secara keseluruhan asalkan
ada perwakilan kaum muslimin). Namun bagi kaum muslimin yang berada di sekitar
rumah jenazah maka sangat dianjurkan untuk ikut dalam proses. Namun, sebelum
penyelenggaraan pengurusan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :
1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.
2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.
3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu
supaya mulutnya tidak menganga/terbuka.
4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan badannya
diselubungi dengan kain.
5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan handai
tolannya.
6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.
7. Segerakanlah fardu kifayahnya.

2
Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam pengurusan jenazah ada empat
macam, yaitu :
1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Mensalatkan jenazah.
4. Menguburkan jenazah.

2.3. Memandikan Jenazah.

Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan
dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati
syahid. Memandikan jenazah adalah membersihkan dan mensucikan tubuh mayat dari
kotoran dan najis yang melekat padanya. Hukum memandikan jenazah orang muslim
menurut jumhur ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan
kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian
orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang
perlu diperhatikan yaitu :
A. Syarat Orang Yang Dapat Memandikan Jenazah.
a) Beragama Islam, baligh, berakal atau sehat mental.
b) Berniat memandikan jenazah.
c) Mengetahui hukum memandikan jenazah
d) Amanah dan mampu menutupi aib jenazah.

B. Syarat Jenazah yang Dimandikan.


a) Beragama Islam
b) Ada sebagian tubuhnya, meski sedikit yang bisa dimandikan
c) Jenazah tidak mati syahid
d) Bukan bayi yang meninggal karena keguguran
e) Jika bayi lahir sudah meninggal, tidak wajib dimandikan

C. Perlengkapan wajib untuk memandikan


a) Air bersih untuk memandikan jenazah.
b) Sabun, air yang diberi bubuk kapur barus dan wangi-wangian tanpa alkohol.
c) Sarung tangan untuk memandikan jenazah
d) Sedikit kapas
e) Potongan atau gulungan kain kecil
f) Handuk dan kain khusus basahan.

D. Yang berhak memandikan jenazah


a) Untuk jenazah laki-laki.
Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah hendaklah
laki-laki pula contohnya orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek,
3
keluarga terdekat. Perempuan tidak boleh memandikan jenazah laki-laki, kecuali
istri dan mahram-nya.
b) Untuk jenazah perempuan.
Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah hendaklah oleh
perempuan pula, contohnya ibunya, neneknya, keluarga terdekat dari pihak
Wanita, laki-laki tidak boleh memandikan kecuali suami atau mahram-nya.
c) Untuk jenazah itu seorang istri, sementara suami dan mahram-nya ada semua,
suami lebih berhak untuk memandikan istrinya.
d) untuk jenazah itu seorang suami, sementara istri dan mahram-nya ada semua, istri
lebih berhak untuk memandikan suaminya.
e) Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan.
Kalau mayatnya anak laki-laki atau anak perempuan masih kecil, perempuan atau
laki-laki dewasa boleh memandikannya.
f) Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya
laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki
meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak
mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup
ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis
tangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yakninya :
Artinya : “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada
perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan dan
tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, lalu
dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R Abu
Daud dan Baihaqi).
Berikut tatacara memandiakan jenazah yaitu :
a. Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu segala
sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti:
1. Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup.
2. Air secukupnya.
3. Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian.
4. Sarung tangan untuk memandikan.
5. Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.
6. Kain basahan, handuk, dll.
b. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya
tidak kelihatan.
c. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
4
d. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.
e. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan
perutnya perlahan-lahan.
f. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.
g. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut
jenazah, gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan.
h. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah
i. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir
dicampur
dengan wangi-wangian.
j. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota
tubuhnya.
k. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya
itulah yang wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam
bilangan ganjil.
l. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai
badannya, wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di
atas kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang
najis itu saja.
m. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan
menyulur kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan
dengan handuk dan dikepang.
n. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak
membasahi kain kafannya.
o. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak
mengandung alkohol.

2.4. Mengkafani Jenazah


Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu
yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah
muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.
1. Hal-hal Yang Disunnahkan dalam Mengkafani Jenazah adalah :

a. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan
menutupi seluruh tubuh mayat.
5
b. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
c. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi
mayat perempuan 5 lapis.
d. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah,
kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
e. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

2. Tata Cara Mengkafani Jenazah Adalah Sebagai Berikut :


A. Untuk Mayat Laki-Laki.
a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih
lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan
diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang
mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung
lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi
selembar dengan cara yang lembut.
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan
tiga atau lima ikatan.
f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka
tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup
dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain
kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa
saja yang ada.

B. Untuk Mayat Perempuan


Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang
terdiri dari:
a. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
b. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
c. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
d. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
e. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:


a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing
bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan
tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi
dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.
b. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran
dengan kapas.
c. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
6
d. Pakaikan sarung.
e. Pakaikan baju kurung.
f. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
g. Pakaikan kerudung.
h. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan
kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

2.5 Menshalatkan Jenazah

Orang yang meninggal dunia dalam keadaan Islam berhak untuk dishalatkan.
Sabda Rasulullah saw. “salatkanlah orang-orang yang telah mati.” (H.R. Ibnu Majah).
“salatkanlah olehmu orang-orang yang mengucapkan: “Lailaaha Illallah.” (H.R.
Daruqutni). Dengan demikian, jelaslah bahwa orang yang berhak dishalati ialah orang
yang meninggal dunia dalam keadaan beriman kepada Allah Swt. Adapun orang yang
telah murtad dilarang untuk disalati.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah, yaitu:
a. Jenazah diletakkan di arah kiblat( di depan imam apabila berjama’ah atau di
depan orang yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya
sebelah kanan dan kaki sebelah kiri imam.
b. Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah, sedangkan
apabila jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan pinggang
jenazah.
c. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut,
kemudian berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.

1. Orang Paling Utama Untuk Melaksanakan Shalat Jenazah Yaitu:


a. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli
bid’ah.
b. Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu.
c. Orang tua si mayat dan seterusnya ke atas.
d. Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah.
e. Keluarga terdekat.
f. Kaum muslimim seluruhnya.

2. Rukun shalat jenazah ialah:


Sholat jenazah memiliki rukun yang jika tidak dipenuhi, maka sholatnya batal
atau tidak dianggap oleh syariat.

Rukun sholat jenazah ada 8, Yaitu:


1. Niat,
2. Berdiri bagi yang mampu,
3. Empat kali takbir,
4. Mengangkat tangan pada saat takbir pertama,
5. Membaca surat Al Fatihah,
6. Membaca sholawat Nabi,
7
7. Berdoa untuk jenazah,
8. Salam.

3. Keadaan mayat saat ingin disalati


Untuk bisa disalati, keadaan si mayat haruslah:
1. Suci, baik badan, tempat, maupun kafan.
2. Sudah dimandikan dan dikafani.
3. Jenazah sudah berada di depan orang yang menyalatkan atau sebelah kiblat.

4. Tata Cara Melakukan Shalat Jenazah adalah sebagai berikut :


1. Jenazah diletakkan di depan jamaah. Apabila mayat laki-laki, imam berdiri di
dekat kepala jenazah. Apabila mayat perempuan imam berdiri di dekat perut
jenazah.
2. Imam berdiri paling depan diikuti oleh makmum, jika yang mensalati sedikit,
usahakan dibuat 3 baris /shaf.
3. Mula-mula semua jamaah berdiri dengan berniat melakukan salat jenazah
dengan empat takbir. Niat shalat jenazah dilakukan dalam hati serta ikhlas
karena Allah SWT. Sebelum shalat jenazah dilakukan maka kepada imam
dan seluruh makmum hendaknya berwudhu dan menutup aurat. Untuk
menyalatkan mayat laki-laki imam berdiri sejajar dengan kepala si mayat,
sedangkan untuk mayat perempuan, imam berdiri di tengah-tengah sejajar
pusat si mayat.
Lafal niat shalat jenazah :
a. Untuk mayat laki-
laki
Lafadz niat sholat jenazah (sebagai makmum) untuk jenazah laki-laki

‫ض ْال ِكفَايَ ِة َمْأ ُموْ ًما ِهللِ تَ َعالَى‬ ٍ ‫ت اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا‬
َ ْ‫ت فَر‬ ْ ‫صلِّى َعلَى هَ َذ‬
ِ ِّ‫اال َمي‬ َ ُ‫ا‬

Artinya: “Saya niat sholat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah,
sebagai makmum karena Allah Ta’ala.”

b. Untuk mayat perempuan


Lafadz niat sholat jenazah (sebagai makmum) untuk jenazah perempuan

‫ض ْال ِكفَايَ ِة َمْأ ُموْ ًما ِهللِ تَ َعالَى‬ ٍ ‫صلِّى َعلَى هَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا‬
َ ْ‫ت فَر‬ َ ُ‫ا‬

Artinya: “Saya niat sholat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah,
sebagai makmum karena Allah Ta’ala.”
4. Kemudian takbiratul ihram yang pertama, dan setelah takbir pertama itu
selanjutnya membaca surat al-Fatihah.

‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬


َ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
‫َّح ِيم‬ِ ‫الرَّحْ َم ِن الر‬
‫ك يَوْ ِم الدِّي ِن‬ِ ِ‫َمال‬
ُ‫ك نَ ْستَ ِعين‬ َ ‫ِإيَّاكَ نَ ْعبُ ُد َوِإيَّا‬
‫ص َراطَ ْال ُم ْستَقِي َم‬ ِّ ‫ا ْه ِدنَا ال‬
َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َواَل الضَّالِّين‬
ِ ‫ُو‬
‫ض‬ ْ
‫غ‬ ‫م‬ ْ
‫ال‬
َ ِ ‫ْر‬
‫ي‬ َ
‫غ‬ ‫م‬
ِْ‫ه‬‫ي‬ْ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ َ‫ت‬ ‫م‬
َْ ‫ع‬ ْ
‫ن‬ ‫َأ‬ َ‫ين‬‫ذ‬ِ َّ‫ص َراطَ ال‬ِ

8
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Yang Menguasai di Hari Pembalasan.
Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat.
5. Takbir yang kedua, dan setelah itu, membaca salawat atas Nabi Muhammad
saw.
َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫صلِّ عَل َى ُم َح َّم ٍد َوعَل َى آ ِل ُم َح َّم ٍد‬
Artinya: “Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga
Nabi Muhammad….”
6. Takbir yang ketiga, kemudian membaca doa untuk jenazah. Bacaan doa bagi
jenazah adalah sebagai berikut.
Untuk jenazah laki laki:
ُ‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ َوارْ َح ْمهُ َوعَافِ ِه َواعْفُ َع ْنه‬

Untuk jenazah perempuan:

‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهَا َوارْ َح ْمهَا َوعَافِهَا َواعْفُ َع ْنهَا‬

Artinya: “Ya Allah, ampunilah ia, kasihanilah ia, sejahterakanlah ia,


maafkanlah kesalahannya.”

7. Takbir yang keempat, dilanjutkan dengan membaca doa sebagai berikut:

Artinya: “Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan kami penghalang dari


mendapatkan pahalanya dan janganlah engkau beri kami fitnah
sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.” (H.R. Hakim).
8. Membaca salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri

ُ‫ك َو َرحْ َمةُ هَّللا ِ َو بَ َر َكاتُه‬


َ ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي‬

Artinya: “Semoga keselamatan rahmat Allah dan berkahNya limpahkan


kepada kalian.”

2.6. Menguburkan Jenazah

Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di


atas pundak dari keempat sudut usungan. Disunnahkan menyegerakan mengusungnya
ke pemakaman tanpa harus tergesa- gesa. Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan
jenazah, di belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya
dalam sunnah Nabi.

9
Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya. Disunnahkan mendalamkan
lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari jangkauan binatang buas, dan agar baunya
tidak merebak keluar. Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada
syaq. Dalam masalah ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita (non
muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam
“Ahkamul Janaaiz” hal. 145).
Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di
dasar kubur pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya. Sedangkan
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya
(membentuk huruf U memanjang).

Langkah-Langkah :
 Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.
 Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.
 Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang
lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara
perlahan. Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.
 Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah mengucapkan:
“BISMILLAHI WA‘ALAMILLATI RASULILLAHI” (Dengan menyebut Asma
Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam).”
ketika menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Disunnahkan membaringkan jenazah
dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap
kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan kedua kaki.
 Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya,
sebab tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap
wajahnya, kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram
sebagaimana yang telah dijelaskan.
 Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala
dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau
papan kayu/bambu dari atasnya (agak samping).
 Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.
10
 Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam
liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah
ke atas jenazah tersebut.
 Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak
dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah
bentuk makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).
 Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki
air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam. Lalu
diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.
 Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi
batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta
bersandar padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarang
dari hal tersebut. (HR. Muslim).
 Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam
menjawab pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena
ketika itu ruhnya dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka
disunnahkan agar setelah selesai menguburkannya orang-orang itu berhenti
sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan
secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!). Sesungguhnya mayit bisa mendapatkan
manfaat dari doa mereka. Wallahu a’lam bish-shawab.

2.7. Ta’ziyyah (Melayat)


Ta’ziyyah atau melayat adalah dengan maksud menghibur atau memberi semangat
dan untuk mengunjungi orang yang sedang tertimpa musibah kematian. Para
mu’azziyin (orang laki laki yang ber-ta’ziyyah) atau mu’azziyat (orang perempuan
yang ber-ta’ziyyah) hendaknya memberikan dorongan kekuatan mental atau
menasihati agar orang yang tertimpa musibah tetap sabar dan tabah menghadapi
musibah ini.
Adab (etika) orang ber-ta’ziyyah antara lain seperti berikut.
1. Menyampaikan doa untuk kebaikan dan ampunan terhadap orang yang
meninggal serta kesabaran bagi orang yang ditinggal.
2. Hindarilah pembicaraan yang menambah sedih keluarga yang ditimpa musibah.
3. Hindarilah canda-tawa apalagi sampai terbahak-bahak.
11
4. Usahakan turut menyalati mayat dan turut mengantarkan ke pemakaman sampai
selesai penguburan.
5. Membuatkan makanan bagi keluarga yang ditimpa musibah.
Demikian diperintahkan Rasulullah saw. kepada keluarganya sewaktu keluarga
Ja’far ditimpa kematian (H.R. Lima Ahli Hadis kecuali Nasai)

2.8. Ziarah Kubur


Ziarah artinya berkunjung, kubur artinya kuburan. Ziarah kubur artinya
berkunjung ke kuburan dengan niat mendoakan orang yang sudah meninggal dan
mengingat kematian. Pada zaman awal Islam, Rasulullah saw. melarang umat
Islam untuk berziarah kubur karena dikhawatirkan akan melakukan sesuatu hal
yang tidak baik, misalnya menangis di atas kuburan, bersedih, meratapi, bahkan
yang lebih bahaya adalah meminta sesuatu kepada si mayat yang ada di kuburan.
Kemudian, Rasulullah saw. menganjurkan berziarah kubur dengan tujuan untuk
mengingat kematian dan mendoakan si mayat. Hal ini sangat baik karena dengan
mengingat mati, kita akan selalu berhati-hati dan memperbanyak amal saleh.

Di antara hikmah dari ziarah kubur antara lain seperti berikut.


1. Mengingat kematian.
2. Dapat bersikap zuhud (menjauhkan diri dari sifat keduniawian).
3. Selalu ingin berbuat baik sebagai bekal kelak di alam kubur dan hari akhir.
4. Mendokan si mayat agar Allah Swt. mengampuni segala dosanya, menerima amal
baiknya, dan mendapat ridlo-Nya.

Apabila kita mau berziarah kubur, sebaiknya perhatikan adab atau etika berziarah
kubur, yaitu seperti berikut.
1. Ketika mau berziarah, niatkan dengan ikhlas karena Allah Swt., tunduk hati dan
merasa diawasi oleh Allah Swt.
2. Sesampai di pintu kuburan, ucapkan salam sebagaimana yang diajarkan oleh
Rasulullah saw.:

Artinya: “Keselamatan semoga tetap bagimu wahai ahli kubur dan Insya Allah kami
akan bertemu dengan kamu semua.” (H.R. Tirmizi)
12
3. Tidak banyak bicara mengenai urusan dunia di atas kuburan.
4. Berdoa untuk ampunan dan kesejahteraan si mayat di alam barzah dan akhirat kelak.
5. Diusahakan tidak berjalan melangkahi kuburan atau menduduki nisan (tanda
kuburan).

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah :
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan

Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain :
1. Memperoleh pahala yang besar.
2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati
dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga
apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan
sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

14
3.2 Saran

Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini,


pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan
mempersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga
berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua
serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa
yang akan datang.

15
DAFTAR
PUSTAKA

Abdul Karim. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.Jakarta:


Amzah
Abd. Ghoni Asyukur. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah
M. Rizal Qasim. 2000. Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo Bandung. 1994
Ali Imran Sinaga, Fiqih Taharah, Ibadah, Muamalah, Cita Pustaka Media Perintis
Bandung. 2011
Buku Ajar Praktik Ibadah, Fakultas Tarbiyah IAIN SU Medan. 2012
Praktikum Ibadah, Fakultas Ushuluddin IAIN SU Medan. 2012

Sumber Lain :
Jurnal Salafiyun
https://fadhlihsan.wordpress.com/2011/08/01/tata -cara-pengurusan-jenazah-disertai-
gambar/ (diakses pada tanggal 23 juli 2022 Pukul 02:00 )

jurnal media Indonesia


 https://mediaindonesia.com/humaniora/440516/ketahuilah-tata-cara-memandikan-
jenazah-yang-benar-sesuai-dengan-syariat-islam (diakses pada tanggal 23 juli 2022
Pukul 22.14 )

16

Anda mungkin juga menyukai