Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FIQIH

JENAZAH

DISUSUN OLEH :

NAMA KELOMPOK :
CUT JENITA PRATAMA PAKPAHAN (1811310062)
DEBIE SATRIA (1811310067)

DOSEN PEMBIBIMBING :
Drs.H.HENDERI KUSMIDI, M.H.I

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) BENGKULU
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelessaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Jenazah “
            Makalah ini berisikan tentang pelaksanaan fardu kifayah terhadap jenazah yaitu,
memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan jenazah.  makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang fardu kifayah yang harus kita laksanakan
terhadap jenazah.
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh  dari sempurna , karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
            Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, Semoga Allah SWT.senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Amin

Bengkulu, 29 September 2018


Penyusun:
Kelompok 8
   
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................1
1.3 Tujuan Masalah..............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN         
2.1 Pengertian jenazah............................................................................. 2          
2.2 Hukum Pengurusan Jenazah..............................................................2
2.3 Hal-hal Yang Harus Dilakukan Sesudah Meninggal……………….2
2.4 Tata Cara Memandikan, Mengkafani, Menyolatkan, dan Mengububurkan Jenazah……..4

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN........................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian yang
tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan
ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah
meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah
meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya
fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara,
yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal
tersebut. Untuk lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan
dalam penjelasan berikut ini.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian jenazah?
2. Apa Dasar Hukum Pelaksanaaan Pengurusan Jenazah?
3. Apa saja hal-hal yang dilakukan jika ada yang meninggal?
4. Bagaimana Hukum, tata cara memandikan, mengkafani, menyolatkan, dan
menguburkan jenazah
1.3 Tujuan masalah
1.  Kita dapat memahami ketentuan hukum islam tentang pengurusan jenazah.
2. Kita dapat mengetahui tata cara pengurusan jenazah.
3. Kita dapat mengetahui seperti apa pentingnya pengurusan jenazah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian jenazah
Kata jenazah bila ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa arab dan menjadi turunan
dari isim mashdar yang diambil dari fi’il madhi janaza-yajnizu-janazatan wa jinazatan. Bila
huruf jim dibaca fathah (janazatan,kata ini berarti orang yang telah meninggal dunia. Namun
bila huruf jimnya dibaca kasrah, maka kata ini berarti orang yang mengantuk.
Lebih jauh, jenazah menurut Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S., mengartikan jenazah
sebagai orang yang telah meninggal yang diletakkan dalm usungan dan hendak dibawa ke
kubur untuk dimakamkan.
2.2 Hukum pengurusan jenazah
Hukum mengurus jenazah adalah fardhu kifayah. Apabila perintah itu telah dikerjakan
oleh sebagian kaum muslimin sebagaimana mestinya, berarti kewajiban melaksanakan
perintah itu sendiri gugur.Namun, ketika tidak ada satupun yang menunaikan kewajiban
tersebut, semua akan mendapat dosa.
2.3 Hal-hal Yang Harus Dilakukan Sesudah Meninggal
1. Matanya hendaklah di pejamkan (ditutupkan), menyebut yang baik-baik,mendo’akan,
dan memintakan ampun atas dosanya. Dengan membaca :
‫ َوا ْغفِرْ لَنَا َولَهُ يَا‬، َ‫اخلُ ْفهُ فِ ْي َعقِبِ ِه فِي ْالغَابِ ِر ْين‬ ْ ‫ َو‬، َ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِفُالَ ٍن (بِا ْس ِم ِه) َوارْ فَ ْ`ع َد َر َجتَهُ فِي ْال َم ْه ِديِّ ْين‬
‫ َوا ْف َسحْ لَهُ فِ ْي قَب ِْر ِه َونَ ِّورْ لَهُ فِ ْي ِه‬، َ‫ َربَّ ْال َعالَ ِم ْين‬.
“Ya Allah! Ampunilah si Fulan (hendaklah menyebut namanya), angkatlah derajatnya
bersama orang-orang yang mendapat petunjuk, berilah penggantinya bagi orang-orang
yang ditinggalkan sesudahnya. Dan ampunilah kami dan dia, wahai Tuhan, seru sekalian
alam. Lebarkan kuburannya dan berilah penerangan di dalamnya.” [HR. Muslim 2/634.]
2. Mengikat dagu ke kepala dengan kain agar mulutnya tidak ternganga.

2Dr. Rozian Karnedi, M.Ag , FIKIH IBADAH KEMASYARAKATAN


3. Seluruh badannya hendaklah ditutup dengan kain. Hal ini dilakukan sebagai
penghormatan kepadanya dan supaya tidak terbuka auratnya.
4. Meletakkan sesuatu di atas perutnya agar perutnya tidak mengembung.
5. Meninggalkan tempat jenazah dan mengarahkan kea rah kiblat.
6. Menanggalkan pakaiannya yang berjahit dan menutupi seluruh badannya dengan kain.
7. Meletakkan kedua tangannya di antara perut dan dada, jika perlu diikat sedikit tangannya
agar tidak terlepas.
8. Dianjurkan lebih banyak mengucapkan kalimat Tarjih.
9. Tidak ada halangan untuk mencium mayat bagi keluarganya atau sahabat-sahabatnya
yang sangat saying dan berduka cita karena keluarganya.
10. Ahli mayat yang mampu hendaklah segera membayar utang si mayat jika ia berhutang,
baik dibayar dari harta peninggalannya ataupun dari pertolongan keluarga sendiri.

2.4 Hukum, Tata Cara Memandikan, Mengafani, Menyolatkan, dan Mengububurkan Jenazah
Apabila seorang muslim meninggal, maka Fardu’ Kifayah atas orang hidup
menyelenggarakan 4 perkara :
1. Memandikan Jenazah
Syarat wajib jenazah itu dimandikan antara lain :
1. Mayat itu orang islam, selain islam tidak wajib di mandikan.
2. Ada tubuhnya walaupun sedikit. Mayat itu bukan syahid (mati dalam peperangan
untuk membela agama Allah). Oleh karena itu jenazah orang yang mati syahid akhirat
tidak wajib dimandikan, tidak perlu dikafani ia boleh langsung di shalatkan dan
kemunian dikuburkan.
3. Apabila seorang perempuan meninggal dunia di tengah-tengah orang laki-laki disana
tidak ada seorang perempuan, atau seorang laki-laki meninggal di tengah-tengah
perempuan dan disana tidak ada seorang laki-laki lain, maka hendaknya kedua mayat
itu di tayamumkan saja lalu dikafani dan kemudian dikubur seperti bertayamum
karena tidak ada air. (H.R. Abu Daud dan Baihaqi)

3Dr. Rozian Karnedi, M.Ag , FIKIH IBADAH KEMASYARAKATAN


4. Mayat itu hendaklah dimandikan oleh keluarga yang paling dekat hubungan
kerabatnya, kalau ia mempunyai ilmu tentang itu. Jika tidak mengetahui ilmu tentang
itu hendaklah diserahkan kepada orang wara’(saleh) dan amanah.
Cara memandikan jenazah tersebut adalah sebagai berikut.:
1. Mulailah mandikan jenazah dengan membaca lafaz.
2. Niat dalam pemandian jenazah :
a. Dewasa Laki-laki
‫ﻧﻮﻳﺖﺍﻟﻐﺴﻞﻟﻬﺬﺍﻟﻤﻴﺖﻓﺮﺽﺍﻟﻜﻔﺎﻳﺔﷲﺗﻌﺎﻟﻰ‬
b. Dewasa Perempuan
‫ﻧﻮﻳﺖﺍﻟﻐﺴﻞﻟﻬﺬﺍﻟﻤﻴﺘﺔﻓﺮﺽﺍﻟﻜﻔﺎﻳﺔﷲﺗﻌﺎﻟﻰ‬
c. Anak Laki-laki
‫ﻧﻮﻳﺖﺍﻟﻐﺴﻞﻟﻬﺬﺍﻟﻤﻴﺖﺍﻟﻄﻞﻓﺮﺽﺍﻟﻜﻔﺎﻳﺔﷲﺗﻌﺎﻟﻰ‬
d. Anak Perempuan
‫ﻧﻮﻳﺖﺍﻟﻐﺴﻞﻟﻬﺬﺍﻟﻤﻴﺘﺔﺍﻟﻄﻔﻠﺔﻓﺮﺽﺍﻟﻜﻔﺎﻳﺔﷲﺗﻌﺎﻟﻰ‬
3. Sediakan air secukupnya, agar si mayat dapat dimandikan sebaik-baiknya.
4. Air hendaklah air yang dingin, suci lagi mensucikan dan hendaklah air tersebut
di campuri dengan wewangian seperti kapur harus dan sebagainya atau setidak-
tidaknya pada siraman terakhir.
5. Menutup badan mayat dengan kain dari dada sampai lutut.
6. Mandikan jenazah di tempat tertutup.
7. Pakailah sarung tangan dan bersihkan dari segala kotoran dan najis.
8. Tekan perut mayat itu perlahan-lahan agar kotoran yang tersisa dalam perutnya
keluar.
9. Bersihkan mulut, gigi dan hidungnya, kemudian wudukan seperti akan shalat.

4Dr. Rozian Karnedi, M.Ag , FIKIH IBADAH KEMASYARAKATAN


10. Sediakan tempat menidurkan/membaringkan jenazah sewaktu akan
memandikannya, seperti dipan. Hendaklah kepala mayat sedikit lebih ditinggikan
agar bekas air mandinya dapat mengalir dengan baik.
11. Air untuk air mandi mayat sebaiknya air dingin, kecuali jika berhajat pada air
panas karena sangat dingin atau karena sudah menghilangkan kotorannya.
12. Siramkan air ke seluruh tubuhnya dengan merata.
13. Miringkan mayat ke lambung sebelah kirinya, maka siramkan air 3x dari atas
kepala sampai ujung kaki dengan membaca do’a:
ِ ‫ْك ْال َم‬
‫ص ْى ُر‬ َ ‫ُغ ْف َرا نَكَ ىَا هَّللَا ُ َربَّن‬
`َ ‫َاواِلَى‬
14. Kemudian mayat dimiringkan kesebelah kanannya, lalu kita tuang air tadi seperti
yang pertama dengan do’a (3x) :
ِ ‫ك ْال َم‬
‫ص ْى ُر‬ `َ ‫َاوإِلَ ْي‬
َ ‫ارحْ َمنُ َربَّن‬ َ َ‫ُغ ْف َران‬
َ َ‫ك ي‬
15. Terakhir mayat ditelentangkan lalu air dituangkan dengan doa :
‫ك َولَهُ ْال َح ْم ُديُحْ ِي‬
ُ ‫ لَهُ ْال ُم ْل‬.ُ‫ك لَه‬ ِ ‫ك ْال َم‬
َ ‫ الَإِلَهَ اِالَّهَّللا ُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬.ُ‫ص ْير‬ َ َ‫ُغ ْف َرانَكَ ي‬
َ ‫ار ِح ْي ُم َربَّنَا َواِلَ ْي‬
‫ْت َوه َُوع ََل ُكلِّ َشي ٍْئ قَ ِد ْي ُر‬ ُ ‫َويُ ِمي‬
16. Mandikan jenazah dengan air sabun, dan pada yang terakhir diberi wangi-
wangian atau daun bidara.
17. Perlakukan jenazah dengan lemah lembut pada waktu menggosok tubuh jenazah.
18. Memandikan jenazah itu yang wajib hanya satu kali saja, tapi harus merata.
19. Dan sunah hukumnya mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.
20. Jika keluar najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, najis tersebut harus
dibuang, dan jenazah tersebut harus dimandikan kembali. Kalau setelah
dimandikan masih juga keluar najis, maka najisnya saja yang dibuang dan tidak
perlu dimandikan lagi,
21. Setelah itu keringkan tubuh jenazah dengan kain atau handuk supaya tidak
membasahi kain kafan.

5Dr. Rozian Karnedi, M.Ag , FIKIH IBADAH KEMASYARAKATAN


Dr. Rozian Karnedi, M.Ag , FIKIH IBADAH KEMASYARAKATAN
22. Setelah dikafani berilah wang-wangian di kepla dan jenggot bagi laki-laki
dengan bahan yang tidak mengandung alcohol juga pada anggota tubuh yang
digunakan sujud, yakni; kening, hidung, telapak tangan, dua lutut dan dua kaki,
dan juga telinga serta dibawah ketiak diberi juga wangi-wangian seperti kapur
barus.
23. Sebelum jenazah dikafani sebaiknya jenazah diwudhukan terlebih dahulu
sebagaimana wudhu akan melaksankan shalat.
24. Beberapa lafaz niat wudhu bagi jenazah :
a. Bagi jenazah laki-laki dewasa:
‫ت هّٰلِل ِ تَ َعالَى‬
ِ ِّ‫ْت ْال ُوضُوْ َ`ء لِ ٰه َذا ْال َمي‬
ُ ‫ن ََوي‬
(Nawaitul wudhual masnuna lihadzal mayyiti lillahi ta’ala)
b. Bagi jenazah perempuan dewasa :

‫ْت ْال ُوضُوْ َء لِ ٰه ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة هّٰلِل ِ تَ َعالَى‬


ُ ‫نَ َوي‬
(Nawaitul wudhual masnuna lihazihil mayyiti lillahi ta’ala)
Yang berhak memandikan mayat
Kalau itu laki-laki yang mandikannya hendaklah laki-laki pula. Perempuan tidak
boleh memandikan mayat laki-laki, kecuali istri dan muhrimnya. Sebaliknya jika
mayat itu perempuan, hendaklah dimandikan oleh perempuan pula, tidak boleh laki-
laki kecuali suami atau mahramnya. Jika suami dan mahram sama-sama ada, suami
lebih berhak untuk memandikan istrinya. Begitu juga jika istri dan mahram sam-sama
ada, maka istri lebih berhak untukmemandikan suaminya.
Bila seorang perempuan meninggal, dan di tempat itu tidak ada perempuan,
suami, atau mahramnya, mayat itu hendaklah “ditayamumkan” saja, tidak boleh
dimandikan oleh laki-laki yang lain. Begitu juga jika yang meninggal adalah seoang
laki-laki, sedangkan disana tidak ada laki-laki, istri, atau mahramnya, maka mayat itu
ditayamumkan saja. Kalau mayat kanak-kanak laki-laki, maka perempuan boleh
memandikannya. Begitu juga kalau mayat kanak-kanak perempuan, boleh pula laki-
laki memandikannya.
6
Jika beberapa orang yang berhak memandikan, maka yang lebih berhak ialah
keluarga yang terdekat dengan mayat, kalau ia mengetahui kewajiban mandi serta
dapat dipercya. Kalau tidak, berpindahlah hak itu kepada keluarga jauh yang
berpengaruh serta amanah (dipercaya).

2. Mengkafani Jenazah
Yang dimaksud dengan mengkafani jenazah adalah menutupi (membungkus)
seluruh tubuh si mayat sebagai penghormatan terhadap manusia dengan kain atau
lainnya. Dianjurkan mengkafani jenazah dengan dasar yang berwarna putih, boleh
dengan warna lain. Bahkan jika memang untuk mendapatkan kain, seperti di tengah hutan
belantara atau di tengah lautan dan sebagainya jenazah boleh di bungkus dengan pastik,
kertas, kulit kayu serta daun-daun. Oleh karena yang penting adalah menutupi tubuhnya
atau auratnya sebelum dishalatkan dan dikuburkan.
Uang untuk membeli kain kafan diambil dari harta jenazah sendiri jika ia
meninggalkan harta. Kalau tidak ada, maka diambil dari harta orang yang wajib memberi
belanja baginya ketia ia masih hidup atau dari harta warisnya. Kain kafan itu wajibnya
hanya satu lapis untuk menutupi auratnya. Namun demikian, sebaiknya untuk laki-laki
3(tiga) lapis dan untuk perempuan lima (lima) lapis.
a. Perlengkapan yang ahrus Dipersiapkan Sebelum Pengkafanan
1. Kain putih
2. Selebar lingkaran tubuh dan lebih panjang dari tubuhnya
3. Tujuh (7) utas tali dari sebakan pinggiran kain kafan itu sendiri
4. Segi tiga tutup kepala/rambut
5. Sehelai kain untuk tutup aurat dengan lipat dengan lipat panjang
6. Sehelai tutup dada dengan berlubang pada bagian lehernya
7. Khusus bagi jenazah perempuan dilengkapi dengan:
Kain basahan dari kain kafan itu sendiri sebagai tutup aurat bagian bawah

Dr. Rozian Karnedi, M.Ag , FIKIH IBADAH KEMASYARAKATAN


a. Mukenah untuk tutup rambut/kepala
b. Baju untuk menutup bagian dada dan lengan.
c. Kapas. Kapas yang disediakan itu sebanyak 15 helai kapas selebar telapak
tangan dan tujuh(7) bulatan kecil untuk menutup lubang (hidung, telinga,
mata, mulut, pusar).
8. Serbuk kapur barus/cendana dan sebagainya sebagai pengharum.

Catatan :
Jika seorang meninggal dunia dalam keadaan sedang ihram, baik ihram haji atau ihram umrah
tidak boleh ditaburi atau diberi wangi-wangian dan tutup kepala
1. Lubang-lubang seperti lubang hidung danlubang telinga disumpal dengan kapas
2. Lapisi bagian-bagian tertentu dengan kapas

b. Cara mengkafani jenazah


1. Cara mengkafani jenazah laki-laki
 Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai masing-masing lembaran ditaburi
dengan wangi-wangian seperti kapur barus. Lembaran yang paling bawah
hendaklah lebih lebar.
 Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup kain dan letakkan di atas kain
kafan, memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
 Tutuplah 7 lubang jenazah yaitu, 2 mata, 2 lubang hidung, 2 lubang telinga
dan 1 pusar.
 Tutupkanlah lembaran kapas yang telah ditaburi serbuk kapur barus pada :
a.Muka/wajah
b. Leher kanan dan kiri
c.Ketiak siku kanan dan kiri

8
Dr. Rozian Karnedi, M.Ag , FIKIH IBADAH KEMASYARAKATAN
d. Lengan siku kanan dan kiri
e.Di atas dan di bawah pergelangan tangan
f. Kedua pergelangan kakinya
g. Kedua lingkaran lutut
h. Tutupkanlah segitiga kain kafan putih dibagian rambut kepala dengan
ikatan pada jidat
i. Katupkanlah tutup dada melalui lubang pada lehernya
j. Katupkan lipatan-lipatan cawatnya
2. Cara mengkafani jenazah laki-laki dan jenazah perempuan
 Letakkan 3(tiga) pintalan rambut ke bawah belakang lehernya.
 Tutupkan kain mukena pada rambut kepala.
 Tutupkan belahan kain baju pada dada.
 Lipatkan kain bawahan melingkar badan dan perut dan auratnya, di atas
penutup cawatnya.
 Selimutkan jenazah dengan kain kafan sebelah kanan yang paling atas,
kemudian ujung lembar sebelah kiri, demikian seterusnya selembar demi
selembar.
 Ikatkan jenazah dengan tali yang sudaah dipersiapkan sebelumnya dibawah
kain kafan sebanyak lima atau tujuh ikatan pada :
 Ujung kepala
 Leher
 Pinggang
 Perut
 Lutut
 Pergelangan kaki
 Ujung kaki
 Setelah jenazah dimasukkan ke liang kubur hendaklah ikatan-ikatan yang ada
pada jenazah itu dibuka/dilepas ikatannya.

9
Dr. Rozian Karnedi, M.Ag , FIKIH IBADAH KEMASYARAKATAN
3. Cara mengkafani jenazah perempuan
 Susunlah kain kafan yang sudah disobek/dipotong untuk masing-masing
bagian depan tertib. Kain kafan untuk jenazah perempuan terdiri dari lima(5)
lembar kain putih yaitu:
a. Lembaran yang pertama/paling bawah untuk menutupi seluruh badannya.
b. Lembar kedua untuk kerudung kepala
c. Lembar ketiga untuk baju kuung
d. Lembar keempat untuk pinggang hingga kaki
e. Lembaran kelima untuk menutupi pinggul dan paha.
 Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain, letakkan di atas kain
kafan yang sudah di taburi wangi-wangian atau kapur barus.
 Ikatlah kain penutup pada pahanya
 Pasanglah kain sarungnya
 Dandani rambut menjadi 3 kepang dan julurkan ke belakang kepalanya
 Pakaikan tutup kepalanya
 Membungkus dengan kain-kain kafan terakhir dengan cara mempertemukan
kedua pinggir kiri dan kanan, lalu digulung secara berlawanan dan setelah itu
diikatkan talinya dengan tidak terlalu kuat.
3. Menyalatkan Jenazah
Salat jenazah ialah salat yang dikerjakan sebanyak empat kali takbir dalam rangka
mendoakan orang muslim yang sudah meninggal. Jenazah yang disalatkan ini ialah yang
telah dimandikan dan dikafani. Hadis nabi Muhammad SAW
‫ﻗﺎﻞ ﺮﺳﻮﻞ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﻋﻠﻳﻪ ﻮﺳﻠﻢ ﺻﻠﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﻣﻮﺗﺎ ﻜﻢ‬
Artinya : “Rasulullah SAW bersabda salatkanlah olehmu orang-orang yang
meninggal!.” (HR Ibnu Majjah)

10
Dr. Rozian Karnedi, M.Ag , FIKIH IBADAH KEMASYARAKATAN
Adapun mengenai tatacara menyalatkan jenazah adalah sebagai berikut.
1. Posisi kepala jenazah berada di sebelah kanan, imam menghadap ke arah kepala
jenazah bila jenazah tersebut laki-laki dan menghadap ke arah perut bagi jenazah
perempuan. Makmum akan lebih baik bila dapat diusahakan lebih dari satu saf. Saf
bagi makmum perempuan berada di belakang saf laki-laki.
2. Syarat orang yang dapat melaksanakan salat jenazah adalah menutup aurat, suci dari
hadas besar dan hadas kecil, bersih badan pakaian dan tempat dari najis, serta
mneghadap kiblat
3. Jenazah telah dimandikan dan dikafani
4. Letak jenazah berada di depan orang yang menyalatkan, kecuali pada salat gaib
Rukun salat jenazah adalah sebagai berikut:
a. Niat
b. Berdiri bagi yang mampu.
c. Takbir empat kali, dengan takbiratul ihram.
d. Membaca surah Al Fatihah sesudah takbiratul ihram.
e. Membaca salawat nabi sesudah takbir kedua.
f. Mendoakan jenazah sesudah takbir ketiga.
g. Memberi salam.
Tata cara pelaksanaan salat jenazah adalah sebagai berikut:
1.  Mula-mula seluruh jamaah berdiri dengan berniat melakukan salat jenazah dengan
empat takbir.
Niat tersebut sebagai berikut:
‫ﺍﺻﻠﻰﻋﻠﻰﻫﺫﺍ ﺍﻠﻣﻳﺖ﴿ﻫﺫﻩﺍﻠﻣﻳﺘﺔ﴾ﺍﺮﺑﻊ ﺘﻜﺑﻳﺮﺖ ﻔﺮﺾ ﻛﻓﺎﻳﺔ ﻤﺄﻤﻮﻤﺎ ﷲ ﺘﻌﺎﻟﻰ‬
Artinya : Aku berniat salat atas jenazah ini empat takbir fardu kifayah sebagai
imam/makmum karena Allah SWT.
2. Kemudian tahbiratul ihram yang pertama dan setelah takbir pertama itu selanjutnya
membaca surat Al Fatihah

11
Dr. Rozian Karnedi, M.Ag , FIKIH IBADAH KEMASYARAKATAN
3. Takbir yang kedua dan setelah takbir yang kedua membaca salawat atas nabi
Muhammad SAW
4. Takbir yang ketiga dan setelah takbir yang ketiga membaca doa jenazah. Bacaan doa
bagi jenazah adalah sebagai berikut
‫ﺍﻟﻟﻫﻡ ﺍﻏﻓﺮﻟﻪﻮ ﺍﺮﺤﻣﻪ ﻮ ﻋﺎﻓﻪ ﻮﺍﻋﻒ ﻋﻧﻪ ﻮﺍﻜﺮﻡ ﻨﺰﻮﻟﻪﻭ ﻭﺴﻊ ﻤﺪﺨﻠﻪ ﻮﺍﻏﺴﻠﻪ ﺒﺎﻟﻤﺂﺀ ﻮ ﺍﻠﺜﻠﺞ ﻮ‬
‫ﺍﻠﺑﺮﺍﺩ ﻮ ﻨﻘﻪ ﻤﻥ ﺍﻠﺠﻄﺎﻴﺎ ﻜﻤﺎ ﻴﻧﻘﻰ ﺍﻠﺛﻮﺏ ﺍﻻﺒﻴﺽ ﻤﻥ ﺍﻠﺪﻨﺱ ﻮ ﺍﺒﺩﻠﻪ ﺩﺍﺮﺍ ﺨﻴﺮﺍﻤﻥ ﺩﺍﺮﻩﻮ ﺍﻫﻼ ﺨﻴﺮﺍ‬
‫ﻤﻥ ﺍﻫﻠﻪﻮﺍﻗﻪ ﻓﺘﻨﺔ ﺍﻠﻗﺒﺭ ﻮ ﻋﺫﺍﺐ ﺍﻠﻨﺎﺮ‬
Artinya : “YA Allah, ampunilah ia, kasihanilah ia, sejahterakanlah ia, maafkanlah
kesalahannya, hormatilah kedalam tangannya, luaskan lah tempat tinggalnya,
bersihkanlah ia dengan air es dan embum, bersihkanlah ia dari dosasebagai mana kain
putih yang dibersihkan dari kotoran, gantilah rumahnya dengan rumahnya yang dulu,
dan gantilah keluarganya dengan yang lebih baik daripada keluarganya yang dahulu,
dan perihalalah dia dari huru-hara kubur dan siksa api neraka.”
5. Membaca salam kekanan dan kekiri
4. Menguburkan Jenazah
Menguburkan jenazah adalah kewajiban pokok yang terakhir dalam
menyelesaikan kewajiban fardhu kifayah terhadap jenazah, yaitu dengan memasukkan ke
dalam tanah/kubur. Liang kubur hendaknya tidak tercium bau jasadnya, serta aman dari
gangguan hewan pemakan bangkai dan binatang buas.
Tempat menguburkan jenazah hendaklah tempat khusus bagi kaum muslimin,
terpisah dari kuburan non-muslim. Pelaksanaannya hendaklah segera mungkin karenanya
cukup dikuburkan ditempat yang bersedia dan terdekat dalam pengertiantidak harus
khusus di pemakaman keluarga atau tempat jauh.
Sebelum melakukan penguburan jenazah, hendaknya memperlihatkan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Kedalaman kubur, sekurang-kurangnya 150 cm, kubur hendaklah dibuat secara
rapat dan sedikit agak melebar sehingga memudahkan untuk proses memasukkan
jenazah ke dalam liang kubur.

12
Dr. Rozian Karnedi, M.Ag , FIKIH IBADAH KEMASYARAKATAN
2. Sunah membuat liang kubur, sebatas cukup untuk meletakkan jenazah, jika tidak
memungkinkan longsor atau berair, maka boleh dibuatkan peti dan jenazah
dimasukkan ke dalam peti tersebut.
3. Pemberangkatan jenazah hendaklah dengan beriring-iringan keluarga, secara
bersama-sama di usung bersama terutama pihak keluarga.
4. Iring-iringan penguburan berjalan secara cepat segera, tenang tanpa terdengar
bisikan dan pembicaraan apalagi ratap tangis dari pihak keluarga.
5. Sebaik-baiknya para perempuan walaupun keluarga terdekat tidak mengiringi
jenazah selama pemberangkatan.
6. Sebelum memasui wilayah perkuburan hendaklah mengucapkan salam, yaitu
Assalamu’alaikum yaa ah laddiyani minal mukmina wal muslimina wainna
insya Allahu bikum la hiquun. Nas alullaha lanna walakumal’ aafiyah.

13
Dr. Rozian Karnedi, M.Ag , FIKIH IBADAH KEMASYARAKATAN
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Islam telah mengingatkan kita semua bahwa setiap insan yang bernyawa pasti mengalami
kematian. Setiap muslim memiliki kewajiban terhadap  saudaranya muslim yang meninggal
dunia. Kewajiban yang harus segera dilaksanakan adalah mengurus jenazahnya dan mengurus
harta peninggalannya. Kewajiban ini bersifat kolektif karena itu dimasukkan sebagai suatu jenis
ibadah yang hukumnya fardu kifayah, artinya kewajiban bagi seluruh umat muslim, tetapi
apabila sudah dilaksanakan oleh beberapa orang yang melaksanakannya, maka gugurlah
kewajiban itu bagi seluruh umat muslim. Kewajiban-kewajiban terhadap orang yang meninggal
adalah memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkannya.
Shalat jenazah ialah shalat yang dikerjakan sebanyak empat kali takbir dalam rangka
mendoakan orang muslim yang sudah meninggal. Apabila jenazah sudah dimandikan dan
dikafani. Hendaknya segera dishalati.
14

Anda mungkin juga menyukai