Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENYELENGGARAAN JENAZAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadist


yang Dibina Oleh
IBUNDA ST. RAJIAH RUSYDI

Oleh:

EVALIA NATASHA PRATIWI : 105281104120

ANDI ARIIQAH REZEKI SYAFAAT : 105281101520

NUR AMALIYAH : 105281100720

MUH AYYUB DARWIS : 105281104220

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

KELAS A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


JUNI 2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak

memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap

tercurahkan kepada jungjunan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat dipanuti oleh

pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini sengaja di buat untuk memenuhi tugas

Fiqih.

Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan

tepat waktu. Tidak lupa juga kepada dosen dan teman-teman yang lain untuk memberikan

sarannya kepada kami agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi.

Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya

semua yang membaca makalah ini.

Makassar, 16 Juni 2021


Kelompok 6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam menganjurkan ummatnya agar selalu ingat akan mati, Islam juga menganjurkan
ummatnya untuk mengunjungi orang yang sedang sakit menghibur dan mendo‟akannya. Apabila
seseorang telah meninggal dunia, hendaklah seorang dari mahramnya yang paling dekat dan
sama jenis kelaminnya melakukan kewajiban yang mesti dilakukan terhadap jenazah, yaitu
memandikan, mengkafani, menyembahyangkan dan menguburkannya.

Menyelenggarakan jenazah, yaitu sejak dari menyiapkannya, memandikannya,


mengkafaninya, menshalatkannya, membawanya ke kubur sampai kepada menguburkannya
adalah perintah agama yang ditujukan kepada kaum muslimin sebagai kelompok. Apabila
perintah itu telah dikerjakan oleh sebahagian mereka sebagaimana mestinya, maka kewajiban
melaksanakan perintah itu berarti sudah terbayar.

Kewajiban yang demikian sifatnya dalam istilah agama dinamakan fardhu kifayah. Karena
semua amal ibadah harus dikerjakan dengan ilmu, maka mempelajari ilmu tentang peraturan-
peraturan di sekitar penyelengaraan jenazah itupun merupakan fardhu kifayah juga. Akan
berdosalah seluruh anggota sesuatu kelompok kaum muslimin apabila dalam kelompok tersebut
tidak terdapat orang yang berilmu cukup untuk melaksanakan fardhu kifayah di sekitar
penyelenggaraan jenazah itu. Oleh karena itu, dalam pembahasan makalah selanjutnya akan
dipaparkan secara terperinci insya Allah tentang penyelenggaraan jenazah. Di dalam makalah ini
akan dipaparkan mengenai cara memandikan jenaah hingga mengkafaninya.

Kami berharap makalah ini dapat membantu memberi pemahaman tentang bagaimana cara
menyelenggarakan jenazah terkhusus untuk Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling
Pendidikan Islam kelas 2A.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Jenazah?


2. Bagaimana cara penyelenggaraan Jenazah?

C. TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Pengertian Jenazah.


2. Untuk Mengetahui Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jenazah

Kata jenazah diambil dari bahasa Arab yang berarti tubuh mayat atau dapat diartikan juga
menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutup.

Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin, khususnya
penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.
beberapa hal yang harus dilakukan terhadap jenazah, yaitu :

1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.


2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.
3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya
mulutnya tidak menganga/terbuka.
4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan badannya diselubungi
dengan kain.
5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan handai tolannya.
6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.
7. Segerakanlah fardu kifayahnya.

B. Penyelengaraan Jenazah

Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada empat macam,
yaitu :

1. Memandikan jenazah
Memandikan adalah salah satu cara yang wajib dilakukan terhadap mayat orang yang beragama
Islam. Caranya adalah menyampaikan atau mengalirkan air bersih ke seluruh tubuhnya walaupun
ia sedang haid atau junub.
Adapun persiapan yang harus dilakukan atau peralatan yang harus disediakan sebelum
memandikan jenazah adalah:

1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan secukupnya dan mempersiapkan perlengkapan
mandi seperti handuk, sabun, wangi- wangian, kapur barus dan lain-lain.
2. Mengusahakan tempat yang tertutup untuk memandikan jenazah sehingga hanya orang
yang berkepentingan saja yang ada disitu.
3. Menyediakan kain kafan secukupnya.
4. Orang-orang yang akan memandikan jenazah itu adalah keluarga terdekat jenazah atau
orang-orang yang dapat menjaga rahasia. Jika jenazahnya laki-laki, maka yang
memandikannya harus laki- laki, demikian juga sebaliknya jika jenazahnya perempuan,
maka yang memandikannya harus perempuan, kecuali suami kepada istrinya/istri kepada
suaminya atau muhrimnya.

Orang yang boleh memandikan jenazah adalah orang yang sama jenis kelaminnya dengan
mayat kecuali istri/ suami. Namun, jika ada beberapa orang yang berhak memandikanny, maka
yang lebih berhak adalah keluarga terdekat yang mengetahui pelaksanaan mandi jenazah serta
bersifat amanah. Kalau tidak, orang lain yang lebih berpengetahuan serta amanah ( dapat
dipercaya untuk tidak membuka aib jenazah).

Adapun cara memandikan jenazah itu dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Niat karena Allah ta’ala.


2. Melepaskan segala pakaian yang melekat di badan jenazah dan menggantinya dengan
kain yang menutup aurat.
3. Melepaskan perhiasan dan gigi palsunya jika memungkinkan.
4. Membersihkan rongga mulutnya, kuku- kukunya dan seluruh tubuhnya dari kotoran dan
najis.
5. Memulai memandikan dengan membersihkan anggota wudu’nya, dengan mendahulukan
yang kanan dan menyiramnya sampai rata tiga, lima,tujuh kali atau sesuai dengan
kebutuhan.
6. Jenazah dimiringkan ke kiri kemudian bagian kanan badan disiram dengan air, dan
selanjutnya dimiringkan ke kanan dan bagian kiri badan disiram dengan air, siramlah
dengan bilangan ganjil.
7. Pada waktu jenazah disiram dengan air, badannya di gosok-gosok guna menghilangkan
najis/ kotoran sekaligus untuk meratakan air ke seluruh tubuh, perutnya di urut dengan
pelan atau badannya di bungkukkan sedikit supaya gas dan kotoran yang ada dalam
perutnya keluar, dan tempat keluar kotoran tersebut disiram dengan air yang harum dengan
memakai sarung tangan.
8. Pada bagian akhir siraman hendaklah disiram dengan wangi- wangian.
9. Mengeringkan badan jenazah dengan handuk dan berilah wangi-wangian. Bagi jenazah
yang berambut panjang hendaklah dikepang rambutnya jika memungkinkan.
Selain hal di atas, yang perlu diperhatikan terhadap jenazah adalah sebagai berikut:

1. Orang yang gugur, syahid dalam peprangan membela agama Allah cukup dimakamkan
dengan pakaian yang melekat di tubuhnya ( tanpa dimandikan, dikafani dan disalatkan ).
2. Orang yang wafat dalam keadaan berihram di rawat seperti biasa tanpa diberi wangi-
wangian.
3. Orang yang syahid selain dalam peperangan membela agama Allah seperti melahirkan,
tenggelam, terbakar dirawat seperti biasa.
4. Jenazah janin yang telah berusia empat bulan dirawat seperti biasa.
5. Jika terdapat halangan untuk memandikan jenazah, maka cukup diganti dengan tayammum.
6. Bagi orang yang memandikan jenazah, disunnahkan untuk mandi sesudahnya.

2. Mengkafani Jenazah
Mengkafani jenazah adalah membalut seluruh tubuhnya dengan kain dan sebagainya
walaupun hanya dengan sehelai kain. Mayat laki- laki sunat dikafani dengan tiga lapis kain putih.
Hal ini sesuai dengan hadis dari Aisyah r.a

)‫عن عائشة كفّن رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم في ثالثة اثواب بيض سحوليّة كرسف ليس فيها قميص وال عمامة (متّفق عليه‬

Sementara itu, mayat perempuan sunat mengkafaninya dengan lima lapis kain yang terdiri
dari sehelai kain sarung, selendang dan dua helai kain untuk membalut tubuh mayat/jenazah.
Persiapan dan perlengkapan yang akan dilakukan untuk mengkafani jenazah adalah :

1. Kain untuk mengkafani secukupnya dan diutamakan yang berwarna putih.


2. Kain kafan untuk jenazah laki- laki terdiri dari tiga lembar, sedangkan kain kafan untuk
jenazah perempuan terdiri dari lima lembar kain, yaitu : kain basahan, baju kurung, kerudung
dan dua lembar kain penutup.
3. Sebaiknya disediakan perlengkapan sebagai berikut:

a. Tali sejumlah 3, 5, 7, atau 9 antara lain untuk ujung kepala, leher, pinggang/ pada lengan
tangan, perut, lutut, pergelangan kaki dan ujungkaki.
b. Kapas secukupnya.
c. Kapur barus atau pewangi secukupnya.
d. Meletakkan kain memanjang searah tubuhnya di atas tali-tali yang telah disediakan.
e. Untuk jenazah perempuan, aturlah kerudung/ mukena, baju dan kain basahan sesuai dengan
letaknya.
Setelah perlengkapan disediakan, maka dilakukan dengan mengkafani jenazah dengan urutan
sebagai berikut :
1. Pada waktu hendak mengkafani dipasang lebih dahulu tirai (pendinding) supaya jenazah itu
tidak sampaidilihat orang lain/ selain orang yang mengkafani.

2. Kain kafan telah dihamparkan dengan letak sebagai berikut:


a. Kain kafan diletakkan pada urutan yang paling bawah yang telah ditaburi dengan wangi-
wangian seperti kapur barus. Dibawah kain kafan diletakkan tiga/ lima buah tali yang di
ambil dari pinggir kain kafan. Cara meletakkannya, satu helai di ujung kepala, satu helai di
pinggang dan satu helai lagi di ujung kaki. Kedua tangannya diletakkan di dadanya seperti
ketika melaksanakan solat.
b. Jenazah diletakkan membujur di atas kain kafan dalam keadaan tertutup selubung kain.
c. Lepaskan kain selubung dalam keadaan aurat tetap tertutup.
d. Jika diperlukan, tutuplah dengan kapas lubang- lubang yang mengeluarkan cairan.

3. Bagi jenazah laki-laki di tutup dengan tiga lapis kain secara rapi dan di ikat dengan simpul
disebelah kiri.

4. Bagi jenazah yang berrambut panjang (permpuan) hendaklah rambutnya dikepang jika
memungkinkan.

5. Bagi jenazah perempuan, kenakan(pakaian) lima lapis kain yaitu: kerudung, untuk kepala,
baju kurung , kain basahan penutup aurat dan dua lembar kain penutup secara rapi serta di
ikat dengan simpul disebelah kiri.

6. Setelah tutup kepala, baju( bagi wanita) kain dan kapas dipakaikan, maka kain kapan
digulung dengan cara mempertemukan ujung kain sebelah kanan dan kiri satu persatu,
sejak dari leher sampai ke kaki kemudian di ikat dengan tali yang telah diletakkan terlebih
dahulu di bawah kain kafan yaitu di ujung sebelah kaki dan pinggang, sedangkan yang
sebelah atas masih terbuka sambil menanti kerabatnya ziarah terakhir. Setelah kerabat dan
familinya selesai berziarah, maka disempurnakan gulungannya dan

7. kemudian di ikat di ujung sebelah atas. Dan pertemuan ikatan itu sebaiknya dibuat sebelah
kiri jenazah.
3. Menshalatkan Jenazah
Dalam mensalatkan jenazah, terdapat beberapa perbedaan dengan salat- salat pada umumnya
karena ada rukun yang sama dan adapula yang berbeda dengan rukun salat pada umumnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah, yaitu:

a. Jenazah diletakkan di arah kiblat) di depan imam apabila berjama’ah atau di depan orang
yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya sebelah kanan dan kaki
sebelah kiri imam.
b. Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah, sedangkan apabila
jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan pinggang jenazah.
c. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut, kemudian
berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.

Adapun rukun salat jenah adalah sebagai berikut :

1. Niat dengan lafaz


‫ا صلى على هذا\ هذه الميت \ميتة اربع تكبيرات فرض كفا ية اما ما\ ما موما هلل تعلى‬
2. Berdiri bagi yang kuasa tanpa rukuk dan sujud.
3. Takbir empat kali dengan urutan sebagai berikut :
 Setelah berniat sebagaimana tersebut di atas, lalu bertakbir dengan mengangkat kedua
tangan sejajar dengan kedua telinga atau sejajar kedua bahu dan diletakkan di dada.
 Sesudah takbir pertama, dibaca surat Al- Fatihah.
 Sesudah takbir kedua, dibaca salawat atas nabi.
 Sesudah takbir ketiga, dibaca do’a. Antara lain do’a yang dibaca Rasulullah Saw
sebagaimana hadis riwayat Muslim dan Nasa’i dari Auf bin Malik, Rasulullah membaca :

‫ور لَ ْهُ ا ْغف ِْْر اَلل ُهم‬


ْْ ُ‫عا َْو َح ْم ْه‬ َ ‫الثلج ءِْ ْال َما بِْ ا ْغس ِْل ْهُ َْو َخلَ ْهُ َم ْْد س ْْع َو َْو لَ ْهُ نُ ُْز ْك ِر ْْم ْا َ َْو‬
ُْ ‫ع ْن ْهُ ع‬
َ ‫ْف َوا فِ ِْه‬ ِْ ‫مِنَْ َونَق ِْه ْال َب َر ِْد َْو َو‬
َ ‫الثو يُنَقى َك َما َيا ْال َخ‬
‫طا‬ ْْ ‫ب‬ ُْ َْ‫ض ال‬ ْ ِ ‫ارا ْل ْه ُ َوا َ ْب ِْد الدن‬
ُْ ‫َس مِنَْ بْي َي‬ َ ‫ن َخي ًْرا َد‬ ْْ ِ‫ِن َخي ًْرا َوا َ ْهلًْ َد ِارِْه م‬ ْْ ‫َْو زَ ْو ِج ِْه مِن َخيْرْا ً َوزَ ْوجْا ً ا َ ْه ِل ِْه م‬
ْْ ‫ب فِتْنَ ِْة م‬
‫ِن قِ ِْه‬ ِْ ‫ع َذا‬َ ‫ب َْو ْال َقب ِْر‬ ِْ ‫ع َذا‬
َ ‫عليه متفق (النار‬
 Sesudah takbir ke empat sesuai hadis riwayat Al- Hakim dibaca:
‫(ر َواه ُال َحا كِم‬ َ ‫اَلل ُهم الَ تَح ِْر ْمنا َ أَج َْره َُوالَ ت َ ْفتِنا َ َوا ْغف ِْرلنَا َو لَه‬
 Apabila jenazahnya anak- anak, maka do’anya sesudah takbir ketiga diganti dengan do’a
berikut sebagaimana hadis riwayat Al-Bukhori dan Al- Baihaqy :
) ‫طا ( رواه البخارى و البيهقي‬ ً ‫سلَفًا َو ُز ْخ ًرا َوفَ َر‬ َ ‫اَلل ُهم اج َعله لَنا‬
 Kemudian yang terakhir adalah mengucap salam ke kanan dan kiri :
‫السال م عليكم ورحمة هللا وبركا ته‬
4. Menguburkan Jenazah
Kewajiban yang ke empat terhadap jenazah ialah menguburkannya. hukum menguburkan
jenazah adalah fardu kipayah atas orang yang masih hidup.

Waktu penguburan secara normal dapat dilakukan pada siang hari.Namun,penguburan dapat
dilakukan juga pada malam hari sebab rasulullah saw pernah menguburkan seseorang pada
malam hari ,Ali r.a. menguburkan Fatimah binti Muhammad,Abu bakar,Usman,Aisyah,dan Ibnu
Mas’ud juga dikuburkan pada malam hari sebagaimana sabda rasulullah SAW.dari jabir r.a

‫حد ثنا عمرو بن عبدهللا الءودي حد ثنا وكيع عن ابرهيم بن يذيد المكي عن ابي الز بير عن جا بر بن عبدهللا قال قا ل‬
‫رسوهللا صلى هللا عليه و سلم الل تد فنوا مو تا كم با ليل اال ان تضطروا‬

Artinya’’:janganlah kamu menguburkan jenazah pada malam hari kecuali dalam keadaan
terpaksa’’)H.R.Sunan Ibnu Majah no.1510 kitab ja’a fi al-janaiz)

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penguburan jenazah ini antara lain adalah:
1) Ketika memasukkan mayat ke liang kubur hendaknya pekerja jenazah untuk membaca’’
2) Khusus ketika memasukkan jenazah perempuan hendaklah di bentangkan kain di atas liang
kuburnya.
3) Dua atau tiga orang dari keluarga terdekat jenazah dan di utamakan yang tidak junub pada
malam hari sebelumnya, masuk kedalam liang kubur dengan berdiri untuk menerima jenazah.
4) Adapun melepas tali-talinya dan membuka kain yang menutupi dan jari-jari kakinya sehingga
menempel ke tanah serta memasang bantalan tidak ada tuntunan dari rasulullah SAW.
5) Bagi pengiring jenazah yang tiba di kuburan ketika kubur bekum selesai digali hendaklah
duduk menghadap kiblat dan jangan duduk di atas kuburan.
6) Memintakan ampunan dan keteguhan dalam jawaban bagi jenazah dan mendo’akannya
sambil berdiri
7) Jenazah diperbolehkan untuk di masukkan ke dalam peti jika tanahnya berair atau jenazah
dalam keadaan mudorat.
8) Dalam kondisi darurat boleh menguburkan dalam satu lubang dua mayat atau lebih, dan yang
lebih didahulukan adalah yang lebih afdhal di antara mereka.
9) Yang menurunkan mayat adalah kaum laki-laki meskipun mayatnya perempuan.
10)Menurut sunnah: memasukkan mayat dari arah belakang liang kubur.
11)Meletakkan mayat di atas sebelah kanannya, wajahnya menghadap kiblat
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk
yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat
perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah
seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada
seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah
kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame manusia.
c. Membantu meringankan beban keluarga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas
musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-masing
supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah
seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah
SWT dan RasulNya.
DAFTAR PUSTAKA

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo Bandung. 1994


Ali Imran Sinaga, Fiqih Taharah, Ibadah, Muamalah, Cita Pustaka Media Perintis Bandung.
2011
Buku Ajar Praktik Ibadah, Fakultas Tarbiyah IAIN SU Medan. 2012
Praktikum Ibadah, Fakultas Ushuluddin IAIN SU Medan. 2012
http: //dear.to/ Abusalma, Ringkasan Cara Penyelenggaraan Jenazah
http://zainlzainal.blogspot.com/2012/10/penyelenggaraan-jenazah-disusun-oleh.html

Anda mungkin juga menyukai