Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TENTANG JENAZAH

Disusun Oleh:

1. Lina Diana
2. Anggun Kristya
3. Cantika Styadewi
4. Linda Zahra

Kelas XI MIA 2

SMAN 1 WAWAY KARYA


KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
TP. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah Tentang Jenazah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak
lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama
Islam). Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Masa Kejayaan Islam ini dapat bermanfaat bagi
kita semuanya.

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C.  Tujuan Penulisan..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Pengertian Jenazah............................................................................................................2
B. Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Sesudah Meninggal........................................................2
C. Memandikan Jenazah........................................................................................................2
D. Hal-Hal Yang Harus Dipersiapkan Sebelum Memandikan Jenazah.................................3
E. Tatacara memandikan jenazah...........................................................................................4
F. Yang Berhak Memandikan Jenazah...................................................................................5
G. Mengkafani jenazah..........................................................................................................5
H. Membaikkan pemakaian kain kafan..................................................................................7
BAB III KESIMPULAN...........................................................................................................8
A. Kesimpulan........................................................................................................................8
B. Saran..................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian yang
tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT
dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim
yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT
orang yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang
masih hidup.

Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya
fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4
perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah
meninggal tersebut. Untuk lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba
menguraikan dalam penjelasan berikut ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian jenazah
2. Bagaimana tatacara memandikan jenazah
3. Siapa yang berhak memandikan jenazah
4. Bagaimana tatacara mengkafani jenazah

C.  Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian jenazah
2. Untuk mengetahui tatacara memandikan jenazah
3. Untuk mengetahui tatacara mengkafani jenazah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jenazah

Kata jenazah bila ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa arab dan menjadi turunan
dari isim mashdar yang diambil dari fi’il madhi janaza-yajnizu-janazatan wa jinazatan. Bila
huruf jim dibaca fathah (janazatan,kata ini berarti orang yang telah meninggal dunia. Namun
bila huruf jimnya dibaca kasrah, maka kata ini berarti orang yang mengantuk.
Lebih jauh, jenazah menurut Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S., mengartikan jenazah
sebagai orang yang telah meninggal yang diletakkan dalm usungan dan hendak dibawa ke
kubur untuk dimakamkan.

B. Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Sesudah Meninggal

apabila seseorang meninggal, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan:
1. Hendaklah dipejamkan (ditutupkan) matanya, menyebut kebaikan, mendoakan,
meminta ampun atas dosanya.
2. Hendakalh ditutup seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan kepadanya
dan supaya tidak terbuka ‘auratnya.
3. Tidak ada halangan untuk mencium mayat bagi keluarganya atau sahabat-sahabatnya
yang sangat sayang dan berdukacita sebab matinya.
4. Ahli mayat yang mampu hendaklah dengan segera membayar utang si mayat jika ia
berutang, baik dibayar dari harta peninggalannya atau dari pertolongan keluarga
sendiri.

C. Memandikan Jenazah

Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan dishalatkan
terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati syahid. Hukum
memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan
oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun dalil yang
menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah hadits Rasulullah
saw. Yakninya:

2
‫ فى ا لذ ي سقط عن ر ا حلته فما ت ا غسلو ه بما ء و سد ر (رواه ا‬:‫عن ا بن عبا س ا ن ا لنبي صلى ا هلل عليه و سلم قا ل‬
)‫لبخرو مسلم‬
“dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah tentang orang yang jatuh dari kendaraannya
lalu mati, “mandikanlah air dan daun bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Syarat bagi orang yang memanddikan jenazah:
a. Muslim, berakal, dan baligh
b. Berniat memandikan jenazah
c. Jujur dan sholeh
d. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan memandikan
sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutup aib si mayat.
Mayat yang wajib dimandikan:
a. Mayat seorang muslim bukan kafir
b. bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggaltidak
dimandikan
c. ada sebagian tubuh mayat yang dapat dimandikan
d. bukan mayat yang mati syahid (mati dalam peperangan untuk membela agama Allah)

D. Hal-Hal Yang Harus Dipersiapkan Sebelum Memandikan Jenazah

Siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan mandinya, sepert:
1. tempat memandikan pada ruangan tertutup.
2. ember, gayung, dan air.
3. kapas.
4. kapur barus.
5. daun bidara/ sidr.
6. kaos tangan dan sarung tangan kain sesuai dengan jumlah petugas yang memandikan.
7. Kain penutup mayat 5-6.
8. Handuk.
9. Sabun (lebih baik cair), shampoo, cutton buds.
10. Minyak wangi.
11. Tempat sampah untuk membuang kotoran
12. Kafan yang menyesuaikan keadaan dan jenis kelamin jenazah.
Sebelum memandikan jenazah ada baiknya kita memenuhi aturan sebelum memandikan
jenazah yaitu:
3
a)      Mengikat kepala mayit.
b)      Meletakkan kedua tangan diaatas perut (seperti orang yang melakukan shalat).
c)      Mengikat dan menyatukan persendian lutut.
d)     Menyatukan kedua ibu jari kaki.
e)      Menghadpkan mayyit kearah kiblat.

E. Tatacara memandikan jenazah

1. Pada mulanya kita sediakan air sebanyak mungkin, air kapur barus, dan sabun, kain.
Kemudian lakukan bacaan niat, ketentuan bacaan niat yaitu:
1) Jika mayat laki-laki dewasa, lafadz niatnya adalah:
2) (Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit fardhal kifaayati lillaahita’ala).
3) Jika mayat perempuan dewasa:
4) (Nawaitul ghusla lihaadzal mayyitati fardhal kifaayati lillaahita’ala)
5) Jika mayat kanak-kanak laki-laki:
6) (Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit tifli fardhal kifaayati lillahita’ala)
7) 4)      Jika mayat kanak-kanak perempuan:
(Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit tiflati fardhal kifaayati lillahita’ala)
2. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala. Masukkan jari tangan
yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok giginya dan bersihkan
hidungnya, kemudian siramkan.
3. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah.
4. Setelah itu dudukkan mayit dan tekan-tekan perut, agar kotoran dalam perut keluar.
Dan bersihkan dubur mayit dengan niat istinja’ bagi mayit. Bacaan niat: nawaitul
istinjaa-i minal mayyit frdhan ‘alayya lillahita’ala. Dan ketika membersihkan
“auratnya”, hendaklah tangan orang yang memandikan dilapisi dengan kain, karena
menyentuh aurat itu hukumnya haram.
5. Kemudian ambilkan wudhu bagi simayit, dengan bacaan niat: (nawaitul wudhu-a
lihaadzal mayyit lillaahita’ala).
6. Setelah itu hendaklah dimandikan tiga kali dengan air sabun atau dengan air bidara,
dengan memulainya bagian yang kanan. Dan seandainya tiga kali tidak cukup,
misalnya belum bersih maka hendaklah dilebihinya menjadi lima atau tujuh kali.
Rasulullah SAW bersabda:
ّ
‫رايتن‬ ‫ اواكثر من ذلك ان‬: ‫ثالثا ً او خمسًا او سبعا‬: ًّ‫اغسلنهاوترا‬
4
“mandikanlah jenazah-jenazah itu secara (hitungan) ganjil, tiga, lima, tujuh kali. Atau boleh
lebih jika kau pandang perlu”.
7. Jika telah selesai memandikan mayat, hendaklah tubuhnya dikeringkan dengan kain
atau handuk yang bersih, agar kain kafannya tidak basah, lalu ditaruh, diatas minyak
wangi.
tetapi kalau mayit meninggal ketika sedang ihram, maka harus dimandikan seperti
biasa tanpa dikenai kafur atau lainnya yang berbau harum.

F. Yang Berhak Memandikan Jenazah

Kalau mayat itu laki-laki, hendaklah yang meamandikannya laki-laki pula, tidak boleh
perempuan memandikan mayat laki-laki kecuali istri dan muhrimnya. Sebaliknya jika mayat
itu perempuan, hendaklah dimandikan oleh perempuan pula, tidak boleh laki-laki
memandikan perempuan kecuali suami dan muhrimnya.
Jika suami dan muhrim sama-sama ada, suami lebih berhak untuk memandikan istrinya,
begitu juga jika istri dan muhrim sama-sama ada, maka istri lebih berhak untuk memandikan
suaminya.
Bila meninggal seorang perempuan, dan ditempat itu tidak ada perempuan, suami, atau
muhrimnya pun tidak ada, maka mayat itu hendaklah “ditayammumkan” saja., idak
dimandikan oleh laki-laki yang lain. Begitu juga jika meninggal seorang laki-laki, sedangkan
disana tidak ada laki-laki, istri atau muhrimnya, maka mayat itu hendaklah ditayammumkan
saja.
Kalau mayat kanak-kanak laki-laki, maka boleh perempuan memandikannya, begitu juga
kalau mayat kanak-kanak perempuan, boleh pula laki-laki memandikannya.
Jika ada beberapa orang yang berhak yang memandikan, maka yang lebih berhak ialah
keluarga yang terdekat kepada mayat kalau ia mengetahui akan kewajiban mandi serta
dipercayai. Kalau tidak, berpindahlah hak kepada yang lebih jauh yang berpengetahuan serta
amanah (dipercayai).

G. Mengkafani jenazah

Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang
dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim dan
bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.
Kafan diambilkan dari harta si mayat sendiri jika ia meninggalkan harta, kalau ia tidak
meninggalkan harta, maka kafannya wajib atas orang yang wajib memberi belanjananya
5
ketika ia hidup. Kalau yang wajib memberi belanja itu tidak pula mampu, hendaklah
diambilkan dari baitul mal, dan diatur menurut hukum agama islam. Jika baitul mal tidak ada
atau tidak teratur, maka wajib atas orang muslim yang mampu. Demikian pula belanja lain-
lain yang bersangkutan dengan keperluan mayat.
Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:
a) Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, dan menutupi
seluruh tubuh mayat.
b) Kain kafan hendaknya berwarna putih.
Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis kain, tiap-tiap lapis menutupi
sekalian badannya. Sebagian ulama berpendapat, satu dari tiga lapis itu hendaklah izar (kain
mandi), dua lapis menutupi sekalian badannya.
Cara mengafani:
a) Dihamparkan sehelai-sehelai dan ditaburkan diatas tiap-tiap lapis itu harum-haruman
seperti kapur barus dan sebagainya.
b) Lantas mayat diletakkan diatasnya sesudah diberi kapur barus dan sebagainya. Kedua
tangannya diletakkan diatas dadanya, tangan kanan diatas tangan kiri, atau kedua tangan
itu diluruskan menurut lambungnya (rusuknya).
c) Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih
mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d) Selimutkan kain kafan sebelah kanan paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri.
Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selmbar dengan cara yang lembut.
e) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima
ikatan.
Untuk kain kafan mayat perempuan terdiri dari 5 lembar kain kafan, yaitu terdiri dari:
1. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
2. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
3. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
4. Lembar keempat berfungsi sebagai untuk menutup pinggang hingga kaki.
5. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
Cara mengafani:
a) Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan
tertib.
b) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan
sejajar, serta taaburi dengan wangi-wangian atau kapur barus.
6
c) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d) Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
e) Pakaikan sarung.
f) Pakaikan baju kurung.
g) Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
h) Pakaikan kerudung.
i) Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri
dan kanan lalu digulungkan kedalam.
j) Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

H. Membaikkan pemakaian kain kafan

Kafan yang baik maksudnya baik sifatnya dan baik cara memakainya, serta terbuat dari
bahan yang baik. Sifat-sifatnya telah diterangkan, yaitu kain yang putih, begitu pula cara
memakaikannya dengan baik. Adapun baik yang tersangkut dengan dasar kain ialah, jangan
sampai berlebih-lebihan memilih dasar kain yang mahal-mahal harganya. Sabda rasulullah
saw:   
‫ رواه أبوداود‬.‫ التغالوافى الكفن فانه يسلب سريعا‬:‫عن على بن ابى طالب قال رسول هللا صلى الهه عليه وسلم‬
Dari ‘ali bin abi thalib: “Berkata Rasulullah saw: Janganlah kamu berlebih-lebihan memilih
kain yang mahal-mahal untu kafan, karena sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan
seegera.

7
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk
yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat
perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah
seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan
kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
1. Memperoleh pahala yang besar.
2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas
musibah yang dideritanya.
4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah
seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan
Allah SWT dan RasulNya.

B. Saran

Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari.Oleh karena


itu,penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada
Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT.Juga
keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah
kita.Serta Kita harus senantiasa bersabar,berikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi takdir
Allah

8
DAFTAR PUSTAKA

Mas’ud, Ibnu & Abidin, Zainal S. 2000. fiqh mazhab syafi’i, Bandung: Pustaka Setia
Nawawi, Imam, al-jana’iz, Beirut: Dar al-fikr,tt
Rasyid, sulaiman. 1987. Fiqih islam. Bandung: Sinar Baru
Imam an-nawawi, al-majmu’ syarh al-muhazzab, kitab al-jana’iz, bab ma yuf’al bi al-
mayyit, (Beirut: Dar al-fikr,tt), V:10
Ibnu Mas’ud, zainal Abidin S, fiqh mazhab syafi’i, (Bandung: Pustaka Setia,2000),
hlm.449
H.Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: CV. SINAR BARU,1987), hlm.172
H.Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: CV. SINAR BARU,1987), hlm.175

H.Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: CV. SINAR BARU,1987), hlm.176


H.Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: CV. SINAR BARU,1987), hlm.180
https://gapurakampus.blogspot.com/2017/11/makalah-tentang-jenazah-pengertian.html

Anda mungkin juga menyukai