Disusun oleh:
Kelompok 12
FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis sanjungkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah.” Pada mata kuliah Fiqh Ibadah,
dosen pengampu Dr. Busman Edyar, S. Ag, MA.
Solawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingan kebaikan kepada seluruh umat-
Nya. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi . Akhir kata, Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................
C. Tujuan................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Jenazah.................................................................
B. Tata Cara Penyelenggaraan.......................................................
A. Kesimpulan.........................................................................
B. Saran.................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya
fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan
empat perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang
yang telah meninggal tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
A. Pengertian Jenazah
Dalam islam telah diajarkan bahwa kita sebagai umatnya pasti akan mengalami
kematian. Allah SWT telah berfirman dalam ayat berikut ini.
Artinya:
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati., dan hanya pada hari kiamat sajalah
diberikan dengan sempurna balasanmu…..” (Q.S. Ali Imran/3: 185)
Jika ada salah satu kerabat kita yang meninggal maka keluarga yang ditinggalkannya
hendaknya menerima atau ikhlas dan rela melepas kepergian orang yang terkasih. Semua di
dunia ini adalah milik Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya. Hal ini tertuang
sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:
Artinya : “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali” (Q.S. Al-
Baqarah/2: 156).
Hal tersebut juga tertuang pada sabd oleh Nabi Muhammad saw, dalam hadits berikut ini
yaitu:
Artinya : Dari Abu Hurairah, Nabi saw. bersabda, “Banyak-banyaklah kamu mengingat hal
yang memutuskan kesenangan, yaitu kematian.” (H.R. at-Tirmizi: 2229)
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab yang berarti tubuh mayat dan yang berarti
menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutu.
Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin, khususnya
penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah. Namun, sebelum penyelenggaraan
jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan terhadap jenazah tersebut,
yaitu:
3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya
mulutnya tidak menganga/terbuka.
Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada empat
macam, yaitu:
1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Mensalatkan jenazah
4. Menguburkan jenazah
Artinya : “ Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda tentang orang
yang jatuh dari kendaraannya lalu mati, “mandikanlah dengan air dan daun bidara.” (H.R
Bukhari dan Muslim)
Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang perlu
diperhatikan yaitu :
b. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya
tidakkelihatan.
c. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
d. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.
e. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya
perlahan-lahan.
f. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.
g. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah,gosok
giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan.
h. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazahi.
i. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampurdengan
wangi-wangian.
j. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota
tubuhnya.
k. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnyaitulah yang
wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.
l. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya,wajid
dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan tidak perlu
diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja.
m. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkanmenyulur
kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan handuk dan
dikepang.
n. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidakmembasahi
kain kafannya.
o. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung
alkohol.
2. Mengkafani Jenazah
Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan
sesuatuyang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani
jenazahmuslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Dalam sebuah hadist
diriwayatkansebagai berikut :
d. Pakaikan sarung.
g. Pakaikan kerudung.
3. Menyolati Jenazah
Shalat jenazah ialah sholat yang dikerjakan sebanyak 4 takbir dalam rangka
mendo’akan orang muslim yang meninggal tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan shalat jenazah antara lain:
a. Jenazah diletakkan diarah kiblat (di depan imam apabila berjama’ah atau di depan orang
yang menshalatkan apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya sebelah kanan dan kakinya
sebelah kiri imam.
b. Apabila jenazahnya laki-laki imam hendaklah berdiri lurus di depan kepalannya atau
sejajar dengan dada jenazah, dan apabila jenazahnya perempuan hendaklah imam
menghadap setengah perut atau pinggang jenazah.
Agar shalat jenazah yang dilakukan menjadi sah hukumnya, para ulama telah menetapkan
ada beberapa syarat sah sebagaimana berikut ini :
1. Semua syarat sah shalat. Syarat yang pertama sebenarnya gabungan dari semua syarat sah
yang berlaku untuk semua shalat, kecuali masalah masuk waktu.
Di antara syarat sah shalat yang telah disepakati para ulama adalah :
a. Muslim
b. Suci dari Najis pada Badan, Pakaian dan Tempat
c. Suci dari Hadats Kecil dan Besar
d. Menutup Aurat
e. Menghadap ke Kiblat.
2. Jenazah Beragama Islam. Para ulama secara umum berpendapat bahwa hanya jenazah yang
beragama Islam saja yang sah untuk dishalatkan. Sedangkan jenazah yang bukan muslim, bukan
hanya tidak sah bila dishalatkan, tetapi hukumnya haram dan terlarang.
Para ulama mengatakan bahwa syarat agar jenazah sah dishalatkan adalah bahwa
jenazah itu sudah dimandikan sebelumnya, sehingga segala najis dan kotoran sudah tidak
ada lagi.
Para ulama juga mensyaratkan agar jenazah sah dishalatkan dalm keadaan auratnya
tertutup, sebagaimana orang yang masih hidup.
4. Menguburkan Jenazah
Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke
liang lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara
perlahan.Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.
(Dengan menyebut Asma Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam).” ketika menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang
dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Disunnahkan membaringkan
jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam posisi miring) dan
menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan kedua kaki.
Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab
tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya,
kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihramsebagaimana yang
telah dijelaskan.
Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepaladan
kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan
kayu/bambu dari atasnya (agak samping).
Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.
Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalamliang
kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah
ke atas jenazah tersebut.
Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak
dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk
makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).
Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki
air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam
masalah ini terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul
Ghalil” II/206). Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah
dikenali.
A. KESIMPULAN
Islam telah mengingatkan kita semua bahwa setiap insan yang bernyawa pasti
mengalami kematian. Setiap muslim memiliki kewajiban terhadap saudaranya muslim yang
meninggal dunia. Kewajiban yang harus segera dilaksanakan adalah mengurus jenazahnya
dan mengurus harta peninggalannya. Kewajiban ini bersifat kolektif karena itu dimasukkan
sebagai suatu jenis ibadah yang hukumnya fardu kifayah, artinya kewajiban bagi seluruh
umat muslim, tetapi apabila sudah dilaksanakan oleh beberapa orang yang melaksanakannya,
maka gugurlah kewajiban itu bagi seluruh umat muslim. Kewajiban-kewajiban terhadap
orang yang meninggal adalah memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkannya.
Shalat jenazah ialah shalat yang dikerjakan sebanyak empat kali takbir dalam rangka
mendoakan orang muslim yang sudah meninggal. Apabila jenazah sudah dimandikan dan
dikafani, hendaknya segera dishalati.
B. SARAN
Kita sebagai manusia tidak boleh lupa dengan yang namanya kematian. Sebelum aja
menjemput kita, kita harus mempersiapkan bekal kita di akhirat nanti. Diantaranya
perbanyak shalat, amal baik, dan selalu bertakwa kepada Allah SWT. Kita juga sebagai
manusia terlahir sebagai makhluk sosial jadi kita harus selalu saling menolong terutama
ketika menghadapi kematian seperti membantu mengurusi jenazahnya dan sebagainya,
karena pasti suatu saat nanti kita juga yang akan dibantu oleh orang lain ketika kita sudah
meninggal dunia nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Karim. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah. Jakarta:Amzah
Abd. Ghoni Asyukur. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah
Ali Imran Sinaga, Fiqih Taharah, Ibadah, Muamalah, Cita Pustaka Media Perintis
Bandung. 2011