Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TATA CARA PENYELENGGARAAN JENAZAH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Ibadah

Dosen Pengampu: Dr. Busman Edyar, S. Ag, MA.

Disusun oleh:

Kelompok 12

1. Kurnia Wulandari (NIM: 23591085)


2. Nurpaizah (NIM: 23591120)
3. Putri Ramadina Anggraini (NIM: 23591127)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis sanjungkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah.” Pada mata kuliah Fiqh Ibadah,
dosen pengampu Dr. Busman Edyar, S. Ag, MA.
Solawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingan kebaikan kepada seluruh umat-

Nya. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi . Akhir kata, Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Curup, 9 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................
C. Tujuan................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Jenazah.................................................................
B. Tata Cara Penyelenggaraan.......................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................
B. Saran.................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami


kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik
ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat
menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang
menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia mendapatkan
perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.

Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya
fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan
empat perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang
yang telah meninggal tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Jenazah?


2. Bagaimana Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah?

C. TUJUAN

1. Mengetahui Pengertian Jenazah.


2. Mengetahui Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jenazah

Dalam islam telah diajarkan bahwa kita sebagai umatnya pasti akan mengalami
kematian. Allah SWT telah berfirman dalam ayat berikut ini.
Artinya:

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati., dan hanya pada hari kiamat sajalah
diberikan dengan sempurna balasanmu…..” (Q.S. Ali Imran/3: 185)

Jika ada salah satu kerabat kita yang meninggal maka keluarga yang ditinggalkannya

hendaknya menerima atau ikhlas dan rela melepas kepergian orang yang terkasih. Semua di
dunia ini adalah milik Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya. Hal ini tertuang
sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:

Artinya : “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali” (Q.S. Al-
Baqarah/2: 156).

Hal tersebut juga tertuang pada sabd oleh Nabi Muhammad saw, dalam hadits berikut ini
yaitu:

Artinya : Dari Abu Hurairah, Nabi saw. bersabda, “Banyak-banyaklah kamu mengingat hal
yang memutuskan kesenangan, yaitu kematian.” (H.R. at-Tirmizi: 2229)

Kata jenazah diambil dari bahasa Arab yang berarti tubuh mayat dan yang berarti
menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutu.
Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin, khususnya
penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah. Namun, sebelum penyelenggaraan
jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan terhadap jenazah tersebut,

yaitu:

1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.

2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.

3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya
mulutnya tidak menganga/terbuka.

4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan


badannyadiselubungi dengan kain.

5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan handai tolannya.

6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.

7. Segerakanlah fardu kifayahnya.

Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada empat
macam, yaitu:

1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Mensalatkan jenazah
4. Menguburkan jenazah

B. Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah


1. Memandikan Jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan
dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati
syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu
kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu,
tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh
mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam
sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:

Artinya : “ Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda tentang orang
yang jatuh dari kendaraannya lalu mati, “mandikanlah dengan air dan daun bidara.” (H.R
Bukhari dan Muslim)

Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang perlu
diperhatikan yaitu :

1. Orang Yang Wajib Memandikan Jenazah


A. Untuk mayat laki-laki
Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang yang
diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan istrinya.
B. Untuk mayat perempuan
Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya,keluarga
terdekat dari pihak wanita serta suaminya.

C. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan


Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dansebaliknya
untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.

D. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya


hanyalaki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-
lakimeninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak
mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukupditayamumkan
oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan. Hal ini berdasarkan

sabda Rasulullah SAW, yakni:

Artinya :“Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak


ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan dantidak
ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, laludikuburkan, karena
kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.”(H.RAbu Daud dan Baihaqi)

2. Syarat Orang Yang Memandikan Jenazah


a. Muslim, berakal, dan baligh
b. Berniat memandikan jenazah
c. Jujur dan sholeh
d. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan memandikannya
sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutupi aib si mayat.

3. Mayat Yang Wajib Untuk Dimandikan


a. Mayat seorang muslim dan bukan kafir
b. Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggaltidak
dimandikan
c. Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan
d. Bukan mayat yang mati syahid

4. Tatacara Memandikan Jenazah


Berikut beberapa cara memandikan jenazah orang muslim, yaitu :
a. Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu segalasesuatu yang
dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti:
1. Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup.
2. Air secukupnya.
3. Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian.
4. Sarung tangan untuk memandikan.
5. Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.
6. Kain basahan, handuk, dll.

b. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya
tidakkelihatan.
c. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
d. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.
e. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya
perlahan-lahan.
f. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.
g. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah,gosok
giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan.
h. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazahi.

i. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampurdengan
wangi-wangian.
j. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota
tubuhnya.
k. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnyaitulah yang
wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.
l. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya,wajid
dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan tidak perlu
diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja.
m. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkanmenyulur
kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan handuk dan
dikepang.
n. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidakmembasahi
kain kafannya.
o. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung
alkohol.

2. Mengkafani Jenazah
Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan
sesuatuyang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani
jenazahmuslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Dalam sebuah hadist
diriwayatkansebagai berikut :

Artinya : “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan


keridhaan Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya
dari Allah, karenadiantara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil
duniawi sedikit pun juga. Misalnya,Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh
diperangUhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah.
Jikakepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka

1. Hal-hal Yang Disunnahkan dalam Mengkafani Jenazah adalah :


a. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih
danmenutupi seluruh tubuh mayat.
b. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
c. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagimayat
perempuan 5 lapis.
d. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah,kain
kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
e. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

Untuk Mayat Laki-Laki


a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebardan
luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diataskain
kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yangmungkin
masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujunglembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demiselembar dengan cara
yang lembut.
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafantiga
atau lima ikatan.
f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat makatutuplah
bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutupdengan daun
kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kainkafan kecuali sekedar
menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apasaja yang ada.

Untuk Mayat Perempuan


Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yangterdiri dari:

a. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.


b. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
c. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
d. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
e. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:


a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-
masing bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaantertutup
dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburidengan wangi-
wangian atau dengan kapur barus.

b. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotorandengan


kapas.

c. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.

d. Pakaikan sarung.

e. Pakaikan baju kurung.

f. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.

g. Pakaikan kerudung.

h. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukankedua ujung


kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.

i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

3. Menyolati Jenazah
Shalat jenazah ialah sholat yang dikerjakan sebanyak 4 takbir dalam rangka
mendo’akan orang muslim yang meninggal tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan shalat jenazah antara lain:
a. Jenazah diletakkan diarah kiblat (di depan imam apabila berjama’ah atau di depan orang
yang menshalatkan apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya sebelah kanan dan kakinya
sebelah kiri imam.
b. Apabila jenazahnya laki-laki imam hendaklah berdiri lurus di depan kepalannya atau
sejajar dengan dada jenazah, dan apabila jenazahnya perempuan hendaklah imam
menghadap setengah perut atau pinggang jenazah.

Agar shalat jenazah yang dilakukan menjadi sah hukumnya, para ulama telah menetapkan
ada beberapa syarat sah sebagaimana berikut ini :
1. Semua syarat sah shalat. Syarat yang pertama sebenarnya gabungan dari semua syarat sah
yang berlaku untuk semua shalat, kecuali masalah masuk waktu.
Di antara syarat sah shalat yang telah disepakati para ulama adalah :
a. Muslim
b. Suci dari Najis pada Badan, Pakaian dan Tempat
c. Suci dari Hadats Kecil dan Besar
d. Menutup Aurat
e. Menghadap ke Kiblat.

2. Jenazah Beragama Islam. Para ulama secara umum berpendapat bahwa hanya jenazah yang
beragama Islam saja yang sah untuk dishalatkan. Sedangkan jenazah yang bukan muslim, bukan
hanya tidak sah bila dishalatkan, tetapi hukumnya haram dan terlarang.

Dasarnya QS. At-Taubah : 84 “Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah)


seseorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya.
Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan
fasik”.

2. Jenazah Suci dari Najis.


Jenazah yang akan dishalatkan itu harus terlebih dahulu dibersihkan dari segala
bentuk najis, baik najis berupa benda cair atau pun benda padat.

4. Jenazah Sudah Dimandikan.

Para ulama mengatakan bahwa syarat agar jenazah sah dishalatkan adalah bahwa
jenazah itu sudah dimandikan sebelumnya, sehingga segala najis dan kotoran sudah tidak
ada lagi.

5. Aurat Jenazah Tertutup.

Para ulama juga mensyaratkan agar jenazah sah dishalatkan dalm keadaan auratnya
tertutup, sebagaimana orang yang masih hidup.
4. Menguburkan Jenazah
Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke
liang lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara
perlahan.Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.

Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklahmengucapkan:


“BISMILLAHI WA‘ALA MILLATI RASULILLAHI”

(Dengan menyebut Asma Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam).” ketika menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang
dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Disunnahkan membaringkan
jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam posisi miring) dan
menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan kedua kaki.

Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab
tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya,
kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihramsebagaimana yang
telah dijelaskan.

Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepaladan
kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan
kayu/bambu dari atasnya (agak samping).

Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.

Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalamliang
kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah
ke atas jenazah tersebut.
Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak
dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk
makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).

Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki
air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam
masalah ini terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul
Ghalil” II/206). Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah
dikenali.

Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula


menulisi batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta
bersandar padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah
melarang dari hal tersebut. (HR. Muslim)

Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam menjawab


pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya
dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Makadisunnahkan agar setelah
selesai menguburkannya orang-orang itu berhentisebentar untuk mendoakan kebaikan
bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukansecara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri).
Sesungguhnya mayit bisa mendapatkan manfaat dari doa mereka.Wallahu a’lam bish-
shawab.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Islam telah mengingatkan kita semua bahwa setiap insan yang bernyawa pasti
mengalami kematian. Setiap muslim memiliki kewajiban terhadap saudaranya muslim yang
meninggal dunia. Kewajiban yang harus segera dilaksanakan adalah mengurus jenazahnya
dan mengurus harta peninggalannya. Kewajiban ini bersifat kolektif karena itu dimasukkan
sebagai suatu jenis ibadah yang hukumnya fardu kifayah, artinya kewajiban bagi seluruh
umat muslim, tetapi apabila sudah dilaksanakan oleh beberapa orang yang melaksanakannya,
maka gugurlah kewajiban itu bagi seluruh umat muslim. Kewajiban-kewajiban terhadap
orang yang meninggal adalah memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkannya.
Shalat jenazah ialah shalat yang dikerjakan sebanyak empat kali takbir dalam rangka
mendoakan orang muslim yang sudah meninggal. Apabila jenazah sudah dimandikan dan
dikafani, hendaknya segera dishalati.

B. SARAN

Kita sebagai manusia tidak boleh lupa dengan yang namanya kematian. Sebelum aja
menjemput kita, kita harus mempersiapkan bekal kita di akhirat nanti. Diantaranya
perbanyak shalat, amal baik, dan selalu bertakwa kepada Allah SWT. Kita juga sebagai
manusia terlahir sebagai makhluk sosial jadi kita harus selalu saling menolong terutama
ketika menghadapi kematian seperti membantu mengurusi jenazahnya dan sebagainya,
karena pasti suatu saat nanti kita juga yang akan dibantu oleh orang lain ketika kita sudah
meninggal dunia nanti.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah. Jakarta:Amzah

Abd. Ghoni Asyukur. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah

M. Rizal Qasim. 2000. Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam,Sinar Baru Algensindo Bandung. 1994

Ali Imran Sinaga, Fiqih Taharah, Ibadah, Muamalah, Cita Pustaka Media Perintis

Bandung. 2011

Buku Ajar Praktik Ibadah, Fakultas Tarbiyah IAIN SU Medan. 2012

Praktikum Ibadah, Fakultas Ushuluddin IAIN SU Medan. 2012

Anda mungkin juga menyukai